Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

JIWA KEPEMIMPINAN DALAM BERWIRAUSAHA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Dosen Pembimbing DRS. Dalih SE., MM

Disusun Oleh :
Felicia Ernesta (18110152)
Irma Intan Suryana (18110167)
Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIWI


KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesakan makalah  Jiwa Kepemimpinan
dalam Berwirausaha ini dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Mu
mungkin makalah ini tidak dapat kami selesaikan.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar 
pembaca lebih memahami arti Pancasila sehingga diharapkan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran darisemua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing 
Kewirausahaan, Bapak DRS Dalih, SE., MM yang telah membimbing kami dalam
belajar dan juga pembuatan makalah ini.
Akhir kata, semoga Makalahini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kami.

Karawang, 21 April 2019

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1. Definisi Kepemimpinan...................................................................................2
2.2. Teori Kepemimpinan.......................................................................................2
2.3. Sifat dan Gaya Kepemimpinan.......................................................................4
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan
kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota. Kekuatan
dan keunggulan sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang
psikososial yang bisa memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara kolektif.
Selanjutnya akan dimunculkan kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dari para anggota
kelompok kepada pemimpinnya. Dunia kewirausahaan dapat diumpamakan
seperti mengendarai suatu kendaraan yang pada awalnya belum terbiasa di dalam
suatu lingkungan dan ketika mencoba tiba-tiba tampak lebih berbahaya daripada
yang kita perkirakan pada awalnya. Kebiasaan kita adalah untuk menarik diri
kepada kenyamanan di dalam kepompong, sesuatu yang kita percayai lebih aman,
di mana kita dapat bersantai sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan mendapatkan
sesuatu tanpa terlalu memikirkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan
semacam ini harus digantikan dengan memahami prinsip-prinsip yang akan
memastikan bahwa kita dapat mencapai tujuan kita dan berlatih dengan disiplin
sampai kita bisa melakukannya. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan
beberapa hubungan kepemimpinan dengan kewirausahaan yang akan
mempengaruhi dalam suatu pencapaian tujuan usaha.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Apasajakah teori kepemimpinan itu?
3. Apasaja sifat dan gaya kepemimpinan?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan itu
2. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan
3. Untuk mengetahui sifat-sifat dan gaya kepemimpinan

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kepemimpinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin (/pe·mim·pin/)
memiliki arti : orang yang memimpin, sedangkan kepemimpinan
(/ke·pe·mim·pin·an/) memiliki arti : perihal pemimpin dan atau cara memimpin.
Sehingga kepemimpinan sangat dekat dengan seni, teknik, dan atau metode
memimpin suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara
alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan
praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau
praktisi.Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya
memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang
efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya,
kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.Dan memang,
apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita
harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah
mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

2.2. Teori Kepemimpinan


2.2.1 Jenis-jenis Kepemimpinan
1. Great Man Theory beranggapan bahwa sifat-sifat kepemimpinan
merupakan bawaan, artinya teori ini beranggapan bahwa pemimpin-
pemimpin besar itu sudah ditakdirkan sejak lahir.
2. Trait Theory memiliki anggapan bahwa manusia dilahirkan dengan
karakteristik tertentu yang membuat mereka mampu menjadi pemimpin
yang ulung. Karakteristik khusus tersebut antara lain intelejensi, sikap
bertanggung jawab, kreatifitas dan berbagai karakter berkualitas lainnya
yang membuat seseorang mampu menjadi pemimpin yang baik.
3. Contingency Theory (Situational) berpendapat bahwa tak ada cara tunggal
untuk memimpin dan bahwa setiap gaya kepemimpinan seharusnya
didasarkan atas situasi tertentu, yang menandakan bahwa ada orang-orang
tertentu yang dapat menunjukkan kualitas kepemimpinan yang maksimal di
tempat tertentu; tetapi justru menunjukkan kualitas kepemimpinan yang
minimal saat mereka keluar dari dari elemen mereka.
4. Style and Behavior Theory merupakan respon (tanggapan) dari Trait
Theory. Style and Behaviour Theory menawarkan perspektif baru yang
berfokus pada kebiasaan seorang pemimpin dibandingkan dengan
karakteristik mental, fisik atau sosial seseorang. Behaviour Theory dibagi
menjadi 2, yakni yang berfokus pada tugas seorang pemimpin dan yang
berfokus pada unsur manusia.
5. Process Leadership Theory

2|Page
6. Transactional Theory menyatakan bahwa manusia secara umum mencari
cara untuk memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan
mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan. Karena itulah, kita akan
lebih condong pada orang-orang yang menambah kekuatan kita.
7. Transformational Theory menyatakan bahwa proses interaksi seseorang
dengan orang lain dapat menciptakan hubungan solid yang menghasilkan
tingkat kepercayaan yang tinggi, yang kemudian akan berdampak pada
peningkatan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik pada pengikut maupun
pemimpinnya.
2.2.2. Dasar-dasar Kepemimpinan
Menurut U.S. Army, ada 11 dasar kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin :
1. Layak Teknis : Seorang pemimpin harus paham tugasnya dan memiliki
pemahaman kuat terhadap tugas dari karyawan-karyawannya.
2. Mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan : Membantu
mengembangkan sifat karakter baik yang membantu bawahan menunjukkan
tanggung jawab professionalnya.
3. Pastikan bahwa tugasnya dipahami, diawasi dan diselesaikan :
Komunikasi adalah kunci. Seorang pemimpin harus mampu untuk
berkomunikasi secara efektif. Pemimpin harus menghabiskan seluruh
harinya dengan berkutat pada komunikasi. Penelitian terdahulu
menyimpulkan bahwa manager (pemimpin organisatorial) menghabiskan 70
hingga 90 persen waktunya setiap hari dengan komunikasi serta aktivitas
terkait.
4. Pastikan bawahan mendapat informasi yang jelas : Paham bagaimana
berkomunikasi dengan tidak hanya staf muda tetapi staf senior dan orang
lain sebaik-baiknya.
5. Pahami bawahan dan perhatikan perilakunya : selalu bersikap baik dan
mengenali pentingnya perhatian awal kepada bawahan.
6. Pahami diri sendiri dan melakukan peningkatan mutu (Kaizen) : Selain
memahami diri sendiri, pemimpin harus memahami siapa dirinya, apa yang
ia ketahui, dan apa yang bisa ia lakukan. Melakukan peningkatan dari diri
sendiri berarti terus melakukan penguatan terhadap perilaku. Hal ini bisa
tercapai melalui belajar sendiri, pendidikan formal, pelatihan, refleksi, dan
interaksi dengan orang lain (pergaulan).
7. Buat keputusan yang jelas dan permanen: Gunakan metode penyelesaian
masalah yang bagus, pembuatan keputsan dan perencanaan.
8. Mencari tanggungjawab dan mengambil tindakan di atasnya : cari jalan
untuk membimbing organisasi anda ke level baru. Apabila hal-hal menjadi
tidak benar, jangan menyalahkan orang lain. Analisis situasinya, lakukan
tindakan perbaikan, dan segera bergerak mencari tantangan baru.
9. Berikan contoh : Jadilah suri teladan yang baik bagi bawahan. Bawahan
tidak harus hanya diberi tahu apa yang menjadi target mereka tetapi juga
melihat bagaimana pemimpin mewujudkan dan mengejawantahkan kualitas
dan etika organisasi. Pemimpin harus mewujudkan apa yang menjadi
harapan bawahan saat terlihat oleh mereka.

3|Page
10. Latih sebagai anggota tim : Jangan hanya berfokus pada divisi anda,
bagian, atau bawahan, tetapi bayangkan seluruh organisasi sebagai suatau
keasutan yang harus belajar dan sukses bersama.
11. Gunakan kemampuan penuh dari organisasi anda: Dengan
mengembangkan semangat organisasi, anda akan mampu untuk
memanfaatkan kemampuan dari seluruh anggota organisasi menuju
tujuannya.
Selain itu, US Army menuliskan ada 4 faktor penting di dalam kepemimpinan
1. Pemimpin
2. Pengikut
3. Komunikasi
4. Situasi
Sementara itu, Hargreaves and Fink (2004) menawarkan tujuh prinsip
kepemimpinan yang berkelanjutan vis-à-vis:
1. Kepemimpinan yang berlanjut menciptakan dan menyediakan
pembelajaran yang berlanjut.
2. Kepemimpinan yang berlanjut menjamin sukses setiap saat.
3. Kepemimpinan yang berlanjut menjaga keberlangsungan kepemimpinan
kepada pihak lain.
4. Kepemimpinan yang berlanjut membawa pesan keadilan sosial.
5. Kepemimpinan yang berlanjut cenderung mengembangkan dibandingkan
menguras habis sumber daya material dan manusia.
6. Kepemimpinan yang berlanjut mengembangkan keberagaman serta
kapasitas lingkungan.
7. Kepemimpinan yang berlanjut melakukan aktivitas yang terkait dengan
lingkungan.

2.3. Sifat dan Gaya Kepemimpinan


2.3.1. Sifat-sifat kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bijaksana dalam kepemimpinannya, pemimpin mampu bersifat bijaksana
ketika ada masalah yang harus diputuskan. Misalnya pemecatan anggota
yang kinerjanya tidak sesuai dengan yang diharapkan maupun tidak selaras
dengan tujuan yang diinginkan bersama.
2. Bersifat setia dengan hati yang tulus ikhlas dengan misi yang ing8n di capai
bersama. Dengan sifat setia dengan hati yang tulus ikhlas yang mendarah
daging seorang mampu menjalankan tugasnya sesuai tujuan apa yang
diinginkan bersama.
3. Pandai berbicara dan mampu berhubungan baik dengan orang lain. Dengan
adanya sikap seperti itu, seorang oemimpin mampu merndapatkan hati dari
orang lain, maksudnya mendapatkan kepercayaan oleh orang lain guna
mencapai tujuan yang ing8n di capai bersama.
4. Selalu tampak gembira meskipun hatinya gundah gulana. Artinya, dalam
kepemimpinan seseorang pemimpin mampu menyembunyikan masalah-
masalah yang belum terselesaikan ketika bertemu halayak rame.
5. Mampu mau mendengarkan pendapat orang lain dan bermusyawaroh.
Seorang pemimpin dengan senang hati mendengarkan secara seksama keluh

4|Page
kesah, saran, kritikan, solusi, ataupun masalah dari anggota mapun
masyarakat. Dengan seperti itu, akan lebih banyak solusi-solusi yang
didapatkan dari masalah-maslah yang di bahas.
6. Selalu mengerjakan yang baik dan membuang yang buruk. Dengan maksud
seorang pemimpin dapat memahami mana yang lebih baik dan mana yang
lebih buruk sesuai apa yang diperbincangkan dan sesuai tujuan yang ingin
dicapai bersama.
2.3.2. Gaya-gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu upaya pendekatan metode
kepemimpinan dari pemimpin kepada yang dipimpin. Terdapat enam macam gaya
kepemimpinan yang ada:
1. Otokratik / Otoriter
Kepemimpinan otokratik adalah bentuk ekstrim dari kepemimpinan
transaksional di mana pemimpin memiliki kekuatan penuh (totalitarian) terhadap
staf/bawahan. Staff dan anggota tim memiliki kesempatan kecil untuk
menyalurkan pendapat, meskipun hal ini adalah hal yang menarik bagi anggota
tim atau organisasi. Keuntungan dari sistem ini adalah paling efisien. Keputusan
dapat dibuat secara cepat serta usaha untuk menerapkan keputusan tersebut dapat
dilakukan sesegera mungkin. Kerugian dari sistem ini, kebanyakan bawahan
membenci sistem ini. Kepemimpinan otokratik paling baik diterapkan di dalam
kondisi krisis, di mana keputusan harus dibuat secara cepat dan tanpa ada
perdebatan.
2. Birokrat
Kepemimpinan birokratis mengikuti aturan secara ketat dan meyakinkan
bawahannya bahwa mereka juga mengikuti aturan yang serupa. Sistem ini
merupakan sistem yang cocok untuk pekerjaan yang memasukkan risiko kerja
yang berbahaya (seperti bekerja dengan mesin, dengan zat beracun, dan pada
ketinggian) atau di mana menyertakan sejumlah uang yang banyak.
Kepemimpinan birokratis juga sangat berguna pada organisasi di mana karyawan
bekerja di dalam rutinitas (Shaefer, 2005). Kelemahan dari sistem ini adalah
sangat tidak efektif di dalam tim dan organisasi yang mengandalkan fleksibilitas,
kreatifitas, dan inovasi (Santrock, 2007)
3. Karismatik
Teori kepemimpinan karismatik menggambarkan apa yang diharapkan baik
dari pemimpin maupun pengikut. Kepemimpinan karismatik adalah gaya
kepemimpinan yang dapat dijabarkan tetapi dapat dirasakan kurang nyata
dibandingkan pola kepemimpinan lainnya (Bell, 2013). Sering disebut sebagai
pola kepemimpinan transformasional, pemimpin karismatik menginspirasi hasrat
di dalam tim tersebut dan bersemangat di dalam memotivasi karyawan untuk terus
bergerak ke depan (progresif). Jaminan rangsangan dan komitmen dari dalam tim
merupakan aset berharga di dalam produktivitas serta mencapai tujuan.
Kelemahan dari sistem ini adalah perlunya kepercayaan diri tinggi dari pemimpin
dibandingkan karyawan / bawahan. Sistem ini bisa menjurus bahaya ke dalam
proyek dan atau seluruh organisasi apabila sang pemimpin meninggalkan. Sebagai

5|Page
tambahan, pemimpin karismatik mungkin percaya bahwa dia tidak dapat
bertindak salah, meskipun orang lain mengingatkannya mengenai jalur di mana ia
melangkah serta perasaan tidak terkalahkan dapat menghancurkan seluruh tim dan
atau organisasi.
4. Demokratis / Partisipatif
Pemimpin demoratis membuat keputusan akhir tetapi juga menyertakan
anggota tim di dalam membuat keputusan akhir. Sistem ini memberdayakan
kreativitas dan anggota tim sering disertakan di dalam proyek dan pengambilan
keputusan. Ada banyak keuntungan kepemimpinan demokratis. Anggota tim
cenderung memiliki kepuasan bekerja yang tinggi dan cenderung produktif karena
mereka merasa ikut serta. Sistem ini juga membantu mengembangkan bakat
karyawan. Anggota tim akan merasa seperti bagian dari sistem yang lebih besar
dan berarti dan akan lebih termotivasi untuk mencapai lebih dari kepuasan
finansial. Kelemahan dari sistem ini adalah akan mudah goyah pada situasi di
mana kecepatan dan atau efisiensi merupakan hal penting. Selama krisis, sebagai
contoh, suatu tim dapat membuang-buang waktu untuk mengumpulkan masukan.
Bahaya potensial lainnya adalah anggota tim yang tidak memiliki pengetahuan
atau pengalaman akan memberikan masukan yang berharga.
5. Laissez-Faire
Pola kepemimpinan laissez-faire mungkin merupakan pola kepemimpinan
yang terbaik atau malah terburuk dari seluruh pola kepemimpinan yang ada
(Goodnight, 2011). Laissez-faire, bahasa Prancis untuk biarkan saja, apabila
diterapkan kepada sistem kepemimpinan menggambarkan pemimpin yang
membolehkan orang-orang bekerja dengan cara mereka sendiri. Pemimpin pola
Laissez-faire menanggalkan tanggung jawab dan menghindari membuat
keputusan, mungkin memberi seluruh anggota tim kemerdekaan penuh untuk
melakukan pekerjaan mereka dan menyusun target masing-masing.
Pemimpin Laissez-faire biasanya membolehkan bawahannya memiliki
kuasa untuk mengambil keputusan atas pekerjaannya (Chaudhry & Javed, 2012).
Pemimpin menyediakan tim dengan sumber daya dan bimbingan, jika diperlukan,
akan tetapi tidak terlalu sering. Gaya kepemimpinan ini dapat berjalan efektif
apabila pemimpin selalu memonitor performa dan memberikan tanggapan
(feedback) kepada anggota tim secara reguler. Keuntungan utama dari
kepemimpinan laissez-faire adalah mempersilahkan anggota tim suatu otonomi
yang dapat membimbing kepada kepuasan pekerjaan yang tinggi dan
meningkatkan produktivitas. Pola ini dapat merusak apabila anggota tim tidak
mampu mengatur waktunya dengan baik atau tidak memiliki pengetahuan, bakat,
atau motivasi untuk melakukan pekerjaannya secara efektif. Jenis kepemimpinan
ini dapat berjalan apabila manager tidak memiliki kendali yang layak terhadap
bawahannya (Ololube, 2013).
6. Transaksional
Gaya kepemimpinan ini dimulai dari ide bahwa anggota tim setuju untuk
mematuhi pemimpinnya apabila mereka menerima tugas. Transaksi tersebut
biasanya menyertakan organisasi akan menugaskan kepada anggota tim
berdasarkan usaha dan kepatutannya. Pemimpin memiliki hak untuk menghukum
anggota tim apabila pekerjaan mereka tidak memenuhi standar yang layak.

6|Page
Hubungan pekerjaan minimalis yang dihasilkan di antara atasan dan bawahan
berdasarkan transaksi ini (usaha untuk membayar).

7|Page
BAB III
KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau meberi contoh oleh


pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Seorang pemimpin yang baik harus
memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi
(spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat
mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik.

8|Page
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kepemimpinan
https://www.kompasiana.com/irkhamroisannur/58c845b0927e6124433d531b/sifat
-sifat-pemimpin

9|Page

Anda mungkin juga menyukai