Anda di halaman 1dari 12

Dampak Korupsi

Kelompok 6
Dampak Korupsi

Berbagai studi komprehensif mengenai dampak korupsi terhadap


ekonomi serta variabel-variabelnya telah banyak dilakukan hingga saat ini.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja, tetapi
juga menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
negara.
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi
bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses
rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara
terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerin tahan yang buruk di mata
internasional sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing,
krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok
dalam kemiskinan.
1. Dampak Ekonomi

Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang mempunyai


dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara, dan dapat berdampak
merusak sendi-sendi perekonomian negara. Korupsi dapat memperlemah
investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro, 1995, dalam Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2011).
Berbagai dampak korupsi terhadap aspek ekonomi, adalah sebagai berikut:

1. Menghambat Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi


IPK telah digunakan banyak negara sebagai referensi tentang situasi
korupsi. IPK merupakan indeks gabungan yang mengukur persepsi korupsi
secara global yang merupakan gabungan yang berasal dari 13 (tiga belas)
data korupsi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga independen yang
kredibel.
IPK digunakan untuk membandingkan kondisi korupsi di suatu negara
terhadap negara lain. IPK mengukur tingkat persepsi korupsi di sektor
publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan politisi. IPK
direpresentasikan dalam bentuk bobot skor/angka (score) dengan rentang 0–
100.
Skor 0 berarti negara dipersepsikan sangat korup, sementara skor 100
berarti dipersepsikan sangat bersih dari korupsi. Meskipun skor IPK
Indonesia tahun 2013 tidak beranjak dari skor tahun 2012 yaitu 32,
Indonesia meningkat empat peringkat. Tahun 2012, Indonesia berada di
peringkat 118 dari 176 negara dan di tahun 2013 peringkat Indonesia
menjadi 114 dari 177 negara (Anonim, 2013).
2. Melemahkan Kapasitas dan Kemampuan Pemerintah dalam Program
Pembangunan yang Meningkatkan Perekonomian

Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan


fasilitas umum, seperti perbaikan jalan sehingga menghambat roda
perekonomian. Infrastruktur jalan yang bagus, akan memudahkan
transportasi barang dan jasa, maupun hubungan antardaerah. Dengan
demikian, kondisi jalan yang rusak akan memengaruhi perekonomian
masyarakat.
Pada September 2013 tercatat 21.313 km jalan kabupaten dan 2.468 km
jalan provinsi yang rusak dan harus diperbaiki. Menteri Pekerjaan Umum
menyebut kebutuhan dana untuk jalan daerah mencapai Rp118,073 triliun
(KPK, 2013).
Fakta mencengangkan berikutnya adalah, di era serbalistrik seperti
sekarang, ternyata 10.211 desa di Indonesia masih gelap gulita. Jumlah
tersebut setara dengan 13% desa di seluruh Indonesia yang berjumlah
72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012 (KPK, 2013).
Kuantitas dan kualitas barang juga menurun, karena besarnya biaya
untuk proses yang terjadi karena korupsi. Korupsi juga dapat menyebabkan
kurang baiknya hubungan internasional antarnegara. Hal ini disebabkan
negara yang korup akan merugikan negara lain yang memberikan modal
atau bekerja sama dalam bidang tertentu.
Misalnya, negara yang memberikan modal untuk membangun sarana dan
prasana berupa jalan tol untuk membantu suatu negara berkembang dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, namun karena adanya korupsi,
pembangunan sarana dan prasarana tersebut akan terhambat sehingga akan
menyebabkan ketidakpuasan dari negara pemberi modal dan akhirnya
hubungan dengan negara tersebut akan semakin merenggang.

Anda mungkin juga menyukai