Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOMORFOLOGI

BENTANG ALAM TERLIPAT DAN TERSESARKAN

Disusun oleh :
1. Salsabila Evelyn 270110160004
2. Rivan Herginza 270110160043
3. Ahmad Lutfi 270110160082
4. M. Rizal Abdul Aziz 270110160101
5. Ahmad Reza 270110160102
6. Adrian Rahman 270110160121
7. M. Ichsan Askari 270110160123
8. Aghnia Fadhilah H. 270110160162

Kelas A

Dosen Pengampu :

Dr. Eng. Boy Yoseph Cahya Sunan Sakti Syah Alam, S.T., M.T.

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas nikmat dan karunia yang besar dari Allah
Yang Maha Esa, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang bertemakan
tentang bentang alam terlipat dan tersesarkan. Makalah ini berisi tentang landasan
teori dan pembahasan mengenai bentang alam yang terlipat dan tersesarkan. Dengan
adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui informasi mengenai apa
itu bentang alam terlipat dan tersesarkan dan macam macam morfologi bentang
alam terlipat dan tersesarkan.
Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Geomorfologi serta para asisten lab Geomorfologi dan
Penginderaan Jauh yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyambut baik saran dan kritik yang membangun sehingga penyusunan
makalah ini dapat dilakukan lebih baik lagi selanjutnya.

Jatinangor, 23 Mei 2017


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
1.1LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................. 6
1.4.MANFAAT ......................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
2.1 BENTANGALAM DAERAH TERLIPAT ........................................................................ 7
2.1.1 Pola pengaliran dan perlembahan ................................................................................ 8
2.1.2 Perbukitan atau punggungan (ridge) ......................................................................... 10
2.2 BENTANGALAM DAERAH TERSESARKAN ............................................................ 12
2.2.1 Gawir (scarp) ............................................................................................................. 14
2.2.2 Pola pengaliran........................................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................... 20
PENUTUP .............................................................................................................................. 20
3.1 SIMPULAN ...................................................................................................................... 20
3.2 SARAN ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Bentang alam adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan
berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan
batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain
adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh jenis
bentang alam tingkat tertinggi.

Beberapa faktor, mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat
membentuk dan memengaruhi bentang alam. Faktor biologi dapat pula memengaruhi
bentang alam, contohnya adalah peranan tumbuhan dan ganggang dalam
pembentukan rawa serta terumbu karang. Istilah-istilah bentang alam tidak hanya
dibatasi bagi bentukan di bumi, melainkan dapat pula digunakan untuk menjelaskan
bentukan pada permukaan planet dan objek-objek lain di alam semesta.

Bentang alam terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Salah satunya adalah
bentang alam terlipatkan atau tersesarkan. Yang dimana bentang alam ini terbentuk
atau dihasilkan oleh kegiatan- kegiatan di bawah permukaan dan juga diatas
permukaan bumi. Bentang alam tersesarkan lebih khususnya ada dikarenakan bila
suatu sesar sampai ke permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman
muka bumi di tempat itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam.

Dan bentang alam terlipatkan ila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada daerah
itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya tidak
horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin maupun
sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan batuan endapan

4
yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka batuan semacam ini
membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan mengambil bagian di
tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan bagian yang keras akan
menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini memanjang sejajar dengan arah
pelapisan.
Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan
sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi
yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah
pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.
Namun pada dasarnya bentang alam terbentuk tidak hanya sebab adanya satu
faktor saja. Banyak lagi faktor- faktor yang membantu proses pembentuka bentang
alam tersebut. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan juga sebab-sebab, proses, dan
bentuk bentang alam yang dibahas kali ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pada uraian di atas dapat dikaji beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa definisi bentang alam tersesarkan atau terlipatkan?
2. Dimanakah terjadinya bentang alam tersesarkan atau terlipatkan?
3. Bagaimana proses terbentuknya bentang alam tersesarkan atau
terlipatkan?
4. Apa keuntungan dan kerugian dari terjadinya bentang alam tersesarkan
atau terlipatkan?

5
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi bentang alam tersesarkan atau
terlipatkan
2. Agar mahasiswa mengetahui dimana terjadinya bentang alam
tersesarkan atau terlipatkan
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses terjadinya bentang
alam tersesarkan atau terlipatkan
4. Agar mahasiswa mengetahui keuntungan dan kerugian yang diberikan
oleh proses bentang alam tersesarkan atau terlipatkan

1.4.MANFAAT
Hasil dari pembuatan makalah ini sekiranya dapat menjadi salah satu referensi
yang berguna untuk pembaca. Manfaat lain dari pembuatan makalah ini juga sebagai
pelengkap sumber-sumber yang belum benar-benar sempurna. Namun, tidak
bermaksud menyinggung sumber-sumber lain tidak sempurna.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BENTANGALAM DAERAH TERLIPAT


Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang
dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan berada
dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan mempengaruhi
batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan perlapisannya terletak
secara horizontal.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas
letaknya maka dengan sendirinya makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut
dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada daerah
itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya tidak
horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin maupun
sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan batuan endapan
yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka batuan semacam ini
membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan mengambil bagian di
tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan bagian yang keras akan
menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini memanjang sejajar dengan arah
pelapisan.
Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan
sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi
yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah
pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.

7
2.1.1 Pola pengaliran dan perlembahan

Gambar 2.1. Tahapan perkembangan erosi pada bentang alam terlipat.

An = antiklin,

Sy = sinklin,

L = danau,

AV = lembah antiklinal,

SV = lembah sinklinal,

WG = watergap,

8
AM = pegunungan antiklinal,

SM = pegunungan sinklinal (Strahler & Strahler, 1984)

Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak. Di


daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan
sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak.

Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit yang


memanjang menggambarkan pelapisan batuan (Gambar 2.1). Lapisan yang terlipat
membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari penyebaran
lembah dan bukit-bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat jelas dari pola
penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat penunjaman atau
dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).

Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah pola
pengaliran menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang lalu. Pada
pola ini dikenal adanya sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen, dan resekuen.

Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang terangkat,
maka sungai ini akan mengikis lebih dalam dan membentuk lembah yang sempit.
Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di lembah tepi sungai ini. Sungai semacam
ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh sungai Cikapundung
yang memotong sesar Lembang di Maribaya.
Bila bentuk pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar menggambarkan
dome atau kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali antiklin atau sinklin. Di
Indonesia, kemungkinan ke dua lebih sering dijumpai. Daerah bentangalam terlipat
yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem perlembahan dan perbukitan yang khas
seperti diuraikan di atas dapat dijumpai sepanjang bagian Timurlaut Sumatera,
pegunungan Kendeng dan Rembang, Madura, dan Kalimantan Timur.

9
2.1.2 Perbukitan atau punggungan (ridge)
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat
memanjang dan menggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk
perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh diukur
besar kemiringannya.

Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira sekitar 45 akan


menghasilkan kedua lereng pegunungan yang sama terjal. Punggungan semacam ini
dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai pada umumnya menghasilkan bukit
atau punggungan yang tidak simetris, salah satu lerengnya lebih landai. Lereng yang
landai ini biasanya memperlihatkan arah dip, sedangkan lereng yang terjal
menunjukkan arah sebaliknya. Pada lereng ini kemiringan (dip) dapat diukur. Bentuk
punggungan semacam ini dinamakan cuesta. Cuesta dengan mudah dapat dikenal
pada peta topografi atau pun pada potret udara dan citra satelit.
Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan tempat
terkumpulnya atau perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya persyaratan-
persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi harus terpenuhi. Sebagai contoh
dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang, Madura-Kangean,
dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentuk dome (kubah garam) di Pantai
Teluk Meksiko (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai tempat terkumpulnya
minyak bumi.

Struktur kekar

Biasanya dicirikan oleh adanya pola pengaliran rektangular, annular mau-pun


angulate. Struktur kekar dapat ter-jadi pada batuan sedimen, batuan beku dan batuan
metamorf

10
Struktur sesar

Struktur sesar pada umumnya ditunjukkan oleh:

True fault scrap (tebing-tebing yang terbentuk oleh sesar)

Fault line scrap (bekas erosi true fault scrap)

Obsequent fault line scrap (erosi lanjut mem-bentuk tebing curam dengan
kemiringan berla-wanan bidang patahan)

Danau-danau pada suatu garis lurus

Jeram-jeram

Pola pengaliran trellis

Pola pengaliran paralel

Adanya off-set dari aliran sungai

11
Struktur ketidakselarasan

Ketidakselarasan dapat terlihat pada foto udara, apabila berdimensi cukup


besar.

Ketidakselarasan yang terlihat pada foto udara adalah ketidakselarasan


bersudut (angular un-corformity).

Bidang ketidakselarasan biasanya ditunjukkan oleh perbedaan menyolok jurus


dan kemiringan batuan, perbedaan rona dan tekstur jenis batuan yang berbeda.

2.2 BENTANGALAM DAERAH TERSESARKAN


Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi yang
berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke permukaan bumi
maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat itu, dengan demikian
mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui bentuk bentangalam
maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu daerah.

Sesar dapat dibagi atas 3 macam tergantung kepada arah pergerakan

sesar naik,
sesar naik adalah sesar yang batuan yang terletak diatas bidang sesar
bergerak relative naik. Jenis sesar naik dibagi menjadi 2 macam yaitu:
sesar membalik atau reverse fault adalah sesar yang apabila
bidang sesarnya mempunyai kemiringan lebih dari 45

sesar dorong atau thrust fault adalah sesar apabila bidang


sesarnya kurang dari 45

sesar normal
sesar normal atau normal fault adalah sesar sesar yang batuan yang
terletak diatas bidang sesar (Hanging Wall) bergerak relative turun

12
sesar mendatar atau sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault,
tear fault, lateral fault) meliputi dua golongan yaitu:
Sear kanan (Dekstral) adalah sesar yang arah gerakan lapisan
batuannya relative kekanan
Sesar kiri (Sinistral) adalah sesar yang arah gerakan lapisan
batuannya relative ke kiri

Untuk dapat membedakan kedua macam sesar di lapangan, kita dapat


memperhatikan ciri-ciri visual sebagai berikut. Apabila bagian yang terletak didepan
kita diseberang bidang sesar berada disebelah kanan, misalnya sungai atau
punggungan yang tergeser, maka sesar itu disebut sesar kanan. Namn apabila sungai
atau punggungan itu berada disebelah kiri kita, maka sesar yang telah terjadi
termasuk sesar mengiri.

. Pada umumnya sesar yang dijumpai di alam merupakan gabungan antara


gerakan-gerakan tersebut.

13
2.2.1 Gawir (scarp)
Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas pada
bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak, dan
biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang tersesarkan atau
retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.

Gawir sesar atau tebing sesar dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Fault scarp (Tebing sesar), yaitu tebing yang langsungterbentuk akibat


adanya sesar. Tebing golongan ini mungkin mengalami pemunduran
oleh erosi, pelapukan dan masswasting. Dan oleh karena itu apabila
dilihat siklusnya, maka tebing muda, dewasa dan tua
2. Fault Line Scarp (Tebing sesar akibat erosi), yaitu tebing yang terjadi
oleh pengerjaan erosi pada garis patahan, karena di kiri-kanan garis
pathan itu terdapat batuan yang berlainan daya tahannya terhadap
erosi. Tebing macam inipun apabila dilihat ada yang bersiklus muda,
dewasa dan tua

Di lapangan, tebing sesar akibat erosi itu lebih biasa terdapat dibandingkan
dengan fault scarp, terutama didaerah stabil. Tetapi didaerah yang tidak stabil
pun tebing sesar akibat erosi lebih banyak, umpanya tebing sesar yang mula-
mula terbentuk habis oleh erosi, kemudian oleh karena erosi terus bekerja,
maka terbentuklah tebing baru yang letaknya tidak bergeser dari tebing
semula. Kalau letaknya pada bidang yang lama dan menghadap searah dengan
sesar lama, maka tebing itu disebut tebing resekwen, sedangkan kalau tebing
itu berada pada bidang lainnya serta menghadap kearah yang berlawanan
dengan tebing sesar semula, maka tebing itu disebut tebing sesar obsekwen.
Tebing sesar akibat erosi yang obsekwen itu letaknya relative lebih rendah
daripada bidang semula. Tebing sesar akibat erosi yang resekwen mudah

14
tertukar dengan tebing sesar. Dengan demikian di lapangan lebiih mudah
mengenal yang tebing sesar akibat erosi yang obsekwen daripada resekwen

Pada sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp) yang
berupa dinding miring. Pada dinding ini biasanya orang menemukan garis-garis
geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada umumnya dinding ini
memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa bagian telah
dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets. Pada Gambar 2.2
tampak bentuk bentangalam akibat pensesaran.

15
Gambar 2.2. Beragam bentuk bentang alam akibat tektonik (Strahler & Strahler,
1984)

Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan


bagian yang turun membentuk lembah. Gawir dan triangular facets terdapat pada
kedua dinding lembah itu. Lembah ini berukuran jauh lebih besar daripada lembah
yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata. Sistem pergeseran yang
turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst. Contoh graben yang
terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di Sumatra.

16
Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama lainnya.
Sesar menangga (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti tangga
rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan berundak-undak. Kadang-kadang sesar
majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama lainnya. Sesar
semacaminidinamakanechelon.Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin
dengan jelas pada gawir yang menyembul di permukaan bumi.

2.2.2 Pola pengaliran


Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan daerah
lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem pengaliran
air permukaan atau drainage pattern. Pola pengaliran menyudut (angulate) dan
menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak patahan dan retakan
yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk sudut 45 pada pola
pertama, dan 90 pada pola yang disebut terakhir. Biasanya sistem sesar dan sistem
pengaliran ini terdapat pada batuan granit, batugamping, dan batuan terlipat yang
menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai penyebab lipatan tersebut.
Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung pengaliran
dan membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai Cikapundung yang
pada mulanya tersebar di kaki gunung Tangkubanperahu kemudian menabrak gawir
sesar Lembang yang membentang barat-timur melalui tepi selatan kota Lembang dan
Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan sepanjang sesar dan bersatu kembali
untuk bersama-sama menerjang gawir di daerah Maribaya dan membentuk kembali
sungai Cikapundung yang kemudian mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian
dapat digolongkan sebagai pola pengaliran sub-menangga (sub-trellis).

Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu sesar
itu mulai terjadi, maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti kemudian
membelah mengikuti patahan untuk sementara, kemudian meninggalkan sesar itu lagi
meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada peta topografi dan potret udara / citra
satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat dilihat dengan jelas, sehingga apabila

17
melihat bentuk sungai yang demikian maka dengan mudah dapat ditafsirkan
kemungkinan adanya patahan geser-lurus yang masih aktif. Contoh sesar demikian di
Indonesia ialah sesar sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di
Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di Sulawesi Utara

Gambar 2.3. Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran di sekitar sesar


Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (atas perkenan Sidarto, P3G, 2004)

Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi banyak
mineral-mineral berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama pada
perpotongan sesar-sesar. Ini terutama disebabkan daerah itu merupakan daerah lunak
dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses hydrothermal yang
menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang terkenal di Nevada, Amerika
Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan sistem persesaran, demikian pula
halnya di Alaska. Dengan mengetahui pola pengaliran, dapat dianalisis sistem
persesaran, dengan demikian dapat pula meramalkan dan menemukan endapan
mineral berharga.

Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun


biasa. Mataair panas dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat melalui

18
pengembangan pariwisata. Mataair biasa sangat penting peranannya untuk kehidupan
manusia dan pertanian.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasannya Batuan endapan
terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh air. Oleh karena
itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan berada dalam keadaan mendatar
atau horisontal. Keanekaragaman bahan mempengaruhi batuan endapan sehingga
akan terbentuk berlapis-lapis dan perlapisannya terletak secara horizontal.

Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak. Di


daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan
sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak.

Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit yang


memanjang menggambarkan pelapisan batuan . Lapisan yang terlipat membentuk
sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari penyebaran lembah dan bukit-
bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat jelas dari pola penyebaran bukit
dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat penunjaman atau dinamakan juga
hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).

Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah pola
pengaliran menangga (trellis). Pada pola ini dikenal adanya sungai subsekuen,
konsekuen, obsekuen, dan resekuen.

perbukitan di daerah terlipat dapat memanjang dan menggambarkan


perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk perlapisannya. Selain itu pada bukit ini
dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh diukur besar kemiringannya.

20
Pada struktur kekar Biasanya dicirikan oleh adanya pola pengaliran
rektangular, annular mau-pun angulate. Struktur kekar dapat ter-jadi pada batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorf

Struktur sesar pada umumnya ditunjukkan oleh: True fault scrap (tebing-
tebing yang terbentuk oleh sesar),Fault line scrap (bekas erosi true fault scrap),
Obsequent fault line scrap (erosi lanjut mem-bentuk tebing curam dengan kemiringan
berla-wanan bidang patahan),Danau-danau pada suatu garis lurus, Jeram-jeram , Pola
pengaliran trellis, Pola pengaliran parallel ,dan Adanya off-set dari aliran sungai.

Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi yang
berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke permukaan bumi
maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat itu, dengan demikian
mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui bentuk bentangalam
maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu daerah.

Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau sesar
geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah
pergerakan.

Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas pada
bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak, dan
biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang tersesarkan atau
retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.

Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan daerah
lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem pengaliran
air permukaan atau drainage pattern.

Pola pengaliran menyudut (angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang
mempunyai banyak patahan dan retakan yang tergabung dalam satu system
,umpamanya membentuk sudut 45 pada pola pertama, dan 90 pada pola yang

21
disebut terakhir. Biasanya sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat pada batuan
granit, batugamping, dan batuan terlipat yang menghasilkan retakan-retakan yang
diakibatkan oleh suatu tekanan sebagai penyebab dari lipatan tersebut.

3.2 SARAN
Pada makalah ini masih banyak kekurangan, terutama pada penjelasan secara
spesifik terhdap suatu pembahasan . Kurangnya literatur juga membuat penjelasan
tidak secara luas . Hanya sebatas Penjelasan pendukung . Sehingga untuk itu
kedepannya dibutuhkan lebih banyak penjelasan agar lebih paham . Serta dengan
penjelasan yang lebih dispesifikan lagi agar pembaca lebih mudah memahami suatu
pembahasan yang dibaca .

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/318917256/Makalah-Bentang-Alam (diakses pada 23


mei 2017 pukul 17.53 WIB)

https://www.academia.edu/29389675/Dhiya28_Welcome (diakses pada 23 mei 2017


pukul 18.00 WIB)

https://blog.ghoziankarami.com/download-materi-kuliah-geologi/ (diakses pada 23


mei 2017 pukul 18.17 WIB)

Tisnasomantri, Akub. 1998. Dasar-dasar Geomorfologi Umum. Ikip Bandung Press:


Bandung (diakses pada 23 mei 2017 pukul 18.35 WIB)

23

Anda mungkin juga menyukai