Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERAN UANG, LEMBAGA KEUANGAN, DAN KESEIMBANGAN PASAR UANG


Dosen Pengampu: Dr. Ir. Syahrial Shaddiq, M. Eng, M.M

(Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro)

Disusun oleh:

1. Alya Khansa Medina 2210313220058


2. Christine Carolina Hutahaean 2210313220052
3. Stefhani Kristina Martha 2210313220045
4. Yosifa Nuraini 2210313220060
5. Deswita Natasya 2210313220001
6. Auryn Najla Putri Fakhirah 2210313320010

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Ir. Syahrial Shaddiq, M. Eng, M.M sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Banjarmasin, 21 Maret 2024

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB 1 ................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Uang ...................................................................................................... 5
2.2 Fungsi Uang ............................................................................................................ 7
2.3 Permintaan Uang ................................................................................................... 10
2.4 Jumlah Uang Beredar ............................................................................................ 13
2.5 Proses Penciptaan Uang ........................................................................................ 15
2.6 Keseimbangan Pasar Uang Dan Kurva LM ........................................................... 19
2.7 Kebijakan Moneter dan Kurva IS-LM ................................................................... 22
2.8 Lembaga Keuangan Bank ..................................................................................... 24
2.9 Lembaga Keuangan Non-Bank.............................................................................. 25
BAB III ............................................................................................................................... 26
KESIMPULAN ................................................................................................................... 26

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar uang merupakan salah satu komponen penting dalam struktur keuangan suatu
negara. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai lembaga keuangan dan individu yang
memiliki kebutuhan untuk mengalokasikan dan memperoleh dana dalam jangka pendek.
Peran uang, lembaga keuangan, dan keseimbangan pasar uang memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas ekonomi suatu negara.

Pertama-tama, peran uang sebagai media tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai
menjadi landasan bagi aktivitas ekonomi. Uang memfasilitasi transaksi dan perdagangan
barang serta jasa, memungkinkan terjadinya spesialisasi dan pembagian kerja, serta
mempermudah pengukuran nilai ekonomi. Oleh karena itu, stabilitas nilai uang dan
ketersediaan uang yang memadai sangat penting bagi kelancaran aktivitas ekonomi.

Kedua, lembaga keuangan, seperti bank komersial, bank sentral, pasar uang, dan
institusi keuangan non-bank lainnya, memainkan peran krusial dalam mempertemukan
pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana.
Lembaga keuangan menyediakan berbagai produk dan layanan keuangan, termasuk
tabungan, kredit, investasi, dan asuransi, yang mendukung aktivitas ekonomi dan
pertumbuhan.

Ketiga, keseimbangan pasar uang merujuk pada kondisi di mana permintaan dan
penawaran uang berada dalam keselarasan yang relatif stabil. Keseimbangan ini mencakup
faktor-faktor seperti suku bunga, inflasi, likuiditas, dan kebijakan moneter yang diterapkan
oleh bank sentral. Ketidakseimbangan dalam pasar uang dapat mengakibatkan volatilitas
ekonomi, inflasi yang tinggi, dan ketidakstabilan sistem keuangan secara keseluruhan.

Dengan memahami peran uang, lembaga keuangan, dan keseimbangan pasar uang, kita
dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam pengelolaan keuangan suatu negara
serta merancang kebijakan ekonomi yang sesuai untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan dan stabilitas keuangan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan uang dan apa saja jenisnya?
2. Apa saja fungsi uang?
3. Apa yang dimakud permintaan uang?
4. Bagaimana uang beredar?
5. Bagaimana proses penciptaan uang?
6. Bagaimana keseimbangan pasar uang dan kurva LM?
7. Bagaimana kebijakan moneter dan kurva LM?
8. Apa saja Lembaga keuangan perbankan?
9. Apa saja Lembaga keuangan non perbankan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian uang dan apa saja jenisnya.
2. Mengenal tentang fungsi uang.
3. Mempelajari tentang permintaan uang.
4. Mengetahui tentang jumlah uang beredar.
5. Mempelajari proses penciptaan uang.
6. Mengetahui tentang keseimbangan pasar uang dan kurva LM.
7. Mempelajari kebijakan moneter dan kurva LM.
8. Mengetahui tentang Lembaga keuangan perbankan.
9. Mengetahui tentang Lembaga keuangan non perbankan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Uang

Menurut Bank Indonesia (2002) Uang adalah yaitu suatu benda yang dapat ditukarkan
dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat di simpan. Uang
dapat juga digunakan untuk membayar utang di waktu yang akan datang. Menurut
Thamrin dan Abdulah (2014) uang adalah sesuatu yang bisa diterima oleh umum sebagai
alat pembayaran dan sebagai alat tukar-menukar. Pada awalnya uang hanya berfungsi
sebagai alat penukar saja tetapi, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dalam
memenuhi kebutuhan ekonominya, fungsi tersebut telah berkembang dan bertambah
sehingga mempunyai fungsi seperti uang pada saat ini.

Uang memiliki beberapa fungsi seperti yang dikemukakan oleh Thamrin dan Abdulah
(2014:44) yaitu sebagai berikut:

1. Alat Tukar-Menukar
Fungsi alat tukar-menukar didasarkan pada kebutuhan manusia yang mempunyai
barang kebutuhan manusia yang tidak mempunyai barang dimana uang adalah sebagai
perantara di anatara mereka.

2. Satuan Hitung
Uang sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan nilai barang dan jasa yang
diperjual belikan di pasar dan besarnya kekayaan yang bisa dihitung berdasarkan
penentuan harga dari barang tersebut. Uang sebagai satuan hitung masyarakat akan bisa
membedakan kegiatan yang satu dengan yang lainnya, pengambilan keputusan dalam
bidang ekonomi akan bisa menjadi mudah bila ada kesatuan hitung

3. Penimbun Kekayaan

Masyarakat yang memiliki kelebihan uang dari kebutuhankebutuhan yang


diperlukannya, mayarakat akan menyimpan uang tersebut dalam bentuk uang tunai baik
disimpan di rumah maupun pada bank atau pihak-pihak lainnya.

5
4. Standar Pencicilan Utang
Uang digunakan untuk melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan
cepat, dapat meningkatkan usaha perekonomian ataupun usaha-usaha perdagangan
karena dapat dijadikan sebagai alat untuk mengatur pembayaran tersebut.

Menurut Thamrin dan Abdulah (2014:48) terdapat beberapa jenis-jenis uang yaitu
sebagai berikut:

A. Berdasarkan Bahan (Uang Logam Dan Uang Kertas)


a. Standar Emas
Ada kesatuan hitung yang dipergunakan sebagai standar Dimana ada standar
baku emas, baku perak, dan standar kembar.
b. Standar Perak
Standar perak maka mata uang peraklah yang paling diutamakan sebagai alat
penukar, tetapi negara yang menggunakan standar perak mengalami berbagai
kesulitan karena sulitnya diterima secara umum oleh negara lain, tidak seperti
halnya pada standar emas, karena itu standar emas lebih menguntungkan dari pada
standar perak.
c. Standar Kembar
Negara yang menggunakan standar kembar berarti emas dan perak dua-duanya
beredar dalam standar moneter negara tersebut.
d. Full Bodied And Token Money
Uang yang bertanda atau uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai
nominalnya, atau uang yang nilainya sebagai suatu barang untuk tujuan yang
bersifat moneter.

B. Uang Kertas
Uang kertas sekarang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk
melakukan tukar-menukar. Penyebab lebih memilih menggunakan uang kertas
dikarenakan biaya pembuatannya lebih murah dari pada pembuatan uang logam baik
emas maupun perak, sebab kedua karena uang kertas mudah dibawa dari satu tempat
ke tempat lain dan alasan yang ketiga bahwa kebutuhan suatu negara akan uang
bertambah maka kebutuhan tersebut akan mudah dapat dipenuhi karena mudah
diperoleh.

6
C. Uang Giral Dan Near Money
Dalam perkembangan perekonomian uang kertas memilik kelemahan dalam
menyelesaikan transaksi-transaksinya terutama untuk transaksi dalam jumlah yang
besar dimana sejumlah uang kertas harus dibawa-bawa sehingga menimbulkan resiko
tertentu dan tidak praktis. Timbulah kemudian uang giral (giro, rekening koran,
ataupun cek).
Menurut Thamrin dan Abdulah (2014:53) tedapat beberapa faktor yang mempengaruhi
naik atau turunya nilai dari uang. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan dalam
beberapa kategori, yaitu sebagai berikut:
a. Penawaran uang atau disebut juga dengan jumlah uang, berkaitan dengan jumlah
uang yang beredar, yaitu uang kartal dan uang giral
b. Kecepatan peredaran uang atau sering disebut juga dengan permintaan terhadap
uang. Kecepatan peredaran uang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian
terutama perpindahan uang dari satu tempat ke tempat lain atau sering disebut
sebagai arus uang
c. Jumlah barang yang diperdagangkan, berkaitan dengan jumlah uang yang beredar,
yaitu uang kartal dan uang giral.
d. Kecepatan peredaran uang atau sering disebut juga dengan permintaan terhadap
uang. Kecepatan peredaran uang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian
terutama perpindahan uang dari satu tempat ke tempat lain atau sering disebut
sebagai arus uang.
e. Jumlah barang yang diperdagangkan.

2.2 Fungsi Uang


Pada dasarnya uang berfungsi sebagai alat tukar untuk mempermudah transaksi
perdagangan sehingga menjadi murah serta dengan produktivitas yang tinggi guna
mencapai hasil yang maksimal.produktivitas yang tinggi akan dicapai jika ada spesialisasi
disegala bidang, misalnya tenaga kerja, ketrampilan dan keahlian, serta admnistrasi. Tetapi
spesialisasi tidak akan dicapai tanda adanya system pertukaran perdagangan berjalan
lancar. Oleh karena itu uang akan menjadi produktif jika uang merupakan bagian yang
sangat penting dari mekanisme dan proses pertukaran modern dan oleh karena itu akan
memudahkan kegiatan produksi. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian
uang berubah fungsi sebagai alat tukar yang lebih luas lagi. Berbagai macam fungsi yang

7
telah meluas tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa uang memiliki kedudukan yang
semakin penting dan krusial dalam masyarakat.
Uang mulai banyak digunakan dalam masyarakat. Penggunaan uang oleh masyarakat
karena uang memiliki empat fungsi:
1. Uang sebagai alat tukar-menukar (medium of exchange). Dalam sistem pertukaran
barter, uang mensyaratkan adanya double coincidence. Dengan adanya “uang” yang
diterima secara umum sebagai alat tukar, maka syarat double coincidence tersebut
menjadi tidak relevan lagi.
2. Uang sebagai satuan nilai (measure of value). Dalam fungsinya uang sebagai satuan
pengukur nilai, maka setiap barang yang dipertukarkan dapat dinilai dengan satuan
uang tertentu. Uang dipakai untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa
yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar
kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa. Sebagai
alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran barang.
3. Uang sebagai standar atau ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deferred
payments)
4. Uang sebagai alat penyimpan nilai dan kekayaan (store of value dan store of wealth).
Sebagai penyimpan nilai atau kekayaan, uang digunakan untuk mengalihkan daya beli
dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima
sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat
menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa
mendatang.

Sehubungan dengan fungsi-fungsi uang tersebut, maka seseorang yang memegang uang
setidaknya dilandasi tiga motif; yaitu:
1. Motif Transaksi
Adalah dorongan orang memegang untuk kebutuhan transaksi atau pembayaran,
baik yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen ataupun rumah tangga perusahaan.
Bagi rumah tangga konsumen, motif transaksi berkaitan dengan pembayaran
pemakaian listrik, telepon dan belanja harian, sedangkan bagi rumah tangga
perusahaan motif transaksi berhubungan dengan pengeluaran upah atau gaji karyawan
dan pengeluaran pengeluaran perusahaan lainnya. Motif transaksi ini dipengaruhi oleh
besarnya tingkat pendapatan.

8
2. Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
Sesuai dengan fungsinya sebagai alat tukar, maka tujuan seseorang memegang
uang adalah karena kebutuhannya untuk melakukan transaksi. Karena itu, kebutuhan
uang untuk transaksi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Pemikiran ini adalah
pemikiran yang berlandaskan pada pemikiran Ekonom Klasik, walaupun ekonom
penganut Keynes juga tidak menolaknya. Keynes menganalisis teori permintaan uang
Klasik lebih jauh dari sekedar untuk transaksi. Permintaan uang tersebut adalah untuk
berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tak terduga (unexpected need) (Nelson, 2010).
Tersedianya uang di tangan untuk jaga-jaga memberikan rasa aman menghadapi
rekening yang tidak terduga (unexpected bill) misalnya untuk biaya pengobatan dan
perbaikan secara tiba-tiba. Keynes percaya bahwa jumlah permintaan uang untuk
berjaga-jaga pada dasarnya ditentukan oleh tingkat transaksi yang diperkirakan pada
masa yang akan datang. Jenis transaksi ini proporsional dengan pendapatan, oleh
karena itu Keynes memformulasikan permintaan uang untuk jaga-jaga secara
proporsional sama dengan permintaan uang untuk transaksi (Mishkin, 2007).

Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang kas untuk transaksi dan berjaga-jaga,
karena:
a. Transaksi pengeluaran sering kali terjadi lebih dahulu daripada
penerimaan/pendapatannya
b. Penerimaan yang diharapkan tidak jadi diterima
c. Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan menguntungkan untuk dilakukan lebih
dahulu
3. Motif Untuk Spekulasi (Speculative Motive)
Pemikiran ini murni merupakan ide dari Keynes. Tujuan seseorang memegang
uang untuk spekulasi ini sesuai dengan fungsi uang sebagai alat penyimpan nilai dan
kekayaan. Dalam hal ini uang dianggap sebagai aset. Permintaan untuk motif spekulasi
ini terjadi karena adanya faktor ketidakpastian (uncertainty) dan ekspektasi
(expectation) yang mempengaruhi seseorang dalam memegang uang. Dalam
menentukan kebutuhan uang untuk motif spekulasi ini seseorang dipengaruhi oleh
ekspektasi penghasilan masa depan dari berbagai bentuk aset yang
dimungkinkan untuk dimiliki.

9
2.3 Permintaan Uang
Dalam melihat peranan uang bagi perekonomian sebenarnya ada beberapa
pandangan yang berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan klasik berpendapat bahwa
apabila telah mencapai pengerjaan penuh (full employment) uang tidak berperan dalam
perkembangan ekonomi karena pertambahan uang hanya akan mengakibatkan
peningkatan harga yang proporsional dengan pertambahan uang tersebut. Golongan
Keynes mengemukakan bahwa pertambahan uang dalam keadaan perekonomian
menghadapi pengangguran yang relatif besar dapat menggalakkan perekonomian.
Sedangkan golongan monetaris
lebih yakin akan peranan uang dalam perkembangan perekonomian, disamping
menyadari adanya kemungkinan berlakunya kenaikan harga (Sidiq, 2005:32).

a. Teori Permintaan Uang Klasik


Pandangan klasik mengenai faktor yang menentukan permintaan uang dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori kuantitas (quantity theory) dan teori sisa tunai
(cash-balance theory). Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas
uang sebagai berikut (Sukirno, 1955, hlm. 77)
MV=PT
Di mana M adalah penawaran uang, V adalah perputaran uang, P adalah tingkat
harga dan T adalah volume barang yang diperdagangkan dalam suatu tahun tertentu.
Menurut Fisher, nilai V ditentukan oleh kebiasaan pembayaran gaji dan efisiensi
lembaga keuangan. Oleh karena faktor-faktor ini tiak selalu berubah,nilai V relatif
tetap. Pada suatu periode tertentu (misalnya satu tahun), kuantitas barang yang
diperdagangkan T jumlahnya tertentu. Dalam keseimbangan (full employment) nilai
T adalah tetap dan telah mencapai tingkat yang maksimum. Berdasarkan keyakinan
bahwa nilai V dan T adalah tetap, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa
perubahan dalam penawaran uang hanya akan mempengaruhi tingkat harga.
Pandangan klasik yang kedua adalah teori cash balance theory yang dikembangkan
oleh A. Marshall dan A.C Pigou.
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori kuantitas uang, tetapi cara
pendekatannya sangat berbeda. Dalam teori ini tidak menekankan pada hubungan
antara penawaran uang dan tingkat harga. Akan tetapi yang ditekankan adalah
mengenai tujuan masyarakat dalam permintaan uang dan bagaimana faktor ini
menentukan jumlah uang yang diperlukan masyarakat. Marshall berpendapat bahwa

10
tujuan memegang uang adalah untuk membiayai transaksi yang dilakukan.
Seterusnya Pigou menambah alasan lain dari masyarakat memegang uang yaitu
untuk berjaga-jaga. Dengan notasi yang sama formulasi Marshall sebagai berikut:
M=k PT =kY
Dimana: k = 1/V Secara matematis formulasi Marshall sama dengan formulasi
Irving Fisher, namun implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa
individu/masyarakat selalu menginginkan sebagian tertentu dari pendapatannya (Y)
dalam bentuk uang tunai (k). Sehingga kY merupakan keinginan individu/
masyarakat terhadap uang tunai.

b. Teori Permintaan Keynes


Teori permintaan uang dari Keynes merupakan bagian dari teori makro yang di
tuangkan dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money
(Budiono, 1985, hal 27). Pada teori ini Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda
dengan teori permintaan uang tradisi klasik. Perbedaan tersebut terletak pada
penekanan oleh Keynes pada fungsi uang yang lain yaitu sebagai penyimpan
kekayaan (store of value) dan bukan hanya sebagai alat transaksi saja (means of
Exchange) saja. Didalam teorinya Keynes membagi permintaan uang atas tiga motif
yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi.
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga tergantung pada tingkat
pendapatan. Semakin besar pendapatan seseorang atau masyarakat semakin besar
permintaan uang untuk tujuan transaksi. Keynes juga berpendapat permintaan uang
untuk berjagajaga tergantung pada pendapatan berkaitan dengan cadangan untuk
sesuatu hal yang tak terduga. Semakin besar pendapatan seseorang atau masyarakat
maka semakin besar pula cadangan uang tunai untuk hal-hal yang tak terduga.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut Keynes sedang
kaum Klasik tidak sependapat tentang hal tersebut.
Dalam permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga.
Semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh
seseorang atau masyarakat. Alasanya adalah semakin tinggi tingkat bunga, maka
semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat
lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga maka
semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau
masyarakat menyimpan uang tunai.

11
c. Teori Permintaan Uang Friedman
Milton Friedman menyatakan bahwa permintaan atas uang harus dipengaruhi
oleh faktor yang sama yang juga mempengaruhi permintaan untuk aset. Friedman
kemudian mengaplikasikan teori permintaan aset untuk uang. Menurut pandangan
Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor-faktor berikut: tingkat harga, suku
bunga obligasi, suku bunga ‘equities’, modal fisik dan kekayaan
Teori permintaan aset menunjukan bahwa permintaan atas uang seharusnya
merupakan fungsi dari sumber dari yang tersedia pada individu (kekayaan) dan
perkiraan tingkat pengembalian dari aset relatif terhadap perkiraan tingkat
pengembalian pada uang. Seperti Keynes, Friedman mengakui bahwa masyarakat
ingin memegang sejumlah sejumlah tertentu dari saldo uang riil. Dengan alasan ini,
Friedman menyatakan rumus permintaan uang sebagai berikut

𝒎ͩ
= 𝒇(Yₚ,rb, - rm,re - rm, 𝝅ᵉ - rm)
𝑷

Dimana:
𝒎ͩ
= permintaan untuk saldo uang riil
𝑷

Yₚ = permanent income, ukuran kekayaan Friedman


rm = perkiraan tingkat pengembalian atas uang
rb = perkiraan tingkat pengembalian atas obligasi (bonds)
re = perkiraan tingkat pengembalian atas saham (common stock)
𝝅ᵉ = perkiraan laju inflasi

Satu implikasi dari penggunaan konsep pendapatan permanen Friedman sebagai


penentu dari permintaan atas uang adalah bahwa permintaan uang tidak akan banyak
berfluktuasi dengan pergerakan siklus usaha. Seorang dapat memegang beberapa
bentuk kekayaan selain uang, Friedman mengategorikannya kedalam tiga bentuk
aset, yaitu obligasi, saham, dan barang.
Teori permintaan uang Friedman menggunakan pendekatan yang hampir sama
dengan Keynes tetapi tidak menjelaskan secara detail mengenai motif memegang
uang.Sebaliknya Friedman menggunakan teori permintaan aset untuk menunjukan

12
permintaan uang sebagai fungsi dari pendapatan permanen dan perkiraan tingkat
pengembalian atas aset alternatif terhadap perkiraan tingkat pengembalian atas uang.

2.4 Jumlah Uang Beredar


Tokoh aliran Monetaris, yaitu Miton Friendman menekankan bahwa perilaku dalam
pertumbuhan Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi suatu negara,
dan jumlah uang beredar dalam perekonomian akan menentukan laju inflasi dalam jangka
panjang (Ikasari dalam Putra, 2014). Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang
yang berada di tangan masyarakat yang terdiri atas yang uang kartal dan uang giral.
Terdapat dua pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit maupun luas.

A. Jumlah uang beredar dalam arti sempit adalah uang beredar yang hanya terdiri dari
uang kartal dan uang giral (Anas, 2006). Uang kartal adalah uang yang dipergunakan
sebagai alat pembayaran yang sah dalam masyarakat (M1). Uang giral adalah uang
yang beredar dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di kalangan tertentu, tetapi
dapat mempengaruhi jumlah uang beredar (M2) (Solikin, 2002:14).
B. Jumlah uang beredar dalam arti luas meliputi uang kartal, uang giral, dan uang kuasai
(simpanan rupiah dan valuta asing milik penduduk yang semantara waktu kehilangan
fungsinya sebagai alat tukar). Uang kuasai adalah uang yang tidak diedarkan dan terdiri
atas deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik swasta domestik
(Rahardja dan Manurung, 2008:112).

Secara teoritis, jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap nilai uang yang
diimpementasikan pada tingkat harga dan produk. Jika jumlah uang beredar lebih besar
dibandingkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan membawa danpak pada
meningkatnya harga-harga sekaligus berarti nilai uang turun. Sebaliknya, jika jumlah uang
beredar lebih kecil dibandingkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan membawa
akibat pada menurunya tingkat harga. Inilah yang akan kemudian mempengaruhi banyak
atau sedikitnya jumlah uang beredar di masyarakat (Budhi, 2001:2). Menurut teori
preferensi likuiditas yang menyatakan antara suku bunga dengan jumlah uang beredar
mempunyai hubungan yang negatif. Dimana, jika suku bunga mengalami peningkatan,
maka jumlah uang beredar akan menurun, sebaliknya, jika jumlah uang beredar bertambah
maka suku bunga mengalami penurunan.

13
1. Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi
Teori Kuantitas menyatakan bahwa inflasi bisa terjadi kalau ada penambahan
volume uang yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau penambahan
uang giral tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian
seperti, misalnya, kegagalan panen, hanya akan menaikan harga-harga untuk
sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat "bahan-bakar" bagi api inflasi.
Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab-musababnya awal dari kenaikan harga tersebut (Boediono, 1996: 167).

Para ahli ekonomi sepakat untuk menyatakan bahwa umumnya inflasi dipengaruhi
oleh jumlah uang beredar, khususnya jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1).
Relatif rendahnya inflasi di negara-negara maju, tampaknya disebabkan oleh relatif
rendahnya pertambahan jumlah uang beredar, khususnya Ml. Tetapi kontrol jumlah
uang beredar tidak akan efektif jika tidak didukung oleh kelembagaan keuangan yang
sehat dan modern. Lembaga-lembaga inilah yang terus-menerus melakukan inovasi
keuangan, khususnya dalam pengembangan instrumen keuangan dan sistem transaksi,
yang memungkinkan pasar uang bekerja lebih efisien. Bagi pemerintah, khususnya
bank sentral, pasar keuangan yang sudah maju dan efisien ini bermanfaat bagi
efektivitas pelaksanaan kebijakan ekonomi, khususnya kebijakan moneter (Manurung
dan Rahardja, 2004: 46).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar


Dari tahun ke tahun, pendapatan nasional dari semua sektor dapat dikatakan
meningkat. Struktur perekonomian Indonesia sejak tahun 1991 telah bergeser dari
dominasi sektor pertanian ke sektor industi pengolahan. Transformasi ini ditandai oleh
kecenderungan mengecilnya peranan sektor pertanian terhadap Gross Domestic
Product, kecuali pada tahun 1998 dan 1999 dimana peranan sektor pertanian
meningkat. Peningkatan tersebut dikarenakan input bahan baku sektor tersebut tidak
diperoleh dari impor, melainkan berasal dari dalam negeri, sehingga di saat sektor-
sektor lain sangat terpengaruh oleh berfluktuasinya nilai tukar rupiah pada masa krisis
perekonomian, sektor ini dapat bertahan dan cenderung meningkat peranannya dalam
menyumbang jumlah Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

14
Pada tahun 1998, perekonomian Indonesia benar-benar terpuruk. Krisis ekonomi
yang menghantam menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Sektor yang
mengalami pertumbuhan negatif tertinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan
komunikasi sebesar negatif 26,6%. Pertumbuhan negatif sektor ini disumbang oleh
pertumbuhan subsektor bank sebesar negatif 37,9%, sewa bangunan negatif 19,9%,
lembaga keuangan bukan bank negatif 17,2%, dan jasa perusahaan negatif 16,735%.
Sampai tahun 1999, subsektor ini masih mengalami pertumbuhan negatif.
Keterpurukan yang begitu dalam di sektor ini karena memang awal krisis ini
disebabkan adanya penyaluran kredit perbankan yang tidak selektif dan bias pada
kepentingan pemilik bank untuk membesarkan kelompok usahanya dan sektor-sektor
yang diproteksi.

Memasuki tahun 2000, kecenderungan membaiknya perekonomian mulai tampak


walaupun dengan sinyal yang lemah dan rawan. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000
ternyata mencapai 4,8%, melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3%-
4%. Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan
tertinggi tercatat pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 9,4%. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2000 ditopang oleh pengeluaran Pembentukan Modal Tetap
Bruto/PMTB (pengeluaran investasi) yang meningkat sebesar 17,9% dan permintaan
ekspor yang meningkat sebesar 16,1%.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 berkisar antara 3%-4% dan bertumpu pada
pengeluaran PMTB dengan catatan perbankan mulai bisa menyalurkan kredit dalam
jumlah yang memadai. Sumber pertumbuhan lain adalah pengeluaran konsumsi
rumah tangga yang naik akibat mulai membaiknya tingkat pendapatan riil pada tahun
2000, apalagi ditambah dengan kepercayaan konsumen yang terus membaik dengan
telah terbentuknya pemerintahan baru serta stabilitas politik dan keamanan yang
cukup terjaga.

2.5 Proses Penciptaan Uang

Dalam mekanisme penciptaan uang terdapat tiga pelaku dalam proses


mekanismenya, yaitu Otoritas Moneter, Bank Umum, Sektor Swasta Domestik, ketiga
pelaku tersebut saling menjaga keseimbangan supply dan demand. Ketiga pelaku tersebut

15
berinteraksi antara satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga penyediaan
(penawaran) uang oleh otoritas moneter dan bank sesuai dengan kebutuhan (permintaan)
masyarakat akan uang tersebut. Otoritas moneter menciptakan uang kartal, sementara itu
bank umum menciptakan uang giral dan uang kuasi, sedangkan masyarakat akan
menggunakan uang yang diciptakan oleh otoritas moneter dan bank umum untuk
melaksanakan kegiatan ekonomi (Solikin, 2002).

1. Penciptaan Uang Primer Oleh Otoritas Moneter


Bank sentral sebagai pelaksana fungsi otoritas moneter, bank sentral memiliki
wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal (uang kertas dan uang
logam). Dalam praktiknya, bank sentral juga menerima simpana giro bank umum.
Uang kartal dan simpanan cadangan bank umum di bank sentral dinamakan uang
primer atau uang inti (base money) yang disimbolkan dengan MO. Uang primer (MO)
atau uang inti (base money) dikenal pula sebagai "high power money" adalah ukuran
uang yang paling sempit (the narrowest measure of money) didefinisikan sebagai
kewajiban (pasiva) moneter bersih otoritas moneter yang dipegang oleh bank-bank
umum dan masyarakat (Insukindro, 1997).

Definisi uang primer yaitu kartal yang dipegang oleh masyarakat dan bank umum,
ditambah saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan masyarakat di BI,
uang beredar jenis ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
MO = Currency (C) + Reserve (R)
Dimana :
MO: Uang primer
C: Currency (Uang kartal)
R: Reserve (Cadangan)
Di Indonesia, uang primer didefinisikan sebagai kewajiban otoritas moneter
(Bank Indonesia) terhadap sektor swasta domestik dan bank umum, berupa uang
kertas dan uang logam yang berada di luar Bank Indonesia serta simpanan giro bank
umum di Bank Indonesia. Uang beredar dikelompokkan menjadi tiga komponen yaitu
uang primer (M0), uang dalam arti sempit (M1), dan uang arti luas (M2). Sebagaimana
diketahui bahwa semua uang tunai yang dicetak oleh otoritas moneter adalah uang
primer baik yang disimpan oleh masyarakat maupun disimpan di bank-bank umum.

16
Bank Sentral Indonesia dapat menerbitkan uang kartal jenis kertas dan logam
berdasarkan pada faktor-faktor berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi yang ekspansi, keadaan dimana perekonomian negara
sedang memerlukan penambahan jumlah uang yang beredar. Penambahan uang
beredar ini bertujuan untuk menciptakan kondisi moneter yang lebih stabil atau
tetap stabil.
2. Menggantikan uang yang ditarik dari peredaran atau masyarakat, keadaan ini
terkait dengan penerbitan uang baru untuk menggantikan uang yang sudah rusak,
uang yang suda terlalu lama, atau faktor lainnya.n

2. Penciptaan Uang Oleh Bank Umum


Bank Umum merupakan Lembaga keuangan yang dapat menciptakan uang giral,
dan uang kuasi. Menurut Pohan (2008), terjadinya penciptaan uang giral dan kuasi
pada bank umum dapat melalui mekanisme berikut :
1. Mekanisme Substitusi
Penciptaan uang ini terjadi karena nasabah menyimpan uang kartalnya pada
bank umum dalam bentuk rekening tabungan, rekening deposito, rekening giro,
dan rekening koran. Ketika bank menerbitkan rekening- rekening tersebut, secara
otomatis bank tersebut telah menciptakan uang giral dan uang kuasi. Penciptaan
uang giral dan kuasi akan bertambah, namun uang kartal akan berkurang.
2. Meknisme Transformasi
Penciptaan uang terjadi karena bank umum mendiskonto wesel atau membeli
surat berharga dari nasabah dan membukukan nilai wesel yang didiskonto atau
suratberharga yang dibeli tersebut ke dalam rekening tabungan, deposito atau giro
atas nama nasabah.
3. Mekanisme Pemberian Kredit
Pemberian kredit oleh Bank Umum kepada nasabah atau perusahaan, kredit
tersebut dipindah bukukan ke dalam bentuk rekening koran atau rekening giro
nasabah. Terjadi penciptaan uang giral senilai kredit yang diberikan tersebut.

3. Hubungan Uang Primer dengan Uang Beredar


Uang primer (MO) merupakan inti dalam proses penciptaan jumlah uang bererdar
(money supply). Sementara itu, diketahui bahwa bank sentral mampu mengendalikan
uang primer yang berada pada sisi pasiva Neraca Otoritas Moneter. Kemampuan

17
otoritas moneter dalam mengendalikan atau mengontrol jumlah uang beredar sangat
tergantung pada berbagai faktor dan karena bank umum juga mempunyai peranan
dan kemampuan dalam menciptakan uang giral dan uang kuasi. Sementara itu,
jumlah uang beredar juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam
membelanjakan uangnya. Dalam sistem moneter, uang giral diciptakan oleh Bank-
Bank Pencipta Uang Giral (BPUG). BPUG adalah bank-bank yang diperbolehkan
mengeluarkan rekening giro dan melakukan transaksi kliring. Melalui kegiatan
tersebut setiap bank menerima deposito menyalurkan deposito tersebut dalm bentuk
pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Pemberian pinjaman itulah yang dapat
mempengaruhi jumlah uang bererdar. Penciptaan uang giral akan menyebabkan
jumlah uang bererdar akan bertambah deposito itu sendiri. Proses penciptaan uang
dimulai ketika sebuah bank dalam sistem moneter menerima deposito. Bank tersebut
akan menyalurkan depositonya dalam bentuk pinjaman kepada pihak lain. Jika dalam
sistem moneter jumlah bank yang ada tidak terhingga banyaknya, maka proses
penyaluran pinjaman tersebut berlanjut dengan akselerasi tanpa henti dan
menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect).
 Angka Pengganda Uang (Money Multiplier)
"Money Multiplier is ratio of the changes in the quantity of money to the
changes in the monetary base" (Parkin, 1993). Pengertian angka pengganda diatas
sama halnya yang dikemukakan oleh (Mishkin, 2008) yaitu angka pengganda uang
adalah kemampuan uang untuk berubah dalam suatu perubahan didalam uang
primer. Uang primer atau MO merupakan "inti" dalam proses penciptaan uang
beredar. Sementara itu, juga sudah diketahui bahwa bank sentral mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan uang primer yang berada pada sisi pasiva
Neraca Otoritas Moneter. Otoritas moneter tidak dapat sepenuhnya mengendalikan
jumlah uang beredar mengingat kemampuan otoritas moneter dalam mengatur
jumlah uang beredar sangat tergantung pada berbagai faktor dan terutama karena
bank umum juga mempunyai peranan dan kemampuan untuk menciptakan uang
giral dan uang kuasi.

Proses penciptaan uang beredar yang lebih lengkap tentunya harus


mempertimbangkan perilaku bank umum dan masyarakat secara keseluruhan.
Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
MO = C + R (1)

18
M1 = C + D (2)
M2C+D+T (3)
Dimana:
C: Uang Kartal
R: Reserve Requirement
D: Uang Giral
T: Uang Kuasi

2.6 Keseimbangan Pasar Uang Dan Kurva LM


Pasar uang merupakan tempat interaksi antara permintaan uang (L) dan penawaran
uang (M) (Mankiw, 2009). Dalam model LM (Liquidity Money) pada pasar uang yang
dimaksud dengan penawaran uang adalah jumlah uang giral dan uang kartal yang
beredar pada masyarakat dan pemerintah dapat mempengaruhi penawaran uang melalui
kebijakan moneter

Penawaran uang adalah jumlah uang beredar dalam perekonomian yang terdiri atas
uang kartal (C) atau M1 dan uang giral (D) atau M2, sedangkan dengan permintaan
uang (M) adalah jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat pada waktu dan keadaan
tertentu. Dalam bukunya yang berjudul the general theory of employment interest and
money (1936), Keynes berpandangan terdapat tiga motif untuk memegang uang tunai
yaitu:

a. Motif Transaksi (Mt)


Orang memegang uang untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari disebut
sebagai permintaan uang untuk motif transaksi. Factor-faktor yang mempengaruhi :
a. Tinggi/rendah pendapatan seseorang
b. Frekuensi pembayaran upah/gaji

Mt = ½ (Y/365)ϒ atau Mt = f (Y)

Mt : Jumlah uang yang diminta untuk transaksi

Y : Tingkat Disposable Income/tahun

ϒ : Periode bayar/jumlah hari untuk setiap periode bayar

19
b. Motif Berjaga-Jaga (Ma)
Seseorang akan memegang uang tunai untuk berjaga-jada karena adanya
ketidakpastian yang dapat dialaminya. Menurut Keynes, jumlah uang yang dipegang
untuk berjaga-jaga tergantung dari tingkat penghasilnya. Semakin tinggi penghasilan
seseorang maka akan semakin besar pula uang yang dipegangnya untuk tujuan
berjaga-jaga. Besar kecil Ma dipengaruhi oleh:
A. Harapan frekuensi pembayaran upah/gaji
B. Tinggi/rendah pendapatan  hub (+)
C. Tidak terpengaruh oleh tingkat bunga (i)

Karena Ma akhirnya digunakan untuk Mt maka motif (1) dan (2) dapat
disatukan dan dinyatakan dalam persamaan Mt + Ma = M1 = f(Y)

c. Motif Spekulasi (M2)


Masyarakat melakukan kegiatan spekulasi dengan cara membeli produk-produk
investasi di pasar modal. Harapannya agar mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang. Produk-produk investasi yang dibeli masyarakat di antaranya saham,
reksa dana, dan obligasi
Keseimbangan pasar uang terjadi ketika jumlah penawaran uang sama dengan
jumlah permintaan uang. Keseimbangan pasar uang ditunjukkan dengan fungsi LM
yang menyatakan hubungan antara pendapatan (Y) dan tingkat suku bunga (r). Dari
fungsi LM dapat diturunkan kurva LM yang menunjukkan kombinasi antara tingkat
suku bunga dan tingkat pendapat. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka
semakin tinggi permintaan terhadap keseimbangan uang riil dan semakin tinggi
tingkat bunga keseimbangan. Keseimbangan pada pasar uang tercapai saat
permintaan uang sama dengan penawaran uang.
Ms = Md
(M/P) = f(r.Y)
Keseimbangan pasar uang menentukan tingkat bunga keseimbangan. Ketika
jumlah penawaran uang atau jumlah uang beredar bertambah, keseimbangan
berubah dan karena itu tingkat bunga keseimbangan juga berubah.

Pasar uang akan berada dalam keseimbangan apabila penawaran akan uang
(ms) sama dengan permintaan akan uang (md). Dalam analisis keseimbangan di
pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM. Kurva LM adalah

20
tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan pendapatan
nasional (Y), dimana pasar uang dalam keadaan seimbang. Sebagaimana kita
ketahui bahwa penawaran akan uang (Ms) adalah ditentukan oleh pemerintah atau
dinyatakan tetap. Menurut Mankiw perubahan pendapatan akan mempengaruhi
permintaan akan uang. Apabila pendapatan naik, maka expenditure akan mengalami
kenaikan, sehingga masyarakat banyak melakukan transaksi yangg menggunakan
uang. Sehingga, kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan permintaan
akan uang. Hal ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut :
(M/P)d = L (r,Y)

Permintaan akan uang memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga dan
memiliki hubungan positif dengan pendapatan.

Pasar uang (M), jika lebih banyak yang diminta untuk bertransaksi barang dan
jasa yang riil maka akan mengurangi uang tunai. Ketika pendapatan meningkat
(Y), volume transaksi akan meningkat dan lebih banyak yang dibutuhkan sebagai
alat tukar. Terdapat hubungan positif permintaan uang dan pendapatan nasional.
Kenaikan permintaan transaksi uang akan meningkatkan tingkat bunga. Jadi
permintaan uang berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan tetapi
berbanding terbalik dengan tingkat bunga .
Pada kurva diatas terlihat titik keseimbangan pasar uang dimana Y1 bertemu
dengan i1 dengan titik pada T1 kemudian ketika pendapatan meningkat pada Y2
bertemu dengan titik i2 dengan titik keseimbangan T2. Titik T1 dan T2 menjadi
kombinasi untuk menghasilkan kurva LM.

21
2.7 Kebijakan Moneter dan Kurva IS-LM
Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah mempengaruhi situasi ekonomi
makro yang dilaksanakan dengan mempengaruhi pasar uang atau kebijakan moneter bisa
juga diartikan sebagai tindakan pemerintah dalam memengaruhi proses penciptaan dan
supply uang. Dengan mempengaruhi penciptaan uang berarti pemerintah juga
memengaruhi jumlah uang yang beredar. Dengan memengaruhi jumlah uang yang
beredar berarti pemerintah juga memengaruhi tingkat bunga yang berlaku dan
selanjutnya akan berdampak pada agregat demand dan income.

Dengan tindakan pemerintah menambah supply uang, sesuai dengan pertimbangan


kebutuhan ekonomi dan politik, maka kurva LM akan bergeser ke kanan. Dampak
penambahan supply uang ini dapat dilihat pada Gambar. Pada awalnya titik
keseimbangan berada pada E0 dengan uang yang disupply pemerintah sejumlah tertentu
dan dengan tingkat bunga pada i0 dan income Y0. Pemerintah kemudian menaikan
supply uang sehingga kurva LMO bergeser ke kanan menjadi LM1 sehingga tingkat
bunga turun menjadi i1. Penurunan tingkat bunga, akibat penambahan supply uang,

menyebabkan investasi naik sehingga income juga naik. Kenaikan investasi juga
menaikan AD dan kenaikan AD berarti kenaikan income dan output. Besarnya kenaikan
income adalah akibat penambah supply uang adalah sebagai berikut :

Kenaikan supply uang menggeser kurva LM ke kanan. Pasar uang menyesuaikan


dengan cepat sehingga bunga turun ke titik E2. Bunga yang rendah mendorong investasi
naik sehingga pengeluaran dan dan income naik ke Y1. Kenaikan income menyebabkan
bunga naik ke E1.

Sebelum keseimbangan mencapai titik E1 maka lebih dulu keseimbangan adalah pada
titik E2, hal ini karena proses penyesuaian di pasar uang dapat terjadi dengan sangat

22
cepat. Kelebihan supply uang yang terjadi segera diserap oleh publik. Akibatnya harga
obligasi naik dan tingkat bunga turun (ingat permintaan uang berbanding terbalik dengan
tingkat bunga). Karena tingkat bunga turun maka permintaan uang segera naik sehingga
pasar uang segera seimbang pada titik E1. Turunnya bunga mengakibatkan income naik
ke Y1. Besarnya kenaikan income adalah Y0Y1 lebih kecil dari 1/k ∆ M/P, hal ini
disebabkan karena kurva LM tidak tegak sehingga kebijakan moneter kurang efektif. Bila
kurva LM tegak maka penambahan income akan sama dengan 1/k ∆ M/P.

Argumen lain adalah pada titik E2 tersebut terjadi kelebihan permintaan barang (Excess
Demand of Goods) dimana income tinggi tetapi tingkat bunga rendah sehingga
permintaan investasi naik dan permintaan barang juga tinggi. Sebagai respon produsen
menaikan output sehingga income naik. Naiknya income menyebabkan permintaan uang
naik sehingga tingkat bunga kembali naik. Akhirnya titik keseimbangan dicapai pada titik
E1. Secara ringkas proses yang terjadi adalah sebagai berikut, MS ↑ → i ↓ → AD (I atau
C)↑ → Y↑. Keadaan sebaliknya akan terjadi bila terjadi penurunan supply uang, yaitu
tingkat bunga akan naik, agregat demand turun, dan income juga akan turun.

Efektifitas kebijakan moneter tergantung pertama, dari tingkat kemiringan kurva LM.
Bila kurva LM vertical maka semakin besar dampak dari kebijakan moneter terhadap
perubahan income dan sebaliknya bila kurva LM semakin miring maka semakin kurang
efektif kebijakan moneter tersebut karena sangat kecil dampaknya terhadap penambahan
income. Berarti efektifitas kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh factor yang
menentukan kemiringan kurva LM. Kemiringan kurva LM tergantung dengan tingkat
sensitifitas permintaan uang terhadap tingkat bunga (koefisien b pada persamaan 6.5).
Bila permintaan uang sangat sensitive terhadap perubahan bunga (b besar) maka kurva
LM akan miring. Ini berarti bahwa sedikit perubahan tingkat bunga mengakibatkan
penurunan tingkat bunga sehingga pengeluaran investasi akan semakin besar.

Faktor kedua yang mempengaruhi efektifitas kebijakan moneter adalah kemiringan


kurva IS, semakin tegak kurva IS maka semakin tidak efektif kebijakan moneter,
sebaliknya bila kurva IS semakin datar maka kebijakan moneter akan semakin efektif.
Kemiringan kurva IS tergantung dengan tingkat sensifitas investasi terhadap perubahan
tingkat bunga. Bila pengeluaran investasi sangat sensitif terhadap perubahan bunga maka
sedikit perubahan tingkat bunga akan mengakibatkan perubahan investasi yang relative
lebih besar. Dalam keadaan seperti ini maka bentuk kurva IS akan semakin mendatar.

23
Pengeluaran investasi yang sensitive terhadap bunga merupakan indikasi bahwa ekonomi
berada dalam keadaan tidak full employment, artinya masih banyak factor produksi yang
belum dipakai penuh. Bila ekonomi berada dalam keadaan full employment maka
pengeluaran investasi menjadi tidak sensitive terhadap perubahan bunga dan bentuk
kurva IS adalah vertical. Dalam keadaan seperti ini maka bila stok uang ditambah
(kebijakan moneter) maka income tidak akan naik walupun tingkat bunga turun. Keadaan
ini disebabkan karena investasi tidak respon terhadap penurunan bunga.

2.8 Lembaga Keuangan Bank


Lembaga keungan bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menyalurkan jasa dalam pembayaran dan peredaran uang serta pemberian kredit. Istilah
bank yang berasal dari kata Banca memiliki arti sebuah meja yang digunakan penukar
uang di pasar. Pada dasarnya, bank merupakan tempat penyimpanan, penyalur, dan
perantara dalam pembayaran. Berikut ini beberapa fungsi dari lembaga keuangan bank.
1. Tempat Menyimpan Uang
Bank memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan atau menitip uang. Biasanya
bentuk penyimpanan uang ini dibagi dalam beberapa bentuk:
 Rekening koran atau giro
 deposito berjangka
 Tabungan
2. Sebagai Pembeli Atau Penyalur Kredit
Bank juga berfungsi sebagai pembeli dan penyalur kredit. Bank akan memanfaatkan
dana yang disimpan nasabah dengan cara menyalurkan kepada pihak lainnya yang
membutuhkan kredit.
3. Sebagai Perantara Dalam Pembayaran
Bank juga dapat bertindak sebagai penghubung antar nasabah pada saat
melakukan transaksi. Pada saat melakukan transaksi melalui bank, nasabah tidak
melakukan pembayaran secara langsung, tetapi melibatkan pihak bank untuk
menyelesaikan transaksi tersebut.
Selain itu, bank melakukan kegiatan jasa lainnya, seperti pengiriman uang,
pembelian, serta penjualan saham dan valuta asing (valas). Bank juga melakukan
penagihan uang atas nama nasabah.
4. Mencetak Uang

24
Fungsi lainnya dari bank adalah mencetak uang yang digunakan dalam kegiatan
ekonomi sehari-hari. Tentunya uang yang dicetak dalam merupakan uang sah dalam
bentuk rupiah. Sebagai catatan, tanggung jawab pencetakan uang ini menjadi
tanggung jawab bank sentral

2.9 Lembaga Keuangan Non-Bank


Adalah lembaga keuangan yang fungsi dasarnya sebagai pengumpul dan penyalur
dana yang digunakan untuk menunjang perkembangan pasar uang dan pasar modal. Nah,
di bawah ini beberapa fungsi lembaga keuangan bukan bank (LKBB):

1. Menghimpun Dana

Lembaga keuangan nonbank bekerja dengan menghimpun dana yang berasal dari
nasabah dengan mengeluarkan surat-surat berharga. Cara ini terbilang efektif
karena penyimpanan dana dalam bentuk nonuang lebih aman dan efisien. Dengan
adanya penghimpunan dana ini, diharapkan lembaga keuangan nonbank dapat
memberikan bantuan kepada masyarakat.

2. Memberi Kredit

LKBB dapat memberikan kredit dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Kredit memang termasuk dalam kegiatan utama dari lembaga keuangan. Biasanya
kredit ini dibutuhkan para pemilik bisnis untuk mengembangkan usaha yang
dimiliki.

3. Menjadi Perantara Perusahaan Bagi Perusahan-Perusahaan

LKBB bisa menjadi perantara bagi pemilik modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Fungsi LKBB yang satu ini
tentunya membantu perusahaan-perusahaan yang sedang membutuhkan modal
yang dibayar dengan cara kredit.

25
BAB III
KESIMPULAN

Peran uang, lembaga keuangan, dan keseimbangan pasar uang merupakan aspek
fundamental dalam memahami dinamika ekonomi suatu negara. Pertama-tama, peran uang
sebagai media tukar memiliki implikasi yang mendalam terhadap aktivitas ekonomi sehari-
hari. Uang tidak hanya memfasilitasi transaksi dan perdagangan barang serta jasa, tetapi juga
berfungsi sebagai penyimpan nilai dan satuan hitung, yang memberikan landasan bagi evaluasi
nilai ekonomi. Oleh karena itu, pemahaman akan stabilitas nilai uang dan ketersediaan uang
yang memadai sangat penting dalam memastikan kelancaran dan kestabilan aktivitas ekonomi.

Lembaga keuangan memainkan peran sentral dalam mengelola aliran dana dalam
perekonomian. Berbagai lembaga keuangan seperti bank komersial, bank sentral, pasar uang,
dan institusi keuangan non-bank lainnya, menyediakan beragam produk dan layanan keuangan
yang mendukung aktivitas ekonomi. Mereka tidak hanya mempertemukan pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana, tetapi juga membantu dalam alokasi
sumber daya secara efisien dan pengelolaan risiko dalam perekonomian.

Keseimbangan pasar uang menjadi fokus utama dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Keseimbangan ini melibatkan berbagai faktor, termasuk suku bunga, inflasi, likuiditas, dan
kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral. Ketidakseimbangan dalam pasar uang
dapat mengakibatkan volatilitas ekonomi, tingkat inflasi yang tinggi, dan bahkan
ketidakstabilan sistem keuangan secara keseluruhan.

Pemahaman mendalam tentang peran uang, lembaga keuangan, dan keseimbangan pasar
uang menjadi landasan bagi perumusan kebijakan ekonomi yang efektif. Dengan menggali
lebih dalam tentang dinamika dan interaksi ketiga elemen ini, pemerintah dan regulator
keuangan dapat merancang strategi yang tepat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, stabilitas keuangan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu, penelitian dan analisis terus-menerus tentang topik ini sangat penting bagi
pengembangan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mishkin, F. S. (1992). Anatomy of a Financial Crisis. Journal of Evolutionary Economics,


2(2), 115-130.

Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., & Levine, R. (2000). A New Database on Financial
Development and Structure. The World Bank Economic Review, 14(3), 597-605.

Demirgüç-Kunt, A., & Maksimovic, V. (1998). Law, Finance, and Firm Growth. Journal of
Finance, 53(6), 2107-2137.

Mishkin, F. S., & White, E. N. (2003). Anatomy of a Financial Crisis: A Macroeconomic


Analysis. Journal of Monetary Economics, 50(5), 871-888.

Levine, R. (1997). Financial Development and Economic Growth: Views and Agenda.
Journal of Economic Literature, 35(2), 688-726.

Luwihadi, N. L. G. A., & Arka, S. (2017). Determinan Jumlah Uang Beredar dan Tingkat
Inflasi di Indonesia Periode 1984-2014. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 6(4), 539-560

27

Anda mungkin juga menyukai