Anda di halaman 1dari 29

MASJID; Sentra Ekonomi Umat sebagai Optimalisasi

Pengelolaan Filantropi Islam (ZISWAF) Berbasis Masjid

Disusun oleh:

Alfi Wahdatul Ilmi

Sheilla Agnur Fitria Hidayatullah

Nurul Dwi Hastuti

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

TEMU ILMIAH REGIONAL (TEMILREG)

FoSSEI JATIM

2020

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Alfi Wahdatul Ilmi

Tempat & Tanggal lahir : Tasikmalaya, 25 Maret 1999

Alamat Tempat Tinggal : Universitas Darussalam Gontor Kampus Mantingan


Ds. Sambirejo Kec. Mantingan Kab.Ngawi

Alamat Email : Alfiilmi25@gmail.com

HP : 081328395852

Judul Ide/ Tulisan : MASJID; Sentra Ekonomi Umat sebagai


Optimalisasi Pengelolaan Filantropi Islam
(ZISWAF) Berbasis Masjid

Dengan ini saya menyatakan bahwa ide/tulisan yang saya sertakan dalam
lomba LKTI TEMILREG FoSSEI JATIM 2020 adalah benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan karya orang lain dan belum perah diikutkan dalam segala
bentuk perlombaan serta belum pernah dimuat dimanapun.

Apabila dikemudian hari ternyata saya tidak sesuai dengan pernyataan ini,
maka secara otomatis ide/tulisan saya dianggap gugur. Demikian pernyataan ini
dibuat dengan sebenarnya.

Ngawi, 3 Februari 2020

Yang menyatakan Ketua TIM

(Alfi Wahdatul Ilmi)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin, dengan penuh rasa syukur atas kehadirat


Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, atas segala rahmat, hidayah
dan kasih sayang-Nya yang mana dengan rahmat-Nya dan Inayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Karya Tulis kami yang berjudul “MASJID; Sentra Ekonomi Umat
sebagai Optimalisasi Pengelolaan Filantropi Islam (ZISWAF) Berbasis Masjid”.
Sholawat serta salam tak lupa tetap tercurahkan kepada baginda Rasulillah SAW
yang telah membawa kita pada zaman yang penuh dengan khazanah dan
pendidikan.

Dalam karya Tulis menulis ini penulis akan memaparkan penjelasan


mengenai pentingnya pemberdayaan perekonomian umat berbasis masjid, demi
terwujudnya cita-cita, kesejahteraan, kemakmuran dan memajukan pereknomian
bangsa. Dengan dukungan dan doa dari para dosen dan teman-teman sekalian,
semoga hasil karya tulis yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Amin.

Mantingan, 28 Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ................................... ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. v
ABSTRAK.......................................................................................................... 1
BAB I .................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.1.1 Masjid pusat dakwah dan peradaban islam ........................................... 2
1.1.2 Keberadaan Masjid di Indonesia........................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................ 5
TINJAUAN TEORI ........................................................................................... 5
BAB III ............................................................................................................... 8
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 8
BAB IV ............................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ................................................................................................. 9
5.1 Pengelolaan (Fundrising dan Distribusi) dana masjid .................................. 9
5.2 Fundrising (Pengumpulan Dana) ZISWAF Masjid.................................... 10
5.3 Metode Fundrising ................................................................................... 10
5.4 Distribusi Dana ZISWAF ......................................................................... 11
5.5 Perbedaan Mendasar Sedekah, Infak, Zakat dan Wakaq............................ 16
BAB V............................................................................................................... 22
PENUTUP ........................................................................................................ 22

iv
DAFTAR BAGAN

Gambar 1.1 Skema pengelolaan Pembendaharaan Masjid………………… 15


Gambar 1.2 Diagram Venn ZISWAF……………………………………… 21

v
MASJID; Sentra Ekonomi Umat sebagai Optimalisasi
Pengelolaan Filantropi Islam (ZISWAF) Berbasis Masjid

Alfi Wahdatul Ilmi, KSEI UNIDA


Sheilla Agnur Fitria Hidayatullah, KSEI UNIDA
Nurul Dwi Hastuti, KSEI UNIDA

ABSTRAK
Fungsi masjid di zaman Rasulullah sangatlah kompleks dan bervariasi. Dimana masjid
menjadi sumber atau poros dari peradaban, namun nyatanya dewasa kini fungsi masjid
terlalu berdimensi duniawi sehingga peran-peran masjid pada masa kini bisa dikatakan
sangatlah jauh dengan apa yang telah ada pada zaman Rasulullah SAW pada masa awal
persebaran Islam. Banyak masjid-masjid megah berdiri di Indonesia tercatat terdapat
242.823 masjid dengan beragam fasilitas dan kemewahan, namun hal ini berbanding
terbalik dengan kondisi perekonomian dari para jamaah masjid yang bisa dikatakan jauh
dikatakan dari kata mampu. Oleh karenanya untuk mencerminkan bentuk perhatian khusus
penulis terhadap pemberdayaan ekonomi umat melalui penelitian yang dilakukan dengan
judul “Masjid; Sentra Ekonomi Umat sebagai Optimalisasi Pengelolaan Filantropi Islam
(ZISWAF) Berbasis Masjid” demi tercapainya tujuan dan cita-cita seluruh Bangsa
Indonesia berdasarkan pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, pemberdayaan ekonomi
masyarakat berbasis masjid adalah wujud dari reaktualisasi peran masjid dari tafsir
tekstual masyarakat selama ini. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif melalui wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dan juga studi literature
yang dilakukan oleh penulis. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya profesionalisme
pengelolaan masjid dan pentingnya mengelola komunikasi yang efektif baik dengan
jama’ah maupun stakeholder yang lain. Penelitian ini memperkaya kajian tentang
pengembangan masyarakat Islam khususnya dalam pemberdayaan masyarakat berbasis
masjid. Khususnya dalam pentingnya pengelolaan pembendaharaan masjid sebagai pusat
kemakmuran umat dengan pengelolaan (Fundrising dan Distribusi) dana masjid melalui
metode-metode yang telah ada hingga dana tersebut dapat teralokasikan dengan distribusi
ZISWAF yang mencakup berbagai program, seperti: keagamaan, pemeliharaan sarana
dan prasarana, social, pendidikan dan tentunya penekanan pada program pemberdayaan
ekonomi umat.
Katakunci: Masjid, ZISWAF, Fundrising, Distribusi.

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Masjid pusat dakwah dan peradaban islam

Masjid merupakan kata benda yang menunjukkan tempat (dharf


makan) yan kata dasarnya adalah sajada (‫ )ﺳﺠﺪ‬yang berati tempat sujud.
Meskipun ismu makan dalam bahasa arab selalu berfatkhah/ ( ‫ ﻣﺴﺠﺪ‬dibaca
masjad) namun arti kata masjid dan masjadsama yaitu tempat sujud1. Pada
kamus besar bahasa indonesia, masjid diartikan sebagai rumah atau atau
bangunan tempat bersembahyang orang islam2. Bila dilihat dari asli
katanya, masjid adalah tempat sujud yang berarti patuh , taat serta tunduk
dengan penuh hormat dan takzim3karena asal masid mengandung kepauhan
kepatuhan kepada Allah SWT semata, sebagaimana yang disebutkan dalam
al qur’an surah al-jin ayat 18 yang berbunyi: “dan sesungguhnya masjid
masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah
seorang didalamnya disamping (menyembah )Allah”(QS, Al-jin:18).4
Kata “masjid” terulang sebanyak 28 kali didalam al-Qur’an.5 Masjid
adalah rumah Allah dimuka bumi. Jika ingin mencari surga dunia yang
sesungguhnya, maka dirumah Allah itulah akan menemukan kepingan
surga. Ibarat sebuah perjalanan, maka dirumah Allah itulah, tapak-tapak
perjalanan seorang hamba Allah menuju surga-Nya yang akiki setelah
kebangkitan.6
Secara istilah masjid dimaknai sebagai bangunan yang didirikan
serta diyakini memiliki keutamaan-keutamaan tertentu, khusus untuk
mendirikan sholat secara berjamaah dan sholat jum’at serta aktivitas

1
(HR. Bukhori no .323)
2
Mufti Afif, Andi triyawan dan Royyan Romdhoni,(2017) pemberdayaan Ekonomi
berbasis masjid dan manajemen ketakmiran pada masjid an nur dan FORSIMAL, jurnal Ekonomi
islam , Vol.3 No.1, juni hal 119
3
Ahmad warson Al Munawwir, kamus Arab indonesia (surabya:pustaka progesif,2002)
p.610
4
Departemen agama RI, al hidayah al qur’an tafsir perkata tajwid kode angka.(banten
:kalim, tanpa tahun)p.574
5
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an/Masjid http;//media.isnet/org/,p.1
6
Wahid bin Abdissalam, 90 kesalahan dalam mesjid, (pustaka al-Kautsar,2002)p.ix

2
keagamaan lainnya.7 Di Indonesia sendiri masjid diartikan rumah atau
bangunan dipergunakan untuk mengerjaka sholat, baik untuk sholat 5 waktu
atau sholat rawatib ataupun sholat jum’at atau sholat ‘Idain (Idul fitri dan
Idul Adha) disetiap kabupaten atau kecamatan.8
Masjid dikatakan sebagai kepingan surga yang ada didunia karena
masjid merupakan tempat peribadatan muslim yang mana dijaman
Rasullulah banyak memberikan kontribusi bagi umat Islam, baik secara
lahir maupun batin. Terhadap perkenomian dan kemajuan Islam, mesjid
memiliki banyak fungsi dan peran terhadap masyarakat, diantaranya: masjid
sebagai pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh, masjid sebagai tempat
pendidikan, masjis sebagai tempat pembinaan umat dan berbagai saran-
sarana lainnya.

1.1.2 Keberadaan Masjid di Indonesia

Indonesia merupakan negara mayoritas muslim dengan jumlah


persentasi 85%,9 sehingga dari jumlah tersebut dapat dilihat di Indonesia
terdapat banyak masjid yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk
memberdayakan manusia. Data statistik BPS hingga saat ini belum pernah
melaporkan jumlah dan perkembangan tempat-tempat peribadatan
diIndonesia, namun pada tahun 2014 (sebagai mana dilansir oleh republika
online) Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang diketuai Jusuf kalla mensurvei
jumlah masjid dan musholla yang mencapai 700 ribu bangunan, dan pada
tahun 2017 dilaporkan jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu
bangunan,10 itupun diluar-luar mushollah-mushollah pada lembaga
pendidikan dan perkantoran.
Jumlah masjid lebih banyak tersebar di Negeri ini dibandingkan
dengan jumlah lembaga-lembaga filantropi Islam seperti lembaga zakat dan
lembaga wakaf. Artinya bahwa tingkat efisiensi dan efektifitas masjid

7
Ibid, hlm 10
8
Aboe Bakar, (1955). Sejarah Mesjid dan Amal Ibadah lainnya, Jakarta, Adil, hlm,3
9
Republika, persentasi umat islam di Indonesia, dalam situs
http://Nasional.Republika.Co.id/diakses 20 November 2016, pada pukul 12.56
10
http://Republika.co.id/berita /koran/Khazanah-koran/14/10/01/ncrd0i33-dni-bentuk-tim-
survei-masjid, diakses pada 3 februari 2018 pukul 16.03 WIB.

3
maupun musholla sangatlah tinggiguna meningkatkan taraf hidup
masyarakat menjadi lebih baik dan semakin sejahtera baik secara lahir
maupun batin. Sentral pembiaan jasmani dan rohani telah tersebar ke
seluruh daerah, bahkan sampai pelosok dengan demikian tercapai
pemerataan yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengelolaan pembendaharaan di masjid?
b. Bagaimana metode fundrising (pengumpulan dana) ZISWAF di masjid?
c. Bagaimana pendistribusian dana ZISWAF?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui bahwa


tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengetahui dan menganalisa pengelolaan dana pembendaharaan di masjid.
b. Mengetahui fundrising (pengumpulan dana) ZISWAF di masjid dan
pengelolaannya secara produktif.
c. Mencanangkan terobosan-terobosan untuk pendistribusian dana ZISWAF
di masjid agar mampu dirasakan oleh segala lapisan masyarakat dengan
efisien.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

Masjid merupakan pusat dakwah, sebagai tempat untuk menyejukkan hati,


pembersih dari perilaku maksiat dan juga sebagai pusat persebaran agama Islam.
Masjid sebagia sumber penyebaran agama Islam dan pemberdayaan lingkungan;
yaitu menyeru pada ketakwaan, penyerahan diri kepada Allah Sang Pemilik segala
urusan, menunaikan zakat, mengingatkan akan urusan dunia dan mengingatkan
manusia akan bahaya yang dihadapi pada hari pembalasan.

Masjid juga sebagai sarana untuk membangun karakter manusia menjadi


khusyuk dan tunduk kepada Allah ta’ala, tidak takut akan ancaman kemiskinan
ataupun kehilangan kepercayaan dari manusia. Berawal dari Masjid Al-Haram yang
ada di Mekah dakwah Islam mulai digaungkan oleh Rasulullah SAW dengan penuh
keikhlasan, tekun dan kekuatan yang dalam menghadapi berbagai kebencian dan
siksaan dari kaum-kaum pembesar Arab yang juga merupakan orang terdekat
beliau,11 termasuk paman beliau sendiri Abu Lahab yang namanya terabadikan
dalam surat Al-Lahab karena begitu besar usaha beliau menghalang-halangi
dakwah Rasulullah. Perjuangan (jihad) umat Islam kokoh kala itu didasari oleh jiwa
yang bersandarkan pada masjid; baik perjuangan dalam aspek politik, budaya,
ekonomi, taktik perang dan lain sebagainya.

Peran masjid dalam menegakkan panji persatuan dan kesatuan umat muslim
sangatlah signifikan, terbukti ketika umat muslim sedang menjalankan i’tikaf,
shalat ataupun ibadah lainnya di dalam masjid atau haji di masjidil haram, mereka
tidak membedakan warna kulit, ras, keturunan, bangsa dan lain sebagainya. Pada
saat itu mereka menyatu dalam kesatuan yang utuh tanpa adanya perbedaan
sedikitpun, yaitu seperti saudara yang satu sama lain diibaratkan satu tubuh.
Rasulullah SAW bersabda:

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan


menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit,

11
Sholih bin Nashir al-Khuzayim, Hal.20

5
maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut
merasakan sakitnya)”12

Selanjutnya, Rasulullah Saw memfungsikan masjid sebagai tempat dakwah


dan pengembagan sumber daya ekonomi umat muslim. Setiap jama’ah dalam
membangun masjid berorientasi untuk melakukan dakwah dan sekaligus
memberdayakan ekonomi jama’ah dan masyarakat yang ada disekitar masjid.13da
hal itu dirasakan betul oleh masyarakat secara luas sehingga masyarakat menjadi
cinta dengan masjid14

Peran masjid sebagai sarana dakwah di negara Mesir sangat berarti bagi
kelompok Masyarakat, terutama pada era modern setelah terbentuknya kementrian
wakaf yang salah satu tugasnya adalah memantau kondisi harta wakaf serta
pemeliharaannya. Masjid tidak hanya dimanfaatkan pada dua kegiatan saja yaitu
shalat dan belajar –mengajar, tetapi lebih dari itu masjid dikembangkan menjadi
pusat peradaban suatu masyarakat yang notabe mayoritas muslim sebagaimana
telah teraplikasikan pada jaman keyaan islam di bawah panji Rasululah Saw dan
para sahabat.15masjid sebagai tpusat kebudayaan dan kemasyarakat seperti
halnya(di bagian dari masjid ) dibangun sebuah ruang untuk acara pernikahan kaum
muslimin, atau diberikan ruang tambahan bagi pengunjung non muslim yang
barang kali hendak mengetahui ajaran islam, diberikan ruang perpustakaan beserta
kajian kita turats ruang belajar dan mengajar.16 Dan bahkan didirikan bangunan
dilingkungan masjid balai pengobatan masyarakat, dengan demikian peran masjid
di samping sebagai dakwah islam melalui nilai rohani juga dakwah kesehatan
jasmani.

Masjid harus menjadi cermin budaya Islam, yaitu terjaga kebersihannya


meskipun sudah terdapat banyak aktivtas didalamnya.Maksud kebersihan di sini

12
(HR. Muslim no. 4685)
13
Dalmeri, Revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat EkonomiDan Dakwah Multukultural,
Walisongo,(vol.22, No 2, November2014) H.322
14
Yani, Ahmad, Menuju Masjid Ideal, cet.1 (jakarta:LP2SI Haramain,200) H.14
15
Husain muknis,(1981), al masaji, sisilah kutub tsaqafiyahsyahriyah,’Alam ma’rifah
kuwait, hal 308
16
Hasil pengamatan penulis atas fenomena masjid Rabi’ah adwiyah ,Rab’ah .Kairo-
Mesir,2009

6
adalah kebersihan fisik ataupun jiwa. Lingkungan masjid selalu nampak bersih,
selanjutnya pengelola masjid juga memiliki hati yang bersih. Karena bagaimanapun
juga pengelolaan masjid selalu berhubungan dengan keuangan untuk pemeliharaan
sarana prasarana masjid ataupun masyarakat lingkungan. Dana pemeliharaan
masjid diperoleh dari donatur (notabene jam’ah) yang menginfaqkan atau
mensedekahkan sebagai harta untuk kepentingan umat.17

17
Husain Muknis (1981), al masaji, sisilah kutub tsaqafiyahsyahriyah…, Hal. 309

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Deskriptif merupakan tujuan penelitian untuk memberikan


penjelasan mengenai suatu permasalahan sosial yang menjadi objek penelitian.
Pada penelitian jenis ini umumnya mendeskripsikan suatu permasalahan
berdasarkan beberapa indikator yang dijadikan dasar penentuan adanya
permasalahan atau tidak. Metode ini memiliki sebuah tujuan untuk bisa
mengumpulkan data secara detail, mendalam dan juga actual. Di dalam sebuah
penelitian biasanya akan dijelaskan mengenai gejala-gejala yang sudah ada
misalnya tentang masalah serta meneliti kondisi yang tetap berlaku. Penelitian ini
juga menjadi perbandingan tentang apa yang bisa dilakukan untuk menentukan
sebuah solusi dalam menghadapi sebuah permasalahan.

Metode Penelitian Kualitatif merupakan riset yang bersifat penjelasan dan


menggunakan analisis. Dalam metode ini, proses penelitian lebih diperlihatkan dan
landasan teori yang digunakan juga lebih fokus. Penelitian ini lebih subjektif jika
dibandingkan dengan penelitian kuantitatif.

Penelitian ini juga menggunakan metode Studi Literatur yaitu penelitian


yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan melakukan pencarian terhadap berbagai
sumber tertulis dalam berbagai bentuk, baik berupa buku-buku, arsip, majalah,
artikel dan jurnal, atau bahkan pada dokumen-dokumen yang relevan dengan
permasalahan yang dikaji. Sehingga informasi yang didapat dari studi kepustakaan
mampu dijadikan sebagai rujukan untuk memperkuat argumentasi yang telah ada
sehingga akan memunculkan solusi atas permasalahan pada penelitian ini dengan
melakukan analisis dari permasalahan yang ada.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan (Fundrising dan Distribusi) dana masjid

Masjid sebagai institusi yang di dalamnya terdapat sekelompok orang


(kaum muslimin) yang memakmurkannya, maka secara otomatis akan selalu
berhubungan dengan keuangan. Keuangan yan ada dalam masjid disamping
berfungsi sebagai sumber dana pemeliharaan gedung serta penunjang sarana
dan prasarana, juga difungsikan sebagai sarana pengembangan dakwah; yaitu
penyebaran syi’ar Islam.

Takmir masjid sangat diharapkan memiliki program-program yang


mampu memberdayakan ekonomi umat (jama’ah) yang mana bersinergi
dengan kebijakan dan langkah upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan
oleh pemerintah. Diantara program-program yang telah dicanangkan adalah
dengan pemanfaatan dana ZISWAF untuk medorong jama’ah mampu
memiliki usaha yang bersifat mandiri sehingga mampu menjadi donatur yang
bermanfaat baik bagi lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar
masjid.18

Ta’mir masjid setidaknya menyalurkan dana umat pada tiga aspek


dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: religi, sosial dan ekonomi.
Pemberdayaan religi bertujuan untuk menghadirkan ketenangan dalam
beribadah bagi semua jama’ah. Pemberdayaan sosial berupa pengadaan acara
bakti sosial dan aktivitas kesehatan di masjid. Selain itu juga perlu adanya
pemberdayaan ekonomi yang membantu jama’ah untuk menjadi penduduk
yang mapan.19

18
Kholid, Abdul. Pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah untuk pemberdayaan masyarakat
miskin di kota Semarang, Jurnal Riptek, (Vol. 6., No. 1 2012) Hal. 39-47
19
Hidayat, Wahyu, Panca. Sosial Capital: strategy of ta’mir of Jogokariyan Mosque on
Developing the Worshipers. International Journal of Nusantara Islam (Vol.3, No. 2, 2015) Hal. 79-
86

9
5.2 Fundrising (Pengumpulan Dana) ZISWAF Masjid

Pengelolaan dana ZISWAF memang lebih tepat jika disentralkan pada


masjid-masjid yang tersebar di Indonesia saat ini. Disadari ataupun tidak,
masjid pasti memiliki komunitas muslim di sekitarnya (valid jumlah
kuantitasnya), dan merekalah yang memakmurkannya. Jika setiap masjid dan
musholla dijadikan sebagai sarana yang memakmurkan masyarakat dalam
bidang ekonomi, niscaya pemerataan perekonomian akan tercapai.

Karena dan yang mereka kumpulkan berupa ZISWAF manfaatnya


kembali pada mereka sendiri. Lain halnya dengan pajak, yang terkumpul
dalam satu wadah serta terpusat pada satu tempat, yaitu Ibu Kota Negara;
maka yang pertama kali mengalami kemakmuran adalah wilayah yang paling
dekat dengan pusat perpajakan, dan kemudian melebar ke wilayah yang agak
jauh dan terus meluas hingga berakhir pada titik wilayah terjauh yaitu wilayah
perbatasan –Sabang dan Merauke.

5.3 Metode Fundrising

Metode fundrising (penghimpunan dana) bisa dilakukan dengan


berbagai metode; mengoptimalkan kotak-kotak di lingkungan masjid seperti
kotak infaq keliling saat sholat jum’at atau saat pengajian rutin berlangsung,
kotak parkir kendaraan jama’ah baik roda dua maupun roda empat, kotak
kebersihan toilet dan mengoptimalkan pengambilan harta zakat maal atau
wakaf dengan metode menjemput “bola”20 atau mendatangi dari rumah ke
rumah jama’ah yang menyatakan bahwa dirinya mampu dan sanggup menjadi
muzakki atau sebagai wakif tetap. Ta’mir masjid pada bagian keuangan sering
kali mengingatkan jamaahnya dalam rangka sosialisasi akan pentingnya
berderma untuk kehidupan sosial duniawi dan kehidupan setelah kematian.
Disisi lain pengelolaan dana ZISWAF dapat dilakukan dengan cara
yang lebih produktif, yaitu dengan membentuk unit-unti usaha disekitar

20
Jauhar Firdaus, 2010, Analisis strategi penghimpunan wakaf uang tunai: Studi kasus
Badan Wakaf uang tunai Manjelis Ulama Indonesia Yogyakarta, Abstrak Tesis yang diterbitkan
pada:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitianDetail&act=view
&typ=html&buku_id=47155

10
lingkungan masjid yang kondusif dengan jadwal sholat fardhu (tutup
pelayanan konsumen saat waktu shalat berjamaah), atau dengan cara
berkongsi dengan jamaah yang diyakini sukses dalam usahanya, atau
berinvestasi melalui Lembaga Keuangan Islam secara deposito atau dengan
metode lain yang terhindar dari transaksi yang mengandung ribawi, maisir
dan gharar.

5.4 Distribusi Dana ZISWAF

Pendistribuasian dana ZISWAF pada institusi masjid dirasa lebih


fleksibel dan mengena pada sasaran. Bagaimana tidak, sasaran utama dari
pemanfaatan ZISWAF tersebut adalah jamaah yang senantiasa
memakmurkan masjid atau musholla yang notabenenya tinggal di
lingkungan sekitar masjid ataupun musholla. Pemanfaatan dana ZISWAF
dapat didistribusikan pada kegiatan keagamaan, pemeliharaan sarana-
prasarana, pemberdayaan ekonomi dna kegiatan sosial.
Adapun alokasi distribusi ZISWAF meliputi kegiatan-kegiatan
berikut:
a. Program keagamaan
Pemberdayaan ini adalah hal pertama yang menjadi misi para Rasul dan
Nabi, yaitu dengan menegakkan ajaran agama Islam sebagai agama tauhid.
Seperti yang kita ketahui, kehidupan umat manusia secara universal
sebelum diutusnya Rasul sebagai nabi berada dalam kegelapan aqidah.21
Konsep pemberdayaan agama ini disebut sebagai dakwah walaupun dakwah
dapat juga diartikan secara umum. Konsep ini lahir dibarengi dengan
lahirnya konsep tauhid.22
Tujuan dari dakwah adalah mengajak manusia kepada Allah melauli
aktivitas yang dilakukan melalui hikmah dan nasihat yang baik, sehingga
manusia mengingkari thagut dan beriman kepada Allah.23 Maka dengan

21
Effendy, M.Fuad, Ahmad Fuad, Sejarah Peradaban Arab dan Islam: Buku 1 Cet. 2
(Malang: Misykat Indonesia, 2014) Hal.116
ّ ‫ الحاضر دارال‬,‫ الﺪعوة اﻹﺳﻼﻣية في القرن‬,‫ ﻣحمﺪ‬,‫ الغزالي‬22
7 ‫ ص‬,‫شروق‬
23
Prayitno, Irwan, Kepribadian Dai: Bahan Panduan bagi Dai dan Murobbi. Cet. Januari
2005. (Jakarta: Mitra Grafika, 2005) Hal. 425

11
terciptanya kesadaran keagamaan yang baik, manusia akan mempunyai
pegangan dan tuntunan hidup dalam aktivitas hariannya. Alokasi pendanaan
keagamaan ini meliputi; biaya transport untuk khotib sholat jum’at dan
pemateri kajian-kajian keilmuwan, agenda hari-hari besar keagamaan,
pelatihan-pelatihan atau kesenian (kaligrafi, qashidah, qiraat, dan
kepemimpinan) dan lain-lain.
b. Program Pemeliharaan sarana dan prasarana
Pemeliharaan sarana dan prasarana menjadi penting dan selalu
dilestarikan demi kenyamanan serat kepuasan jamaah yang menikmati
masjid atau musholla. Kepuasan merekaakan mendorong untuk dating
kembali bahkan mengajak saudara-saudara lainnya untuk dating dan
meramaikan rumah Allah tersebut. Kebersihan lingkungan dan kamar
mandi serta tempat wudhu merupakan cerminan kebersihan masjid.
Adapun alokasi biaya pada program ini meliputi; biaya kelengkapan
fasilitas (karpet, pewangi ruangan, Al-Qur’an dan kitab-kitab keislaman,
dll), kebersihan masjid, dan lingkungan (termasuk kamar mandi atau toilet),
keamanan, biaya renovasi dan pengadaan kelengkapan sarana shalat dan
kenyamanan jamaah.
c. Program Sosial
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup kecuali dengan
sosialisasi terhadap sesama. Pemberdayaan social menjadi upaya untuk
mengatur kesatuan dalam keanekaragaman di suatu kelompok. Dengan
program pemberdayaan social ini diharapkan menjadi sarana pemersatu
kaum muslimin (dengan bermacam-macam madzhab fiqih da organisasi
masyarakat) yang makmur sehingga terbentuk keadilan yang tinggi dan rasa
social serta solidaritas.
Rasulullah telah mencontohkan system Muakhah dengan menyatakan
kaum muhajiron dan anshor. Kaum anshor melakukan pengorbanan yang
sangat mulia untuk muhajirin.24 Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

24
Al-Umari, Akram bin Dhiya’, Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman
Nabi, Hal: 80

12
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
sebelum mereka, mereke ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka.
Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka; dan mereka mengutamakan, atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang
terpelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.25
Lebih jauh lagi, Nabi Muhammad SAW meletakkan dasar-dasar
konstitusi negara dengan menyatukan dua kaum yang selalu bersbrangan
saat itu, yaitu muslim dengan non-muslim di Madinah. Perjanjian-perjanjian
tersebut diresmikan dengan nama Piagam Madinah, yang biasanya disebut
sebagai konstitusi pertama di dunia.26
Alokasi dana ZISWAF ini dapat didistribusikan dalam bentuk
kegiatan bentuk kegiatan social yang meliputi; bantuan langsung harta zakat
maal (hasil panen dan ternak), bantuan langsung berupa sembako (bagi
kaum duafa'), bantuan berupa uang bagi yang memerlukan, bantuan biaya
kesehatan dan beasiswa generasi kaum muslimin yang tidak mampu.
d. Program Pendidikan
Pemberdayaan pendidikan ini bertujuan untuk menjaga akal yang
menjadi salah satu tujuan syariah. Sejak wahyu pertama diturunkan dengan
program iqra’, pendidikan Islam praktis telah lahir, berkembang dan eksis
dalam kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses pendidikan yang
melibatkan dan menghadirkan Tuhan.27 Pendekatan program ini diharapkan
dapat menimbulkan pertumbuhan yag seimbang dari kepribadian total
manusia melalui latihan spirituak, intelektual, rasional diri, perasaan, dan
kepekaan tubuh manusia, oleh karena itu pendidikan seharusnya memenuhi
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual,
imajinatif, fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individual maupun secar

9 ‫ ﺳورة الحشر اﻻية‬25


26
Fatah, Abdul. Kewarganegaraan dalam Islam-Tafsir Baru tentang Konsep Umat,
(Surabaya: LPAM, 2004) hal. 30
27
Roqib, Muhammad, ilmu pendidikan islam: pengembangan pendidikan integrative di
sekolah, keluarga dan masyarakat, cet. 1 (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009) hal.19

13
kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mecapai kebaikan dan
kesempurnaan.28
Alokasi dana ZISWAF pada program ini dapat dimanfaatkan untuk:
program pendidikan generasi dari tingkat PAUD, TK, remaja dan keluarga
baru nikah. Dengan pendekatan pendidikan yang sesuai tujuan dan sasaran
tingkat kelas. Dan termasuk biaya pendidikan bagi siswa berprestasi bagi
generasi jamaah.
e. Program Pemberdayaan Ekonomi Umat
Pemberdayaan ekonoi merupakan aspek paling banyak dibahas oleh
ilmuan era modern ini. Hal itu lantataran anggapan bahwa permasalahn
ekonomi menjadi penyebab utama permasalah kemiskinan.29 Kemiskinan
tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan semata, tetapi kemiskinan
menyangkut persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses
kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar
penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang
tinggi, rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam
budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi ke generasi
berikutnya.30
Perberdayaan ekonomi umat mengandung tiga misi: pertama, misi
pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran-ukuran
ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal, misalnya bsaran
produksi, larangan kerja dan kelangsungan usaha. Kedua, pelaksanaan,
etika dan ketentuaa hukum syariah yang harus menjadi ciri dan kegiatan
ekonomi umat Islam. Dan ketiga, mebangun kekuatan-kekuatan ekonomi
umat hingga menjadi sumber dan apendukung da’wah Islam yang dapat
ditarik melalui zakat, infaq, shadaqoh. 31

28
First World Conference on MuslimEducation, (inter Uslamic University Cooperation of
Indonesia, t.t)
29
Sayago, Golongan Miskin dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa, (Prisma, Vol.3,
1977) H.
30
Tjokrowinoto, Moeljarto, Strategi Pengentasan Kemiskinan: Tinjauan Sosial Politik,
dalam Pelatihan Analisis Kebijakan Sosial Angkatan II, (Yogyakarta: PPK UGM)
31
Raharjo dalam Suryani, Husniyah, Peran masjid sebagai roda penggerak perekonomian
masyarakat (Penelitian deskriptip pada PKL di kawasan Masjid Al-Akbar Surabaya). JESTT.
(Vol.2, No.5, 2015) hal.390

14
Alokasi distribusi ZISWAF pada pemberdayaan ekonomi umat ini
meliputi: pengembangan usaha jamaah (dengan istishna’, salam, atau
lainnya), mengadakan pendampingan dan monitoring usaha jamaah dalam
pengembangan serta inovasi produk layak jual.
Dari uraian tentang pengelolaan kekayaan masjid diatas dapat
digambarkan dalam gambar berikut:

Mal
(hasil
ternak, 8 Golongan
panen, BAITUL MAAL penerima Zakat
dagang) (pembendaharaan)
Zakat Pemberdayaan
ekonomi umat
FITRA

KOTAK DIAM Shalat 5


waktu

Kotak (Jumat) Program keagamaan

INFAK/
Kotak (pengajian) Pengadaan/pemeliharaan
SEDEKAH BAITUL MAAL sarana prasana
(pembendaharaan)
Kebersihan toilet
Program social
Parkir/keamanan

Program pendidikan
Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan
WAKAF

Bulan Ramadhan

Gambar 1.1
Skema pengelolaan Pembendaharaan Masjid

15
5.5 Perbedaan Mendasar Sedekah, Infak, Zakat dan Wakaq
Dikalangan umat muslim Indonesia masih banyak yang belum
mengerti perbedaan mendasar antara sedekah, infak, zakat dan wakaf
sehingga berimplikasi pada kurangnya kesadaran atas zakat dan wakaf.
Untuk saat ini masyarakat (pada umumnya) hanya mengenal infak dan
sedekah yang keduanya identik dengan kotak amal di masjid atau untuk
santunan anak jalanan/pengemis.32Dan bahkan masih ada yang mencampur
adukkan pengertian antara infak, zakat dan wakaf yang semestiinya ketiga
hal tersebut adalah berbeda. Maka dari itulah perlu diperinci secara singkat
sebagai berikut:
a. Sedekah

Sedekah berasal dari kata bahasa arab shadaqah turunan dari


kata asal shidqu yaitu jujur, sedangkan sedekah secara istilah adalah
perbuatan yang memiliki tujuan mendekatkan diri kepda Allah Swt,
makna ini selaras dengan masalah kejujuran yang bertujuan untuk
mengharap ridha Allah Swt.

Bentuk sedekah tidak terbatas pada pemberian harta (kekayaan)


semata, karena perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah sangat
banyak bentuknya. Sedekah meliputi semua perbuatan kebijakan
seperti: dzikir, senyum, menolong sesama manusia, memberi nafkah
keluarga (istri dan anak), memudahkan urusan orang lain dan
sebagainya. Intinya segala bentuk perbuatan yang tujuannya
mendekatkan diri kepada Allah itulah sedekah, sehingga Infak, zakat,
wakaf, termasuk dalam lingkup sedekah, Rasulullah Saw bersabda:

‫) ﻛﻞ‬: ‫ﻗﺎل رﺳﻮﻻ ل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬: ‫ن اﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل‬
‫ﺗﻌﺪل ﺑﲔ اﺛﻨﲔ ﺻﺪﻗﺔ‬: ‫ﺳﻼ ﻣﻰ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻋﻠﻴﻪ ﺻﺪﻗﺔ ﻛﻞ ﻳﻮم ﺗﻄﻠﻊ ﻓﻴﻪ اﻟﺸﻤﺲ‬
‫وﺗﻌﻴﻨﺎﻟﺮﺟﻞ ﰲ داﺑﺘﻪ ﻓﺘﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ او ﺗﺮﻓﻊ ﻟﻪ ﻣﺘﺎ ﻋﻪ ﺻﺪﻗﺔ واﻟﻜﺎﳌﺔ اﻟﻄﻴﺒﻪ اﻟﺼﺪﻗﺔ‬
‫وﺑﻜﻞ ﲤﺸﻴﻬﺎ اﱃ اﻟﺼﻠﺔ اﻟﺼﺪﻗﺔ و ﲤﻴﻂ اﻵذذى ﻋﻦ اﻟﻄﺮق ﺻﺪﻗﺔ ( روﻩ اﻟﺒﺨﺎر‬

32
Hasil wawancara dengan 10 responden tentang pemahaman infak dan sedekah.

16
Artinya:setiap tulang manusia wajid atasnya sedekah, tiap hari
saat terbitnya matahari seseorang berbuat adil kepada 2 orang adalah
sedekah, membantu seseorang untuk untuk naik ke tunggangannya
adalah sedekah atau mengangkat barangnya keatas tunggangannya
adalah sedekah, atau perkataan yang baik adalah sedekah setiap
langkah menuju masjid juga sedekah dan menyingkirkan duri dari
jalan adalah sedekah 33

b. Infak

Kata infak berasal dari kata anfaqa-yunfiqu yang berati


membelanjakan harta (kekayaan) ”membelanjakan harta” atau
sepadan dengan kata “mendistribusikan harta”. Jadi rangkaian
kegiatan yang mengeluarkan harta yang meliputi konsumsi, sedekah
harta, menghamburkan uang, dan yang bermakna mendistribusikan
kekayaan itu adalah pengertian infak

Secara umum infak meliputi dua kegiatan yaitu dalam rangka


dijalan Allah(ibadah)dan jalan syeitan (maksiat) Oleh karena itu Allah
selalu menginginkan hambanya untuk membelanjakan harta
(berinfak) dijalanNya saja yaitu di jalan untuk ibadah sebagai mana
Allah berfirman

‫واﻧﻔﻘﻮاﰱ ﺳﺒﻴﻞ ﷲ وﻻ ﺗﻠﻘﻮ ا ﻳﺪﻳﻜﻢ ىﻠﻲ اﻟﺘﻬﻠﺔ واحسﻨﻮ ان ﷲ ىﺤﺐ اﶈسﻨﲔ‬

Artinya: dan belanjakanlah dijalan Allah dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang
berbuat baik.

Makna kandungan ayat diatas sangat jelas yakni jika hamba


Allah membelanjakan sebagian hartayang diberikanNya untuk
ibadah atu dijaln Allah, maka akan menjadi manfaat dan barkah,
namun jika ia membelanjakan pada jalan Kemaksiatan (atau jalan

33
Hr bukhori :2827

17
syeitan, seperti untuk membeli minuman keras berjudi, dll) maka
sama hal dengan membinasakan diri sendiri, yaitu kelak ia akan
binasa beserta hartanya didalam neraka.

Infak dapat dibedakan menjadi dua yaitu infak wajib dan


tidak wajib (infak sukarela) infak wajib meliputi zakat nadzar,
khumus, ushr, kharaj dan jizyah. sedangkan infak yang tidak wajib
(suka rela) meliputi: wasiat, sedekah, hibah, qard hasan, waqaf.

c. Zakat

Zakat secara Bahasa adalah suci atau mensucikan, atau


berkembnag. Secara istilah adalah harta yang harus dikeluarkan oleh
seorang muslim dalam rangka untuk mensucikan jiwa dan hartanya.
Zakat dierlakukan hanya pada harta-harta (asset) yang produktif
seperti ternak, emas, perkebunan, perdagangan, dan profesi. Adapun
dalil yang menyebutkan kewajiban zakat untuk dikeluarkan adalah
Allah berfirman:

َ ُ‫صﻼَتَكَ َﺳكَنٌ لﱠ ُه ْم َوﷲ‬


‫ﺳمِ ْي ٌع َع ِل ْي ٌمز‬ َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ِإ ﱠن‬
َ ‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ّك ْي ِه ْم بِ َها َو‬ َ ‫ُخ ْذ ﻣِ ْن أَ ْﻣ َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صﺪَقَةً ت‬

Artinya: “Ambilah sedekah (zakat) dari sebagian harta


mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu
itu ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.”34

Ayat kewajian zakat di atas dengan jelas menyebutkan zakat


sebagai sedekah. Namun karena sedekah ini diwajibkan dalam
rangka membersihkan diri dan harta orang yang mengeluarkannya,
maka ini adalah zakat. Harta ini harus diambil, sebagai mana pajak
harus diambil. Maka hukum zakat ini wajib bagi yang mampu/kaya.
Yang bertugas mengambil atau memungut dan mengumpulkan
zakat adalah amil. Jadi kalau umat muslim hendak membayar zakat,

34
(QS, At-Taubah: 103)

18
bisa menyalurkan zakatnya secara langsung kepada 8 golongan
(fakir, miskin, budak, orang yang dililit hutang, mualaf, pejuang di
jalan Allah, ibnu sabil, dan amil) atau melalui amil (pengurus
zakat).

Khalifah Abu Bakar tidak main-main berkenaan dengan


zakat, bukan Cuma bicara, ia lalu benar-benar mengirim laskar
untuk memerangi mereka yang menolak bayar zakat, agar mau
bertaubat dan mau membayar zakat. Karena mayoritas kabilah di
Jazirah Arab murtad, dan tidak tersisa selain di pusat pemerintahan
Islam yang masih kuat, yaitu di Madinah dan Mekkah, Abu Bakar
ra. Terpaksa mengirimkan laskar mujahiddin sebanyak sebelas
bendera (batalyon) untuk menegakkan keadilan distribusi kekayaan.

d. Wakaf

Wakaf memili arti secara bahasa yaitu menahan, atau


berhenti, secara istilah berati menahan pokoknya dan
mendistribusikan manfaatnya atau hasilnya, wakaf termasuk
kategori amal kebajikan sehingga tidak dipungkiri bahwa wakaf
termasuk dalam kelompok sedekah dalil mengenai wakaf ini adalah:

Abu Hurairah Rasulluah Saw bersabda “a[abila salah


seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala
amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu bermanfaat
baginya, dan anak shalih yang selalu mendoakannya” (H.R.Muslim)

Sedekah jariyah yang dimaksud dalam hadis diatas adalah


wakaf. Dikatakan sedekah jariyah karena harta wakif tidak terhenti
dan bahkan berkembang secara berkelanjuttan supaya menghasilkan
manfaat yang terus menerus bagi umat manusia yang masih hidup
didunia secara umum, jadi meskipun wakif (orang yang sedekah)
sedah meninggal dunia secara umum jadi jika seorang wakif(orang
yang bersedekah ) meninggal dunia namun pahalanya tetap mengalir
(jariyyah)karena harta yang ditinggalkan bisa dimanfaatkan oleh

19
orang yang masih hidup . jadi selama harta waqif (mauquf)masih
ada dan bisa dimanfaatkan untuk kebaikkan untuk kebaikkan
(dijalankan Allah) maka selama itu pula pahala akan terus mengalir
kepda wakiq.

Dulu para sahabat hingga tabiin berlomba lomba melakukan


sedekah ini. jika kita lihat masjid yang ukurannya besar besar dan
megah di Mesir atau negara Arab Islam lainnya, itu semua adalah
peninggalan wakaf dari keluarga muslim yang kaya. Hal ini mereka
melakukan dalam rangka untuk menghidupi diri mereka saat berada
dalam kubur. Maka Wakaf akan meng-hidupimu setelah sakaratul
maut. Pengelolaan atau penjaga harta wakaf disebt nadzir (bukan
amil). Maka bagi yang ingin berwakaf, datangilah nadzir (panitia
khusus pengelola wakaf).

Pada jaman dulu, masyarakat Indonesia dengan mudah


mewakafkan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid, gedung
sekolah maupun rumah sakit. Hanya saja mereka menunjukan
seseorag yang dipercaya (biasanya tokoh) sebagai nadzir meskipun
belum tentu piawai dalam mengelola atau mengembangkan manfaat
wakaf tidak terurus dan bahkan banyak yang kembali kepada cucu
wakif.

Wakaf yang bermanfaat bisa berupa lahan pertanian,


perkebunan, sumur (mata air), tempat ibadah, tempat pendidikan dn
lain sebagainya termasuk benda bergerak seperti uang tunai.

20
ZAKAT INFAK

SEDEKAH MAALIYAH

WAKAF

Gambar 1.2
Diagram Venn ZISWAF

21
BAB V

PENUTUP

Masjid merupakan institusi yang dapat diandalkan dalam membentuk


karakter individu seorang muslim hingga akhirnya mejadi insan yang berperadaban
dan berkemajuan. Tidak hanya maju pada aspek ubudiyah tapi lebih dari itu bisa
terdepan dalam berbagai aspek seperti; keilmuan agama, politik, ekonomi dan
bahkan membentuk karakteristik masyarakat yang madani. Oleh karena itu, masjid
harus dioptimalkan baik dari peran atau fungsinya sebagaimana pemfungsian
masjid pada masa Rasulullah SAW yang tidak semata-mata untuk menunaikan
ibadah mahdhoh saja. Adanya kesadaran segala pihak dari berbagai lapisan
masyarakat sangatlah diperlukan demi tercapainya resolusi-resolusi yang telah ada
sehingga pengoptimalan filantropi Islam (ZISWAF) berbasis masjid dapat terwujud
dengan baik dan dapat menjadi jembatan untuk pendistribusian pendapatan
masyarakat dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Afif, Mufti Andi Triyawan Dan Royyan Romdhoni,(2017) Pemberdayaan Ekonomi


Berbasis Masjid Dan Manajemen Ketakmiran Pada Masjid An Nur Dan
FORSIMAL, Jurnal Ekonomi Islam , Vol.3 No.1, Juni
Al-Umari, Akram Bin Dhiya’, Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan
Zaman Nabi (Jakarta: Gema Insani Press, 1999)
Dalmeri, Refitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi Dan Dakwah
Multikultural, Walisongo, (Vol.22, Nomer 2, November 2014)
Effendy, M. Fuad, Ahmad Fuad, Sejarah Peradaban Arab Dan Islam: Buku 1, Cet.2
(Malang: Misykat Indonesia, 2014)
Fatah, Abdul, Kewargaan Dalam Islam-Tafsir Baru Tentang Konsep Umat,
(Surabaya: LPAM, 2004)
First World Conference on MuslimEducation, (inter Uslamic University
Cooperation of Indonesia, t.t)
Hidayat, Wahyu Panca, Sosial Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque
on Developing the Worshipers, Internasional Jurnal of Nusantara Islam (Vol
3, No.2, 2015)
Husain Muknis, al-Masaajid, Silsilah Kutub Tsaqafiyah Syahriya, (‘Alam Ma’rifah,
Kuwait, 1981)
Jauhar faradis, 2010, Analisis Strategi Penghimpunan Wakaf Uang Tunai: Studi
kasus Badan wakaf uang tunai Majelis Ulama Indonesia Yogyakarta,
Abstrak Tesis (diterbitkan pada: UGM online library)
Kholiq, Abdul, Pendayagunaan Zakat, Infaq, Shodaqoh Untuk Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Miskin di Kota Semarang, Jurnal Riptek, (Vol.6,
No.1, 2012)
Muhammad Al-Ghazali, Ad-Da’wah al-Islaamiyah fii Qarni al-Haadir, (Dar-
syuruq, 1999)
Prayitno, Irwan, Kepribadian Da’i: Bahan Panduan Bigi Da’I dan Murabbi, cet.
Januari 2015, (Jakarta: Mitra Grafika, 2005)

23
Rahardjo Dalam Suryani, Husnia, Peran Masjid Sebagai Roda Penggerak
Perekonomian Masyarakat (Penelitian deskriptif pada PKL di kawasa
Masjid al-Akbar Surabaya), JESTT, (Vol.2, No. 5, 2015)
Roqib, Muhammad, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan
Integrative Di Sekolah, Keluarga Dan Masyarakat, Cet. 1 (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2009)
Sayogo, Golongan Miskin dan Partisipasi Dalam Pembangunan Desa, (Prisma,
Vol.3, 1977)
Tjokrowinoto, Moeljarto, Strategi Pengentasan Kemiskinan: Tinjauan Sosial
Politik, dalam Pelatihan Analisis Kebijakan Sosial Angkatan II,
(Yogyakarta: PPK UGM)
Wawancara dengan 10 responden tentang pemahaman infaq dan sedekah
Yani, Ahmad, Menuju Masjid Ideal, cet.1 (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001)

Website:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitian
Detail&act=view&typ=html&buku_id=47155

24

Anda mungkin juga menyukai