Anda di halaman 1dari 58

i

ANALISIS PERAN INTERMEDIASI SOSIAL PERBANKAN SYARIAH

TERHADAP MASYARAKAT PELAKU UMKM

(Studi kasus BTPN Syariah cabang Galang)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Pencapaian

Gelar Sarjana Distrata S-1 Pada Program Perbankan Syariah

Oleh

AYU SUNINGSIH
NIM: 09.18.2015

PROGRAM STUDI : PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL- ISLAHIYAH

BINJAI

2022/1444

i
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan mengucapakan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT sehingga


penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan judul :
“Peran Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap Masyarakat Pelaku
UMKM (Studi Kasus BTPN Syariah Kec. Galang) ”.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana S-1 Perbankan Syariah di
STAI Syekh H. Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai. Dalam penulisan
skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan serta dorongan dari
beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Teristimewa kedua orang tua saya bapak Legiman dan Ibu Almh.
Ernawati yang telah memberikan dukungan serta doa-doanya yang
tiada henti dan yang telah memberi bimbingan, dorongan dan biaya
serta nasehat dan dukungan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Junaidi, SS., S.Pd., M.Si., selaku Ketua STAI Syekh H. Abdul
Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai
3. Ibu Elida Elfi Barus, S.Ei., M.A., selaku Wakil Ketua I, Ibu Ulfa
Achdar S.E., selaku Wakil Ketua II dan Bapak Dr. Abdul Halim
Nasution, S.Ag., S.H., M.H., selaku Wakil Ketua III STAI Syekh H.
Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai
4. Bapak Raja Sakti Putra Harahap, S.Pd., M.E.I, selaku Ketua Prodi dan
Ibu Rizky Fatmawati, S.Pd., M.Si., selaku Sekretaris Perbankan
Syariah STAI Syekh H. Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai.
5. Ibu Sri herlina, S.E, MA, selaku pembimbing I yang telah bersedia
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
selesai dengan tepat waktu.

i
ii

6. Ibu Suci Rahmadhani, S.Pd., M.Ak, selaku Pembimbing II yang telah


bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
skripsi ini selesai dengan tepat waktu.
7. Kepada seluruh Dosen dan Staff STAI Al-Ishlahiyah Binjai yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Kepada Abang – Abang saya yang tiada hentinya memberi masukan
dan motivasi
9. Kepada teman-teman seperjuangan yang memberikan doa serta
dukungan yang tiada henti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Angga Kriswanda terimakasih selalu ada disaat lagi susah dan
pusing nya mengerjakan skripsi ini.
Penulis memohon semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang
terbaik atas bantuan yang telah diberikan semua pihak yang terkait penulis.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi lebih baik
lagi kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mengembangkan
keilmuan dimasa yang akan datang terkhusus kepada penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Binjai, September 2022

Penulis

AYU SUNINGSIH

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Masalah 5

C. Rumusan Masalah 5

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

A. Kajian Teori 7

B. Penelitian Yang Relevan 23

C. Kerangka Berfikir 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26

A. Jenis Penelitian 26

B. Metode Penelitian 26

C. Latar, Entri Dan Kehadiran Penelitian 27

D. Informan Penelitian 28

E. Instrumentasi 29

F. Teknik Pengumpula Data 30

G. Teknik Pengabsahan Data 31

H. Teknik Penganalisisan Data 33

Daftar Pustaka 35

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Ekonomi Islam adalah sistem yang bertujuan untuk memberikan

penekanan yang sama pada dimensi etika,moral, sosial, dan spiritual dalam

upaya meningkatkan keadilan dan pembangunan masyarakat secara

keseluruhan. Hal ini berarti, secara sistematis tujuan dan peranan yang ada di

sistem ekonomi Islam sangat berbeda dengan sistem keuangan konvesional di

mana penekanannya hanya terdapat pada aspek transaksi keuangan dan

ekonomi.

Perbankan syariah menjadi pelopor terdepan di dunia maupun di

Indonesia. Di perekonomian islam terdapat sebuah istilah yaitu falah, yang

berarti menjadikan kemaslahatan dunia dan akhirat dan diwajibkan dapat adil

serta dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat baik masyarakat

menengah keatas atau golongan masyarakat menengah ke bawah

(Fathurrahman & Fadilla, 2019).

Eksitensi lembaga keuangan sendiri khususnya sektor perbankan

menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal

kerja dan investasi di sektor riil dan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi

utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi

memang di arahkan dalam konteks menjadikan uang untuk meningkatkan

nilai tambah.

1
2

Adapun perkembangan lembaga keuangan terutama lembaga perbankan

terus mengalami kemajuan yang signifikan, bisa dikatakan peran lembaga

2
2

keuangan ditengah-tengah masyarakat tidak bisa dibantah lagi peran lembaga

keuangan sudah sangat begitu besar dan bisa dikatakan sudah membuat

masyarakat tergantung dengan produk-produk yang ditawarkan lembaga

keuangan tersebut, yang dapat mempermudah segala tranksaksi keuangan

yang dilakukan oleh masyarakat.

Sehingga secara keseluruhan, perbankan syariah tidak hanya

memperhatikan pada perolehan keuntungan semata. Tapi memberikan

kontribusi positif terhadap tercapainya tujuan sosial-ekonomi dari masyarakat

muslim. Sebagai suatu entitas bisnis yang bernafaskan syariah, perbankan

syariah dapat diharapkan memenuhi tujuan ekonomi islam. Yakni

memastikan bahwa kekayaan dapat berputar secara adil dan merata tanpa

mendzhalimi pihak-pihak yang benar-benar berhak mendapatkannya

(Ikramuddin, 2018).

Maka dari itu perbankan syariah dapat memberikan kesempatan secara

langsung kepada masyarakat untuk dapat memperoleh jasa keuangan yang

berlandaskan kepada al-Quran surah al-Hadid ayat 25 yang berbunyi :

‫َلَقْد َاْر َس ْلَنا ُرُس َلَنا ِباْلَبِّيٰن ِت َو َاْنَز ْلَنا َم َع ُهُم اْلِكٰت َب َو اْلِم ْيَز اَن ِلَيُقْو َم الَّناُس ِباْلِقْس ِۚط َو َاْنَز ْلَنا اْلَحِد ْيَد ِفْيِه َبْأٌس َش ِد ْيٌد‬

‫َّو َم َناِفُع ِللَّناِس َو ِلَيْع َلَم ُهّٰللا َم ْن َّيْنُصُر ٗه َو ُرُس َلٗه ِباْلَغْيِۗب ِاَّن َهّٰللا َقِو ٌّي َع ِزْيٌز‬

Artinya “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan


membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka
Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya
dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
3

Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Hadid : 25) (Departemen


Kemenag,2019).

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (saat ini bernama “PT

Bank BTPN Tbk”) di 2010 Sejak masih menjadi Unit Usaha Syariah, BTPN

Syariah telah merangkul dan menjangkau segmen yang selama ini belum

tersentuh oleh perbankan, yaitu segmen prasejahtera produktif. Sesuai

amanah untuk memberikan kegiatan pemberdayaan dan literasi keuangan

bagi perempuan di segmen ini, BTPN Syariah pun memberikan akses,

layanan serta produk perbankan sesuai prinsip syariah sehingga mereka dapat

memantapkan niat untuk mewujudkan impian meraih kehidupan yang lebih

baik. Pada 14 Juli 2014, BTPN Syariah resmi terdaftar sebagai Bank Umum

Syariah ke-12 di Indonesia melalui pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah

dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (saat ini bernama “PT Bank

BTPN Tbk”) dan proses konversi PT Bank Sahabat Purna Danarta (“BSPD”).

Sebagai satu-satunya bank umum syariah di Indonesia yang fokus

memberikan pelayanan bagi pemberdayaan nasabah prasejahtera produktif

dan mengembangkan keuangan inklusif, BTPN Syariah senantiasa berupaya

menambah nilai serta mengubah kehidupan setiap yang dilayaninya, selain

dari menghasilkan kinerja keuangan yang baik.

Untuk pendanaanya sendiri bank BTPN memberikan kesempatan

seluas-luasnya untuk berkontribusi memberdayakan berjuta keluarga

prasejahtera produktif di Indonesia agar kehidupan mereka menjadi lebih


4

berarti. ini bisa terwujud lebih cepat, Bank pun menyediakan jenis-jenis

produk pendanaan dengan bagi hasil yang kompetitif melalui pelayanan

berorientasi kenyamanan dan kepuasan nasabah.

Untuk pembiayaannya dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah,

Bank menyediakan beragam produk dan layanan pembiayaan serta membuka

akses pelayanan keuangan bagi perempuan prasejahtera produktif untuk

mendapatkan modal usaha, sekaligus memberikan pelatihan dan

pendampingan agar terwujud lebih cepat. Hal ini sejalan dengan visi Bank

untuk menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif dan mengubah

hidup berjuta rakyat Indonesia. Berpedoman pada visi ini pula Bank

mengembangkan produk dan layanan pembiayaannya yang paling sesuai

dengan kebutuhan segmen tersebut.

Sesuai komitmen dalam memberikan kegiatan pemberdayaan dan

literasi keuangan bagi nasabah prasejahtera produktif, BTPN Syariah

memiliki beragam produk pendanaan dan pembiayaan yang dapat membantu

jutaan keluarga untuk tumbuh dan memiliki hidup yang lebih berarti.

Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan BTPN Syariah, yaitu

Tepat pembiayaan syariah – kelompok atau yang disebut dengan PMD (Paket

Masa Depan) Pembiayaan yang ditujukan khusus kepada perempuan

prasejahtera produktif, dilakukan berdasarkan perjanjian jual beli (akad

wakalah wal murabahah). Paket Masa Depan adalah program terpadu BTPN

Syariah yang diberikan kepada sekelompok perempuan dipedesaan yang


5

ingin berusaha dan memiliki impian untuk merubah hidup, tetapi tidak

memiliki akses ke layanan perbankan. Tepat Pembiayaan Syariah memiliki

fokus pada pembangunan karakter dan kebiasaan-kebiasaan baik

nasabah,yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling bantu

dimana kebiasaan tersebut dapat terwujud dengan menjalankan usaha, baik

usaha Mikro, Kecil ataupun Menengah (UMKM).

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran

penting dan strategis dalam pengembangan usaha nasional. Selain berperan

dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga

berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan dan penyanggah

ekonomi rakyat dan juga sebagai upaya pengentasan kemiskinan (Irfan,

2019).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah faktor penting

dalam perekonomian di Indonesia. Jumlahnya terus bertambah tiap tahunnya.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada 2015, UMKM

Tanah Air berjumlah 59,3 juta unit dan pada 2019 meningkat hingga 65,5 juta

unit. Pada 2019, UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,9 persen,

berkontribusi 60,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan

memiliki total investasi sebesar 60 persen. Untuk terus mendukung

perkembangannya, seluruh pihak seperti pemerintah dan swasta turut

berkontribusi memudahkan proses bisnis pelaku UMKM. Data tersebut

membuktikan, UMKM merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri

keuangan, terutama bank untuk menyalurkan pembiayaan. Karena sekitar 60-


6

70% pelaku UMKM belum memiliki akses pembiayaan perbankan (Muttaqin

et al., 2020).

BTPN syariah memiliki hubungan yang erat dengan pelayanan

keuangan kepada segmen bisnis mikro dan kecil. BTPN memiliki produk

yang sesuai dengan kebutuhan pengusaha mikro dan kecil yang notabene

mereka adalah low income people. BTPN adalah sebagai solusi bagi

masyarakat berpenghasilan rendah (low income people) yang memang

mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan dari bank-

bank konvensional dikarenakan tidak dapat memenuhi persyaratan-

persyaratan seperti tersedianya agunan (unbankable). Dampak dari penolakan

dari bank-bank konvensional tersebut adalah banyaknya pengusaha mikro dan

kecil yang mengambil pinjaman kepada peminjam tradisional (rentenir)

sehingga mereka harus membayar bunga yang sangat tinggi mencapai 40%

dari pokok pinjamannya (Ulpah, 2020).

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk membahas

menganalisis peran intermediasi sosial perbankan syariah terhadap

masyarakat pelaku UMKM di Bank BTPN Syariah cabang Galang.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis

memfokuskan masalah yang berkaitan dengan Peran Intermediasi Social

Perbankan Syariah Terhadap Masyarakat Pelaku UMKM.

C. Rumusan Masalah
7

1. Bagaimana Peran Intermediasi sosial Perbankan syariah terhadap

masyarakat pelaku UMKM di Bank BTPN Syariah cabang Galang ?

2. Bagaimana Minat Masyarakat Pelaku UMKM Pada Intermediasi Bank

Syariah BTPN cabang Galang?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Peran Intermediasi sosial Bank BTPN Syariah cabang

Galang terhadap masyarakat pelaku UMKM.

2. Untuk mengetahui minat masyarakat pelaku UMKM di Bank BTPN

Syariah cabang Galang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Secara teori penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

pemikiran untuk menambah ilmu pengetahuan.

2. Bagi Bank BTPN Syariah cabang Galang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai

masukan yang bermanfaat di dalam pertimbangan kebijakan perbankan

terutama dalam peran intermediasi sosial perbankan syariah.

3. Bagi Akademis

Penelitian ini dapat membuktikan apakah sesuai dengan praktik lapangan

dan teori yang di pelajari .

4. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan tentang peran intermediasi sosial perbankan

syariah
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Intermediasi

Intermediasi adalah penghubung, sedangkan intermediator yaitu

pialang yang memudahkan perdagangan barang dan jasa yang bertindak

sebagai seorang “perantara” untuk para pelaku transaksi. Lembaga

intermediasi adalah suatu lembaga yang kegiatannya menyalurkan dana dari

pihak surplus (yang memiliki kelebihan dana) kepada pihak devisit (yang

kekurangan dana) (Afifah & Haryanti, 2021).

Lembaga intermediasi dalam system keuangan Indonesia antara lain

terdiri dari bank umum, BPR, Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP),

perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan, dan reksa dana.

Lembaga keuangan yang tidak melakukan fungsi intermediasi antara lain

perusahaan sekuritas, perusahan broker, dan dealer pasar modal, perusahaan

brokers termasuk pula dalam kelompok ini, sehingga tidak semua lembaga

keuangan melakukan fungsi intermediasi (Patel, 2019b)

(Samsudin, 2020) mengemukakan bahwa Intermediasi sosial adalah

sebagai suatu proses dimana investasi di bentuk oleh pengembangan sumber

daya manusia dan lembaga pemberi modal, dengan tujuan untuk

meningkatkan kepercayaan diri dari masyarakat, sebagai persiapan bagi

meraka dalam menggunakan intermediasi keuangan formal. Intermediasi

sosial berbeda dari penyediaan jasa kesejahteraan sosial pada umumnya,

karena menawarkan mekanisme yang memungkinkan donator/investor untuk


9

menjadi nasabah yang siap untuk melakukan kontrak dengan pengembalian

yang sesuai aspek dalam intermediasi sosial ini pada akhirnya akan

mempersiapkan setiap orang ke dalam suatu hubungan bisnis yang kuat

dengan lembaga keuangan formal.

Bank sebagai sebuah lembaga intermediasi sosial memberikan

perhatian kepada masyarakat luas untuk dapat memperluas akses jasa sosial

dan jasa penyedia faktor produksi melalui pendayagunaan masyarakat.

Intermediasi sosial perbankan syariah dilakukan dengan cara penetapan

pembiayaan perbankan dan kemudahan askes keuangan bagi masyarakat

miskin (petani, buruh, usaha mikro, dll). Selain perbankan syariah memegang

tanggung jawab lebih besar terhadap kesejahteraan sosial dan komitmen

regilius demi tercapainya tujuan ekonomi islam, termasuk juga ke adilan

sosial, distribusi pendapatan yang merata, dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Perbankan syariah dalam peranannya sebagai intermediasi sosial

memiliki potensi yang luar biasa dan melayani kebutuhan masyarakat miskin

termasuk didalamnya petani miskin yang sering kali diabaikan oleh sektor

perbankan konvensional.

Proses intermediasi sosial selanjutnya adalah pembentukan

kepercayaan diri masyarakat luas khususnya masyarakat miskin yang

didalammnya termasuk petani miskin melalui program-program peningkatan

kepercayaan diri masyarakat. Pada umumnya proses tersebut meliputi

pelatihan akuntansi dan manajemen keuangan dasar bagi anggota sebagai


10

strategi bisnis untuk menjamin kelangsungan (viability dan sustainability)

hidup bagi jasa keuangan yang ditawarkan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah

dengan menerapkan strategi intermediasi sosial, perbankan tidak hanya

membentuk kepercayaan diri kelompok masyarakat miskin dengan

menumbuhkan bakat (skill) yang dapat membantu pengembangan hubungan

bisnis jangka panjang, tetapi juga meminimalisir biaya melalui pengawasan

informal dan penciptaan sistem ‘pemaksaan’ dalam jangka panjang sebagai

kepentingan yang tidak dapat dihindarkan untuk pencapaian efisiensi dan

efektivitas intermediasi keuangan yang lebih baik.

2. Peran
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, peran adalah sesuatu yang

jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama. Peran adalah

bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial

tertentu. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan

dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah

perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut,

hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku

tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status).

Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka hal itu berarti dia menjalankan suatu peran. Keduanya

tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan
11

sebaliknya. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal

dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok

orang dan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok,

organisasi, badan atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang

dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau

lingkungan tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut apabila dihubungkan dengan

intermediasi sosial dapat diartikan bahwa, peran merupakan tindakan berupa

serangkaian usaha-usaha dan kegiatan yang dijalankan bank syariah karena

kedudukannya sebagai gerakan ekonomi rakyat serta sebagai badan usaha

bersama berdasarkan asas gotong royong yang diharapkan dapat memberikan

pengaruh pada anggota serta masyarakat sesuai dengan tujuan bank syariah

yaitu mensejahterakan ekonomi masyarakat sesuai norma dan moral Islam

(Sonny Eli Zaluchu, 2021).

3. Bank syariah

a. Pengertian bank syariah

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank

Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama

Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun),

kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung


12

gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan

Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial

dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana

yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan

menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi

wakaf (wakif) (UU RI Nomor 20 Tahun, 2008).

Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada

hukum islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun

tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima

maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian

yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang

terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad

sebagaimana diatur dalam syariat islam

Perbedaan pokok bank syariah dengan bank konvensional terdiri dari

beberapa hal. Bank syariah tidak melaksanakan system bunga dalam seluruh

aktivitasnya, sedangkan bank konvensional memakai sistem bunga. Bank

syariah lebih menekankan system kerja sama partnership, kebersamaan

terutama kesiapan semua pihak untuk berbagi termasuk dalam hal-hal

keuntungan dan kerugian. Kehadiran bank syariah di harapkan dapat

memberikan alternative bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa perbankan

yang selama ini masih didominasi sistem bunga (Patel, 2019b)

b. Fungsi Bank Syariah


13

mengemukakan Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya berasaskan pada Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip

kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan,

dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sedangkan apabila kita berbicara

mengenai fungsi bank syariah, Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu

fungsi bank syariah untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

titipan dan investasi, fungsi bank syariah untuk menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga fungsi bank syariah

untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.

1) Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan atau

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan

menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan

menggunakan akad al-mudharabah.

2) Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat

Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan

dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan

yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting

bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh return atas
14

dana yang disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank syariah

atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya.

3) Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan

menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad

kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang

diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin

keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada

nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas

penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha

adalah bagi hasil.

4) Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank

Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan

dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan

kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan

jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai

jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara

lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat

berharga dan lain sebagainya. Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas

yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan

bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha

untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan

jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah


15

ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Harapan nasabah dalam

pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan keakuratannya. Bank syariah

berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk

layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah

mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income.

c. Prinsip Bank Syariah

Adapun prinsip-prinsip Bank Syariah adalah sebagai berikut

diantaranya: (Fujianti, 2019)

1) Menjauhkan diri dari kemungkinan adanya unsur riba.

Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka suatu hasil

usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang

dilakukan pada bank konvensional.Seperti yang terkandung dalam Qs.Al-

Baqarah ayat 278.

‫َي ا َأ ُّي َه ا ا َّل ِذ يَن آ َم ُن وا ا َّتُق وا ال َّل َه َو َذ ُر وا َم ا َبِق َي ِم َن الِّر َب ا ِإ ْن ُك ْنُت ْم ُم ْؤ ِم ِن يَن‬

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Qs.Al-Baqarah: 278).

2) Menerapkan prinsip sitem bagi hasil dan jual beli

Prinsip yang kedua ini mengacu petunjuk Al-quran QS.Al-Baqarah

ayat 275 yang berbunyi :

‫ا َّلِذ يَن َي ْأ ُك ُل وَن الِّر َب ا اَل َي ُق و ُم وَن ِإ اَّل َك َم ا َي ُق و ُم ا َّلِذ ي َي َتَخ َّب ُط ُه ال َّش ْي َط اُن ِم َن ا ْل َم ِّس ۚ َٰذ ِل َك ِب َأَّن ُه ْم‬

‫َق ا ُل وا ِإ َّن َم ا ا ْل َب ْيُع ِم ْث ُل الِّر َب اۗ َو َأ َح َّل ال َّل ُه ا ْل َب ْي َع َو َح َّر َم الِّر َب اۚ َف َم ْن َج ا َء ُه َم ْو ِع َظ ٌة ِم ْن َر ِّب ِه‬

‫َف ا ْن َت َه ٰى َفَل ُه َم ا َس َل َف َو َأ ْم ُر ُه ِإ َل ى ال َّل ِه ۖ َو َم ْن َع اَد َف ُأو َٰل ِئ َك َأ ْص َح اُب ال َّن ا ِر ۖ ُه ْم ِف ي َه ا َخ ا ِل ُد وَن‬


16

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al-baqarah
275)(Departemen Kemenag, 2019)

4. BTPN Syariah

BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Negara) Syariah adalah satu-

satunya bank yang fokus melayani segmen tunas usaha rakyat, dengan

tujuan memberdayakan jutaan keluarga pra atau cukup sejahtera

(merambah bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta

prasejahtra produktif). Bank yang berdiri di Bandung pada 1958 ini

memang tidak populer sebab produknya hanya satu yaitu bisnis pensiun.

Selain menyediakan akses layanan keuangan kepada masyarakat tersebut,

BTPN Syariah juga menyediakan pelatihan keuangan sederhana untuk

membantu mata pencaharian nasabahnya agar dapat terus berlanjut serta

membina masyarakat yang lebih sehat.

5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UKM atau yang biasa dikenal dengan usaha kecil menengah

merupakan sebuah istilah yang mengacu pada suatu jenis usaha yang

didirikan oleh pribadi dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

200.000.000,00 (belum termasuk tanah dan bangunan).


17

UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa

sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan

kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok

kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu.

Keberadaan usaha mikro dalam perekonomian Indonesia memiliki

sumbangan yang sangat positif, diantaranya dalam menciptakan lapangan

kerja, menyediakan barang dan jasa, serta pemerataan usaha untuk

mendistribusikan pendapatan nasional. Dengan peranan usaha mikro tersebut,

posisi UMKM dalam pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat

penting.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting

dalam perekonomian Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99%

dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta

unit. Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah telah mampu membuktikan

eksistensinya dalam perekonomian Indonesia. Ketika badai krisis moneter

melanda Indonesia di tahun 1998 usaha kecil dan menengah yang relative

mampu bertahan dibandingkan dengan perusahaan besar. Karena mayoritas

usaha bersekala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau

pinajaman dari luar dalam mata uang asing.

Di Indonesia, usaha Mikro Kecil dan Menengah saat ini dianggap

sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari statistik dan

riset yang dilakukan, UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar.


18

UMKM merupakan kelompok pelaku terbesar dalam perekonomian Indonesia

dan terbukti menjadi pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis,

serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain

menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadapa

pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup

besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga membantu upaya mengurangi

pengangguran.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha,

Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini, yaitu asset maksimal 50 jt

dan omzet maksimal 300 jt.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini, yaitu asset > 50 jt –

500 jt dan omzet > 300 jt – 2,5 M.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri , yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,


19

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha

kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, yaitu asset > 500 jt –

10 M dan omzet > 2,5 M – 50 M. 4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi

produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi

usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, yang dimaksud dalam

Undang-Undang ini, yaitu asset > 10 M dan omzet > 50 M.

d. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro

Kecil dan Menengah Pasal 6 tentang kriteria UMKM sebagai berikut:

1) Kriteria usaha mikro:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2) Kriteria usaha kecil:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau


20

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria usaha menengah:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) (UU RI No.20 Tahun, 2008).

6. Pembiayaan

Dalam masyarakat Indonesia, selain dikenal istilah utang-piutang, juga

dikenal istilah kredit dalam perbankan konvensional dan istilah pembiayaan

dalam perbankan syari’ah. Utang-piutang biasanya digunakan oleh

masyarakat dalam konteks pemberian pinjaman kepada pihak lain.

Berdasarkan prinsip syari’ah pembiayaan adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.


21

a. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.

Masyarakat merupakan individu, pengusaha lembaga, badan usaha, dan lain-

lain yang membutuhkan. Secara perinci pembiayaan mempunyai fungsi yaitu:

1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan

jasa. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya

belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan

melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

2) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan

idle fund. Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan

pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk

mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan

dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang ada untuk disalurkan kepada

pihak yang membutuhkan. Dana yang berasal dari golongan yang kelebihan

dana, apabila disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana, maka akan

efektif.

3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga, Ekspansi pembiayaan

akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan

peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan

pembiayaan akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar dan

keterbatasan uang yang beredar di masyarakat.


22

4) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat

ekonomi yang ada. Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan

oleh bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra ,

setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah akan memproduksi

barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume

perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi lainnya.

b. Jenis-jenis Pembiayaan

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap

negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang-

perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan milik negara, bahkan

lembaga-lembaga pemerintahan yang menyimpan dana-dana yang

dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan,

bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem

pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut

beberapa aspek, di antaranya:

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan

untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.

3) Pembiayaan Produktif, Pembiayaan yang di tujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi seperti peningkatan usaha, baik usaha

produksi, perdagangan maupun investasi.


23

4) Pembiayaan Konsumtif, Pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi

kebutuhan. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis pakai untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan

primer dan kebutuhan sekunder.

c. Prinsip-Prinsip Pembiayaan

Pemberian pembiayaan konvensional meminjamkan uang kepada

yang membutuhkan dan mengambil bagian keuntungan berupa bunga dan

provisi dengan cara membungakan uang yang dipinjam tersebut. Prinsip

meniadakan transaksi semacam ini dan mengubahnya menjadi pembiayaan

dengan tidak meminjamkan sejumlah uang pada customer, tetapi membiayai

proyek customer. Dalam hal ini, bank berfungsi sebagai intermediasi uang

tanpa meminjamkan uang dan membungakan uang tersebut. Sebagai gantinya,

pembiayaan usaha customer tersebut dapat dilakukan dengan cara membelikan

barang yang dibutuhkan customer, lalu bank menjual kembali kepada

customer, atau dapat pula dengan cara mengikutsertakan modal dalam usaha

customer.

Lazimnya dalam bisnis prinsip pembiayaan, ada tiga skim dalam

melakukan akad pada bank syariah, yaitu:

1) Prinsip bagi hasil, Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini

berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi
24

jumlah, dapat menyediakan sampai 100% dari modal yang diperlukan, ataupun

sebagian saja berupa patungan antar bank dengan pengusaha (customer).

2) Prinsip jual beli merupakan suatu sistem yang menerapkan tata

cara jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang

dibutuhkan kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan

harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-up). Ini

dilakukan karena adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat

keuntungan bank ditetapkan di muka dan menjadi bagian antar harga barang

yang diperjual-belikan.

3) Prinsip sewa-menyewa

pemindahan hak guna/manfaat atas suatu barang/jasa, dalam waktu

tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri (Ilyas, 2015).

B. Penelitian Yang Relevan

Untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan penelitian

terdahulu maka dibawah ini penulis akan menuliskan beberapa penelitian yang

relevan yang ada kaitannya dengan pokok masalah yaitu penelitian dari:

No Nama / Judul Jenis Hasil Penelitian


Penelitia
n
1 Habriyanto (2018), Kualitatif Hasil Penelitian menunjukan
dalam penelitian yang bahwa bentuk peran bank
berjudul “Intermediasi syariah mandiri menerapkan
Perbankan Syariah pembiayaan dan investasi
Pada Bank Syariah pemilik modal dan usaha.
25

Mandiri” Persamaan dengan peneliti


sama-sama mengenai
intermediasi perbankan
syariah. Perbedaannya pada
penelitian Habriyanto meneliti
mengenai Peran intermediasi
perbankan pada bank syariah
Syariah sedangkan peneliti
meneliti mengenai peran
intermediasi sosial perbankan
syariah terhadap masyarakat
UMKM.
2 Muhammad Ikramuddin Kualitatif Dari hasil Penelitian
(2018), dalam penelitian menunjukan bahwa bentuk
yang berjudul “Analisis peran intermediasi sosial
Peran Intermediasi perbankan syariah terhadap
Sosial Perbankan masyarakat pelaku usaha
Syariah Terhadap mikro dengan memberikan
Masyarakat Pelaku pembiayaan pada pelaku usaha
Usaha Mikro” mikro. Persamaan dengan
peneliti sama-sama mengenai
peran intermediasi sosial
perbankan syariah. Persamaan
dengan peneliti sama-sama
mengenai Analisis Peran
Intermediasi Sosial Perbankan
Syariah Terhadap Masyarakat
Pelaku Usaha Mikro.
Perbedaannya pada penelitian
Muhammad Ikramuddin
meneliti mengenai peran
intermediasi sosial perbankan
syariah terhadap pelaku usaha
mikro saja sedangkan peneliti
meneliti mengenai peran
intermediasi sosial perbankan
syariah terhadap masyarakat
UMKM.
3 Fahmi Muhammad Irfan Kualitatif Hasil Penelitian menunjukan
(2019), dalam penelitian bahwa bentuk peran bank
yang berjudul “Analisis syariah terhadap
Peran Bank Syariah pemberdayaan UMKM dengan
Terhadap Pemberdayaan melalui pembiayaan
UMKM Melalui murabahah pada masyarakat
Pembiayaan UMKM. Persamaan dengan
Murabahah” peneliti sama-sama mengenai
26

peran bank syariah terhadap


UMKM. Perbedaannya pada
penelitian Fahmi Muhammad
Irfan meneliti mengenai
Analisis Peran Bank Syariah
Terhadap Pemberdayaan
UMKM Melalui Pembiayaan
Murabahah sedangkan peneliti
meneliti mengenai peran
intermediasi sosial perbankan
syariah terhadap masyarakat
UMKM.
4 Hafidz Maulana Kualitatif Hasil Penelitian menunjukan
Muttaqin, bahwa bentuk peran Bank
Ahmad Mulyadi Kosim, Syariah Indonesia KC Ahmad
Abrista Devi (2020), Yani Kota Bogor berperan
dalam penelitian yang penting dalam
berjudul”Peranan mempertahankan UMKM di
Perbankan Syariah masa pandemi Covid-19
dalam Mendorong Usaha dengan cara menyalurkan
Mikro Kecil dan program pemerintah yaitu
Menengah di Masa KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Pandemi Covid-19” merupakan program dari
pemerintah yang bekerjasama
dengan Perbankan Syariah
Indonesia khususnya Bank
Syariah Indonesia KC Ahmad
Yani Kota Bogor untuk
membantu dan mendorong
para pelaku UMKM
mempertahankan usahanya di
masa pandemi Covid-19 sesuai
dengan peraturan Otoritas Jasa
Keuangan atau POJK.
Persamaan dengan peneliti
sama-sama meneliti mengenai
peran perbankan syariah
terhadap
UMKM.Perbedaannya pada
penelitian Hafidz Maulana
Muttaqin,
Ahmad Mulyadi Kosim,
Abrista Devi meneliti
mengenai Peranan Perbankan
Syariah dalam Mendorong
Usaha Mikro Kecil dan
27

Menengah di Masa Pandemi


Covid-19.

5 Sujian Suretno, Bustam Kualitatif Dari hasil Penelitian


(2020), dalam penelitian menunjukan bahwa peran
yang berjudul “Peran Bank Syariah memberikan
Bank Syariah Dalam pembiayaan dalam bentuk
Meningkatkan modal kerja kepada pelaku
Perekonomian Nasional UMKM. Persamaan dengan
Melalui Pembiayaan peneliti sama-sama meneliti
Modal Kerja Pada mengenai pembiayaan pada
UMKM” UMKM. Perbedaannya pada
penelitian Sujian Suretno,
Bustam meneliti mengenai
peran bank syariah dalam
meningkatkan perekonomian
nasional melalui pembiayaan
modal kerja pada UMKM
sedangkan peneliti meneliti
mengenai peran intermediasi
sosial perbankan syariah
terhadap masyarakat UMKM.
6 Wenti Purwati (2020), Kualitatif Hasil Penelitian menunjukan
dalam penelitian yang bahwa bentuk peran
berjudul “Analisis Peran intermediasi sosial bank BPRS
Intermediasi Sosial Muamalat Harakat Sukaraja
Perbankan Syariah Kecamatan Sukaraja
Terhadap Petani” Kabupaten Seluma terhadap
petani karet di desa Sukaraja
melalui pemberian
pembiayaan kepada petani
karet. Persamaan dengan
peneliti sama-sama meneliti
mengenai peran intermediasi.
Perbedaannya pada penelitian
Wenti Purwati meneliti
mengenai peran intermediasi
sosial perbankan syariah
terhadap petani karet
sedangkan peneliti meneliti
mengenai peran intermediasi
sosial perbankan syariah
terhadap masyarakat UMKM

C. Kerangka Berfikir
28

Menurut Sugiyono (2013) kerangka berpikir merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang

telah dideskripsikan. Berikut kerangka pemikiran teoritik dari penelitian

ini

Bank BTPN Syariah


Cabang Galang

Pembiayaan

Peran
Intermediasi

Masyarakat
Pelaku UMKM
Kec. Galang

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif karena

metode penelitiannya berdasarkan pada data yang di temukan di lapangan

(field research).Penelitian lapangan dilakukan dengan menganalisis data yang

bersumber dari lokasi atau tempat penelitian yaitu berkenaan dengan PT.

BTPN Syariah Cabang Galang dalam pelaksanaan Peran Intermediasi Sosial

Perbankan Syariah Terhadap Masyarakat Pelaku UMKM.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu,untuk

memaparkan data-data yang dapat di lapangan kemudian menganalisanya dan

mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini. Deskriptif penelitian ini berupa

gambaran mengenai situasi atau kejadian, kata-kata tertulis atau lisan, kalimat,

gambar dan perilaku yang dapat diamati serta di arahkan pada latar alamiah

individu tersebut secara menyeluruh untuk mengetahui peran intermediasi

social perbankan syariah terhadap masyarakat di PT. BTPN Syariah Cabang

Galang (Patel, 2019a)


29

C. Latar, Entri Dan Kehadiran Penelitian

1. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank BTPN Syariah kec. Galang. Adapun

waktu penelitian adalah dari bulan april s/d desember 2022

No Uraian Bulan

April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

1 Observasi dan
judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Pengumpulan
data
4 Bimbingan
proposal
5 Seminar
proposal
6 Melakukan
penelitian
7 Bab IV dan
V
8 Siding
munaqasyah

2. Latar penelitian

Latar penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan

mengetahui bagaimana peran intermediasi social perbankan syariah dalam

meningkatkan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat UMKM Kec. Galang.

Bank BTPN merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT.Bank

Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT.Bank Sumitomo Mitsui

Indonesia (SMBCI).
30

Bank BTPN memfokuskan diri untuk melayani segmen mass market yang

terdiri dari para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM). Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu BTPN Syariah

yang fokus melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui

Program Daya, yaitu program pemberdayaan mass market yang berkelanjutan

dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi

untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh

dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.(Iv & Syariah, 2014)

Alasan peneliti melakukan penelitian di PT. Bank BTPN Syariah

Karena, memiliki program mitra bisnis dimana BTPN berfokus pada pelayanan

pelaku usaha kecil dan menengah serta pensiunan.

3. Entri

Penelitian ini akan dilaksananakan di PT. BTPN Syariah kec. Galang

yang berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitiannya

dilaksanakan pada bulan juni – juli. Karena penelitian ini dilakukan oleh

peneliti sendiri maka langkah pertama yang dilakukan adalah membuat surat

permohonan penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki

informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini

yaitu berasal dari dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber.

Dalam penelitian ini menentukan informan dengan menggunakan teknik


31

purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yang benar-

benar menguasai suatu objek yang peneliti teliti.

Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono,Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti

(sugiyono, 2019).

Peneliti beralasan menggunakan purposive sampling yaitu untuk

mengumpulkan suatu data yang benar-benar real atau nyata dengan

mewawancarai seorang informan yang dianggap mengetahui atau menguasai

suatu keahlian atau pekerjaan tertentu dibidangnya. Sehingga dari purposive

sampling tersebut yang peneliti gunakan untuk penelitian itu guna

mempermudah pengolahan data untuk keperluan penelitian itu sendiri.

Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi terkait judul

penelitian adalah 10 orang nasabah dan 3 orang pihak bank yang berada di

Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

E. Instrumentasi

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, tetapi

setelah fokus penelitian menjadi jelas, kemungkinan instrumen penelitian

tersebut dikembangkan secara sederhana yang diharapkan dapat melengkapi


32

data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara

Adapun instrumen-instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Key instrumen; peneliti sendirilah yang berperan sebagai alat utama dalam

penelitian.

b. Instrumen lainnya

1) Pedoman wawancara;

2) Alat perekam wawancara;

3) Alat pengambilan gambar (kamera foto dan video).

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data

adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih

mudah. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan

berdasarkan pengalaman. Secara metodologis dikenal beberapa macam tehnik

pengumpulan data, diantaranya. :

a. Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku obyek sasaran. Metode observasi yaitu melakukan pengamatan secara

langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

oleh BTPN Syariah Kec.Galang.


33

b. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan

mengajukan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.Wawancara dilakukan

langsung di lokasi penelitian dengan memanfaatkan informasi itu sendiri.

c. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik. Seperti yang dijelaskan dokumen itu dapat berupa arsip-arsip, atau

rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini . Dokumentasi dilakukan

untuk memperoleh data tentang berbagai jenis kegiatan yang terdokumentasi

dalam berbagai buku ataupun catatan-catatan kegiatan BTPN Syariah.

G. Teknik pengabsahan data

Teknik dalam melakukan pengecekan dan memeriksaan keabsahan data

yang diperoleh, terutama pengecekan data yang terkumpul. Data yang

terkumpul akan di cek ulang oleh peneliti pada subjek data yang terkumpul dan

jika kurang sesuai peneliti mengadakan perbaikan untuk membangun derajat

kepercayaan pada informasi yang telah diperoleh. Keabsahan data merupakan

konsep penting yang diperbarui dari konsep validitas dan realibilitas data.

Eksistensi cheeking keabsahan data merupakan hal yang mutlak adanya. Oleh

sebab itu dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencari

validitasi suatu data yang terkumpul. Dan cara-cara tersebut antara lain dalam

penelitian kualitatif ini memakai beberapa teknik, yaitu:


34

1. Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil

dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai

kreadibilitas ialah perpanjangan pengamatan dan peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan membercheck.

2. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan berbagai sumber diluar data sebagai bahan perbandingan.

Kemudian dilakukan cross check agar hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua

triangulasi yaitu triangulasi sumber data dan trianggulasi metode. Hal ini

sesuai standar kredibilitas hasil penelitian setidak-tidaknya menggunakan

triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

3. Memperpanjang pengamatan

Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Dengan memperpanjang pengamatan ini berarti

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport

(hubungan), semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

4. Kebergantungan (dependency)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati–hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan


35

data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan

sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama penelitian karena

keterbatasan waktu.

5. Kepastian (konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan

dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian

yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

H. Teknik penganalisisan data

Analisis data disebut juga pengolahan dan penafsiran data. Analisis data

merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti

tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut perlu dilanjutkan

dengan berupaya mencari makna. Sifat analisis dalam penelitian kualitatif

adalah penguraian apa adanya fenomena yang terjadi (deskriptif) disertai

penafsiran terhadap arti yang terkandung dibalik yang tampak (interpretif).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis interpretif dengan

mengandalkan daya imajinasi, intuisi, dan daya kreasi peneliti dalam proses

yang disebut reflektif dalam menangkap makna dari objek penelitian. Tujuan

analisis tersebut adalah untuk menemukan makna peristiwa yang ada pada

objek penelitian dan menginterpretasikan makna dari hal yang diteliti. Data-

data yang nantinya diperoleh dari penelitian tentang peran intermediasi sosial

perbankan syariah dalam meningkatkan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat


36

miskin akan dianalisis dan ditafsirkan kedalam kata-kata atau penjelasan yang

bisa dipahami dengan jelas oleh orang lain, untuk kemudian disajikan secara

tertulis dalam bentuk laporan penelitian (Patel, 2019a).


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BTPN Syariah

1. Sejarah BTPN Syariah

Sejak masih menjadi Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan

Pensiunan Nasional Tbk (saat ini bernama “PT Bank BTPN Tbk”) di

2010, BTPN Syariah telah merangkul dan menjangkau segmen yang

selama ini belum tersentuh oleh perbankan, yaitu segmen prasejahtera

produktif. Sesuai amanah untuk memberikan kegiatan pemberdayaan dan

literasi keuangan bagi perempuan di segmen ini, BTPN Syariah pun

memberikan akses, layanan serta produk perbankan sesuai prinsip syariah

sehingga mereka dapat memantapkan niat untuk mewujudkan impian

meraih kehidupan yang lebih baik. Pada 14 Juli 2014, BTPN Syariah

resmi terdaftar sebagai Bank Umum Syariah ke-12 di Indonesia melalui

pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah dari PT Bank Tabungan

Pensiunan Nasional Tbk (saat ini bernama “PT Bank BTPN Tbk”) dan

proses konversi PT Bank Sahabat Purna Danarta (“BSPD”). Sebagai satu-

satunya bank umum syariah di Indonesia yang fokus memberikan

pelayanan bagi pemberdayaan nasabah prasejahtera produktif dan

mengembangkan keuangan inklusif, BTPN Syariah senantiasa berupaya

menambah nilai serta mengubah kehidupan setiap yang dilayaninya, selain

dari menghasilkan kinerja keuangan yang baik. Oleh karena itu, produk

dan layanan bagi nasabah BTPN Syariah terus ditingkatkan dan

dikembangkan. Dengan demikian, BTPN Syariah dapat terus memberikan


38

dampak positif bagi jutaan masyarakat di Indonesia dan mewujudkan

Rahmatan Lil Alamin.

Sebagai bank yang sedang berkembang pesat, BTPN syariah memiliki

keunikan, yaitu satu-satunya bank untuk keuangan inklusif, melakukan

pemberdayaan terhadap perempuan, 90% karyawannya perempuan,

memberikan kesempatan kepada tamatan SMA untuk berkarir dibidang

pebankan, dan melahirkan generasi bankir baru.

Salah satu pogram kerja BTPN Syariah adalah memiliki tim bisnis

yang langsung terjun ke desa-desa. Dengan bantuan petugas BTPN

Syariah atau yang dikenal dengan Community Officer yang terjun

kelapangan mempermudah para nasabahnya. Dalam terjun ke desa petugas

membawakan produk Tepat Pembiayaan Syariah Kelompok. Menurut

petugas yang ada Kecamatan Galang produk tepat pembiayaan syariah ini

adalah produk unggulan di BTPN Syariah. Bahkan pada faktanya menurut

petugas tersebut produk tepat ini mengalami kenaikan dalam waktu yang

cukup singkat.

Nah ketika wawancara dengan petugas pada selasa, 26 April 2022

alasan mereka memilih Kecamatan Galang sebagai menambah nasabah

yaitu karna di desa ini yang pertama penduduk di Desa ini termasuk para

pekerja yang aktif, artinya para penduduk memiliki usaha, ada pedagang,

bertani, berkebun ataupun berladang.


39

Table 1.2

Mata pencarian Penduduk Kecamatan Galang

Mata Jaharun Kotasan Karang Tanjung Pulau


Pencaria Tengah Harap Gambar
n
Petani
Dagang
Angkutan
PNS
Pegawai
Swasta
TNI
Terlihat jelas dari data diatas penduduk di desa Durin Simbelang

adalah para pekerja dan para pelaku usaha. Oleh sebab itu desa ini menjadi

pilihan dari petugas BTPN Syariah dalam memasarkan produk mereka.

(64, 2014)

2. Visi dan Misi Perusahaan

Menurut direktur utama bank BTPN dengan tujuan untuk memberikan

makna lebih dalam hidup serta meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia

secara signifikan, maka kami percaya bahwa BTPN akan tumbuh menjadi

bank mass market terbaik di Indonesia. Berikut visi dan misi bank BTPN

Syariah.

a. Visi “Menjadi bank mass market terbaik, mengubah hidup berjuta

rakyat Indonesia”

b. Misi

1) Bersama, kita ciptakan kesempatan untuk tumbuh dan hidup yang

lebih berarti
40

2) Memberdayakan jutaan keluarga pra/cukup sejahtera meraih

kehidupan yang lebih baik, dengan membangun 4 prilaku nasabah

yaitu, Berani Berusaha, Disiplin, Kerja keras, Saling Bantu.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Kantor cabang merupakan perpanjangan tangan dari kantor pusat

dalam menunjang kegiatan perbankan yang berhubungan dengan

pelayanan. Dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan yang

diharapkan serta untuk peningkatan kualitas dan budaya perusahaan,

maka diperlukan adanya struktur organisasi untuk mengupayakan

keselarasan dalam pembagian tugas, wewenang serta tanggungjawab

masing-masing dan untuk membentuk kekuatan internal. (Suparyanto

dan Rosad (2015, 2020)

a. Kepengurusan BTPN Syariah Cabang Galang

Business Coach : Danny Indrayana

Pembina MMS : Nurul Umami

Manager Sentra : Dwi Febrianti

Community Officer 1: Aldini

Community Officer 2: Khofifah

Community Officer 3: Devi Armika

Community Officer 4: Dewi Nurtanita

Community Officer 5: Sri Rizki Rahmadanti

b. Dewan Komisaris

1) Kemal Azis Stamboel


41

2) Dewie Pelitawati

3) Mahdi Syahbuddin

c. Dewan Direksi

1) Harry A.S. Sukadis

2) Ratih Rachmawaty

3) Taras Wibawa Siregar

4) Setiasmo

5) Gatot Adhi Prasetyo

d. Dewan Pengawas Syariah

1) KH. DRS. Amidhan

2) KH. Ahmad Cholil Ridwan, LC

4. Produk Bank BTPN Syariah

BTPN Syariah sebagai bank baru terus berupaya menyediakan

produk-produk unggulan yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan

nasabah untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Fokus pada

pemberdayaan nasabah pra sejahtera produktif, BTPN Syariah memiliki

2 (dua) produk utama yaitu produk pendanaan dan produk pembiayaan .

kedua produk ini semata-mata ditujukan untuk memberdayakan keluarga

pra-sejahtera produktif.

a. Pendanaan, Produk pendanaan memberikan kesempatan kepada

nasabah untuk menumbuhkan jutaan rakyat Indonesia. Nasabah tidak

hanya mendapatkan kenyamanan bertransaksi perbankan dan imbal hasil

yang optimal, namun memiliki kesempatan membantu keluarga pra /


42

cukup sejahtera di seluruh Indonesia untuk memperoleh hidup yang lebih

baik.

b. Pembiayaan

Produk BTPN Syariah dalam hal pembiayaan adalah Produk

Paket Masa Depan (PMD). Paket Masa Depan adalah program terpadu

BTPN Syariah yang diberikan kepada sekelompok perempuan

dipedesaan yang ingin berusaha dan memiliki impian untuk merubah

hidup, tetapi tidak memiliki akses ke layanan perbankan. PMD

mengedepankan 4 (empat) prilaku efektif dalam menggapai mimpi

mereka yaitu berani berusaha,disiplin, kerja keras dan saling bantu.

BTPN Syariah secara rutin melakukan program pemberdayaan yang

berkelanjutan dan terukur . Produk PMD terdiri dari beberapa manfaat

yang ditawarkan kepada nasabah yang terdiri dari : pembiayaan,

tabungan dan manfaat asuransi. PMD memiliki fasilitas pembiayaan

senilai Rp 1 juta - 50 juta yang dibayarkan melalui cicilan setiap dua

minggu dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau 1,5 (satu setengah) tahun

5. Mekanisme BTPN Syariah Dalam Mengelola PMD

Profil Produk Paket Masa Depan (PMD) Sesuai dengan misi TUR

(Tunas Usaha Rakyat) yang ingin membantu jutaan keluarga pra / cukup

sejahtera untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, maka sejak tanggal 8

Oktober 2010 TUR telah meluncurkan produk pembiayaan Paket Masa

Depan (PMD). Paket Masa Depan adalah paket pembiayaan dengan

menggunakan akad wakalah murabahah yang meliputi : pembiayaan,


43

tabungan wadiah, asuransi jiwa bagi nasabah PMD dan santunan

terhadap suami nasabah yang meninggal dunia. Persyaratan untuk

menjadi nasabah PMD terdiri dari beberapa aspek, diantaranya aspek

hukum, dengan diaturnya batasan usia seseorang yang dianggap sudah

dewasa dan boleh melakukan perjanjian/akad, karena jika usia nasabah

belum dewasa, maka akibatnya perjanjian/akad yang dibuat akan menjadi

batal. Selain itu aspek kepatuhan terhadap ketentuan bank Indonesia,

bahwa pembiayaan harus diberikan kepada WNI, dan tak kalah penting

harus memastikan bahwa pembiayaan diberikan kepada target market

yang ditentukan oleh bank.

Berikut syarat untuk menjadi nasabah PMD di bank BTPN

Syariah, sebagai berikut :

c. Perorangan, Warga Negara Indonesia (WNI) dan berkedudukan di

Indonesia.

d. Perempuan dari keluarga pra / cukup sejahtera yang sudah

memiliki usaha atau yang ingin memiliki usaha.

e. Usia minimum 18 tahun bagi perempuan yang sudah/pernah

menikah dan minimal 21 tahun bagi yang belum menikah dengan usia

maksimal pada saat pengajuan 59 tahun dan pada saat pelunasa maksimal

usia nya 60 tahun.

f. Penduduk setempat yang bertempat tinggal tetap

diwilayah/kampuang tersebut (tidak kontrak/kost).


44

g. Apabila diketahui nasabah bertempat tinggal diatas tanah milik

pihak ketiga, maka Tim MMS harus mengisi From Verifikasi Rumah di

atas lahan milik orang lain.

h. Jika dalam 1 (satu) rumah terdapat beberapa keluarga atau

beberapa calon nasabah, maka yang diperkenankan menjadi nasabah

hanya 1 (satu) diantaranya.

Tujuan pembiayaan ini adalah untuk modal usaha, baik usaha baru

maupun penambahan usaha yang sudah berjalan sesuai dengan prinsip

syariah. Dilarang memberikan pembiayaan diluar prinsip syariah seperti

untuk usaha jual daging babi, menjual kupon judi, minuman keras, atau

digunakan untuk membayar pinjaman di tempat lain.

6. Prosedur Pemberian Pembiayaan PMD

Pemberian pembiayaan kepada nasabah diawali dengan

menyeleksi nasabah yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Melakukan Pre Marketing Pada tahapan Pre marketing yang

dilakukan oleh tim MMS terdapat tiga tingkatan pertemuan atau

mealkukan intermediasi, yaitu sebagai berikut:

1) Silaturahmi Dengan Aparat (SDA) setempat Tim MMS melakukan

pertemuan dengan aparat desa, baik itu kelurahan maupun kecamatan,

untuk bersilahturahmi sekaligus mensosialisasi produk Paket Masa

Depan yang akan diberikan kepada warga disekitar desa tersebut. Selain

bersilahturahmi dan penjelasan produk PMD, Tim MMS juga bisa


45

mencari informasi kepada aparat desa mengenai calon nasabah yang akan

dikasih pembiayaan nantinya.

2) Mini Meeting (MM) Team MMS melakukan kunjungan langsung

kepada para perempuan yang dijadikan target market, tujuan utama dari

MM ini yaitu untuk melakukan survey lokasi agar team MMS tau lokasi

rumah nasabah selanjutnya untuk menggali kebutuhan dan mencari

sumber motivasi untuk mewujudkan mimpi ibu-ibu serta

memperkenalkan produk Paket Masa Depan secara singkat.

3) Projection Meeting (PM) Ini merupakan tindak lanjut dari Mini

Meeting kepada calon nasabah, untuk menggali kebutuhan calon

nasabah, memberi motivasi dan menjelaskan secara detail tujuan,

manfaat dan ketentuan mengenai Paket Masa Depan serta menumbuhkan

motivasi kepada ibu-ibu agar berani berusaha, Displin, Kerja keras dan

saling bantu.

4) Survey dan wawancara (SW) Survey dilakukan untuk mengetahui

lokasi usaha nasabah serta menganalisa omset usaha nasabah agar tim

MMS bisa mempertimbangkan berapa pembiayaan yang akan diberikan

untuk tahap awal. Selajutnya melakukan wawancara langsung kepada

nasabah serta mencari informasi karakter nasabah kepada tetangganya. c.

Memberikan Pelatihan Dasar Keanggotaan (PDK) termasuk

pembentukan group, pembentukan sentra dan penentuan lokasi sentra.

5) Pelatihan Calon nasabah yang sudah diseleksi dan dilakukan survey

wawancara, selanjutnya akan diberikan Pelatihan Dasar Keanggotaan


46

(PDK) yaitu memberikan informasi secara rinci mengenai produk Paket

Masa Depan dan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan secara

sederhana. PDK wajib diikuti oleh semua calon nasabah dengan

kehadiran 100%. Pelatihan ini diberikan oleh bank kepada nasabah

secara gratis. Calon nasabah wajib lulus PDK sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengajukan pembiayaan, sebagai bukti kelulusan, nasabah

akan dilantik oleh MS/WMS dan bank akan menerbitkan tanda kelulusan

PDK yang dibuat dalam 2 (dua) lembar, 1 lembar yang asli disimpan oleh

bank dan 1 lembar copyan diberikan kepada ketua sentra pada waktu

pelantikan untuk disimpan oleh ketua sentra. PDK dilakukan selama 5

(lima) hari berturut-turut dengan materi yang berbeda-beda bagi nasabah

yang baru bergabung dengan pembiayaan PMD, bagi nasabah yang

sudah mendapatkan pembiayaan PMD pada tahap awal dan kemudian

ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya maka nasabah tersebut

mendapatkan PDK selama 1 (satu) hari atau paling lama 3 (tiga) hari.

6) Pembentukan grup dan sentra Pembentukan grup dan sentra dilakukan

pada saat PDK, Yaitu :

a) Grup Setiap grup terdiri dari minimal 1 orang dan maksimal 5 orang,

termasuk 1 ketua grup yang dapat membaca dan menulis. Pemilihan

ketua grup menjadi wewenang dari anggota grup. Penambahan anggota

grup dapat dilakukan setiap saat, selama tidak melebihi jumlah anggota

maksimal 1 grup. Ibu, anak atau saudara kandung tidak boleh satu group.

b) Sentra Setiap 1 sentra terdiri dari minimal 1 grup dan maksimal 5 grup
47

yang dipimpin oleh ketua sentra yang bisa membaca dan menulis.

Pemilihan ketua sentra sepenuhnya menjadi wewenang dari anggota

sentra.

7) Penentuan rumah/lokasi sentra Rumah sentra adalah tempat Pertemuan

Rutin Sentra (PRS), bisa merupakan rumah salah satu nasabah, atau

tempat lainnya yang disepakati sebagai tempat PRS seluruh anggota

sentra. Maintenance Nasabah Maintenance nasabah maksudnya adalah

pendampingan terhadap nasabah. Pendampingan ini meliputi 2 (dua) hal,

yaitu :

a) Pertemuan Rutin Sentra (PRS) Pertemuan Rutin Sentra (PRS)

dilakukan 1x dalam 2 (dua) minggu setelah pencairan pembiayaan PMD.

Semua kegiatan harus dilakukan pada saat PRS seperti membayar

angsuran, setor atau tarik tabungan dll. PRS dilakukan ditempat yang

telah disepakati bersama pada saat Mini Meeting (MM). Pada saat PRS

pihak bank akan selalu mengingatkan 4 (empat) prilaku yang harus

dilakukan nasabah yaitu Berani berusaha, Disiplin, Kerja Keras dan

saling bantu.

b) Monitoring Usaha (MU) dan Surprise Visit (SV) Monitoring Usaha

dilakukan untuk melihat apakah ada perubahan pada nasabah yang telah

mendapatkan pembiayaan PMD. MU dilakukan selambat-lambatnya

1(satu) bulan setelah pencairan. Jika dalam MU didapati nasabah

menggunakan pembiayaan tidak sesuai dengan tujuan awal maka pihak

bank akan memberikan peringatan dan bisa nasabah tersebut tidak


48

mendapatkan Top Up atau pembiayaan siklus selanjutnya. Selanjutnya,

tahap terakhir dari Maintenance Nasabah adalah Surprise Visit (SV). SV

dilakukan secara Sampling minimal 4 (empat) orang nasabah dan

dilaksanakan maksimal 3 bulan sejak pembiayaan dicairkan.

1. Jawaban dari Hasil Wawancara tentang Peran Intermediasi Sosial

Perbankan Syariah

1. Wawancara dengan Bussines Manager PT..

2. Wawancara dengan Nasabah Pelaku UMKM


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembiayaan Paket Masa Depan (PMD) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perkembangan usaha masyarakat pra sejahtera.

B. Saran

Dalam menjalankan kegiatan pembiayaan masa depan (PMD) BTN

Syariah MMS Galang telah sesuai dengan prinsip syariah yaitu tidak

melakukan kegiatan usaha yang meliputi unsur riba dan gharar

(melakukan transaksi dengan objek yang tidak jelas), serta tidak

menerapka sistem denda namun memberi toleransi waktu kepada nasabah

apabila tidak mampu membayarkan kewajibannya.


DAFTAR PUSTAKA

64, H. Btpnsyariah. Com/Tentang-Kami/Profil. Htm. (2014).


Https://Www.Btpnsyariah.Com/Tentang-Kami/Profil.Html 64. 64–98.
Afifah, N., & Haryanti, P. (2021). Hakikat Peran Intermediasi Bank Syariah Bagi
Masyarakat Pada Pt Bprs Lantabur Tebuireng Jombang. Jies : Journal Of
Islamic Economics Studies, 2(3), 160–173.
Https://Doi.Org/10.33752/Jies.V2i3.420
Departemen Kemenag. (2019). Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-
Qoeraan (1967) / Tim Penyempurnaan Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019).
Jajasan Penjelenggara Penterdjemah/Pentafsir Al-Qoeraan (1967) / Tim
Penyempurnaan Terjemahan Al-Qur’an (2016-2019), 1999(December), 1–6.
Fathurrahman, A., & Fadilla, J. (2019). Peranan Perbankan Syariah Terhadap
Pengembangan Modal Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm). Al-
Tijary, 5(1), 49–58. Https://Doi.Org/10.21093/At.V5i1.1783
Fujianti, A. (2019). Peran Intermediasi Sosial Perbankan Syariah Dalam
Meningkatkan Fasilitas Pembiayaan Bagi Masyarakat Miskin Pada Bni
Syariah. Agus Fujianti, 1999(December), 1–6.
Ikramuddin, M. (2018). Analisis Peran Intermediasi Sosial Perbankan Syariah
Terhadap Masyarakat Pelaku Usaha Mikro (Studi Pada Pt. Bni Syariah Kcp
Antasari) …. Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/Id/Eprint/5008
Ilyas, R. (2015). Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari ’ Ah A .
Pendahuluan Perbankan Dalam Kehidupan Suatu Negara Adalah Salah Satu
Agen Pembangunan ( Agent Of Development ). Hal Ini Dikarenakan Adanya
Fungsi Utama Dari Perbankan Itu Sendiri , Yaitu Sebagai Lembaga Yan.
Penelitian, 9(Februari), 183–204.
Irfan, F. (2019). Analisis Peran Bank Syariah Terhadap Pemberdayaan Umkm
Melalui Pembiayaan Murabahah (Studi Bri Syariah Kcp Sribhawono
Lampung Timur). Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9),
1689–1699.
Iv, B. A. B., & Syariah, A. P. B. (2014). Https://Www.Btpnsyariah.Com/Tentang-
Kami/Profil.Html 64. 64–98.
Muttaqin, H. M., Kosim, A. M., & Devi, A. (2020). Peranan Perbankan Syariah
Dalam Mendorong Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dimasa Pandemi
Covid-19. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, 3(1), 110–119.
Https://Doi.Org/10.47467/Elmal.V3i1.393
Patel. (2019a). Bab Iii Metode Penelitian. 9–25.
Patel. (2019b). Intermediasi Pendistribusian Zakat Dalam Islam. 9–25.
Samsudin, C. M. (2020). Analisis Peran Intermediasi Sosial Perbankan Terhadap
51

Petani. Konstruksi Pemberitaan Stigma Anti-China Pada Kasus Covid-19 Di


Kompas.Com, 68(1), 1–12.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Ndteint.2014.07.001%0ahttps://Doi.Org/
10.1016/J.Ndteint.2017.12.003%0ahttp://Dx.Doi.Org/10.1016/
J.Matdes.2017.02.024
Sugiyono. (2019). Teknik Purposive Sampling Pada Penelitian Kualitatif. I, 28.
Suparyanto Dan Rosad (2015. (2020). 済 無 no Title No Title No Title.
Suparyanto Dan Rosad (2015), 5(3), 248–253.
Ulpah, M. (2020). Konsep Dalam Pembiayaan Perbankan Syariah, Vol. 3 No.2
Agustus 2020. Madani Syari’ah, 3(2), 147–160.
File:///C:/Users/Acer/Downloads/208-Article Text-297-1-10-20200831.Pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun. (2008). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. 1.
Zaluchu, S. E. (2021). Peran Perbankan Syariah Dalam Mengembangkan Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah Bsi Kcp Jambi. 3(March), 6.

Anda mungkin juga menyukai