Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

SUKUK (OBLIGASI SYARIAH) SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI SYARIAH

(Pentingnya Sukuk Di Era 4.0 saat ini )

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Ekonomi Keuangan Islam
Dosen Pengampu : Hisam Ahyani, M.H

Oleh :

Nur Azizah Assaalimah

NIM :
180310005

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR


JL.Pesantren No. 2 Citangkolo Kujangsari Kec.Langensari Kota Banjar
46324
2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah yang berjudul "Sukuk (obligasi syariah)
sebagai Instrumen Investasi Syariah" dalam rangka memenuhi tugas Mata kuliah Ekonomi
Keuangan Islam .

artikel review jurnal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Sukuk (obligasi syariah) sebagai Instrumen Investasi Syariah" yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber. artikel review jurnal ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya artikel review jurnal ini dapat terselesaikan.

Penyusunan makalah ini, penulis memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Hisam Ahyani, M.H selaku dosen Ekonomi Keuangan Islam yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan artikel review jurnal ini.
2. Keluarga yang telah memberikan do’a serta dukungannya.
3. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungannya.

Penulis telah berupaya dalam menyelesaikan makalah ini untuk menghindari


kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menghasilkan
artikel review jurnal yang lebih baik.

Banjar, 01 Juli 2020

Penyusun
PENDAHULUAN

Sukuk sangat di perlukan di Era 4.0 seperti sekarang ini hal tersebut dikarenakan
Pandemi covid-19 menyebabkan perekonomian melambat dan rasio utang negara meningkat.
Kondisi tersebut menggambarkan instrumen fiskal di setiap negara bekerja untuk menahan
dampak pandemi. Pemerintah melakukan berbagai usaha agar dapat membantu masyarakat di
tengah pandemi Covid-19 ini salah satunya yaitu memberikan bantuan berupa uang tunai dan
juga bahan makanan pokok seperti beras, gula, minyak, dan lainnya. Diharapkan dengan
adanya bantuan dari pemerintah ini dapat membantu meringankan beban masyarakat dan
dapat dipergunakan dengan baik. Selain itu pemerintah juga meringanan uang kuliah selama
pademi Covid-19 ini.

Dengan ini diharapkan memberikan keringanan bagi orang tua dan mahasiswa
sehingga tetap dapat menjalankan kuliah secara online.Tidak hanya memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat Pemerintah juga diharuskan memenuhi kebutuhan dalam bidang kesehatan
yang menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi ini.Sehingga dapat dipastikan dalam
menangani pandemi ini pemerintah menggunakan banyak mengeluarkan dana untuk tetap
menjamin kestabilan kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan defisit APBN karna
pengeluaran terus berjalan sedangkan pendapatan menurun. Pandemi COVID-19 akan
membuat utang luar negeri (ULN) Indonesia semakin lama semakin membengkak.
pembiayaan penanganan COVID-19 membutuhkan biaya besar dan penyelesaian pandemi
yang berlarut-larut membuat kebutuhan biaya semakin tinggi. Keperluan biaya besar tersebut
berpotensi meningkatkan utang pemerintah, baik utang domestik maupun ULN.

.Tingginya jumlah hutang yang harus ditanggung oleh Pemerintah Indonesia dapat
memengaruhi arah pembangunan nasional. Karenanya untuk menghindari hutang, pemerintah
dapat beralih ke penerbitan sukuk sebagai pemenuhan pembiayaan negara dan masyarakat
pun bisa ikut serta dalam memberikan dukungan angaran keuangan nasional. Sukuk dianggap
mampu menjadi solusi yang baik untuk permasalahan ini,terlebih lagi di era 4.0 ini dengan
adanya proses peralihan dari era konvensional ke era syariah sukuk pun ada yang versi
syariahnya.dimana Sukuk yang diterbitkan berada di bawah Fatwa MUI dengan kendali
Dewan Syariah Nasional. Dengan demikian keabsahan sukuk yang diterbitkan jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan kesyariahannya. Sukuk syariah mendapatkan bagi hasil dari hak atas
sertifikat kepemilikan atas suatu aset (proyek riil), berbeda dengan obligasi yang
mendapatkan keuntungannya dari bunga atau kupon yang secara islami merupakan riba.
HASIL REVIEW

Era revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini, telah mengubah cara hidup
masyarakat, bekerja, dan berhubungan satu sama lain termasuk sektor perbankan yang
mengalami Iebih banyak tantangan, terlebih dimasa sulit seperti sekarang (Academy,
2020).Sistem ekonomi syariah merupakan salah satu sistem perekonomian yang
sedang berkembang dengan cukup pesat, baik di Indonesia maupun di mancanegara.
Keunggulan dan manfaat yang dirasakan pada perekonomian syariah mendorong
bekembangnya sistem ekonomi ini, baik di negara yang banyak penduduk muslim maupun
diantara negara yang notabene penduduk terbesarnya adalah non muslim (Indriasari,
2014).Tingginya jumlah hutang yang harus ditanggung oleh Pemerintah Indonesia dapat
memengaruhi arah pembangunan nasional. Karenanya untuk menghindari hutang, pemerintah
dapat beralih ke penerbitan sukuk sebagai pemenuhan pembiayaan negara dan masyarakat
pun bisa ikut serta dalam memberikan dukungan angaran keuangan nasional. Penerbitan
sukuk adalah bentuk kemandirian keuangan negara karena adanya partisipasi publik dalam
menyokong dan membiayai pembangunan nasional. Dengan demikian dapat dihindari
penggunaan dana dari hutang luar negeri, maupun lembaga-lembaga donor atau pihak ketiga,
yang tentunya memiliki agenda politik. Melalui partisipasi gotong-royong dalam kemandirian
keuangan tersebut, sukuk dipandang sebagai alternatif yang lebih baik daripada berhutang
karena sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, yakni mengandung unsur kerja sama selain
juga bernilai investasi

Penerbitan sukuk adalah bentuk kemandirian keuangan negara karena


adanya partisipasi publik dalam menyokong dan membiayai pembangunan nasional. Dengan
demikian dapat dihindari penggunaan dana dari hutang luar negeri, maupun lembaga-
lembaga donor atau pihak ketiga, yang tentunya memiliki agenda politik. Melalui partisipasi
gotong-royong dalam kemandirian keuangan tersebut, sukuk dipandang sebagai alternatif
yang lebih baik daripada berhutang karena sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, yakni
mengandung unsur kerja sama selain juga bernilai investasi (Dafik, 2020 ). Sukuk berasal
dari bahasa arab “sak” (tunggal) dan “Sukuk”(jama') yang memiliki arti mirip dengan
sertiifkat atau note.Jika mengaju kepada fatwa Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan tersebut kepada
pemegang obligasi syariah serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo
tempo.AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Insitution)
mendefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari suatu pernyataan setelah penutupan, bukti
terima nilai sertifikat dan penggunaannya sesuai dengan rencana, sama halnya dengan bagian
dan kepemilikan atas aset yang berwujud, barang, atau jasa, atau modal dari suatu proyek
tertentu atau modal dari suatu aktifitas tertentu.Konsep investasi dalam ajaran islam tidak
hanya diwujudkan dalam bentuk finansial tetapi juga non finansial yang berimplikasi
terhadap kehidupan ekonomi yang kuat. (Nasrifah, 2019)

Transformasi digital dan industri 4.0 akan membawa dampak yang sangat besar
terhadap perekonomian Indonesia. Hal tersebut disadari industri perbankan dengan terus
berupaya menjawab perkembangan teknologi dan perubahan zaman yang sangat cepat. Di
Indonesia saat ini, instrumen sukuk mulai dilirik pemerintah setelah beberapa perusahaan
swasta meluncurkan obligasi syariah. Pemerintah melalui Departemen Keuangan (Depkeu)
dan melalui ditjen pengelolaan utang, Depkeu telah menunjuk Bank Syariah dan
Konvensional yang memiliki izin Bank Indonesia (BI) dan perusahaan efek yang memiliki
izin usaha sebagai penjamin emisi efek dari Pengawas Pasar Modal untuk menjadi agen
penjual sukuk.
perkembangan instrumen investasi kian menunjukan eksistensinya. Telah banyak
ditawarkan berbagai macam pilihan investasi yang sesuai dengan kebutuhan investor dan
perkembangan zaman. Tidak hanya saham, obligasi dan reksadana, sukuk kini dapat menjadi
pilihan investasi yang menarik dan sesuai dengan prinsip syariah.Berbeda dengan obligasi,
Sukuk merupakan surat berharga yang menunjukkan penyertaan kepemilikan atas aset
perusahaan, dan bukan merupakan surat pengakuan utang. Sukuk yang diterbitkan berada di
bawah Fatwa MUI dengan kendali Dewan Syariah Nasional. Dengan demikian keabsahan
sukuk yang diterbitkan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kesyariahannya. Perbedaan
mendasar lainnya adalah sukuk mendapatkan bagi hasil dari hak atas sertifikat
kepemilikan atas suatu aset (proyek riil), sedangkan obligasi mendapatkan bunga atau kupon.
Penerbitan sukuk memiliki beberapa tujuan, yaitu memperluas basis sumber
pembiayaan anggaran negara (APBN), mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar
keuangan syariah, menciptakan benchmark di pasar keuangan Islam, diversifikasi basis
investor SBN, mengembangkan alternatif instrumen investasi, mengoptimalkan pemanfaatan
barang milik negara, mendorong tertib administrasi pengelolaan barang milik negara, dan
memanfaatkan dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem perbankan konvensional.
Sedangkan tujuan utama pemerintah menerbitkan sukuk ritel adalah
untuk membiayai APBN, termasuk membiayai pembangunan proyek seperti yang telah
dijelaskan pada pasal 4 UU No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN. Masih dalam UU yang sama,
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan "membiayai pembangunan proyek" adalah
membiayai pembangunan proyek-proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, termasuk proyek infrastruktur dalam sektor energi,
telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat.
Menurut sumber yang menerbitkan, sukuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu sukuk yang
diterbitkan oleh korporasi dan sukuk yang diterbitkan oleh negara atau yang lebih dikenal
dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) (Dafik, 2020 ).
Sukuk dapat dengan mudah dibandingkan dengan obligasi syariah. Perbedaan
mendasar antara obligasi syariah dan obligasi tradisional terletak pada prinsip dasar, kontrak
yang digunakan, dan persyaratan keuntungan. Obligasi syariah tidak membuktikan adanya
hutang, melainkan membuktikan kepemilikan atau penyertaan dalam perusahaan. Sukuk
Indonesia diperdagangkan di bursa efek dan memiliki dasar hukum formal yang kuat serta
dasar keuangan yang jelas. Ada enam jenis kontrak obligasi syariah dan struktur obligasi
syariah yang biasa diterapkan di pasar modal, yaitu sukuk mudharabah, sukuk musyarakah,
sukuk ijarah, sukuk murabahah, sukuk salam dan sukuk istishna. Selama ini, obligasi syariah
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya mencakup dua jenis obligasi
syariah, yaitu sukuk iijarah dan sukuk mudharabah. Berdasarkan penerbitnya, ada dua jenis
obligasi syariah yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu obligasi syariah
nasional (global Islamic bond) dan obligasi syariah korporasi (corporate) (Hanapi, 2019).
Daftar Pustaka
Academy, T. W. (2020, 02 18). Menjemput Era Revolusi Industri 4.0 : Meraih Peluang Di Era
Digital Ekonomi. Retrieved 07 01, 2021, from wartaekonomi Academy:
https://academy.wartaekonomi.co.id/page/workshop/view/78/menjemput-era-revolusi-
industri-40-meraih-peluang-di-era-digital-ekonomi

Dafik. (2020 , 01 16). Sukuk: Pengertian, Tujuan, Jenis, Kelebihan dan Manfaatnya. Retrieved 07 01,
2021, from Obligasi: https://www.obligasi.co.id/2020/01/sukuk-adalah.html

Hanapi, H. (2019). Penerapan Sukuk Dan Obligasi Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi dan
Bisnis Syariah , 161.

Indriasari, I. (2014). Sukuk Sebagai Alternatif Instrumen Investasi Dan Pendanaan. Jurnal Bisnis dan
Manajemen , 61.

Nasrifah, M. (2019). Sukuk (Obligasi Syariah)Dalam Perspektif Keuangan Islam. Asy-Syari’ah , 66.

Anda mungkin juga menyukai