Anda di halaman 1dari 18

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Pemikiran Ekonomi Islam Abad XII-XIII (H) / 18 – 19 M


Umer Chapra, Monzer Kahf, dan Muhammad Iqbal

Disusun Oleh :

Kelompok 14

Dhea Aurellia Pratiwi

Wulan Ramadhani

Dosen Pengampu :

Sri Herlina, S.E.,M.A

Prodi :

Perbankan Syari’ah Reg.Sore

Semester VIII

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI

T.A 2021 / 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya lah
kami bias menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran Ekonomi Islam Abad
XII-XIII (H) / 18-19 M”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal Alamin.


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Pemikiran Ekonomi Islam menurut Umer Chapra ?

2. Apa saja Pemikiran Ekonomi Islam menurut Monzer Kahf ?

3. Apa saja Pemikiran Ekonomi Islam menurut Muhammad Iqbal ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pemikiran Ekonomi Islam menurut Umer Chapra

2. Untuk mengetahui Pemikiran Ekonomi Islam menurut Monzer Kahf

3. Untuk mengetahui Pemikiran Ekonomi Islam menurut Muhammad Iqbal


BAB II

PEMBAHASAN

1. M. UMER CHAPRA

M. Umer Chapra lahir pada tanggal 1 Februari 1933 di Pakistan.


Berkebangsaan Pakistan kemudian menetap di Saudi Arabia. Ayahnya bernama
Abdul Karim Chapra. Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat beragama,
sehingga tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan yang memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik pula. Masa kecilnya ia habiskan ditanah
kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia pindah ke Karachi untuk
meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D dari universitas
Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya dengan
menikahi Khoirunnisa Jamal Mundi pada tahun 196, dan mempunyai empat
anak, Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.
Karir intelektual dan kecermelangan diawali ketika mendapatkan medali
emas dari universitas Sind pada tahun 1950 sebagai urutan pertama dalam ujian
masuk dari 25.000 mahasiswa. Setelah meraih gelar S2 dari Universitas
Karachi pada tahun 1954, karir akademisnya terus menanjak hingga meraih
gelar doctor di University of Minnesota, AS, tahun 1956. Pembimbingnya Prof.
Harlan Smith, memuji Chapra sebagai seorang yang mempunyai karakter dan
kecermelangan akademis. Chapra juga terlibat dalam berbagai organiasasi dan
pusat penelitian yang berkonsentrasi ekonomi Islam. Beliau menjadi penasehat
pada Islamic Research and Training Institute (IRTI) dari IDB, Jeddah.
Sebelumnya, Chapra menjabat di Saudi Arabian Monetery Agency
(SAMA) Riyadh selama hamper 35 tahun sebagai penasehat peneliti senior.
Lebih kurang 45 tahun beliau menduduki profesi di berbagai lembaga yang
berkaitan dengan persoalan ekonomi, diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun
di USA, dan 37 tahun di Arab Saudi. Ia juga aktif dalam banyak kegiatan
internasional seperti, IMF, OPEC, OIC, IDB dan lain-lain. Atas
kecermelangannya, Chapra memperoleh banyak penghargaan, terutama atas
karya utamanya yang mendapatkan luas yaitu: Toward a Just Monetary System
yang diterbitkan oleh The Islamic Foundation (Leicester, 1985) dan ia
menerima penghargaan : Islamic Development Bank Award atas kajiannya di
bidang Ekonomi Islam dan King Faisal International Prize untuk studi Islam
tahun 1990.
1. Strategi kebijakan moneter Islam M. Umer Chapra
Secara prinsip dalam pelaksanaan kebijakan moneter Islam menurut
M. Umer Chapra berbeda dengan kebijakan moneter konvensional terutama
dalam pemilihan target dan instrumennya. Perbedaan yang mendasar antara
kedua jenis instrument tersebut adalah prinsisp Islam tidak membolehkan
adanya jaminan terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh
karena itu, apabila dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter
maka secara otomatis dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter
berbasis Islam tidak memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target atau
sasaran operasionalnya.
Menurut M. Umer Chapra dalam perekonomian Islam, permintaan akan
uang terutama muncul dari transaksi dan kebutuhan yang kebanyakan
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan distribusinya. Permintaan spekulatif
akan uang pada dasarnya dipicu oleh fluktuasi tingkat bunga dalam
perekonomian kapitalis. Penurunan tingkat bunga yang disertai dengan harapan
yang akan meningkat merangsang orang ataupun perusahaan- perusahaan untuk
tetap menyimpan uangnya.
Dalam sebuah perekonomian Islam, permintaan terhadap uang akan
lahir terutama motif dari transaksi dan tindakan berjaga-berjaga yang
ditentukan pada umumnya oleh tingkatan uang dan distribusinya. Permintaan
terhadap uang karena motif spekulatif pada dasarnya didorong oleh fluktuasi
suku bunga pada perekonomian kapitalis. Suatu penurunan dalam suku bunga
dibarengi dengan harapan tentang kenaikannya akan mendorong individu dan
dibarengi dengan harapan kenaikannya akan mendorong individu dan
perusahaan akan meningkatkan jumlah uang yang dipegang. Karena suku
bunga seringkali berfluktuasi pada perekonomian kapitalis. Karena dalam
perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali berfluktuasi, uang yang
sengaja hanya disimpan akan terus menerus berubah. Suatu penurunan dalam
suku bunga dibarengi dengan penghapusan bunga dan kewajiban membayar
zakat sebesar 2,5 % per tahun tidak hanya dapat meminimalisasikan
permintaan spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan
oleh tingkat bunga diatas, melainkan juga memberi stabilitas yang lebih tinggi
terhadap permintaan akan uang. Hal ini diperkuat dengan sejumlah faktor
termasuk:
a. Asset pembawa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah perekonomian
Islam, sehingga orang yang hanya memegang dana likuid menghadapi
pilihan apakah tidak mau terlibat dengan risiko dan tetap memegang
uangnya dalam bentuk cash tanpa memperoleh keuntungan, atau turut
berbagi risiko dan menginvestasikan uangnya pada asset bagi hasil
sehingga mendapatkan keuntungan.
b. Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan berbagai tingkatan
risiko akan tersedia bagi para investor tanpa memandang apakah mereka
adalah pengembil risiko tinggi atau rendah, sajauh mana risiko yang dapat
diperkirakan akan diganti dengan laju keuntungan yang diharapkan.

c. Barangkali dapat diasumsikan bahwa kecuali dalam keadaan resesi tak aka
nada pemegang dana yang cukup irasional untuk menyimpan sisa uangnya
setelah dikurangi oleh keperluan-keperluan transaksi dan berjaga-jaga
selama ia dapat menggunakan sisanya yang menganggur untuk melakukan
investasi pada asset bagi hasil untuk menggantikan paling tidak sebagian
efek erosive zakat dan inflasi, sejauh dimungkinkan dalam sebuah
perekonomian Islam.
d. Laju keuntungan berbeda dari laju suku bunga tidak akan ditentukan di
depan. Satu-satunya yang akan ditentukan di depan adalah rasio bagi hasil,
ini tidak akan mengalami fluktuasi, seperti halnya suku bunga karena akan
didasarkan pada konvensi ekonomi dan social, dan setiap ada perubahan di
dalamnya akan terjadi lewat tekanan kekuatan- kekuatan pasar sesudah
terjadi negosiasi yang cukup lama.
2. Sumber-Sumber Ekspansi Moneter Islam

Untuk menjamin bahwa pertumbuhan moneter “mencukupi” dan tidak


“berlebihan”, perlu memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter. Dua
diantaranya adalah domestik. Pertama, membiayai defisit anggaran pemerintah dengan
meminjam dari bank sentral. Kedua, ekspansi deposito melalui penciptaan kredit pada
bank-bank komersial. Ketiga, bersifat eksternal, yaitu “menguangkan” surplus neraca
pembayaran luar negeri.
a. Defisit Fiskal

Kalangan ekonom sepakat bahwa defisit fiskal dapat atau bahkan mungkin sudah
menjadi sumber penting bagi ekspansi moneter. Berbagai upaya pemerintah untuk
menggali sektor riil dengan tingkat kecepatan yang melebihi stabilitas harga yang dapat
dicapai, dapat menimbulkan peningkatan defisit fiskal dan mempercepat penawaran
uang sehingga menambah laju inflasi. Bahkan, di Negara-negara industri utama,
besarnya defisit fiskal telah menjadi penyebab utama kegagalan untuk memenuhi target
suplai uang. Ini cenderung memberikan beban yang tidak proporsional kepada
kebijakan moneter dalam rangka memerangi inflasi. Meskipun demikian sebagaimana
yang dinyatakan oleh para ekonom yang tergabung dalam Economists Advisory Group
Bussiness Research Study (EAGRS) “Makin besar ketergantungan sektor pemerintah
kepada sistem perbankan, makin berat bagi bank sentral untuk melakukan suatu
kebijakan moneter yang konsisten”.
Karena itu, kalau tidak ingin kebijakan moneter menjadi kurang efektif atau
terlalu restriktif, harus ada koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk
merealisasikan tujuan-tujuan nasional. Ini perlunya suatu kebijakan fiskal yang
noninflasioner dan realistis di Negara-negara Islam. Oleh karena itu, suatu pemerintahan
Islam yang bersungguh-sungguh ingin mewujudkan tujuan-tujuan perekonomian Islam
harus menjalankan suatu kebijakan fiskal yang konsisten dengan tujuan-tujuannya. Ini
lebih penting karena umumnya pasar uang di negara Islam relatif terbelakang sementara
kebijakan moneter kurang efektif dalam meregulasi suplai uang sebagaimana yang dapat
dilakukan oleh kebijakan fiskal. Ini bukan berarti dengan sendirinya meniadakan defisit
fiskal melainkan menegaskan bahwa defisit tetap diperbolehkan hanya sejauh
diperlukan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan dan
kesejahteraan dalam kerangka harga yang stabil.
b. Penciptaan Kredit Bank Komersial

Deposito bank komersial merupakan bagian penting dari penawaran uang.


Sebagai kemudahan untuk analisis, deposito ini dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, “deposito primer” yang menyediakan sistem perbankan dengan basis uang
(uang kontan dalam bank + deposito di bank sentral). Kedua, “deposito derivatif” yang
dalam sebuah sistem cadangan proporsional mewakili uang yang diciptakan oleh bank
komersial dalam proses perluasan kredit dan merupakan sumber utama ekspansi
moneter dalam perekonomian dengan kebiasaan perbankan yang sudah maju. Deposito
derivatif demikian akan menimbulkan suatu peningkatan penawaran uang, seperti
halnya mata uang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral. Karena ekspansi
ini persis seperti defisit pemerintah, memiliki potensi inflasioner jika tidak ada
pertumbuhan pengganti dalam output, ekspansi dalam deposito derivatif harus diatur
jika pertumbuhan moneter yang diinginkan harus dicapai. Hal ini dapat direalisasikan
dengan mengatur ketersediaan uang basis bagi bank-bank komersial. Untuk tujuan ini
ketiadaan bunga sebagai mekanisme pengatur akan berguna. Sebenarnya, ia akan
berguna karena akan menghapus efek yang akan menimbulkan ketidakstabilan suku
bunga yang berfluktuasi, akan menstabilkan permintaan terhadap uang dan secara
substansial mengurangi amplitudo fluktuasi ekonomi.

3. Instrumen Kebijakan Moneter Islam

Menurut M. Umer Chapra instrumen kebijakan moneter yang sesuai dengan


syariat Islam harus mencakup enam elemen yaitu :

a. Target pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun bank sentral harus menentukan
pertumbuhan peredaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional.
Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan Mo (high powered money: uang dalam
sirkulasi dan deposito pada bank sentral). Bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank komersial dan lembaga
keuangan sesuai proporsi yang ditentukan berdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran
dalam perekonomian Islam. Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai instrumen
kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan kredit.
b. Public share of demand deposit (uang giral). Dalam jumlah tertentu demand
deposit bank-bank komersial (maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah
untuk membiayai proyek-proyek sosial yang menguntungkan.1

1
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani. 2000). Hlm. 10
2. MONZER KAFH

Damaskus adalah negara kelahiran Monzer kahf, beliau lahir pada tahun
1940 di ibu kota suriah tersebut. Damaskus selain negara kelahiran juga sebagai
negara pendidikan Beliau. Monzer kahf menyelesaikan sekolah dasar dan
menengah di damaskus, kemudian mengmabil gelar sarjana BA dalam
perdagangan dari universitas damaskus pada bulan juni tahun 1962. (Sriwahyuni,
2017). Kafh langsung memperoleh pengharaan dari presiden syiria sebagai
lulusan terbaik. Lalu tahun 1975, kahf meraih gelar Ph.D. Untuk ilmu ekonomi
spesialisasi ekonomi internasional dari University of Utah, Salt Lake City, USA.
Selain itu, Kahf juga pernah mengikuti kuliah in formal yaitu, Training and
knowledge of Islamic Jurisprudence (Fiqh) and Islamic Studies di Syria. Pada
tahun 1968, kahf telah menjadi akuntan publik yang sudah bersertifikat. Lalu
kemudian 2005, Monzer kahf menjadi seorang guru besar ekonomi Islam dan
perbankan di The Garduate Programe of Islamic Economics and Banking,
Universitas Yarmouk di Jordan.(Muhammad Ainul Yaqin, 2019)

Berbicara tentang karir Monzer Kahfi, beliau dikenal sebagai seorang


ekonom, konsultan, dosen, dan spesialis dibidang Syariah dan hukum Islam. Jalur
karir Monzer Kahf ditunjukkan dibawah ini:

1. Monzer Kahf adalah seorang guru aktif di School of Business University of


Damascus dari tahun 1962 hingga 1963.
2. Monzer Kahf bekerja sebagai auditor di Kantor Audit Nasional
Pemerintah dari tahun 1963 - 1971.
3. Monzer Kahf adalah asisten profesor ekonomi di University of Utah dari
tahun 1971 - 1975.
4. Monzer Kahf adalah anggota American Economic Association dari tahun
1974 - 1999.
5. Monzer Kahf menjabat sebagai Chief Financial Officer Asosiasi Islam
Amerika Utara, Manajer Dana Zakat Nasional, dan Chief Financial Officer
Yayasan Islam Amerika Utara pada tahun 1975-1981.
6. Monzer Kahf adalah anggota pendiri Asosiasi Ekonomi Muslim
Internasional Amerika Serikat dan Kanada dan Asosiasi Sosiolog Islam
pada tahun 1980.
7. Monzer Kahf bekerja sebagai ekonom dari 1985 - 1999.

8. Monzer Kahf adalah kepala departemen dari tahun 1989 -1991.

9. Dari tahun 1995 hingga 1999, Monzer Kahfi adalah seorang ekonom
peneliti senior di Institut Studi Islam dan Pelatihan Bank Pembangunan
Islam (IDB) yang berada diJeddah ,ArabSaudi.

10. Monzer Kahf adalah profesor lulusan ekonomi dan perbankan Islam yang
mengajar ekonomi Islam di Universitas Yarmouk di Yordania dari 2004-
2005.
11. Monzer Kahf adalah konsultan, trainer dan pendidik perbankan, keuangan
dan ekonomi syariah yang telah menyelenggarakan private training di
California, USA sejak 1999.

1. Metodologi Monzer Kahf

Sebelum menjelaskan metodologi dan alat yang digunakan Calf untuk


mengembangkan ekonomi Islam, perlu dijelaskan definisi ekonomi Islam yang dia
mulai. Calf mendefinisikan ekonomi Islam sebagai "studi tentang perilaku
ekonomi laki-laki dan perempuan sebagai aktor baik individu, komunitas dan
kelompok." Definisi yang berbeda di antara para ekonom Islam mempengaruhi
metodologi. Calf mengakui bahwa tidak ada kesepakatan di antara para ekonom
Islam tentang definisi ekonomi Islam, ruang lingkupnya, ekonomi tradisionalnya,
metodenya, hubungannya dengan alat analisis, atau beberapa asumsi dasarnya.
Kahfi mendefinisikan ekonomi Islam sebagai perilaku manusia yang
dalam segala hal berpedoman pada nilai-nilai agama dan moral Islam tertentu,
baik dalam bidang hukum, politik dan sosial. Kahfi mencatat beberapa poin
penting mengenai perlunya para ekonom Islam untuk menciptakan alternatif
ekonomi. dalam bentuk ekonomi Islam, atau kita hanya memiliki pandangan
Islam tentang ekonomi.

1. Perlu dikembangkan suatu disiplin ilmu yang mempelajari apa yang secara
umum digambarkan sebagai subjek ilmu ekonomi secara universal.
2. Tidak perlu menambahkan kata sifat “Islam” pada ekonomi. Penambahan
semacam ini tidak diwajibkan oleh agama Islam, dan para ulama Islam
tidak melakukannya ketika memimpin peradaban. Penambahan ini juga
menyesatkan karena menunjukkan bahwa "hukum" ekonomi Islam tidak
universal dan umum bagi semua manusia. Selain itu, penambahan "Islam"
ke dalam ilmu ekonomi dapat dibatasi, terutama karena kata Islam
mempersempit ruang lingkup disiplin ilmu tersebut menjadi dalil-dalil
yang mengandung nilai-nilai Islam.
3. Tragedi peristiwa sejarah yang menghalangi umat Islam untuk bangkit dari
peradaban manusia dalam beberapa abad terakhir, mengakibatkan
keterbatasan ekonomi dalam pandangan budaya Yahudi.
4. Kajian sistem ekonomi Islam harus mencakup “what should be” dan
dampaknya terhadap variabel-variabel dan hubungannya dalam ekonomi
Islam. Dampak ini harus dianalisis dalam terang teori ekonomi universal
dan humanistik, bebas dari ide-ide yang terbentuk sebelumnya.
5. Istilah ekonomi Islam secara longgar dibenarkan sebagai sub-cabang dari
ekonomi konvensional yang berkaitan dengan sistem ekonomi Islam dan
dampaknya terhadap variabel dan keputusan ekonomi.

Kahfi mengakui bahwa ada perbedaan antara ekonom Islam dan ekonom
tradisional dalam sistem nilai yang mereka dukung, tetapi mereka sering
tersembunyi. Hubungan antara ilmu-ilmu sosial, termasuk ekonomi, ekonomi, dan
nilai-nilai sosial, pribadi, dan ideologis tidak dapat dipisahkan. Karena persepsi
ideologis mereka, ekonom Islam biasanya lebih jelas tentang konteks ideologis.
2. Pemikiran Monzer Kahf

Monzer kahf dalam pemikirannya mengemukakan bahwa bahwa muslim


tidak harus islam. Menurut Monzer Kahfi, seseorang dapat disebut sebagai orang
Islami jika ia mau menerima paradigma Islam. Monzer Kahfi berpendapat bahwa
terminologi Islam tidak perlu dimasukkan ke dalam bisnis. Karena para ulama
terdahulu tidak mempermainkan peran utama dalam budaya. Ekonomi islam dapat
dijangkau oleh seluruh kelompok, ras, suku dan agama. Paradigma ini terkait
dengan nilai-nilai Islam dan norma ekonomi berdasarkan 3 (tiga) pilar berikut ini :

1. Segala sesuatu hanya milik Allah semata

2. Hanya hukum allah yang dapat diberlakukan

3. Sifat untuk senantiasa memperbaiki diri sendiri.

Menurut firman Allah yang ditulis dalam Surah Al-Baqarah pada ayat 215,
menjelaskan dalam kalam-Nya. Yang Artinya: “ Mereka bertanya tentang apa
yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anakyatim,orang-
orangmiskindanorang-orangyangsedangdalamperjalanan". Dan apa saja
kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Menurut Monzer Kahf, seorang pria muslim adalah orang yang memiliki
tujuan menciptakan masyarakat yang sejahtera dan adil serta seimbang, cerdas
sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Umat Islam adalah umat yang memilik
banyak sekali pelajaran mulai dari norma, adat, dan etika. Pertama, tauhidnya
mengilhami keyakinan bahwa Allah memiliki hak untuk mengatur kehidupan
manusia. Kedua, selain memaksimalkan kepuasan penggunaan barang, pastikan
barang tersebut legal atau ilegal, dan tidak merugikan masyarakat. Ketiga, umat
Islam selalu immaterial, selalu memperhatikan nasehat dan perintah syariat Islam
untuk kemaslahatan orangorang di sekitarnya.

Pemikiran lain Monzer Kahf adalah mengenai negara. Menurut beliau


negara sangat berperan menjadi perencana dan pengawas. Ada 3 hal yang menjadi
sebuah tujuan untuk meningkatka negara.

1. Memaksimalkan penggunaan SDA (sumber daya alam ).


2. Meminimalkan kesenjangan distribusi.

3. Menyusun regulasi bagi pelaku ekonomi untuk menjamin terselenggaranya


peraturan yang baik bagi pemerintah.2

3. MUHAMMAD IQBAL

Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, India pada 9 November 1877 dan
meninggal di Lahore pada 21 April 1938 pada umur 61 tahun. Beliau dikenal sebagai
Allama Iqbal, seorang penyair, politisi, dan filsuf besar pada abad ke 20. Iqbal dikenal
sebagai Shaire-e Mushriq yang berarti penyair dari Afganistan ia terkenal sebagai Iqbal-
e Lahori (iqbal dari Lahore), dan sangat dihargai atas karya-karya berbahasa Persia nya.

Iqbal adalah seorang putra dari keluarga yang berlatar belakang dari sebuah
Kasta Brahma Kasymir yang telah memeluk Islam sejak tiga abad sebelum ia dilahirkan.
Iqbal memulai pendidikan pada masa kanak-kanaknya pada ayahnya. Setelah itu iqbal
dimasukkan di Scottish Mission School, Sialkot.

Selepas dari sekolah menengah, pada tahun 1893, Iqbal memperoleh beasiswa ke
perguruan tinggi, pada tahun 1985 Iqbal menyelesaikan pelajarannya di Scottish dan
pergi ke Lahore. Government College dan berguru kepada Sir Thomas Arnold, seorang
orientalis asal Inggris yang ketika itu menjabat sebagai guru besar, Arnold mendorong
Iqbal untuk lebih jauh melanjutkan pendidikannya di Eropa 129. Pada tahun 1905 Iqbal
pun akhirnya berangkat ke Inggris.

Cambridge kemudian Iqbal pergi ke Jerman untuk melanjutkan program studi


doktoralnya. Setelah menyelesaikan program doktoralnya, iqbal kembali ke kota tanah
airnya pada tahun 1908. Di negerinya ini ia menjalankan profesinya sebagai pengacara,
guru besar di universitas dan penyair. Pada tahun 1926, Iqbal mulai aktif dalam politik
dan membuat konsep pendirian, negara Islam Pakistan. Pada tahun 1927, Iqbal duduk di
DPR Punjab dan setahun kemudian menjadi ketua Liga muslimin.

Pemikiran Ekonomi Muhammad Iqbal

1. Islam Vs Kapitalisme dan Komunisme

2
A. Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta : Bagaskara, 2012) hlm. 13
Ia melihat kelemahan dari sistem kapitalis dan komunis. Dan ia mengambil sikap
yang lebih baik dengan bersumber kepada Al-Qur'an dan al-hadith. Menurutnya,
semangat kapitalis, yaitu memupuk modal sebagai nilai dasar sistem ini dan
bertentangan dengan semangat Islam. Demikian juga, semangat komunis banyak
melakukan pemaksaan kepada masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Iqbal memperhatikan terhadap petani, buruh dan masyarakat lemah lainnya. Ia
menganggap semangat kapitalis yang selalu mengeksploitasi menjadi asing bagi Islam.

2. Keadilan sosial dan Zakat

Merupakan aspek yang mendapat perhatian besar dari Iqbal, dan ia menyatakan
bahwa negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini. Zakat
yang hukumnya wajib dalam Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi
penciptaan masyarakat yang adil.

3. Peranan Negara

Menurut Muhammad Iqbal negara dipandang Islam, ialah suatu usaha mengubah
dasar-dasar pemikiran menjadi kekuatan ruang waktu, suatu cita-cita mewujudkan
dasar-dasar pemikiran dalam suatu organisasi, hanya dalam pengertian inilah bahwa
negara dalam Islam adalah teokrasi. Menurut Iqbal teokrasi adalah pemerintahan yang
berdasarkan tauhid dan menerapkan nilai-nilai (prinsip-prinsip) persamaan,
kesetiakawanan dan kebebasan yang terkandung di dalam tauhid.3

3
Muhammad Iqbal, Sistem Politik Islam, (Jakarta:Lentera Baristama, 2001) hlm. 160
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Umer Chapra adalah seorang pemikir ekonomi islam abad modern. Beliau
sangat berperan dalam perkembangan ekonomi islam. Ide-ide cemerlangnya banyak
tertuang dalam karangan-karangannya. Umer Chapra mendefinisikan ekonomi islam
sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan
manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama
dengan muqasid, tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan
ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan
solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat.

Monzer kahf dalam pemikirannya mengemukakan bahwa bahwa muslim tidak


harus islam. Menurut Monzer Kahfi, seseorang dapat disebut sebagai orang Islami jika
ia mau menerima paradigma Islam. Monzer Kahfi berpendapat bahwa terminologi Islam
tidak perlu dimasukkan ke dalam bisnis. Karena para ulama terdahulu tidak
mempermainkan peran utama dalam budaya.

Pemikiran Ekonomi Muhammad Iqbal

1. Islam Vs Kapitalisme dan Komunisme

2. Keadilan Sosial dan Zakat

3. Peranan Negara

B. SARAN
Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca agar pembaca dapat lebih
memahami mengenai Pemikiran Ekonomi Islam Abad XII-XIII (H) / 18-19 M.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap kepada para pembaca agar
dapat memberikan kritikan maupun masukan positif demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani. 2000).
A. Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta : Bagaskara, 2012)
Muhammad Iqbal, Sistem Politik Islam, (Jakarta:Lentera Baristama, 2001)
.

Anda mungkin juga menyukai