Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wulan Rmadhani

Nim : 09.18.2331
MK : Hadits Ekonomi
Prodi : Perbankan Syariah Reguler 7 Sore
Dosen : Dr. H.Suci Ramadhona, Lc, M. H, I
Tanggal: 18 Oktober 2021

TUGAS INDIVIDU RESUME

C. HAKIKAT DASAR EKONOMI ISLAM

Dalam ajaran islam,aktivitas ekonomi tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dasar
yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, Hadis Nabi, dan sumber-sumber ajaran islam
lainnya. Ekonomi Islam,sebagaimana dinyatakan oleh Muhammad Nejatullah Siddiqi,
merupakan jawaban dari pemikiran Muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya
yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,akal pikiran,serta pengalaman.

M. Umer Chapra, syariat islam, sebagaimana terlihat pada maqashid al-


syari’ah,mencakup segala hal yang diperlukan untuk merealisasikan keberuntungan (falah)
dan kehidupan yang baik (hayah thay-yibah) dalam bingkai aturan syariah yang menyangkut
pemeliharaan keyakinan (faith),jiwa atau kehidupan (soul/life),akal pikiran (intellect),
keturunan (posterity), dan harta kekayaan (wealth). Syariat islam meletakkan hubungan
manusia pada tempat yang selayaknya,menjadi manusia mampu berintgeraksi satu dengan
yang lain secara seimbang dan saling menguntungkan. Syariah juga memberikan filter moral
untuk alokasi dan distribusi sumber daya sesuai dengan konsep persaudaraan dan keadilan
sosial ekonomi,serta sistem yang memotivasi kekuatan untuk mencapa tujuan berupa
pemenuhan kebutuhan dengan kesetaraan distribusi penghasilan dan harta kekayaan.

Nabi Muhammad Saw pernah menyatakan bahwa seseorang tidak boleh iri kecuali dalam
duahal yaitu bagi orang yang mendistribusikan hartanya dengan benar dan orang yang
mengamalkan ilmu dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“ Dari Ibn Mas’ud r.a katanya, “aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Tidak
boleh iri kecuali dalam dua perkara,yaitu (kepada) orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia
menggunakan (menghabiskan) nya dalam kebenaran dan orang yang diberi hikmah (ilmu)
oleh Allah kemudian ia mengamalkan dan mengajarkannya”.

Di sinilah letak hakikat ekonomi islam yang terlihat pada ciri khasnya yang berdasar
pada sumber-sumber ajaran islam tersebut serta maqashid al-syariah umumnya yang
bertujuan merealisasikan kesejahteraan manusia dengan terealisasikan keberuntungan (falah
dan kehidupan yang baik (hayah thayyibah) dalam bingkai aturan syariah yang menyangkut
pemeliharaan keyakinan,jiwa atau kehidupan,akal pikiran,keturunan,dan harta kekayaan
melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya, menciptakan keseimbangan
makroekonomi dan ekologi, memperkuat solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan
masyarakat dan menciptakan keadilan terutama distribusi.
D. HADIS TENTANG NILAI DASAR EKONOMI ISLAM

Nilai-nilai dasar ekonomi antara lain dijelaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan
dari Abu Sa’id al-Kudzri yang menjelaskan tentang pegang yang jujur terpecaya dalam
melakukan aktivitas ekonomi sehingga tidak melakukan penipuan kepada pembeli ataupun
orang lain. Kejujuran merupakan integritas pribadi yang harus dimiliki oleh setiap
muslim,termasuk para pebisnis dan pengusaha,karena dengan kejujuran segala aktivitas
ekonomi akan berjalan dengan lancar tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan.

Dalam riwayat Ahmad, Rasulullah Saw bersabda, “Pedagang yang jujur lagi
terpercaya akan bersama dengan para Nabi,para siddiqin,dan para syuhada”. (H.R.Ahmad).

Hadis diatas menjelaskan tentang pedagang,pebisnis,atau pengusaha yang jujur lagi


terpercaya nanti pada hari kiamat akan bersama dengan para nabi,para shiddiqin (orang-orang
jujur) dan syuhada (orang-orang yang mati syahid). Dalam hadis diatas terdapat nilai-nilai
dasar ekonomi yaitu kejujuran,transparasi dan kepercayaan,ketuhanan,kenabian, serta
pertanggungjawaban.

Rasulullah melarang segala bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan dengan penipuan
karena penipuan dapat merugikan orang lain. Penipuan juga dapat merugikan orang lain dan
melanggar hak jual beli seseorang yaitu suka sama suka.

Amanah pada kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan karena dengan adanya
amanah berarti ada pembenaran atau tuntutan bagi yang bersangkutan untuk merealisasikan.
Kajian dalam buku ini berusaha mengungkapkan makna amanah dan hal-hal yang terkait
dengan amanah meliputi objek amanah,bentuk-bentuk serta pandangan satu sikap al-Qur’an
terhadap amanah.

Abu al-Baqa’ al-Kafumi mengatakan bahwa amanah adalah segala kewajiban yang
dibebankan kepada seorang hamba,seperti shalat,zakat,puasa,bayar hutang dan segala
kewajiban yang lain.

Namun untuk mengetahui substansi amanah,maka perlu dilihat dari tiga aspek yaitu :
subjek,objek dan predikat atau substansi. Substansi amanah adalah kepercayaan yang
diberikan orang lain terhadapnya sehingga menimbulkan ketenangan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai