Wakaf Uang Untuk Mengembangkan Ekonomi Islam: Studi Kasus Di Indonesia
Wakaf Uang Untuk Mengembangkan Ekonomi Islam: Studi Kasus Di Indonesia
com
Aam Slamet Rusydiana1, Yayat Hidayat2, Tika Widiastuti3*, Solihah Sari Rahayu4
Diterima: 01 November 2019; Diterima: 01 Agustus 2020; Tersedia online: 15 Desember 2020;
Diterbitkan secara berkala: Januari 2021
PENGANTAR
Industri keuangan syariah selalu menjadi obyek kajian yang menarik, apalagi jika
dibandingkan dengan kondisi industri keuangan konvensional yang sudah ada
sebelumnya. Misalnya hasil penelitian yang dilakukan olehNurfalah & Rusydiana
(2018)yang menyatakan bahwa perbankan syariah relatif lebih stabil
dibandingkan dengan perbankan konvensional dalam mengatasi shock
eksternal dan internal.
Selain lembaga keuangan seperti bank syariah, asuransi syariah, pegadaian
syariah, lembaga keuangan sosial syariah juga memiliki peran penting. Industri
keuangan sosial Islam terdiri dari lembaga zakat, lembaga wakaf, dan baitul maal
wat tamwiil. Salah satu instrumen yang krusial dan memiliki potensi besar dari segi
sosial dan keuangan adalah wakaf uang.
Pengertian wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
Pasal 1 ayat (1):
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan menyerahkan sebagian hartanya
untuk digunakan selama-lamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya untuk ibadah dan kesejahteraan umum menurut syariah.
Penelitian tentang wakaf telah menjadi trend tersendiri di berbagai negara
dan dibuktikan dengan banyaknya penelitian tentang wakaf dan wakaf tunai,
diantaranya Ahmad (2019), yang mengkaji tantangan zakat di Nigeria.Ayedh et
al. (2018)memeriksa akuntabilitas wakaf di Yaman;Husain (2019)melakukan
sumbangan penelitian berbasis keuangan mikro di Bangladesh;Hamber & Hanif
(2017) belajar tentang wakaf di Singapura. Selanjutnya,ZA Hasan dkk. (2015),
Mikail dkk. (2017);Pitchay et al. (2015)mempelajari implementasi wakaf di
Malaysia dan Himam & Umam (2018),Oktarina & Asnaini (2018),Rusydiana
(2018b), Rusydiana & Rahayu (2019)danRusydiana dkk. (2019)mempelajari
implementasi wakaf di Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mendefinisikan wakaf dalam fatwanya tentang izin
wakaf pada tanggal 11 Mei 2002. Wakaf uang (wakaf al nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, sekelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk
sekuritas. Peraturan Pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2004 dan 42 Tahun
2006) tentang wakaf uang negara sebagai bagian dari benda wakaf. Oleh karena itu, wakaf
tunai merupakan aset berupa uang yang digunakan secara produktif dalam bidang halal
untuk kepentingan umat Islam, khususnya mauquf alaih. Nilai wakaf uang tidak boleh
berkurang atau hilang.
Wakaf uang merupakan inovasi dalam sektor sistem keuangan sosial Islam selain
zakat, infak, dan sadaqah. Instrumen-instrumen tersebut tidak hanya mematahkan stereotip
terhadap lembaga wakaf di berbagai negara Muslim, tetapi juga menunjukkan peluang yang
luar biasa bagi seluruh pembangunan sosial ekonomi umat. BerdasarkanRusydiana & Devi
(2018), wakaf uang juga memberikan kesempatan kepada masyarakat dari berbagai kalangan
untuk ikut serta melaksanakan wakaf uang tanpa memandang jumlahnya. Akhir-akhir ini,
wakaf tunai menjadi salah satu isu yang paling populer di kalangan peneliti ekonomi Islam
dalam sepuluh tahun terakhir mengenai topik wakaf (Atan & Johari, 2017). Bahkan, wakaf
tunai telah diyakinkan sebagai salah satu lembaga keuangan yang jaya di negara-negara
Muslim atau negara-negara di mana Muslim sebagai kelompok minoritas (Mohsin, 2013).
Di Indonesia, wakaf tunai mulai dikembangkan pada tahun 2001 ketika para
ekonom Islam melihat jumlah aset wakaf di Indonesia belum dimanfaatkan secara
optimal. Oleh karena itu, pada tahun 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengeluarkan fatwa tentang wakaf tunai, yang memuat: (1) wakaf tunai/wakaf al-nuqud
adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, lembaga, atau badan hukum dalam bentuk
tunai, (2) surat berharga juga termasuk istilah "uang", (3) wakaf uang termasuk jawaz (4)
wakaf uang hanya dapat disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang diperbolehkan
secara syar'i, (5) nilai pokok wakaf harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan dan atau diwariskan. Inovasi wakaf uang dapat berupawakaf bersama (
Suhaimi et al., 2014) pembiayaan untuk usaha mikro (Thaker et al., 2016), tujuan
pendidikan (Bahroni, 2012jugaHarun et al., 2016) yang dikumpulkan dengan berbagai
metode (Shulthoni & Saad, 2018danHabibi & Yudha, 2017).
Menurut Mu’alim dalamHaura dkk. (2015), beberapa ulama membolehkan wakaf uang,
antara lain Imam al-Zuhri (wafat 124 H) yang menjelaskan bahwa dinar hukumnya
diperbolehkan sebagai wakaf uang, dengan menjadikan dinar sebagai modal usaha kemudian
keuntungannya disalurkan kepada mauquf 'alaih. Sedangkan ulama mutaqaddimin (klasik)
dari kalangan Hanafi, membolehkan wakaf dinar dan dirham sebagai wakaf uang.
Berdasarkan Isthsan bi al-rUrf dalam atsar Abdullah bin Mas'ud ra"Apa yang dianggap baik
oleh umat Islam juga dianggap baik oleh Allah, dan apa yang dianggap buruk oleh umat Islam
juga dianggap buruk di sisi Allah.”Beberapa ulama madzhab al-Syafi'i, Abu Tsaur
meriwayatkan dari Imam al-Syafi'I, juga menyatakan tentang kebolehan wakaf dinar dan
dirham (uang).
Budiman (2011)mengungkapkan beberapa penyebab yang membuat wakaf tidak
efektif. Di satu sisi, penyebabnya terkait dengan sumber daya manusia, terutama di sisi
manajemen (nazir). Sedangkan penyebab lainnya adalah lemahnya akuntabilitas lembaga
wakaf. Kajian ini menunjukkan bahwa dalam PKPU, pengelola menerapkan transparansi dan
akuntabilitas dalam mengelola wakaf di lingkungan lembaganya. Prinsip akuntabilitas
diimplementasikan dalam bentuk audit, baik internal maupun eksternal oleh akuntan publik.
Penerapan prinsip akuntabilitas telah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga wakaf.
Kajian lain terkait wakaf dan wakaf uang telah dilakukan olehAlias dkk. (2015),Harun
dkk. (2016),Azis dkk. (2014),Rusydiana & Devi (2018), Permaisela (2019)danPitchay et al. (2014).
Penelitian yang dilakukan olehRusydiana & Al Farisi (2016)menunjukkan bahwa penelitian
wakaf masih didominasi oleh pembahasan mengenai wakaf non tunai (62%) dibandingkan
dengan penelitian tentang wakaf tunai (38%). Hal ini memberikan pandangan umum bagi
para peneliti untuk membuat penelitian yang lebih baik terkait dengan wakaf uang. Selain itu,
penelitian wakaf dengan metode kuantitatif lebih sedikit dibandingkan penelitian wakaf
dengan metode kualitatif.
Penelitian tentang berbagai macam inovasi wakaf telah berkembang seperti
pemanfaatan wakaf sebagai lembaga sosial ekonomi (Hanif, 2018), wakaf untuk
membantu pengungsi (Kachkar, 2017), wakaf sebagai instrumen menuju zero waste
economy (Khan, 2019), wakaf untuk peningkatan modal intelektual (Laallam dkk., 2020),
wakaf sebagai wakaf yang bersumber dari gaji (Pitchay et al., 2018), wakaf sebagai wakaf
untuk mendanai kegiatan sosial (Syaikh, 2017), wakaf sebagai wakaf yang lebih aplikatif (
Sulaiman et al., 2019), wakaf sebagai wakaf untukpesantren(Pondok Pesantren) (Winarsih
dkk., 2019) dan wakaf sebagai wakaf yang dikelola dengan teknologi blockchain (Rasyid,
2018).
Indonesia sebagai negara mayoritas muslim tentunya memiliki potensi wakaf uang
yang sangat besar. Namun, selain potensinya yang besar, masih banyak tantangan dan
ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan instrumen keuangan sosial Islam ini.
Misalnya, rincian tentang wakaf terkait wakaf secara umum maupun wakaf uang tidak
disebutkan secara jelas. Tantangan lain yang dihadapi dalam mengembangkan wakaf tunai di
Indonesia adalah sistem, regulasi, produk, dan teknologi informasi. Selain itu, tantangan
selanjutnya adalah kepercayaan, aspek syariah dan sumber daya manusia (Rusydiana, 2018a).
Peneliti telah melakukan beberapa penelitian terkait wakaf tunai. Namun, masih sedikit
peneliti yang menggunakan pendekatan matriks IFE-EFE yang dipadukan dengan strategi
kuadran SWOT, khususnya dengan kasus wakaf tunai di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian
ini mencoba untuk mengisi kesenjangan penelitian tersebut. Kajian ini mencoba
mengidentifikasi penyebab dan faktor dominan yang menghambat perkembangan wakaf
uang di Indonesia, dengan menggunakan metode Matriks IFE-EFE dan SWOT, sekaligus
menawarkan solusi untuk mengatasinya.
METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian dimulai dengan membuat survei pendahuluan dan studi
literatur, mengidentifikasi dan merumuskan masalah, menentukan metode,
menyusun kuesioner, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengolah
hasilnya, membuat analisis SWOT, dan menyusun kesimpulan dan saran. . Peneliti
menggunakan identifikasi dan perumusan masalah untuk memudahkan dalam
menentukan pemecahan masalah.
Expert judgment (penilaian ahli) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemungkinan akibat yang akan timbul akibat suatu peristiwa. Metode ini
memberikan kepercayaan kepada para ahli untuk mengetahui akibat yang akan
terjadi. Kuesioner kemudian disusun setelah menentukan sampel responden.
Analisis data terdiri dari beberapa tahapan antara lain analisis matriks Internal
Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), analisis matriks Internal
External (IE), dan analisis matriks SWOT.
Analisis lingkungan internal dan eksternal wakaf tunai dilakukan dengan memberikan
bobot berdasarkan tingkat urgensi terhadap faktor internal dan eksternal; kemudian
dilakukan pemeringkatan terhadap faktor eksternal dan internal tersebut. Total semua bobot
faktor internal adalah 1; bobot total faktor eksternal adalah 1.
Skor total dalam matriks IFE dan EFE digunakan untuk menentukan posisi dan
kondisi wakaf tunai saat ini, serta strategi apa yang dapat diterapkan. Parameter yang
digunakan dalam matriks IE meliputi parameter kekuatan internal dan pengaruh
eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk mendapatkan
strategi level makro yang lebih detail.
Langkah selanjutnya setelah menentukan posisi perkembangan wakaf tunai
menggunakan matriks IE adalah penyusunan matriks SWOT. Matriks SWOT disusun
berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh dari hasil
analisis dan diskusi dengan para ahli. Penyusunan matriks SWOT bertujuan untuk menyusun
alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan wakaf uang di Indonesia. Alat
yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matriks SWOT yang dapat
menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
oleh instrumen wakaf tunai dapat diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahannya.
Penerapan metode IFAS-EFAS dalam penelitian ekonomi dan keuangan Islam
misalnya dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan olehWidiastuti dkk. (2017)dan
Rusydiana & Firmansyah (2018)tentang strategi pengembangan lembaga keuangan
mikro syariah di Indonesia danWidiastuti dkk. (2018)dalam pengelolaan lembaga zakat.
Secara umum, penelitian dengan menggunakan IFAS-EFAS banyak digunakan dalam
rangka penelitian manajemen strategis dan pengambilan keputusan.
Analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman) diperoleh melalui kajian literatur dan wawancara mendalam dengan lima
responden ahli dari lembaga wakaf yang memahami permasalahan pengembangan
wakaf uang di Indonesia. Dengan demikian, identifikasi faktor-faktor strategis akan
cepat dan tepat.
Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi kekuatan antara lain: 1) Variasi kerangka pengelolaan 2)
Adanya fatwa MUI dan hukum wakaf tunai, 3) Fasilitas ramah wakaf tunai dan biaya dana
nol, 4) Basis sumber dana wakaf yang diperluas, dan 5) Konsep wakaf fiqh yang fleksibel,
dinamis dan terbuka. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1) Kurangnya sosialisasi
wakaf uang kepada masyarakat, 2) Kurangnya SDM dan nazhir yang profesional, 3) Aset
wakaf yang strategis dan potensial belum terlayani dengan baik.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan wakaf uang di Indonesia terdiri dari
peluang dan ancaman. Faktor peluang antara lain 1) Mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam, 2) Dukungan dari pemerintah dan pemerintah daerah, 3) Potensi wakaf
tunai yang tidak terbatas, 4) Minat masyarakat terhadap ekonomi Islam semakin
berkembang, dan 5) Banyak bermunculan lembaga keuangan syariah dan program studi yang
berkaitan dengan ekonomi Islam di perguruan tinggi negeri dan swasta. Sedangkan faktor
ancamannya adalah: 1) kondisi ekonomi yang tidak menentu, 2) mayoritas nazir yang masih
tradisional, 3) kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf uang, 4) lemahnya kemauan
politik pemegang otoritas, dan 5) undang-undang wakaf yang ada saat ini tidak lengkap.
adalah salah satunya. Nazhir wakaf yang tradisional dan kurang inovatif menjadi tantangan
berikutnya untuk perbaikan wakaf uang. Tantangan lain pengembangan wakaf tunai adalah
ketidaktahuan umat Islam terhadap pemahaman wakaf, seperti keyakinan sebagian umat
Islam bahwa harta wakaf tidak boleh ditukar dengan alasan apapun dan sebagian besar
masyarakat mempercayakan harta wakafnya kepada seseorang yang dianggap sebagai tokoh
dalam kehidupannya. lingkungan. Terakhir, minimnya kemauan politik dan belum lengkapnya
regulasi terkait UU wakaf uang menjadi tantangan terakhir yang perlu dijawab.
kurangnya nazhir yang profesional dan tingkat kepatuhan lembaga wakaf sebesar 3,3
yang berarti memiliki dampak yang cukup besar. Faktor jaringan usaha yang belum
begitu kuat memiliki nilai rating 3,0, dan kurangnya sertifikasi aset wakaf strategis
berada di peringkat berikutnya yaitu 2,3 yang berarti responden memberikan nilai
terendah pada faktor ini dari perspektif uang tunai. kelemahan wakaf.
Sosialisasi dan edukasi wakaf kepada masyarakat sangat diperlukan. Temuan ini
relevan denganFurqon (2011). Ia mengkaji praktik wakaf uang di lembaga keuangan
syariah (Bank Syariah Mandiri).
KEKUATAN 1.605
1) Kerangka manajemen yang bervariasi 0,094 2.8 0,258
2) Fatwa MUI dan hukum wakaf uang 0,085 2.0 0,171
3) Kesederhanaan dan nol biaya dana 0,144 2.0 0,288
4) Memperluas basis sumber dana abadi 0,152 4.5 0,685
5) Konsep wakaf fikih yang fleksibel, dinamis & 0,102 2.0 0,204
terbuka
KELEMAHAN 1.606
1) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat 0,127 3.8 0,476
2) Kurangnya SDM/Nazhir yang profesional 0,110 3.3 0,357
3) Aset wakaf strategis dan potensial yang 0,084 2.3 0,190
belum teridentifikasi dan bersertifikat secara
tepat 4) Jaringan bisnis yang belum kuat 0,102 3.0 0,306
5) Tingkat kepatuhan lembaga wakaf terhadap 0,085 3.3 0,278
aturan perwakilan (yaitu kelembagaan &
manajemen investasi) masih lemah
TOTAL 1.085 3.211
EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL
BERARTI BERARTI
(EFE)
PELUANG 1.665
1) mayoritas penduduk muslim 0,098 2.8 0,269
2) Dukungan dari pemerintah dan 0,090 2.5 0,224
pemerintah daerah
3) Potensi wakaf uang tak terbatas 0,139 4.3 0,590
4) Meningkatnya minat masyarakat terhadap 0,089 1.8 0,157
ekonomi syariah
5) Munculnya banyak Prodi LKES & EI di 0,113 3.8 0,425
perguruan tinggi negeri dan swasta.
ANCAMAN 1.892
1) Kondisi ekonomi yang tidak menentu 0,090 2.5 0,224
2) Mayoritas Nazhir tradisional 0,122 3.8 0,457
3) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf uang 0,113 3.5 0,397
4) Lemahnya kemauan politik dari penguasa 0,146 4.5 0,657
5) UU wakaf yang ada (No.41, 2004) tidak 0,090 1.8 0,157
lengkap
TOTAL 1.090 3.557
JIKA
Kuat (3.0-4.0) Sedang (2.0-2.99) Lemah (1,0-1,99)
Tinggi (3.0-4.0)
Saya II AKU AKU AKU
Rendah (1,0-1,99)
VII VIII IX
Sosialisasi wakaf tunai secara terstruktur akan memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada
masyarakat tentang manfaat yang signifikan dan luas.
Strategi alternatif yang dapat dijadikan masukan adalah strategi ST karena strategi
ST merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan/keunggulan yang dimiliki untuk
menghindari atau meminimalkan dampak ancaman yang substansial. Alternatif strategi
ST dapat dilihat pada hasil analisis strategi SWOT.
Selanjutnya rumusan alternatif strategi pengembangan wakaf tunai di Indonesia
dengan analisis SWOT merupakan perpaduan antara faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dengan faktor eksternal (tantangan dan ancaman) yang terdiri dari:
1) Gabungan faktor kekuatan dan peluang.
2) Gabungan faktor kelemahan dan peluang.
3) Gabungan faktor kekuatan dan ancaman.
4) Gabungan faktor kelemahan dan ancaman.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah
diidentifikasi, melalui analisis SWOT dapat dirumuskan tujuh alternatif strategi
pengembangan wakaf uang di Indonesia: (a) transparansi dan akuntabilitas lembaga
wakaf, (b) peningkatan kualitas pengelola wakaf uang , (c ) strategi pemasaran
inovatif dari lembaga wakaf dan (e) dukungan regulasi wakaf. Strategi prioritas
berikutnya adalah (d) pengembangan lembaga pendidikan wakaf, (g) teknologi dan
komputerisasi pengelolaan wakaf, dan (f) data wakaf dan wakaf uang yang
diperbarui dan divalidasi.
Transparansi dan akuntabilitas lembaga wakaf merupakan salah satu hal
yang esensial.Haura dkk. (2015)melakukan analisis pengelolaan wakaf tunai di
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (pendekatan Analytical Network Process). Hasil
penelitian ini mendeskripsikan proses Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai
nazhir wakaf tunai yang menganalisis prioritas faktor internal dan eksternal
terkait. Prioritas faktor-faktor strategis dalam pengelolaan wakaf tunai secara
kronologis dari sisi internal seperti akuntabilitas, produk, dan sumber daya
manusia. Sedangkan dari sisi eksternal seperti regulasi, masyarakat, dan
demografi misalnya pengaturan aset berdasarkan pedoman kebijakan syariah.
Pengelolaan wakaf yang terdidik dan berkualitas adalah hal penting lainnya. (Nizar, 2014)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap wakaf tunai dengan menggunakan
metode regresi logistik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki peluang
yang lebih besar dan signifikan untuk menjelaskan persepsi wakaf terhadap wakaf uang. Hal ini
dikarenakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat mengolah informasi lebih baik dibandingkan
dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Secara umum, beberapa kriteria penting yang harus dimiliki lembaga wakaf
seperti faktor kepemimpinan, pemahaman terkait dasar-dasar wakaf, struktur
manajemen, profesionalisme, tata kelola yang baik, faktor akuntabilitas dan
program inovatif ((Ramli et al., 2018), (Hassan et al., 2018), (Baqutayan et al., 2018), (
Daud et al., 2011).
KESIMPULAN
Untuk memperoleh strategi pengembangan wakaf uang di Indonesia, harus diperhatikan
terlebih dahulu dua faktor esensial yaitu faktor internal (sebagai faktor kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (sebagai faktor peluang dan ancaman). Hasil evaluasi
faktor internal menunjukkan bahwa kekuatan tertinggi wakaf uang adalah
kemampuannya memperluas basis sumber dana wakaf. Sementara itu, kelemahan
tertinggi adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Hasil analisis IFE atau evaluasi
faktor internal menunjukkan bahwa peringkat kekuatan tertinggi adalah kemampuan
wakaf uang dalam memperluas basis sumber pendanaan wakaf diikuti oleh
kesederhanaan dan biaya dana nol. Sementara kelemahan yang paling terlihat adalah
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, diikuti dengan kurangnya SDM nazir yang
profesional.
Hasil evaluasi faktor eksternal (EFE) menunjukkan peluang tertinggi yaitu
potensi wakaf tunai yang tidak terbatas diikuti dengan munculnya lembaga
keuangan syariah dan program studi ekonomi Islam di perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta. Pada saat yang sama, peringkat tertinggi dianggap
sebagai ancaman, yaitu kemauan politik penguasa yang relatif lemah diikuti oleh
mayoritas nazhir yang masih tradisional dalam pengelolaan wakaf secara
umum.
Setelah mengetahui faktor-faktor penting di atas, diperoleh strategi
pengembangan wakaf tunai di Indonesia dengan menggunakan analisis SWOT
sebagai berikut: (a) transparansi dan akuntabilitas lembaga wakaf, (b) peningkatan
kualitas nazhir pengelola wakaf tunai, (c) strategi pemasaran yang inovatif dari
lembaga wakaf dan (e) dukungan regulasi wakaf. Strategi prioritas berikutnya adalah
(d) pengembangan lembaga pendidikan wakaf, dan (g) teknologi dan komputerisasi
pengelolaan wakaf. Terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah (f) Pembaharuan
dan validasi terkait data wakaf dan wakaf uang.
Transparansi dan akuntabilitas lembaga wakaf yang termasuk dalam tata kelola
perusahaan nazhir yang baik menjadi penting dan krusial dalam menjaga kepercayaan
publik. Demikian juga kualitas nazhir adalah pengelola wakaf yang profesional. Yang
tidak kalah penting adalah strategi pemasaran dan pengembangan lembaga filantropi
yang kreatif dan inovatif seperti lembaga wakaf merupakan hal penting yang perlu
dimiliki.
REFERENSI
Ahmad, M. (2019). Sebuah studi empiris tentang tantangan yang dihadapi zakat dan wakaf
institusi di Nigeria Utara.ISRA Jurnal Internasional Keuangan Islam,11
(2), 338–356.https://doi.org/10.1108/IJIF-04-2018-0044 Alias, N., Rozali,
E., & Sidek, R. (2015). Sejarah perkembangan dana wakaf di
rumah sakit Fatih, Istanbul (1470-1481M).Prosiding Simposium
Internasional ke-6.
Atan, NA, & Johari, F. (2017). Kajian Literatur Wakaf untuk Kemiskinan
Pengentasan Antara 2006-2016.Filsafat dan Praktek Perpustakaan (e-
Journal).https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/1486
Ayedh, A., Echchabi, A., & Ihsan, H. (2018). Akuntabilitas wakaf di Republik
Yaman: Sebuah analisis empiris.QIJIS (Qudus International Journal of
Islamic Studies),6(2), 161–180.https://doi.org/10.21043/qijis.v6i2.4030 Aziz,
MRA, Yusof, MA, Johari, F., Ramli, A., & Sabri, H. (2014). Pertolongan
Pinjaman Perguruan Tinggi melalui Bank Wakaf Islam.Ilmu Sosial Asia, 10
(22).https://doi.org/10.5539/ass.v10n22p175
Bahroni, I. (2012). Merampingkan Lembaga Pendidikan Melalui Pembesaran Wakaf:
Pengalaman Sistem Gontor. DiAt-Ta'dib(Vol. 7, Edisi 2). https://
doi.org/10.21111/AT-TADIB.V7I2.79
Baqutayan, S., Mohsin, M., Mahdzir, A., & Ariffi, A. (2018). Psikologi dari
perilaku memberi dalam Islam.Jurnal Internasional Sosiologi.
https://doi.org/10.15406/sij.2018.02.00037
Budiman, AA (2011). AKUNTABILITAS LEMBAGA PENGELOLA WAKAF.
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,19(1), 75.
https://doi.org/10.21580/ws.19.1.213
Daud, D., Rahman, RA, & Sulaiman, Z. (2011). Pelaporan wakaf untuk dipenuhi
atribusi pemangku kepentingan dalam dewan Islam Wakaf.Tinjauan Triwulan
Bisnis dan Manajemen,2(1).
Devi, A., & Rusydiana, AS (2016). Model Pinjaman Kelompok Syariah (Glm) dan
Inklusi Keuangan.Jurnal Internasional Etika Bisnis Islam,1(1), 80.
https://doi.org/10.30659/ijibe.1.1.80-94
Fajariah, AP, Sudana, S., & Rusydiana, AS (2020). Wakaf Uang untuk
Optimalisasi Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Melalui Koperasi Syariah di Indonesia.Jurnal Manajemen Teori Dan
Terapan,13(1), 1–15.https://doi.org/10.21684/2411-7978-2016-2-2-105-
120
Furqon, A. (2011). Analisis Praktek Perwakafan Uang pada Lembaga Keuangan
Syariah.Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,19(1), 157. https://
doi.org/10.21580/ws.19.1.216
Habibi, ML, & Yudha, ATRC (2017). Membangun Takaful Terintegrasi dan
Wakaf Model Pemegang Polis.Al-Uqud: Jurnal Ekonomi Islam, 1(Juli),
139–155.https://doi.org/10.26740/jie.v1n2.p139-155
Hamber, NM, & Hanif, MA (2017). Dana usaha mikro sosial berbasis wakaf: A
proposal untuk komunitas Melayu-Muslim di Singapura.Jurnal
Universitas King Abdulaziz, Ekonomi Islam,30(1), 37–60.
https://doi.org/10.4197/Islec.30-1.3
Hanif, MA (2018). Wakaf sebagai lembaga sosial ekonomi.Jurnal Raja
Universitas Abdulaziz, Ekonomi Islam,31(2), 71–78.
https://doi.org/10.4197/Islec.31-2.5
Harun, FM, Possumah, BT, Shafiai, MHBM, & Nor, AHM (2016).
Isu dan Peran Ekonomi Wakaf di Institusi Pendidikan Tinggi:
Pengalaman Malaysia.Al-Iqtishad: Jurnal Ekonomi Islam,8(1), 149–
168.https://doi.org/10.15408/aiq.v8i1.2514
Hasan, R., Siraj, SA, & Mohamad, MHS (2017). Anteseden dan Hasil dari
Amanah Wakaf pada Lembaga Wakaf.Jurnal Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan,4(38), 155–180.
Hasan, ZA, Othman, A., Ibrahim, K., Shah, MAMM, & Noor, AHM
(2015). Pengelolaan Aset Wakaf di Malaysia.Jurnal Internasional Islam
Nusantara,1(2), 59–68.https://doi.org/10.15575/ijni.v3i1.412 Hasbullah,
H. (2012).Dinamika Pengelolaan Wakaf Uang : Studi Sosio-Legal
Perilaku Pengelolaan Wakaf Uang Pasca Pemberlakuan UU No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf.https://doi.org/10.18326/ijtihad.v12i2.123-143 Hassan, N.,
Rahman, AA-, & Yazid, Z. (2018). Mengembangkan Kerangka Baru dari
Manajemen Wakaf.Jurnal Internasional Penelitian Akademik dalam
Bisnis dan Ilmu Sosial,8(2), 287–305.https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-
i2/3872
Haura, A., Baga, L., & Tanjung, H. (2015). Analisis pengelolaan uang wakaf pada
koperasi jasa keuangan syariah (pendekatan proses jaringan analitis).Al-
Muzara'ah.https://doi.org/10.29244/jam.3.2.89-105
Himam, NS, & Umam, K. (2018). Pemodelan Sukuk Wakaf Untuk Pesantren
Pertumbuhan ekonomi.Jurnal Ekonomi dan Filantropi Islam (JIEP),1(3), 1–23.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/jiep.v1i3.2556 Hossain, B. (2019).
Model Keuangan Mikro dan Rehabilitasi Islam untuk Permukiman Kumuh
dan Populasi Mengambang oleh Dana Wakaf, Kasus Bangladesh:
Proposal untuk Negara Muslim.JKAU: Ekonomi Islam.,32(2), 139–160.
https://doi.org/10.4197/Islec
Ihsan, H., Sulaiman, M., Alwi, NM, & Adnan, MA (2017). Sebuah studi tentang
praktik akuntabilitas dalam Wakaf Dompet Dhuafa Indonesia.Jurnal
Universitas King Abdulaziz, Ekonomi Islam,30(2), 13–32.
https://doi.org/10.4197/Islec.30-2.2
Kachkar, OA (2017). Menuju pembentukan dana keuangan mikro wakaf tunai
untuk pengungsi.ISRA Jurnal Internasional Keuangan Islam,9(1), 81–86.
https://doi.org/10.1108/IJIF-07-2017-007
Khan, T. (2019). Usaha wakaf dalam ekonomi sirkular.Jurnal Internasional ISRA
Keuangan Islam,11(2), 187–205.https://doi.org/10.1108/IJIF-12-2018-
0138
Laallam, A., Kassim, S., Ali, ERAE, & Saiti, B. (2020). Modal intelektual di
organisasi nirlaba: pelajaran yang dipetik untuk lembaga wakaf.ISRA Jurnal
Internasional Keuangan Islam,di depan-dari-p(di depan cetak). https://
doi.org/10.1108/ijif-10-2018-0111
Masruki, R., & Syafii, Z. (2013). Perkembangan Akuntansi Wakaf di
Meningkatkan Akuntabilitas.Manajemen Keuangan dan Kekayaan Islam
Kontemporer,13, 1–06.https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.13.1873
Mikail, SA, Ahmad, MAJ, & Adekunle, SS (2017). Pendayagunaan zakat dan
dana wakaf dalam model mikro-takāful di Malaysia: studi eksplorasi.
ISRA Jurnal Internasional Keuangan Islam,9(1), 100–105.
https://doi.org/10.1108/IJIF-07-2017-010
Mohsin, MIA (2013). Pembiayaan melalui wakaf tunai: revitalisasi keuangan
kebutuhan yang berbeda.Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen
Islam dan Timur Tengah,6(4), 304–321.https://doi.org/10.1108/
IMEFM-08-2013-0094
Musa, SO, & Salleh, MCM (2018). Mengusulkan Model Kewirausahaan
Perkembangan: Peran Niat Wakaf Tunai Pengusaha.Jurnal Ekonomi
dan Keuangan Moneter Islam,4(1), 183–204.
https://doi.org/10.21098/jimf.v4i1.764
Nizar, A. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wakif Tentang
Wakaf Uang.Esensi: Jurnal Bisnis Dan Manajemen,4(1). https://
doi.org/10.15408/ess.v4i1.1953
Nugroho, T., Rusydiana, AS, & Tubastuvi, N. (2018). Mikro dan Kecil
Model Pembiayaan Perusahaan Melalui Lembaga Pengelola Dana
Bergulir di Indonesia : Pendekatan AHP.Jurnal Internasional Etika
Bisnis Islam (IJIBE),3(2),496–504.
https://doi.org/10.30659/ijibe.3.2.496-504
Nurfalah, I., & Rusydiana, AS (2018). Peringatan Dini Krisis Perbankan di
Dual Financial System di Indonesia: Pendekatan Markov Switching. JKAU:
Ekonomi Islam.,31(2), 133–156.https://doi.org/10.4197/Islec. 31-2.10 Oktarina,
A., & Asnaini. (2018). Mengembangkan model-model Masjid Wakaf produktif
Agung Syuhada Yogyakarta.QIJIS (Qudus International Journal of Islamic
Studies),6(1), 103–126.https://doi.org/10.21043/qijis.v6i1.3719 Permaisela,
D. (2019). Analisis Praktek dan Pengelolaan Wakaf Produktif:
Menggunakan Metode Analisis Swot.Al-Uqud : Jurnal Ekonomi Islam,3(1), 85.
https://doi.org/10.26740/al-uqud.v3n1.p85-97