Di Susun :
FoSSEI JATIM
2020
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ANALISIS
PENGARUH FASILITAS MASJID TERHADAP JUMLAH JAMAAH SHALAT
WAJIB DI PROVINSI JAWA TIMUR”.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun untuk mengikuti TEMU ILMIAH
REGIONAL (TEMILREG) 2020 di Universitas Yudharta Pasuruan. Ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mambantu, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, penulis, dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
ANALISIS PENGARUH FASILITAS MASJID TERHADAP
JUMLAH JAMAAH SHALAT WAJIB
DI PROVINSI JAWA TIMUR
Siti Munawaroh, AcSES FEB UNAIR
Shelin Suryani, AcSES FEB UNAIR
Diana Astutik, AcSES FEB UNAIR
ABSTRAK
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan
berbagai macam agama seperti Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Dari macam-macam agama tersebut, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama
Islam. Berdasarkan data dari Global Religious Futures, jumlah penduduk Indonesia pada
2010 yang memeluk agama Islam (muslim) sebanyak 209,12 juta jiwa atau setara 87,2
persen dari total penduduk yang mencapai 237,64 juta jiwa. Sedangkan pada 2020,
penduduk muslim diprediksi akan bertambah menjadi 229,62 juta jiwa. Disini islam
mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Allah Swt, terutama mengenai ibadah
shalat. Semua orang yang beragama Islam diwajibkan untuk melaksanakan shalat ketika
sudah balig. Shalat boleh dilakukan secara munfarid atau dengan berjamaah dirumah
maupun dimasjid, namun akan lebih utama jika shalat tersebut dilakukan dengan
berjamaah dimasjid. Sebagian besar dari orang muslim juga masih ada rasa enggan untuk
shalat jamaah dimasjid dengan berbagai alasan dan menyebabkan masjid tersebut sepi.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fasilitas masjid terhadap
jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa Timur. Penulisan ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang
digunakan dalam penulisan ini yaitu data sekunder dengan menggunakan data cross
section dari Wakaf Data Ekonomi Masjid, dan mengambil 91 sampel masjid di Provinsi
Jawa Timur, dengan bantuan alat STATA hasil estimasi menunjukkan bahwa pada alpha
10 % fasilitas masjid berupa wifi, dapur, taman, dan tempat beribadah bercampur antara
laki-laki dan perempuan berpengaruh signifikan terhadap jumlah jamaah shalat wajib di
Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, fasilitas masjid perlu dioptimalisasikan untuk
pemberdayaan umat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Munawwir, Ahmad Warson, 1997. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif, hal. 61
2
Gazalba, Sidi, 1994. Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna, hal.
118-119
2
Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya
sebagai hamba Allah dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana melaksanakan
ibadah menunjukkan betapa peranan masjid sangat strategis, khususnya berkaitan
dengan fungsinya sebagai Pusat Ibadah. Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai
berikut : Fungsi masjid sebagai tempat sujud atau penghambaan diri kepada Sang
Khaliq – Allah swt, dengan menjadikan masjid sebagai tempat berkumpulnya
umat Islam mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu serta shalat sunnat. Lima kali
sehari seorang muslim dianjurkan untuk melakukan ibadah sholat berjamaah di
masjid. Dikarenakan Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam memerintahkan seorang
muslim untuk shalat berjama‟ah. Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam telah
menjelaskan keutamaan shalat berjama‟ah, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
، ض ْعفًب ِ ٌَِْش ِش ْ سب َو ِع ً َْ َخ، ِٔ ِس ْىق ُ ًـ ْ ِ َوف، ِٔ ِـً ثَ ٍْت ْ ِص ََلتِ ِٔ ف َ ضعَّفُ َعيَ ٰى َ ص ََلحُ اى َّش ُج ِو فِـً ا ْى
َ ُـج ََب َع ِخ ت َ
ْ ظ َخ
ْْ َىحً إِ ََّل ُسفِ َعت ُ ىَ ٌْ ٌَ ْخ، ُص ََلح َّ س ِج ِذ ََل ٌُ ْخ ِش ُجُٔ إِ ََّل اى ْ ََ ثُ ٌَّ َخ َش َج إِىَى ا ْى، ض ْى َء ُ ضأ َ فَأَ ْحسََِ ا ْى ُى َّ َو ٰرىِ َل أََُّّٔ إِ َرا ت ََى
ٰ
ص ِّوَ ٌَّ اَىيّ ُه:ُٓص ََّل َ ٍُ ًـْ ِـً َعيَ ٍْ ِٔ ٍَب دَا ًَ ف ْ ِّصيَ ُ صيَّ ٰى ىَ ٌْ تَ َز ِه ا ْى ََ ََلئِ َنخُ ت َ فَإ ِ َرا، ٌىَُٔ ثِ َهب َد َس َجخٌ َو ُحظَّ َع ُْْٔ ثِ َهب َخ ِْ ٍْئَخ
َص ََلح َّ ص ََل ٍح ٍَب ا ّْتَظَ َش اى َ ًـ ْ ِ َو ََل ٌَزَ ا ُه أَ َح ُذ ُم ٌْ ف، َُْٔ اس َح ْ ٌَّ اَى ٰيّ ُه، ِٔ ٍْ ََعي
3
jama‟ah. Tetapi dibalik pesatnya perkembangan masjid di daerah Jawa Timur,
patut prihatin, karena pengelolaan masjid di daerah Jawa Timur masih kurang
optimal. Bahkan berdasarkan data dari penelitian dan pengamatan di lapangan
yang dilakukan oleh Muhammad Jazir ASP, Takmir masjid Jogokaryan di kelola
dengan manajemen yang baik belum mencapai 13%. Melihat kondisi tersebut
menjadikan masjid tidak berfungsi sesuai dengan yang seharusnya, yaitu sebagai
pusat peribadatan umat Islam terutama shalat lima waktu dan tempat bertaqarrub
kepada Allah swt. Dalam al Quran surat At-Taubah ayat 18 Allah swt berfirman:
َّللاَ فَ َع َس ٰى أُو ٰلَئِكَ أَ ْى َ بَّلل َو ْالٍَىْ ِم ْاَ ِخ ِر َوأَقَب َم الص َََّلةَ َوآتَى ال َّز َكبةَ َولَ ْن ٌَ ْْخ
َّ ََّّ َِ إ ِ َّ َِّللاِ َه ْي آ َهيَ ب
َّ إًَِّ َوب ٌَ ْع ُو ُر َه َسب ِج َد
ٌَ ُكىًُىا ِهيَ ْال ُو ْهتَ ِدٌي
3
Chairuddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 1996), hal. 300.
4
terlepas dari manajemen yang merupakan salah satu faktor yang sangat
mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Jika sebuah masjid, semegah
apapun bentuknya tidak mempunyai pola manajemen yang baik, maka ia akan
jauh dari peran dan fungsi yang asasi. Tidak akan muncul kekuatan apapun yang
mampu menjawab tantangan umat4. Semua masjid seharusnya memiliki sebuah
pola manajemen yang baik, dimana hasil dari pengelolaan itu mampu
mensejahterakan jama‟ahnya.
4
Budiman Mustofa,Op Cit, hlm 93.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Jogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), hal. 26
6
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Cet VI (Jakarta: Pustaka Al husna
1994) hal. 118
7
Wahyudin Supeno, Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembangannya,ed. Abdul Hamid,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan I, 1984), hal. 1
6
Hal ini sebagaimana hadits Riwayat Abu Hurairah:
8
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟Lu‟ Wal Marjan: Himpunan Hadits Shahih yang Disepakati
oleh Bukhari dan Muslim, Jilid I, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, ed. Darmadi, (Jakarta: Gema
Insani Press, Cetakan I, 2000), hal. 7
9
Al-Qahthani, Dr. Sa‟id bin Ali bin Wahf. 2003. Adab Dan Keutamaan Menuju Dan Di Masjid.
Terj. Muhlisin Ibnu Abdurrahim. Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003, hlm. 1
10
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/06/hadits-hadits-tentang-masjid-dan.html
7
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :
ََّللاِ أَ ْى ٌ ُْذ َك َر فٍِهَب ا ْس ُوهُ َو َس َع ٰى فًِ خَ َرابِهَب ۚ أُو ٰلَئِكَ َهب َكبى
َّ بج َد ْ ََو َه ْي أ
ِ ظلَ ُن ِه َّو ْي َهٌَ َع َه َس
ٌٌ ظٍنِ ي َولَهُ ْن فًِ ْاَ ِخ َر ِة َع َذاةٌ َع ٌ لَهُ ْن أَ ْى ٌَ ْد ُخلُىهَب إِ ََّّ خَبئِفٍِيَ ۚ لَهُ ْن فًِ ال ُّد ًٍَْب ِخ ْز
Artinya : “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
menghalang- halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya dan
berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya
(masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia
mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. al-
Baqarah:114)
Dari kedua ayat diatas dijelaskan bahwa masjid merupakan sebuah tempat
yang disediakan untuk menyembah Allah SWT yakni mengerjakan shalat lima
waktu. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan
yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah.
Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat
Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka
masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat
lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan
biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut
Musholla, artinya tempat salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi
nama langgar atau surau.
11
Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman di Yogyakarta dengan Pendekatan Hablumminallah
dan Hablumminannas. Hal 16
8
Fungsi masjid sesuai dengan maknanya sebagai tempat ibadah dan pusat
12
kebudayaan Islam. Ibadah dalam Islam mencakup antara lain : 1. Hubungan
manusia dengan Tuhannya: Shalat, I‟tikaf, dan lain-lain 2. Hubungan manusia
dengan manusia: zakat, fitrah, nikah, dan lain-lain 3. Hubungan manusia dengan
dirinya sendiri: mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain 4. Hubungan manusia dengan
alam: memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam. Namun di antara
fungsi yang tersebut di atas, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat shalat dan
tempat beribadah kepada Allah seperti yang dinyatakan pada ayat berikut:
12
Zein M. Wiryoprawiro, 1986, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, Surabaya, PT.
Bina Ilmu, p. 154
13
http://www.rumahfiqih.com/quran/4/105
14
http://www.rumahfiqih.com/quran/2/42
15
http://id.noblequran.org/quran/surah-al-baqarah/ayat-183/
16
Ridhwan M. Daud, Pengaruh Fasilitas Masjid Fathun Qarib Uin Ar-Raniry Terhadap Motivasi
Mahasiswa Untuk Melaksanakan Shalat Berjama‟ah, hal 166.
9
Masjid di masa Rasulullah selain digunakan untuk shalat, berzikir, beriktikaf dan
membaca al-Quran juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan sosial.
Misalnya sebagai tempat belajar dan mengajar kebaikan, merawat orang sakit,
menyelesaikan permasalahan umat Islam dan memutuskan hukum, mengatur
strategi perang dan lain sebagainya17
Berdasarkan fungsi tersebut maka masjid harus dilengkapi dengan
berbagai program dan fasilitas seperti ruangan-ruangan kelengkapan masjid, ruang
administrasi, perpustakaan, ruang dapur, ruang belajar, ruang baitul mal, ruang
klinik dan ruang-ruang lainnya yang dianggap perlu. Dengan demikian mesjid
bisa terwujud menjadi pusat peribadatan, pendidikan, sosial dan penyelesai
permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat.
17
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Mesjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hal.
26.
18
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2005), 264
19
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih…, 79.
10
keagungan dan kebesaran-Nya. Namun ada pendapat yang menggabungkan kedua
definisi tersebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa shalat ialah suatu ibadah yang
dilakukan dengan anggota lahir dan batin dalam bentuk gerakan dan ucapan
tertentu yang sesuai dengan arti shalat yaitu melahirkan niat (keinginan) dan
keperluan seorang muslim kepada Allah Tuhan yang disembah, dengan perbuatan
20
(gerakan) dan perkataan yang keduanya dilakukan secara bersamaan.
Pendapat lain, ada yang mengatakan bahwa dinamakan shalat karena
merupakan “shilah” (penghubung) antara hamba dengan Tuhannya.21 Seperti
halnya kita mengenal istilah silaturahim, yang mana merupakan jalinan ukhuwah
atau persaudaraan, baik antar sesama manusia maupun mereka yang seakidah
dalam naungan agama Islam.
Secara etimologi kata jama‟ah diambil dari kata al-ijtima‟ yang berarti
kumpulan atau al-jam‟u yang berarti nama untuk sekumpulan orang. al-jam‟u
adalah bentuk masdar. Sedangkan al-jama‟ah, al-jami‟ sama seperti al-jam‟u.
Dalam Kamus Al-Munawir pengertian jamaah adalah kelompok, kumpulan,
sekawan.
Secara terminology shalat berjamaah adalah: Apabila dua orang shalat
bersama-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang lain, keduanya
dinamakan shalat berjamaah. Orang yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan
imam, dan yang mengikuti di belakang dinamakan makmum.
20
Imam Musbikin, Rahasia Shalat Khusyu‟, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), 246
21
Riznanto & Rahmawati, Keajaiban Shalat..., 24.
11
UIN AR-RANIRY persen mahasiswa UIN Ar-
TERHADAP MOTIVASI Raniry malas untuk
MAHASISWA UNTUK melaksanakan shalat
MELAKSANAKAN berjama‟ah di masjid
SHALAT BERJAMA‟AH Fathun Qarib karena
keadaan (fasilitas) masjid
yang belum dapat
memberikan kenyamanan
kepada jama‟ah.
Lilam Kadarin The Effect of Masjid Hasil penelitian
Nuriyanto (2018) Management on People menyatakan bahwa tingkat
Empowerment in Surabaya nilai pengelolaan masjid di
City Kota Surabaya sebesar
76,46 yang masuk kategori
sangat baik, sedangkan
tingkat nilai pemberdayaan
umat di Kota Surabaya
sebesar 78,95 yang masuk
kategori sangat baik.
Dimana angka tersebut
menunjukkan hubungan
dan pengaruh antara
pengelolaan masjid
terhadap pemberdayaan
umat di Kota Surabaya
yaitu sebesar 65,1%
pemberdayaan umat dapat
dijelaskan oleh
pengelolaan masjid, sedang
sisanya sebesar 34,9%
harus dijelaskan oleh faktor
yang lain.
12
Nur Kholidah Kritik Pengelolaan Masjid Dalam penelitiannya
Kholidiyah (Pemberdayaan Masjid tersebut ditemukan bahwa
(2014) Menurut Perspekstif Kritis pengelolaan masjid di
Pemikir Islam untuk Surabaya Daerah Surabaya dan
dan Sekitarnya) sekitarnya dapat
digolongkan dalam dua
kategori, yaitu kritis dan
koservatif.
Muhammad Optimalisasi Fungsi Masjid Kesimpulan yang
Muhib Alwi Dalam Pemberdayaan dihasilkan dari penelitian
(2016) Ekonomi Masyarakat adalah bahwa kondisi riil
fungsi masjid saat sekarang
ini masih jauh dari contoh
zaman Nabi. Kondisi riil
ini diperparah dengan
persepsi sebagian
masyarakat yang belum
bisa menerima
pemfungsian masjid dalam
banyak aspek kehidupan
termasuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat dan
jama‟ahnya.
13
BAB III
METODE PENULISAN
22
William Lawrence Neuman, Social Research Methods : Qualitative and Quantitive Approach,
Seventh Edition. hal 97
23
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung : Alfabeta,
CV.
14
dan permasalahan penelitian dari berbagai literature sepert buku, jurnal, internet,
literatur laporan yang terkait dan lain sebagainya.
Dimana :
Y = Jumlah jamaah
X1 = Wifi
X2 = Taman
X3 = Dapur
X4 = Tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan perempuan
= Konstanta
= Koefisien regresi
Ln = Logaritma natural
D = Dummy
= Error
Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikansi dari setiap koefisien pada
variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan uji statiskik
diantaranya :
1. Asumsi Klasik
Gujarati (2003) mengemukakan bahwa beberapa dari asumsi klasik
tersebut harus terpenuhi dalam suatu hasil estimasi, guna hasil tersebut bisa
dikatakan baik dan efisien.
15
Asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS)
antara lain24 :
1. Model regresi harus linear, linear dalam parameter.
2. Residual variabel pengganggu ( ) mempunyai rata-rata nol.
3. Homoskedastisitas atau varian dari adalah konstan.
4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu ( )
5. Kovarian antara µ dan variabel independen (X1) adalah nol.
6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah parameter yang diestimasi.
7. Tidak ada multikolinearitas.
8. Variabel pengganggu ( ) harus terdistribusi normal atau stokastik.
Akan tetapi dalam hal ini uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Data yang terdistribusi normal pasti akan menghasilkan model
regresi yang baik. Uji normalitas digunakan untuk pengujian apakah
variabel dependen maupun independen tersebut mempunyai distribusi
normal atau tidak. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik Normal Probability Plot, dalam pengambilan keputusannya
adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tesebut memenuhi asumsi
normalitas, vice versa.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan sebuah uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi tersebut berhubungan antara variabel
independen. Jika diantara variabel-variabel independen tidak terdapat
korelasi maka model regresi tersebut dapat dikatakan model regresi
yang bebas dari multikolinearitas.
Ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi, dapat
dideteksi menggunakan tolerance value atau variance inflation factor
24
Damodar N. Gujarati, Dawn C. Porter. Basic Econometrics Fifth Edition. (United States :
McGraw-Hill, 2003) hal 98-100.
16
(VIF). Ketika nilai dari variance inflation factor (VIF) lebih dari 10,
maka model tersebut mengandung multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastistas
Uji heterokedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah
error dari model regresi tersebut memiliki varian yang sama atau tidak.
Ketika model regresi tersebut memiliki varian yang idak sama, maka
model tersebut mengandung heterokedastisitas, atau error dari model
tidak homoskedastisitas. Sehingga asumsi klasik tersebut tidak
terpenuhi.
2. Uji Statistik t
Uji t merupakan sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah masing-masing dari variabel independen memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengambil
keputusan apakah hipotesis tersebut terbukti atau tidak, dimana tingkat
signifikansi yang digunakan sebesar 10%.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
LnJumlah Robust
Coef t P>|t| 95% Conf. Interval
Jamaah Std. Err
Dwifi (X1) 1.14899 .293607 3.91 0.000 .5652203 1.732759
Dtaman (X2) .364278 .2066165 1.76 0.081 -.04653 .7750869
Ddapur (X3) .3760811 .2038623 1.84 0.069 -.029251 .7814138
Dtemapat
ibadah
bercampur
antara laki- -.359903 .1713661 -2.10 0.039 -.700624 -.019181
laki dan
perempuan
(X4)
cons 5.513438 .1278521 43.12 0.000 5.259234 5.767642
Dari hasil estimasi tersebut dapat dituliskan model yang telah digunakan
adalah sebagai berikut :
18
Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa pengaruh fasilitas
masjid berupa wifi, taman, dan dapur bertanda positif terhadap jumlah jamaah
shalat wajib di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan fasilitas masjid berupa tempat
ibadah yang bercampur antara laki-laki dan perempuan bertanda negatif terhadap
jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa Timur.Berikut interpretasi dari setisp
variabel independen :
1. Dwifi (X1) : Pengaruh wifi terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh menunjukkan bahwa
pengaruh variabel dummy wifi bertanda positif dan berpengaruh signifikan
sebesar 1.14899 terhadap jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa
Timur, sehingga dapat diartikan bahwa sebuah masjid di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki fasilitas berupa wifi, jumlah jamaah akan lebih besar
sebesar 1.14 % dibandingkan masjid yang tidak memiliki wifi, dengan
asumsi variabel lain konstan.
2. Dtaman (X2) : Pengaruh taman terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy taman bertanda positif dan berpengaruh
signifikan sebesar 0.364278 terhadap jumlah jamaah shalat wajib di
Provinsi Jawa Timur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah masjid
yang memiliki fasilitas berupa taman maka jumlah jamaah shalat akan
lebih besar sebesar 0,36 % daripada masjid yang tidak memiliki taman,
dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Ddapur (X3) : Pengaruh dapur terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy dapur bertanda positif dan berpengaruh
signifikan sebesar 0.3760811 terhadap jumlah jamaah shalat, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah masjid yang memilii fasilitas
berupa dapur maka jumlah jamaah akan lebih besar sebesar 0,37 %
daripada masjid yang tidak memiliki fasiitas dapur, dengan asumsi
variabel lain konstan.
19
4. D(tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan perempuan) : (X4)
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan
perempuan bertanda negatif dan berpengaruh signifikan sebesar 0.359903
yang berarti bahwa sebuah masjid yang memiliki fasilitas berupa tempat
ibadah yang bercampur dan tidak terpisah maka jumlah jamaah shalat akan
lebih sedikit sebesar 0,35 % daripada sebuah masjid yang tempat
ibadahnya terpisah antara laki-laki dengan perempuan.
4.1.1 Uji Asumsi Klasik
Dari hasil estimasi tersebut, ternyata mengandung asumsi klasik, yaitu
terdapat heterokedastisitas. Akan tetapi disini dilakukan robustness,
dimana kememapuan metode analisis untuk memvalidasi kekuatan suatu
metode. Tujuan dari Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk
menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya
(Amalia, 2016).
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Fasilitas masjid berupa wifi bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0,000<0,10 (alpha=5%).
2. Fasilitas masjid berupa taman bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0.081 <0,10 (alpha=5%).
3. Fasilitas masjid berupa dapur bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0.069 <0,10 (alpha=5%).
4. Fasilitas masjid berupa tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan
perempuan bertanda negatif dan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan probabilitas sebesar
0.039<0,10 (alpha=5%).
5.2 Saran
1. Pemerintah diharapkan memberdayakan kembali Majelis Ulama Indonesia
sebagai pranata sosial keagamaan agar kondisi umat Islam dapat dipantau.
2. DKM diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan masjid salah satunya dalam
pengoptimalisasian fasilitas masjid agar para jamaah juga merasa nyaman dan
dapat diberdayakan untuk meningkatkan ekonomi masjid.
3. Bagi jamaah, teruslah mengajak temn, saudara, atau keluarga untuk terus
memakmurkan masjd dengan cara sholat jamaah di masjid.
4. Bagi peneliti selanjutnya penulisan ini hanya menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah jamaah di Provinsi Jawa Timur, maka dari itu perlu
diperdalam lagi untuk menganalisis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, & Sidi. (1994). Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al
Husna.
Abdul Baqi, M. F. (2000). Al-Lu'Lu' Wal Marjan: HImpunan Hadidts yang disepakati oleh
bukhari dan muslim . Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Qahthani, & Bin Wahf, D. b. (2003). adab dan keutamaan menuju dan di masjid. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.
daud, m., Ali, & Nadhiroh, N. (2015). Ilmu fiqih. jakarta: darul ulum press.
Daud, R. M. (2019). pengaruh fasilitas masjid fathu qorib Uin Ar_Raniry terhadap motivasi
mahasiswa untuk melaksanakan sholat berjama'ah. pionir jurnal pendidikan, 166.
Siswanto. (2005). panduan praktis organisasi remaja masjid . jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
kusumawarhani, & hapsari, s. (2013). masjid besar kecamatan depok, sleman di yogyakarta
dengan pendekatan habluminallah dan habluminannas. E-journal Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Gujarati, D., & Porter, D. (2003). Basic Econometrics Fifth Edition. United States :
McGraw-Hill.
22