Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENGARUH FASILITAS MASJID TERHADAP

JUMLAH JAMAAH SHALAT WAJIB


DI PROVINSI JAWA TIMUR

Di Susun :

Nama : Siti Munawaroh

Nama : Shelin Suryani

Nama : Diana Astutik

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

TEMU ILMIAH REGIONAL (TEMILREG)

FoSSEI JATIM

2020
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ANALISIS
PENGARUH FASILITAS MASJID TERHADAP JUMLAH JAMAAH SHALAT
WAJIB DI PROVINSI JAWA TIMUR”.

Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun untuk mengikuti TEMU ILMIAH
REGIONAL (TEMILREG) 2020 di Universitas Yudharta Pasuruan. Ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mambantu, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, penulis, dan pembaca.

Surabaya, 15 Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA .................................................... ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
1.4 Ruang Lingkup Penulisan ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 6
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................. 6
2.1.1 Masjid......................................................................................................... 6
2.1.2 Fungsi masjid ............................................................................................ 8
2.1.3 Sholat Jama’ah ........................................................................................ 10
2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 11
BAB III METODE PENULISAN..................................................................................... 14
3.1 Pendekatan Penulisan.............................................................................................. 14
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 14
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 14
3.4 Metode Analisis Data .............................................................................................. 15
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 18
4.1 Pengaruh Fasilitas Masjid terhadap Jumlah Jamaah Shalat Wajib di Provinsi Jawa
Timur ............................................................................................................................ 18
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 21
5.2 Saran ...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………………..11

Tabel 4.1 Hasil Estimasi………………………………………………………..18

v
ANALISIS PENGARUH FASILITAS MASJID TERHADAP
JUMLAH JAMAAH SHALAT WAJIB
DI PROVINSI JAWA TIMUR
Siti Munawaroh, AcSES FEB UNAIR
Shelin Suryani, AcSES FEB UNAIR
Diana Astutik, AcSES FEB UNAIR

ABSTRAK

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan
berbagai macam agama seperti Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Dari macam-macam agama tersebut, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama
Islam. Berdasarkan data dari Global Religious Futures, jumlah penduduk Indonesia pada
2010 yang memeluk agama Islam (muslim) sebanyak 209,12 juta jiwa atau setara 87,2
persen dari total penduduk yang mencapai 237,64 juta jiwa. Sedangkan pada 2020,
penduduk muslim diprediksi akan bertambah menjadi 229,62 juta jiwa. Disini islam
mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Allah Swt, terutama mengenai ibadah
shalat. Semua orang yang beragama Islam diwajibkan untuk melaksanakan shalat ketika
sudah balig. Shalat boleh dilakukan secara munfarid atau dengan berjamaah dirumah
maupun dimasjid, namun akan lebih utama jika shalat tersebut dilakukan dengan
berjamaah dimasjid. Sebagian besar dari orang muslim juga masih ada rasa enggan untuk
shalat jamaah dimasjid dengan berbagai alasan dan menyebabkan masjid tersebut sepi.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fasilitas masjid terhadap
jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa Timur. Penulisan ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang
digunakan dalam penulisan ini yaitu data sekunder dengan menggunakan data cross
section dari Wakaf Data Ekonomi Masjid, dan mengambil 91 sampel masjid di Provinsi
Jawa Timur, dengan bantuan alat STATA hasil estimasi menunjukkan bahwa pada alpha
10 % fasilitas masjid berupa wifi, dapur, taman, dan tempat beribadah bercampur antara
laki-laki dan perempuan berpengaruh signifikan terhadap jumlah jamaah shalat wajib di
Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, fasilitas masjid perlu dioptimalisasikan untuk
pemberdayaan umat.

Kata Kunci : fasilitas masjid, jumlah jamaah shalat, Jawa Timur

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masjid merupakan tempat bersujudnya manusia kepada Allah swt pencipta
alam semesta. Kata masjid disebut duapuluh delapan kali di dalam al-Quran.
Secara harfiah, masjid berasal dari Bahasa Arab yaitu sajada, yasjudu, sujudan.
Dalam Kamus al-Munawwir (1997: 610), berarti membungkuk dengan khidmat1.
Dari akar kata tersebut, terbentuklah kata masjid yang merupakan kata benda yang
menunjukkan arti tempat sujud (isim makandari fi„il sajada). Sidi Gazalba (1994:
118-119) berpendapat, sujud adalah pengakuan ibadah, yaitu pernyataan
pengabdian lahir yang dalam sekali. Setelah iman dimiliki jiwa, maka lidah
mengucapkan ikrar keyakinan sebagai pernyataan dari milik ruhaniah itu2.

Setelah lidah menyatakan kata keyakinan, jasmani menyatakan gerak


keyakinan dengan sujud (dalam shalat). Sujud memberikan makna bahwa apa
yang diucapkan oleh lidah bukanlah kata-kata kosong belaka. Kesaksian atau
pengakuan lidah diakui oleh seluruh jasmanimanusia dalam bentuk gerak lahir,
menyambung gerak batin yang mengakui dan meyakini iman. Hanya kepada
tuhanlah satu-satunya muslim sujud, dan tidak kepada yang lain, tidak kepada
satupun dalam alam ini. Maka sari itu penampilan dan isi masjid mencerminkan
derajat hubungan manusia dengan Allah swt, dan antara manusia dengan manusia.
Pada umumnya wajah masjid akan bergantung kepada taraf iman manusia, makin
tinggi iman maka makin makmurlah masjid itu ataupun sebaliknya. Secara
sederhana dapat dimaknai bahwa masjid merupaka alat pemantau yang
memberikan petunjuk apakah umat manusia itu dalam keadaan beriman tebal atau
tipis.

1
Munawwir, Ahmad Warson, 1997. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif, hal. 61
2
Gazalba, Sidi, 1994. Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna, hal.
118-119

2
Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya
sebagai hamba Allah dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana melaksanakan
ibadah menunjukkan betapa peranan masjid sangat strategis, khususnya berkaitan
dengan fungsinya sebagai Pusat Ibadah. Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai
berikut : Fungsi masjid sebagai tempat sujud atau penghambaan diri kepada Sang
Khaliq – Allah swt, dengan menjadikan masjid sebagai tempat berkumpulnya
umat Islam mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu serta shalat sunnat. Lima kali
sehari seorang muslim dianjurkan untuk melakukan ibadah sholat berjamaah di
masjid. Dikarenakan Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam memerintahkan seorang
muslim untuk shalat berjama‟ah. Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam telah
menjelaskan keutamaan shalat berjama‟ah, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

، ‫ض ْعفًب‬ ِ ٌَِْ‫ش ِش‬ ْ ‫سب َو ِع‬ ً َْ ‫ َخ‬، ِٔ ِ‫س ْىق‬ ُ ً‫ـ‬ ْ ِ‫ َوف‬، ِٔ ِ‫ـً ثَ ٍْت‬ ْ ِ‫ص ََلتِ ِٔ ف‬ َ ‫ضعَّفُ َعيَ ٰى‬ َ ‫ص ََلحُ اى َّش ُج ِو فِـً ا ْى‬
َ ُ‫ـج ََب َع ِخ ت‬ َ
ْ ‫ظ َخ‬
ْ‫ْ َىحً إِ ََّل ُسفِ َعت‬ ُ ‫ ىَ ٌْ ٌَ ْخ‬، ُ‫ص ََلح‬ َّ ‫س ِج ِذ ََل ٌُ ْخ ِش ُجُٔ إِ ََّل اى‬ ْ ََ ‫ ثُ ٌَّ َخ َش َج إِىَى ا ْى‬، ‫ض ْى َء‬ ُ ‫ضأ َ فَأَ ْحسََِ ا ْى ُى‬ َّ ‫َو ٰرىِ َل أََُّّٔ إِ َرا ت ََى‬
ٰ
‫ص ِّو‬َ ٌَّ ‫ اَىيّ ُه‬:ُٓ‫ص ََّل‬ َ ٍُ ً‫ـ‬ْ ِ‫ـً َعيَ ٍْ ِٔ ٍَب دَا ًَ ف‬ ْ ِّ‫صي‬َ ُ ‫صيَّ ٰى ىَ ٌْ تَ َز ِه ا ْى ََ ََلئِ َنخُ ت‬ َ ‫ فَإ ِ َرا‬، ٌ‫ىَُٔ ثِ َهب َد َس َجخٌ َو ُحظَّ َع ُْْٔ ثِ َهب َخ ِْ ٍْئَخ‬
َ‫ص ََلح‬ َّ ‫ص ََل ٍح ٍَب ا ّْتَظَ َش اى‬ َ ً‫ـ‬ ْ ِ‫ َو ََل ٌَزَ ا ُه أَ َح ُذ ُم ٌْ ف‬، َُْٔ ‫اس َح‬ ْ ٌَّ ‫ اَى ٰيّ ُه‬، ِٔ ٍْ َ‫َعي‬

Artinya : "Shalat seorang laki-laki dengan berjama‟ah akan dilipat-


gandakan 25 (dua puluh lima) kali lipat daripada shalat yang dilakukan di rumah
dan di pasarnya. Yang demikian itu, apabila seseorang berwudhu‟, lalu ia
menyempurnakan wudhu‟nya, kemudian keluar menuju ke masjid, tidak ada yang
mendorongnya untuk keluar menuju masjid kecuali untuk melakukan shalat.
Tidaklah ia melangkahkan kakinya, kecuali dengan satu langkah itu derajatnya
diangkat, dan dengan langkah itu dihapuskan kesalahannya. Apabila ia shalat
dengan berjama‟ah, maka Malaikat akan senantiasa bershalawat (berdoa)
atasnya, selama ia tetap di tempat shalatnya (dan belum batal). Malaikat akan
bershalawat untuknya, „Ya Allâh! Berikanlah shalawat kepadanya. Ya Allâh,
berikanlah rahmat kepadanya.‟ Salah seorang di antara kalian tetap dalam
keadaan shalat (mendapatkan pahala shalat) selama ia menunggu datangnya
waktu shalat”.

Dengan adanya seruan seorang muslim yang dianjurkan untuk sholat


berjama‟ah di masjid. Hal tersebut dapat disyukuri bahwa sekarang ini lebih
kurang 39.405 masjid sudah dibangun di daerah Jawa Timur, mulai berkapasitas
kecil sampai berkapasitas besar seperti masjid Agung Kota Malang yang
menampung 700 jama‟ah dan Masjid Namira Lamongan yang menampung 2.500

3
jama‟ah. Tetapi dibalik pesatnya perkembangan masjid di daerah Jawa Timur,
patut prihatin, karena pengelolaan masjid di daerah Jawa Timur masih kurang
optimal. Bahkan berdasarkan data dari penelitian dan pengamatan di lapangan
yang dilakukan oleh Muhammad Jazir ASP, Takmir masjid Jogokaryan di kelola
dengan manajemen yang baik belum mencapai 13%. Melihat kondisi tersebut
menjadikan masjid tidak berfungsi sesuai dengan yang seharusnya, yaitu sebagai
pusat peribadatan umat Islam terutama shalat lima waktu dan tempat bertaqarrub
kepada Allah swt. Dalam al Quran surat At-Taubah ayat 18 Allah swt berfirman:

‫َّللاَ فَ َع َس ٰى أُو ٰلَئِكَ أَ ْى‬ َ ‫بَّلل َو ْالٍَىْ ِم ْاَ ِخ ِر َوأَقَب َم الص َََّلةَ َوآتَى ال َّز َكبةَ َولَ ْن ٌَ ْْخ‬
َّ ََّّ ِ‫َ إ‬ ِ َّ ِ‫َّللاِ َه ْي آ َهيَ ب‬
َّ ‫إًَِّ َوب ٌَ ْع ُو ُر َه َسب ِج َد‬
‫ٌَ ُكىًُىا ِهيَ ْال ُو ْهتَ ِدٌي‬

Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang


yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Surat al-Taubah ayat 18).”

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa fungsi mesjid sebagai


tempat yang sangat utama beribadah kepada Allah SWT, berzikir, beri‟tiqaf,
tempat beribadah (shalat), pusat pertemuan umat Islam untuk membicarakan
urusan hidup dan perjuangan3. Berdasarkan fungsi tersebut maka masjid harus
dilengkapi dengan berbagai program dan fasilitas seperti ruangan-ruangan
kelengkapan mesjid, ruang administrasi, perpustakaan, ruang dapur, ruang baitul
mal, ruang klinik, aula, taman dan ruang-ruang lainnya yang dianggap perlu.
Diharapkan masjid bisa terwujud menjadi pusat peribadatan, pendidikan, sosial
dan penyelesai permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Dengan
upaya ini dapat mengoptimalkan kegiatan jamaah yang mampu menggali potensi
masjid lebih baik. Walau demekian masih banyak masjid yang memerlukan
pengelolaan dengan baik sehingga kegiatan jama‟ah lebih mampu terealisasikan
dan masjid menjadi makmur karena jama‟aah semakin banyak dan ramai karena
jama‟ah merasa disejahterakan dengan fasilitas yang tersedia. Hal ini tidak akan

3
Chairuddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 1996), hal. 300.

4
terlepas dari manajemen yang merupakan salah satu faktor yang sangat
mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Jika sebuah masjid, semegah
apapun bentuknya tidak mempunyai pola manajemen yang baik, maka ia akan
jauh dari peran dan fungsi yang asasi. Tidak akan muncul kekuatan apapun yang
mampu menjawab tantangan umat4. Semua masjid seharusnya memiliki sebuah
pola manajemen yang baik, dimana hasil dari pengelolaan itu mampu
mensejahterakan jama‟ahnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah bagaimana pengaruh fasilitas masjid terhadap jumlah jamaah shalat wajib
di Provinsi Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
pengaruh fasilitas masjid terhadap jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa
Timur,
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas penulis melakukan pembatasan
masalah. Hal ini dilakukan agar pembahasan dari masalah bisa terarah dengan
hanya membahas suatu hal yang berkaitan dengan jumlah jamaah shalat wajib di
Provinsi Jawa Timur. Adapun ruang lingkup penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh fasilitas masjid terhadap jumlah jamaah sholat
wajib di Provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh fasilitas masjid terhadap jumlah
jamaah.
3. Mengetahui fasilitas masjid yang harus dioptimalkan untuk
pemberdayaan umat.

4
Budiman Mustofa,Op Cit, hlm 93.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Masjid
Masjid merupakan salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat
Islam. Masjid bagi umat Islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik
makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata
sajada-yasjudu-masjidan (tempat sujud).5 Sementara Sidi Gazalba menguraikan
tentang masjid dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tepat sembahyang.
Perkataan masjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujadan, fi‟il madinya
sajada (ia sudah sujud) fi‟il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim
makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu,
masjida. Jadi ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambil alih kata masjid
oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e,
sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me,
disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah,
sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing
sudah biasa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan
atau kesalahan dilakukan secara umum ia dianggap benar, Menjadilah ia
6
kekecualian.
Wahyudin Sumpeno memberikan pengertian masjid secara harfiah sebagai
kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, masjidun yang
berarti tempat sujud atau tempat shalat, sehingga masjid mengandung pengertian
tempat melaksanakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat lima
waktu yang diperintahkan Allah SWT. Pengertian lain tentang masjid, yaitu
seluruh permukaan bumi, kecuali kuburan adalah tempat sujud atau tempat
beribadah bagi umat Islam.7

5
Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Jogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), hal. 26
6
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Cet VI (Jakarta: Pustaka Al husna
1994) hal. 118
7
Wahyudin Supeno, Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembangannya,ed. Abdul Hamid,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan I, 1984), hal. 1

6
Hal ini sebagaimana hadits Riwayat Abu Hurairah:

Artinya: “Semoga Allah SWT melaknat orang Yahudi dan Nasrani,


mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”8
Menurut Az-Zarkashi, karena sujud merupakan rangkaian shalat yang
paling mulia, mengingat betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika
sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan marka‟
(tempat ruku‟). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk
mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan
untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak
dinamakan masjid.9
Adapun menurut istilah yang dimaksud masjid adalah suatu bangunan
yang memiliki batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada
Allah seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur‟an dan ibadah lainnya. Dan lebih
spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat
berjama‟ah, baik ditegakkan di dalamnya shalat jum‟at maupun tidak. 10 Allah
berfirman :
‫ٱَّللِ أَ َحدًا‬ ۟ ‫َوأَ َّى ْٱلو ٰ َس ِج َد ِ ََّّللِ فَ ََل تَ ْد ُع‬
َّ ‫ىا َه َع‬ َ
Artinya : “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS. al-Jin:18)

8
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟Lu‟ Wal Marjan: Himpunan Hadits Shahih yang Disepakati
oleh Bukhari dan Muslim, Jilid I, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, ed. Darmadi, (Jakarta: Gema
Insani Press, Cetakan I, 2000), hal. 7
9
Al-Qahthani, Dr. Sa‟id bin Ali bin Wahf. 2003. Adab Dan Keutamaan Menuju Dan Di Masjid.
Terj. Muhlisin Ibnu Abdurrahim. Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003, hlm. 1
10
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/06/hadits-hadits-tentang-masjid-dan.html

7
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :
َ‫َّللاِ أَ ْى ٌ ُْذ َك َر فٍِهَب ا ْس ُوهُ َو َس َع ٰى فًِ خَ َرابِهَب ۚ أُو ٰلَئِكَ َهب َكبى‬
َّ ‫بج َد‬ ْ َ‫َو َه ْي أ‬
ِ ‫ظلَ ُن ِه َّو ْي َهٌَ َع َه َس‬
ٌٌ ‫ظٍن‬ِ ‫ي َولَهُ ْن فًِ ْاَ ِخ َر ِة َع َذاةٌ َع‬ ٌ ‫لَهُ ْن أَ ْى ٌَ ْد ُخلُىهَب إِ ََّّ خَبئِفٍِيَ ۚ لَهُ ْن فًِ ال ُّد ًٍَْب ِخ ْز‬
Artinya : “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
menghalang- halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya dan
berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya
(masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia
mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. al-
Baqarah:114)
Dari kedua ayat diatas dijelaskan bahwa masjid merupakan sebuah tempat
yang disediakan untuk menyembah Allah SWT yakni mengerjakan shalat lima
waktu. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan
yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah.
Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat
Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka
masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat
lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan
biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut
Musholla, artinya tempat salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi
nama langgar atau surau.

2.1.2 Fungsi masjid


Masjid bagi umat muslim merupakan suatu institusi yang sangat penting
untuk membina masyarakat muslim.dalam bidang keagamaan masjid berfungsi
sebagai tempat melakuakan shalat yang dalam hadits disebutkan sebagai tiang
agama, baik fardu maupun sunah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang ke
masjid atau pulang dari masjid, maka Allah menyediakan untuknya jamuan dalam
11
surga setiap pergi dan pulang itu.” (HR. Bukhari dan Ahmad bin Hambali).

11
Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman di Yogyakarta dengan Pendekatan Hablumminallah
dan Hablumminannas. Hal 16

8
Fungsi masjid sesuai dengan maknanya sebagai tempat ibadah dan pusat
12
kebudayaan Islam. Ibadah dalam Islam mencakup antara lain : 1. Hubungan
manusia dengan Tuhannya: Shalat, I‟tikaf, dan lain-lain 2. Hubungan manusia
dengan manusia: zakat, fitrah, nikah, dan lain-lain 3. Hubungan manusia dengan
dirinya sendiri: mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain 4. Hubungan manusia dengan
alam: memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam. Namun di antara
fungsi yang tersebut di atas, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat shalat dan
tempat beribadah kepada Allah seperti yang dinyatakan pada ayat berikut:

‫صٍ ًَب‬ َّ َ‫س ثِ ََب أَ َساك‬


ِ ‫َّللاُ ۚ َو ََل تَ ُنِْ ىِ ْي َخبئٍَِِِْ َخ‬ َ ‫إَِّّب أَ ّْزَ ْىَْب إِىَ ٍْلَ ا ْى ِنت‬
ِّ ‫َبة ثِب ْى َح‬
ِ ‫ق ىِت َْح ُن ٌَ ثٍََِْ اىَّْب‬

Artinya : “Kerjakanlah shalat dengan sempurna. Sesungguhnya shalat itu


diwajibkan untuk melakukannya pada waktunya atas kalian mukmin.” 13 (QS. An
Nissa‟: 105)
ََُ‫تَ ْعيَ َُى‬ ٌْ ُ‫ق َوأَ ّْت‬
َّ ‫بط ِو َوتَ ْنتُ َُىا ا ْى َح‬
ِ َ‫ق ثِب ْىج‬
َّ ‫سىا ا ْى َح‬
ُ ِ‫َو ََل تَ ْيج‬

Artinya : “Kerjakanlah shalat dan bayarkanlah zakat.”14 (QS. Al


Baqarah: 42)
﴾٣٨١﴿ َُ‫ت َعيَى اىَّ ِزٌَِ ٍِِ قَ ْجيِ ُن ٌْ ىَ َعيَّ ُن ٌْ تَتَّقُى‬ َ ِ‫َيا أٌَُّ َهب اىَّ ِزٌَِ آ ٍَُْى ْا ُمت‬
ِّ ٌُ ‫ت َعيَ ٍْ ُن‬
َ ِ‫اىصٍَب ًُ َم ََب ُمت‬

Artinya : “Diwajibkan atasmu puasa, sebagaimana diwajibkan atas


orangorang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” 15(QS. Al Baqarah: 183)
Begitu pentingnya masjid bagi umat Islam sehingga masjid menjadi hal
yang pertama dibina oleh Nabi saw ketika hijrah ke Madinah bersama sahabatnya
(masjid Quba). Ini bermakna umat Islam tidak bisa dipisahkan dengan masjid.
Ruh ummat Islam tidak bisa hidup bila berjauhan dengan masjid.16
Meskipun fungsi utama mesjid sebagai tempat mendirikan ibadah shalat
berjama‟ah, tetapi bukan berarti masjid hanya tempat melaksanakan shalat saja.

12
Zein M. Wiryoprawiro, 1986, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, Surabaya, PT.
Bina Ilmu, p. 154
13
http://www.rumahfiqih.com/quran/4/105
14
http://www.rumahfiqih.com/quran/2/42
15
http://id.noblequran.org/quran/surah-al-baqarah/ayat-183/
16
Ridhwan M. Daud, Pengaruh Fasilitas Masjid Fathun Qarib Uin Ar-Raniry Terhadap Motivasi
Mahasiswa Untuk Melaksanakan Shalat Berjama‟ah, hal 166.

9
Masjid di masa Rasulullah selain digunakan untuk shalat, berzikir, beriktikaf dan
membaca al-Quran juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan sosial.
Misalnya sebagai tempat belajar dan mengajar kebaikan, merawat orang sakit,
menyelesaikan permasalahan umat Islam dan memutuskan hukum, mengatur
strategi perang dan lain sebagainya17
Berdasarkan fungsi tersebut maka masjid harus dilengkapi dengan
berbagai program dan fasilitas seperti ruangan-ruangan kelengkapan masjid, ruang
administrasi, perpustakaan, ruang dapur, ruang belajar, ruang baitul mal, ruang
klinik dan ruang-ruang lainnya yang dianggap perlu. Dengan demikian mesjid
bisa terwujud menjadi pusat peribadatan, pendidikan, sosial dan penyelesai
permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat.

2.1.3 Sholat Jama’ah


Dalam bahasa Arab, perkataan “shalat” digunakan untuk beberapa arti; di
antaranya digunakan untuk arti “do‟a”, digunakan untuk arti “rahmad” dan untuk
arti “mohon ampunan”.18 Dalam istilah fiqih, shalat adalah salah satu macam atau
bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu
disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.
Digunakannya istilah “shalat”, tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa di atas, karena di dalamnya mengandung do‟a-do‟a, baik yang berupa
permohonan rahmad, ampunan dan lain sebagainya. Shalat merupakan rukun
Islam yang kedua setelah membaca syahadat, yaitu kesaksian bahwa tidak ada
19
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Secara definitif, ada dua macam pengertian shalat, pertama dilihat dari
sudut lahiriah dan kedua dari sudut batiniyah. Dari sudut lahiriyah dikemukakan
oleh ahli fiqih, shalat adalah ibadah yang terdiri dari perbuatan (gerakan) dan
perkataan (ucapan tertentu) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam. Dari sudut batiniyah shalat adalah menghadapkan hati kepada Allah SWT
yang mendatangkan takut kepadaNya dan menumbuhkan di dalam hati rasa

17
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Mesjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hal.
26.
18
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2005), 264
19
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih…, 79.

10
keagungan dan kebesaran-Nya. Namun ada pendapat yang menggabungkan kedua
definisi tersebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa shalat ialah suatu ibadah yang
dilakukan dengan anggota lahir dan batin dalam bentuk gerakan dan ucapan
tertentu yang sesuai dengan arti shalat yaitu melahirkan niat (keinginan) dan
keperluan seorang muslim kepada Allah Tuhan yang disembah, dengan perbuatan
20
(gerakan) dan perkataan yang keduanya dilakukan secara bersamaan.
Pendapat lain, ada yang mengatakan bahwa dinamakan shalat karena
merupakan “shilah” (penghubung) antara hamba dengan Tuhannya.21 Seperti
halnya kita mengenal istilah silaturahim, yang mana merupakan jalinan ukhuwah
atau persaudaraan, baik antar sesama manusia maupun mereka yang seakidah
dalam naungan agama Islam.
Secara etimologi kata jama‟ah diambil dari kata al-ijtima‟ yang berarti
kumpulan atau al-jam‟u yang berarti nama untuk sekumpulan orang. al-jam‟u
adalah bentuk masdar. Sedangkan al-jama‟ah, al-jami‟ sama seperti al-jam‟u.
Dalam Kamus Al-Munawir pengertian jamaah adalah kelompok, kumpulan,
sekawan.
Secara terminology shalat berjamaah adalah: Apabila dua orang shalat
bersama-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang lain, keduanya
dinamakan shalat berjamaah. Orang yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan
imam, dan yang mengikuti di belakang dinamakan makmum.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan digunakan untuk referensi
bagi penulis. Penelitian tersebut menganalisis tentang manajemen atau
pengelolaan masjid untuk pemberdayaan umat.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian
Ridhwan M. PENGARUH FASILITAS Hasil penelitian
Daud (2019) MASJID FATHUN QARIB menyatakan bahwa 70

20
Imam Musbikin, Rahasia Shalat Khusyu‟, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), 246
21
Riznanto & Rahmawati, Keajaiban Shalat..., 24.

11
UIN AR-RANIRY persen mahasiswa UIN Ar-
TERHADAP MOTIVASI Raniry malas untuk
MAHASISWA UNTUK melaksanakan shalat
MELAKSANAKAN berjama‟ah di masjid
SHALAT BERJAMA‟AH Fathun Qarib karena
keadaan (fasilitas) masjid
yang belum dapat
memberikan kenyamanan
kepada jama‟ah.
Lilam Kadarin The Effect of Masjid Hasil penelitian
Nuriyanto (2018) Management on People menyatakan bahwa tingkat
Empowerment in Surabaya nilai pengelolaan masjid di
City Kota Surabaya sebesar
76,46 yang masuk kategori
sangat baik, sedangkan
tingkat nilai pemberdayaan
umat di Kota Surabaya
sebesar 78,95 yang masuk
kategori sangat baik.
Dimana angka tersebut
menunjukkan hubungan
dan pengaruh antara
pengelolaan masjid
terhadap pemberdayaan
umat di Kota Surabaya
yaitu sebesar 65,1%
pemberdayaan umat dapat
dijelaskan oleh
pengelolaan masjid, sedang
sisanya sebesar 34,9%
harus dijelaskan oleh faktor
yang lain.

12
Nur Kholidah Kritik Pengelolaan Masjid Dalam penelitiannya
Kholidiyah (Pemberdayaan Masjid tersebut ditemukan bahwa
(2014) Menurut Perspekstif Kritis pengelolaan masjid di
Pemikir Islam untuk Surabaya Daerah Surabaya dan
dan Sekitarnya) sekitarnya dapat
digolongkan dalam dua
kategori, yaitu kritis dan
koservatif.
Muhammad Optimalisasi Fungsi Masjid Kesimpulan yang
Muhib Alwi Dalam Pemberdayaan dihasilkan dari penelitian
(2016) Ekonomi Masyarakat adalah bahwa kondisi riil
fungsi masjid saat sekarang
ini masih jauh dari contoh
zaman Nabi. Kondisi riil
ini diperparah dengan
persepsi sebagian
masyarakat yang belum
bisa menerima
pemfungsian masjid dalam
banyak aspek kehidupan
termasuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat dan
jama‟ahnya.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah


penelitian ini lebih terfokus untuk melihat pengaruh adanya fasilitas masjid yang
memadai terhadap Jumlah jamaah. Kemudian data yang digunakan dalam
penulisan ini merupakan data cross section Provinsi Jawa Timur dan diolah
dengan menggunakan STATA 14.

13
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penulisan


Penulisan ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Neuman,
pendekatan positivis pada dasarnya merupakan pendekatan kuantitatif.
“Positivistm is associated with several social theories and structural-
functional, rational choice, and exchange-theory frameworks. PSS researchers
prefer precise quantitative data and often use experiments, surveys and statistics.
They seek rigorous, exact measures and “objective” research. They test causal
hypotheses by carefully analyzing numbers from the measures”22
Dalam penulisan kuantitatif, dapat menggunakan teori yang ada dan
selanjutnya dibuktikan dengan data yang tersedia dilapangan. Kombinasi antara
teori dan data yang ada dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan.
Kebenaran pada penulisan kuantitatif dapat diperoleh dari deskripsi akurat tentang
suatu variabel.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti-bukti yang
telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan
secara umum.23 Sedangkan Data yang digunakan adalah data mengenai masjid di
Provinsi Jawa Timur yang diperoleh dari Wakaf Data terkait Manajemen
Ekonomi Masjid 2019.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan
data kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul

22
William Lawrence Neuman, Social Research Methods : Qualitative and Quantitive Approach,
Seventh Edition. hal 97
23
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung : Alfabeta,
CV.

14
dan permasalahan penelitian dari berbagai literature sepert buku, jurnal, internet,
literatur laporan yang terkait dan lain sebagainya.

3.4 Metode Analisis Data


Dalam penulisan ini metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi berganda, dengan analisis regresi estimasi pada variabel dependen
pada nilai variabel independen akan lebih akurat. Analisis ini dibantu program
STATA dengan tujuan untuk melihat pengaruh antara varabel independen
terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui pengaruh variabel fasilitas masjid yang berupa wifi
(X1), taman (X2), dapur (X3), dan tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan
perempuan (X4) terhadap jumlah jamaah di Provinsi Jawa timur digunakan
persamaan regresi sebagai berikut :

Dimana :
Y = Jumlah jamaah
X1 = Wifi
X2 = Taman
X3 = Dapur
X4 = Tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan perempuan
= Konstanta
= Koefisien regresi
Ln = Logaritma natural
D = Dummy
= Error
Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikansi dari setiap koefisien pada
variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan uji statiskik
diantaranya :
1. Asumsi Klasik
Gujarati (2003) mengemukakan bahwa beberapa dari asumsi klasik
tersebut harus terpenuhi dalam suatu hasil estimasi, guna hasil tersebut bisa
dikatakan baik dan efisien.

15
Asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS)
antara lain24 :
1. Model regresi harus linear, linear dalam parameter.
2. Residual variabel pengganggu ( ) mempunyai rata-rata nol.
3. Homoskedastisitas atau varian dari adalah konstan.
4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu ( )
5. Kovarian antara µ dan variabel independen (X1) adalah nol.
6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah parameter yang diestimasi.
7. Tidak ada multikolinearitas.
8. Variabel pengganggu ( ) harus terdistribusi normal atau stokastik.
Akan tetapi dalam hal ini uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Data yang terdistribusi normal pasti akan menghasilkan model
regresi yang baik. Uji normalitas digunakan untuk pengujian apakah
variabel dependen maupun independen tersebut mempunyai distribusi
normal atau tidak. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik Normal Probability Plot, dalam pengambilan keputusannya
adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tesebut memenuhi asumsi
normalitas, vice versa.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan sebuah uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi tersebut berhubungan antara variabel
independen. Jika diantara variabel-variabel independen tidak terdapat
korelasi maka model regresi tersebut dapat dikatakan model regresi
yang bebas dari multikolinearitas.
Ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi, dapat
dideteksi menggunakan tolerance value atau variance inflation factor

24
Damodar N. Gujarati, Dawn C. Porter. Basic Econometrics Fifth Edition. (United States :
McGraw-Hill, 2003) hal 98-100.

16
(VIF). Ketika nilai dari variance inflation factor (VIF) lebih dari 10,
maka model tersebut mengandung multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastistas
Uji heterokedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah
error dari model regresi tersebut memiliki varian yang sama atau tidak.
Ketika model regresi tersebut memiliki varian yang idak sama, maka
model tersebut mengandung heterokedastisitas, atau error dari model
tidak homoskedastisitas. Sehingga asumsi klasik tersebut tidak
terpenuhi.
2. Uji Statistik t
Uji t merupakan sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah masing-masing dari variabel independen memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengambil
keputusan apakah hipotesis tersebut terbukti atau tidak, dimana tingkat
signifikansi yang digunakan sebesar 10%.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Fasilitas Masjid terhadap Jumlah Jamaah Shalat Wajib di


Provinsi Jawa Timur
Dalam mengestimasi pengaruh fasilitas masjid terhadap jumlah jamaah
shalat wajib dapat dicerminkan dari variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen yang berupa jumlah sholat jamaah dan variabel independen
yang berupa variabel dummy. Variabel Dummy wifi, taman, dapur, dan tempat
ibadah yang bercampur dapat diartikan bahwa jika sebuah masjid memliki wifi,
taman, dapur, dan tempat ibadah bercampur maka akan bernilai 1, dan nilai 0
adalah masjid yang tidak memiliki wifi, taman, dapur dan tempat ibadah terpisah.
Hasil estimasi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Estimasi

LnJumlah Robust
Coef t P>|t| 95% Conf. Interval
Jamaah Std. Err
Dwifi (X1) 1.14899 .293607 3.91 0.000 .5652203 1.732759
Dtaman (X2) .364278 .2066165 1.76 0.081 -.04653 .7750869
Ddapur (X3) .3760811 .2038623 1.84 0.069 -.029251 .7814138
Dtemapat
ibadah
bercampur
antara laki- -.359903 .1713661 -2.10 0.039 -.700624 -.019181
laki dan
perempuan
(X4)
cons 5.513438 .1278521 43.12 0.000 5.259234 5.767642

Prob > F 0.0000


R-Squared 0.2375

Dari hasil estimasi tersebut dapat dituliskan model yang telah digunakan
adalah sebagai berikut :

Hasil persamaan dapat ditulis sesuai hasil estimasi sebagai berikut :

18
Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa pengaruh fasilitas
masjid berupa wifi, taman, dan dapur bertanda positif terhadap jumlah jamaah
shalat wajib di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan fasilitas masjid berupa tempat
ibadah yang bercampur antara laki-laki dan perempuan bertanda negatif terhadap
jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa Timur.Berikut interpretasi dari setisp
variabel independen :
1. Dwifi (X1) : Pengaruh wifi terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh menunjukkan bahwa
pengaruh variabel dummy wifi bertanda positif dan berpengaruh signifikan
sebesar 1.14899 terhadap jumlah jamaah shalat wajib di Provinsi Jawa
Timur, sehingga dapat diartikan bahwa sebuah masjid di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki fasilitas berupa wifi, jumlah jamaah akan lebih besar
sebesar 1.14 % dibandingkan masjid yang tidak memiliki wifi, dengan
asumsi variabel lain konstan.
2. Dtaman (X2) : Pengaruh taman terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy taman bertanda positif dan berpengaruh
signifikan sebesar 0.364278 terhadap jumlah jamaah shalat wajib di
Provinsi Jawa Timur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah masjid
yang memiliki fasilitas berupa taman maka jumlah jamaah shalat akan
lebih besar sebesar 0,36 % daripada masjid yang tidak memiliki taman,
dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Ddapur (X3) : Pengaruh dapur terhadap jumlah jamaah shalat wajib
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy dapur bertanda positif dan berpengaruh
signifikan sebesar 0.3760811 terhadap jumlah jamaah shalat, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah masjid yang memilii fasilitas
berupa dapur maka jumlah jamaah akan lebih besar sebesar 0,37 %
daripada masjid yang tidak memiliki fasiitas dapur, dengan asumsi
variabel lain konstan.

19
4. D(tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan perempuan) : (X4)
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pengaruh variabel dummy tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan
perempuan bertanda negatif dan berpengaruh signifikan sebesar 0.359903
yang berarti bahwa sebuah masjid yang memiliki fasilitas berupa tempat
ibadah yang bercampur dan tidak terpisah maka jumlah jamaah shalat akan
lebih sedikit sebesar 0,35 % daripada sebuah masjid yang tempat
ibadahnya terpisah antara laki-laki dengan perempuan.
4.1.1 Uji Asumsi Klasik
Dari hasil estimasi tersebut, ternyata mengandung asumsi klasik, yaitu
terdapat heterokedastisitas. Akan tetapi disini dilakukan robustness,
dimana kememapuan metode analisis untuk memvalidasi kekuatan suatu
metode. Tujuan dari Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk
menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya
(Amalia, 2016).

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Fasilitas masjid berupa wifi bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0,000<0,10 (alpha=5%).
2. Fasilitas masjid berupa taman bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0.081 <0,10 (alpha=5%).
3. Fasilitas masjid berupa dapur bertanda positif dan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan
probabilitas sebesar 0.069 <0,10 (alpha=5%).
4. Fasilitas masjid berupa tempat ibadah bercampur antara laki-laki dan
perempuan bertanda negatif dan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
jamaah shalat wajib di jawa Timur ditunjukkan dengan probabilitas sebesar
0.039<0,10 (alpha=5%).
5.2 Saran
1. Pemerintah diharapkan memberdayakan kembali Majelis Ulama Indonesia
sebagai pranata sosial keagamaan agar kondisi umat Islam dapat dipantau.
2. DKM diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan masjid salah satunya dalam
pengoptimalisasian fasilitas masjid agar para jamaah juga merasa nyaman dan
dapat diberdayakan untuk meningkatkan ekonomi masjid.
3. Bagi jamaah, teruslah mengajak temn, saudara, atau keluarga untuk terus
memakmurkan masjd dengan cara sholat jamaah di masjid.
4. Bagi peneliti selanjutnya penulisan ini hanya menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah jamaah di Provinsi Jawa Timur, maka dari itu perlu
diperdalam lagi untuk menganalisis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Munawwir, & Warson, A. (1997). Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.

Gazalba, & Sidi. (1994). Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al
Husna.

Hadhiri, C. ( 1996)). Klasifikasi Kandungan Al-Quran,. Jakarta: Gema Insani.

harahap, s. s. (1996). manajemen masjid. yogyakarta: bhakti prima Rasa.

Supeno, W. (1984). perpustakaan masjid, pembinaan dan pengembangan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Abdul Baqi, M. F. (2000). Al-Lu'Lu' Wal Marjan: HImpunan Hadidts yang disepakati oleh
bukhari dan muslim . Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Qahthani, & Bin Wahf, D. b. (2003). adab dan keutamaan menuju dan di masjid. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.

Al-Hafidz, A. W. (2005). kamus ilmu al-quran. jakarta: Amzah.

daud, m., Ali, & Nadhiroh, N. (2015). Ilmu fiqih. jakarta: darul ulum press.

Daud, R. M. (2019). pengaruh fasilitas masjid fathu qorib Uin Ar_Raniry terhadap motivasi
mahasiswa untuk melaksanakan sholat berjama'ah. pionir jurnal pendidikan, 166.

Siswanto. (2005). panduan praktis organisasi remaja masjid . jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

kusumawarhani, & hapsari, s. (2013). masjid besar kecamatan depok, sleman di yogyakarta
dengan pendekatan habluminallah dan habluminannas. E-journal Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.

musbikin, i. (2007). Rahasia sholat khusyu'. yogyakarta: mitra pustaka.

Wiryoprawiro, Z. M. (1986). perkembangan arsitektur masjid di jawa timur. surabaya: Pt bina


ilmu.

Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods : Qualitative and Quantitive Approach.


Seventh Edition. United States of America: Pearson Education Limited.

(2019). Penduduk Indonesia Menurut Provinsi . Badan Pusat Statistik.

Futures, G. R. (2020). The Future of World Religions: Population Growth Projections,


2010-2050. Global Religious Futures.

Gujarati, D., & Porter, D. (2003). Basic Econometrics Fifth Edition. United States :
McGraw-Hill.

22

Anda mungkin juga menyukai