Anda di halaman 1dari 21

TELAAH KURIKULUM

“ANALISIS EVALUASI DALAM PENDIDIKAN DI TINJAU DARI KTSP


DAN K13”

Kelompok 6

Surahmin A 202 19 021

Nasmawati A 202 19 012

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah ‫تعلى‬. Segala pujian, permohonan pertolongan,
petunjuk dan pengamampunan hanyalah tertuju pada-Nya. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.
Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya
petunjuk. Aku bersaksi tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah ‫ تعلى‬semata
yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah hamba dan
utusan-Nya.
Alhamdulillah, atas kuasa dan izin Allah ‫ تعلى‬, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ANALISIS EVALUASI DALAM
PENDIDIKAN DI TINJAU DARI KTSP DAN K13” untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Telaah kurikulum.
Segala bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan tidak dapat
dibalas semunya oleh penulis. Hanya-lah do’a yang dapat dipanjatkan kepada
Sang Rabbi, semoga segala kebaikkan tersebut dibalas oleh Allah ‫ تعلى‬dengan
balasan yang terbaik.
Akhirnya, penulis memohon kepada Allah ‫ تعلى‬semoga makalah ini tidak
merusak ketauhidan yang hanya pantasan ditunjukkan kepada-Nya semata.
Semoga Allah ‫ تعلى‬memaafkan kita semua dan membimbing kita semua ke dalam
manhaj yang benar yang dapat mengantarkan ke jannah Firdaus-Nya., ‫أمين‬.

Palu, Desember 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi pendidikan ................................................ 3
2.2 penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik ........ 11
2.3 Penilaian Dalam Ktsp Dan Kurikulum 2013...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 17
3.2 Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem
pendidikan Nasional menyebutkan bahwa fungsi Pendidikan nasional adalah
“Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Dengan ditetapkan tujuan pendidikan nasional akan
terciptanya keselaran dalam antar daerah diseluruh nusantara. Melalui kurikulum,
pemerintah menjabarkan maksud, fungsi dan tujuan pendididkan nasional.
Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang yang baru memiliki arah
dan paradigma yang berbeda dibandingkan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
yakni kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Teori tentang kurikulum dijabarkan
melalui teori pendidikan. Sukmadinata (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan
empat teori pendidikan yang berhubungan dengan kurikulum, yaitu: (1)
pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori
pendidikan interaksional. Setiap kurikulum akan mencerminkan teori pendidikan
yang digunakan. Pada teori-teori pendidikan itu, penilaian tetap menjadi hal
penting dibicarakan.
Pada setiap kurikulum, sistem penilaian menjadi hal yang sangat penting
untuk diperhatikan, mengingat penilaian merupakan proses mengumpulkan
informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan
menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Kurikulum 2013
mengisyaratkan penting sistem penilaian diri, dimana peserta didik dapat menilai
kemampuannya sendiri. Sistem penilaian mengacu pada tiga (3) aspek penting,
yakni: knowledge, skill dan attitude.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Evaluasi pendidikan?

2. Bagaimana penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik?

3. Bagaimana perbandingan sistem penilaian dalam KTSP dan


kurikulum 2013?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Evaluasi pendidikan.
2. Mengetahui penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Mengetahui perbandingan sistem penilaian dalam KTSP dan Kurikulum.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang


berarti penilaian atau penafsiran. Menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrument dan hasil dibandingkan dengan tolak ukur untuk mencapai kesimpulan.

Ada bebrapa istilah yang sering dugunakan untuk pengertian yang serupa
dengan evaluasi yaitu pengukuran dan penilaian. Suharsini Arikunto membedakan
3 istilah tersebut, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
pPengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Sedangkan mengadakan evaluasi
meliputi kedua langkah tersebut, yaitu mengukur dan menilai. Di dalam istilah
aslinya, pengukuran adalah mensuremen, sedangkan menilai adalah evaluation.
Dari kata evaluation inilah diperoleh dari kata Indonesia evaluasi yang berarti
menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).

B Pengertian Evaluasi Pendidikan

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan evaluasi yang terjadi dalam kegiatan


pendidikan. Chabib Thoha mengemukakan 3 alasan dalam dunia pendidikan
diperlukannya evaluasi, yaitu :

1. Adanya hubungan Interdependensi antara tujuan pendidikan, proses belajar


mengajar dan prosedur evaluasi.

2. Kegiatan mengevaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah satu cirri dari
pendidik professional.

3. Kelembagaan, kegiatan pendidikan adalah kegiatan manajement yang


meliputi planning, programming, organizing, actuating, controlling, dan
evaluating.

3
C. Fungsi Evaluasi Pendidikan

Fungsi evaluasi secara umum meliputi :

1. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku


raport.
2. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
3. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
4. Sumber data BP untuk memasukan data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP).
5. Bahan pertimbangan pengembanga pada masa yang akan datang yang
meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.

Fungsi evaluasi pendidikan secara spesifik

1. Bagi Guru

a) Mengetahui kemajuan belajar peserta didik

b) Mengetahui kedudukan individu dalam kelompoknya

c) Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam proses belajar mengajar

d) Memperbaiki proses belajar mengajar

2. Bagi Peserta Didik

a) Mengetahui kemampuan dan hasil belajar

b) Memperbaiki cara belajar

c) Menumbuhkan motivasi dalam belajar

3. Bagi Sekolah

a) Mengukur mutu hasil pendidikan

b) Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah

4
c) Membuat keputusan untuk peserta didik

d) Mengadakan perbaikan kurikulum

4. Bagi Orang Tua

a) Mengetahui hasil belajar anaknya

b) Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada anak


dalam belajar

c) Mengarahkan jurusan atau sekolah lanjutan bagi anaknya

5. Bagi Masyarakat dan Pemakai Jasa Pendidikan

a) Mengetahui kemajuan sekolah

b) Mengadakan kritik dan saran perbaikan kurikulum

D. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

Hal ini evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa
sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku
pembimbing dan membantu kegiatan belajar siswanya.

2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok


kelasnya.

Hasil evaluasi dapat dijadikan dalam kemampuan belajar siswanya yang dapat
dikategorikan cepat, sedang atau lambat.

3. Untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam belajar

5
4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas
kognitifnya atau kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk kemampuan
belajar

5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).

E. Sifat Evaluasi

Sifat evakuasi antara lain sebagai berikut :

1. Kuantitatif

Banyak gejala-gejala dalam pendidikan yang sifatnya abstrak dan kualitatif tetapi
dalam evaluasi selalu diangkakan.

2. Tidak Langsung

Dalam mengevaluasikan harus menggunakan alat dan melalui prosedur yang


sistematis tidak secara langsung dan melihat gejala atau cirri-ciri yang nampak.

3. Relatif atau Tidak Mutlak

Hasil penilaian setiap individu akan selalu berubah sesuai dengan dinamikanya.

4. Setiap Penilaian Pasti Terjadi Kesalahan

F. Prinsip-Prinsip Evaluasi

1. Kontinyu

Penilaian harus dilakukan berulang kali dengan maksud agar memperoleh


gambaran yang pasti tentang subyek yang dievaluasi.

Ø Penilaian formatif

· Penilaian yang dilakukan pada saat-saat proses kegiatannya masih sedang


berlangsung

6
· Dengan tujuan untuk mengetahui hambatan atau gagguan yang terjadi
selama proses pembelajarannya.

Ø Penilaian sumatif

· Penilaian yang dilakukan pada pertengahan (sub-sumatif) dan atau


akhirsuatu proses, dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.

· Penilaian sumatif disebut juga penilaian hasil atau produk.

2. Obyektif

Penilaian harus obyektif artinya hasil penilaian sesuai dengan kenyataan atau apa
adanya. Jadi penilaian dikatakan obyaktif bila hasil penilaiannya haya ada satu
interprestasi.

3. Komperehensif

Penilaian dikatakan komperehensif bila penilaiannya mampu mengungkapkan


keseluruhan aspek yang harus dinilai (aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor)

4. Untuk mengevaluasi harus menggunakan alat yang baik, yaitu :

· Valid

· Reliabel

· Daya pembeda

· Obyektif

· Komprehensif

· Terstandar

· Praktis

7
G. Tujuan Evaluasi

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini evaluasi guru dapat mrngrtahui
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar
yang melibatka dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar
siswanya.

2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok


kelasnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan acuan dalam kemampuan belajar
siswanya yag dapat dikategorikan cepat, sedang atau lambat.

3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa siswa telah mendayagunaka kapasitas


kogntifnya (kemampuan kecerdasan yang dimiliki) untuk keperluan belajar.

5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).

H. Macam-Macam Taknik Evaluasi

Teknik evaluasi ada 2 macam meliputi :

1. Teknik Non Tes

a. Skala bertingkat

Skala ini menggambarkan suatu nilai yag berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan.

Contoh : Skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk
menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Skor missal skor 8 digambarkan di
tempat yang lebih kanan dibandingkan penggambaran skor 5.

b. Kuesioner ( Guestionaire)

8
Kuesioner (guestionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden)

c. Daftar Cocok (Check List)

Yang dimaksud daftar cocok adlah deretan pernyataan (yang biasanya singkat),
dimana responden yang dievaluasikan tinggal mmbubuhkan tanda cocok (√) di
tempat yang sudah disediakan.

Contoh :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai pendapat saudara.

Pendapat
Tidak
Penting Biasa
Penting
Pernyataaan

Melihat pemandangan
indah

Olah raga tiap pagi

d. Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) adalah suatu metode/cara yang digunakan untuk


mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab.

e. Pengamatan (Observation)

Pengamatan/observasi (observation) adalah suatu teknikyang dilakukan dengan


cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematik.

f. Riwayat Hidup

9
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya.

2. Teknik Tes

Teknik tes dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Tes Diagnostik

Seorang guru yang baik tentu akan merasa berharga apabila dapat membantu
siswanya sehingga dapat mencapai kemajuan secara maximal sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya kerja seorang dokter, sebelum
menentukan obat apa yang akan diberika kepada si pasien, dokter tersebut
mengadakan pemeriksaan secara teliti dahulu, misalnya memeriksa denyut nadi,
suara napas, reaksi lutut, urine dsb. Mengadakan pemeriksaan itu disebut
mengadakan diagnosis, sedangkan mengadakan pengobatan disebut mengadakan
terapi.

Demikian juga seorang guru terhadap siswa. Sebelum memberikan bantuan


dengan tepat, guru harus mengadakan tes yang maksudnya mengadakan
diagnosis.

b. Tes Formatif

Dari kata Form yang mirip dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti suatu program.

c. Tes Sumatif

Tes sumatif dilakukan setelah berakhirnya pemberian sekelompok


program/sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes
formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasaya dilaksanakan pada tiap akhir
caturwulan/ akhir semester.

10
I. Macam-Macam Instrumen Evaluasi Pendidikan

Macam-macam instrumen evaluasi pendidikan dapat berupa :

1. Perbuatan pendidik, mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian,


teguran, ancaman dan hukuman.

2. Benda-benda sebagai alat bantu, seperti meja, kursi, papan tulis, pulpen,
penghapus, spidol, buku, peta, ds

2.2 Penilaian Ranah Kognitif, Afektif Dan Psikomotorik Penilaian Ranah


Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan kemampuan mencipta.
Contoh penilaian ranah kognitif dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan memberikan tes kepada peserta didik. Tes yang yang diberikan dapat
berupa butir-butir soal yang berkaiatan dengan domain tingkatan aspek
taksonomi. Adapun contoh soal sebagai berikut:
· Tingkatan mengingat (C1)
Indikator soal: Menyebutkan nama ilmuwan berdasarkan teori yang
dikemukakannya. “Siapa ilmuwan yang berhasil membuktikan teori Oparin?”
a. Harold Urey
b. Stanley Miller
c. F. Redi
d. L. Pasteur
e. Aristoteles

· Tingkatan memahami (C2)

11
Indikator soal: Mengubah tampilan data pertumbuhan tanaman ke dalam bentuk
diagram batang. “Di bawah ini adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran
pertumbuhan tinggi tanaman tomat:
Minggu ke- Tinggi Tanaman (cm)
1 5
2 17
3 25

Berdasarkan data di atas, buatlah diagram batang pertumbuhan tinggi tanaman


tomat dalam kurun waktu 3 minggu!”

· Tingkatan menganalisis (C4)


Indikator soal: Mengaitkan defisiensi terhadap suatu zat makanan dengan
penyakit yang ditimbulkan.”Uji biuret pada suatu produk makanan menunjukkan
hasil negatif (tidak timbul warna merah atau ungu). Apabila produk makanan
tersebut dijadikan sumber makanan satu-satunya, maka akan menimbulkan....
a. penyakit kwashiorkor
b. gangguan penyerapan kalsium
c. gangguan transportasi vitamin A, D, E, dan K
d. penyakit marasmus
e. pH darah tidak stabil

· Penilaian Ranah Afektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

12
1) Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2) Responding (= menanggapi)
Mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.

3) Valuing (menilai=menghargai)
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing
adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.

4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan)


Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi


dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi
nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu telah

13
tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Jadi
pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik
“pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap
kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap,
yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu
bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah
afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya
dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Penilaian Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku).
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama

14
proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran,
yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran
selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968)
berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan
dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan
yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Penilaian psikomotorik
dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya
tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat
berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang
sebenarnya.
2) Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya

15
2.3 Perbandingan Penilaian Dalam Ktsp Dan Kurikulum 2013
Penilaian kurikulum 2013 mengalami perubahan dari KTSP. Penilaian
hasil belajar mengalami pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian
autentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil). Dalam proses penilaian, kurikulum 2013 berbasis
pada kemampuan melalui penilaian proses dan output sedangkan KTSP hanya
berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output. Penilaian dalam kurikulum
2013 menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional
Penilaian test dan portofolio saling melengkapi. Dalam KTSP, menekankan aspek
kognitif test menjadi cara penilaian yang dominan.Pada kurikulum 2013 skala
nilai tidak lagi 0-100, malainkan 1-4 untuk aspek kognitif dan psikomotor,
sedangkan untuk aspek afektif menggunakan SB= Sangat Baik, B= Baik, C=
Cukup, K= kurang. Skala nilai 1-4 dengan ketentuan kelipatan 0,33.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik. Penilaian autentik terdiri dari penilaian kinerja, penilaian proyek,
penilaian portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian dalam pembelajaran memuat
3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian ranah kognitif
mencakup kegiatan mental (otak). Penilaian ranah afektif berkaitan dengan sikap
dan nilai. Penilaian ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Dalam sistem penilaian, antara kurikulum 2013 dan KTSP memiliki perbedaan,
salah satu diantaranya yaitu standar penilaian dalam kurikulum 2013 lebih
menekankan pada penilaian berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan
output sedangkan KTSP hanya berfokus pada pengetahuan melalui penilaian
output.

B. SARAN
Pendidik agar dapat menerapkan sistem penilaian sesuai dengan kurikulum
2013 sehingga proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal dan
mampu mengenali potensi peserta didik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan


untukPembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Anwar, C. (2005). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance
Assessment) dalam membentuk Habits of Mind Siswa pada Pembelajaran
Konsep Lingkungan. Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana
Pendidikan IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
DiMarco, J. (2006). Web Portfolio and Applications. Hershey: Ide Group
Publishing.
Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah. (2004). Pedoman Pengembangan
Portofolio Untuk Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Klenowski, Val. (2002). Developing Portofolios for Learning and Assessment.
London: Routledge Falmer.
Popham, W.J. (2011). Classroom Assessment What Teacher Need to
Know. Boston: Pearson Education, Inc.
Rahmah, Elin. (2012). Penerapan Asesmen Portofolio dalam Upaya
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP pada Praktikum Uji
Makanan. Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Uno, Hamzah B. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara

18

Anda mungkin juga menyukai