Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi pendidikan ................................................ 3
2.2 penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik ........ 11
2.3 Penilaian Dalam Ktsp Dan Kurikulum 2013...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 17
3.2 Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Evaluasi pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Evaluasi pendidikan.
2. Mengetahui penilaian dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Mengetahui perbandingan sistem penilaian dalam KTSP dan Kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi
Ada bebrapa istilah yang sering dugunakan untuk pengertian yang serupa
dengan evaluasi yaitu pengukuran dan penilaian. Suharsini Arikunto membedakan
3 istilah tersebut, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
pPengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Sedangkan mengadakan evaluasi
meliputi kedua langkah tersebut, yaitu mengukur dan menilai. Di dalam istilah
aslinya, pengukuran adalah mensuremen, sedangkan menilai adalah evaluation.
Dari kata evaluation inilah diperoleh dari kata Indonesia evaluasi yang berarti
menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).
2. Kegiatan mengevaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah satu cirri dari
pendidik professional.
3
C. Fungsi Evaluasi Pendidikan
1. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
4
c) Membuat keputusan untuk peserta didik
D. Tujuan Evaluasi
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
Hal ini evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa
sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku
pembimbing dan membantu kegiatan belajar siswanya.
Hasil evaluasi dapat dijadikan dalam kemampuan belajar siswanya yang dapat
dikategorikan cepat, sedang atau lambat.
5
4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas
kognitifnya atau kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk kemampuan
belajar
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
E. Sifat Evaluasi
1. Kuantitatif
Banyak gejala-gejala dalam pendidikan yang sifatnya abstrak dan kualitatif tetapi
dalam evaluasi selalu diangkakan.
2. Tidak Langsung
Hasil penilaian setiap individu akan selalu berubah sesuai dengan dinamikanya.
F. Prinsip-Prinsip Evaluasi
1. Kontinyu
Ø Penilaian formatif
6
· Dengan tujuan untuk mengetahui hambatan atau gagguan yang terjadi
selama proses pembelajarannya.
Ø Penilaian sumatif
2. Obyektif
Penilaian harus obyektif artinya hasil penilaian sesuai dengan kenyataan atau apa
adanya. Jadi penilaian dikatakan obyaktif bila hasil penilaiannya haya ada satu
interprestasi.
3. Komperehensif
· Valid
· Reliabel
· Daya pembeda
· Obyektif
· Komprehensif
· Terstandar
· Praktis
7
G. Tujuan Evaluasi
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini evaluasi guru dapat mrngrtahui
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar
yang melibatka dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar
siswanya.
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
a. Skala bertingkat
Skala ini menggambarkan suatu nilai yag berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan.
Contoh : Skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk
menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Skor missal skor 8 digambarkan di
tempat yang lebih kanan dibandingkan penggambaran skor 5.
b. Kuesioner ( Guestionaire)
8
Kuesioner (guestionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden)
Yang dimaksud daftar cocok adlah deretan pernyataan (yang biasanya singkat),
dimana responden yang dievaluasikan tinggal mmbubuhkan tanda cocok (√) di
tempat yang sudah disediakan.
Contoh :
Pendapat
Tidak
Penting Biasa
Penting
Pernyataaan
Melihat pemandangan
indah
d. Wawancara (Interview)
e. Pengamatan (Observation)
f. Riwayat Hidup
9
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya.
2. Teknik Tes
a. Tes Diagnostik
Seorang guru yang baik tentu akan merasa berharga apabila dapat membantu
siswanya sehingga dapat mencapai kemajuan secara maximal sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya kerja seorang dokter, sebelum
menentukan obat apa yang akan diberika kepada si pasien, dokter tersebut
mengadakan pemeriksaan secara teliti dahulu, misalnya memeriksa denyut nadi,
suara napas, reaksi lutut, urine dsb. Mengadakan pemeriksaan itu disebut
mengadakan diagnosis, sedangkan mengadakan pengobatan disebut mengadakan
terapi.
b. Tes Formatif
Dari kata Form yang mirip dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti suatu program.
c. Tes Sumatif
10
I. Macam-Macam Instrumen Evaluasi Pendidikan
2. Benda-benda sebagai alat bantu, seperti meja, kursi, papan tulis, pulpen,
penghapus, spidol, buku, peta, ds
11
Indikator soal: Mengubah tampilan data pertumbuhan tanaman ke dalam bentuk
diagram batang. “Di bawah ini adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran
pertumbuhan tinggi tanaman tomat:
Minggu ke- Tinggi Tanaman (cm)
1 5
2 17
3 25
12
1) Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Responding (= menanggapi)
Mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.
3) Valuing (menilai=menghargai)
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing
adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
13
tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Jadi
pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik
“pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap
kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap,
yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu
bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah
afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya
dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Penilaian Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku).
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
14
proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran,
yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran
selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968)
berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan
dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan
yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Penilaian psikomotorik
dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya
tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat
berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang
sebenarnya.
2) Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
15
2.3 Perbandingan Penilaian Dalam Ktsp Dan Kurikulum 2013
Penilaian kurikulum 2013 mengalami perubahan dari KTSP. Penilaian
hasil belajar mengalami pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian
autentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil). Dalam proses penilaian, kurikulum 2013 berbasis
pada kemampuan melalui penilaian proses dan output sedangkan KTSP hanya
berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output. Penilaian dalam kurikulum
2013 menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional
Penilaian test dan portofolio saling melengkapi. Dalam KTSP, menekankan aspek
kognitif test menjadi cara penilaian yang dominan.Pada kurikulum 2013 skala
nilai tidak lagi 0-100, malainkan 1-4 untuk aspek kognitif dan psikomotor,
sedangkan untuk aspek afektif menggunakan SB= Sangat Baik, B= Baik, C=
Cukup, K= kurang. Skala nilai 1-4 dengan ketentuan kelipatan 0,33.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik. Penilaian autentik terdiri dari penilaian kinerja, penilaian proyek,
penilaian portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian dalam pembelajaran memuat
3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian ranah kognitif
mencakup kegiatan mental (otak). Penilaian ranah afektif berkaitan dengan sikap
dan nilai. Penilaian ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Dalam sistem penilaian, antara kurikulum 2013 dan KTSP memiliki perbedaan,
salah satu diantaranya yaitu standar penilaian dalam kurikulum 2013 lebih
menekankan pada penilaian berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan
output sedangkan KTSP hanya berfokus pada pengetahuan melalui penilaian
output.
B. SARAN
Pendidik agar dapat menerapkan sistem penilaian sesuai dengan kurikulum
2013 sehingga proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal dan
mampu mengenali potensi peserta didik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18