Anda di halaman 1dari 28

TUGAS Ke-12

EVALUASI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dosen pengampu: Zulfadli, M. Pd

Oleh:

1. BAIQ SRI IDA LAILI NPM210102340


2. RAHMANIA NPM
3. DWIYANA PUTRIANI NPM210102344

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh...

Puji syukur kehadirat Allah Subahanahuwata’ala atas nikmat dan hidayah-


nya yang selalu diberikan untuk kita semua. Alhamdulillah penulis ucapkan puji
syukur. Allahummashalli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina
Muhammad, sholawat dan salam atas baginda nabi kita nabi besar Muhammad
Sallallahualaiwasallam dan keluarganya semoga selalu tercurah untuk beliau.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan


Berbahasa Indonesia. Penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi seperti buku-buku, jurnal-jurnal yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan di dalam makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Selong, 12 Juli 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Evaluasi Pembelajaran Bahasa............................................... 5
B. Evaluasi Pembelajaran Menyimak....................................................... 10
C. Evaluasi Pembelajaran Berbicara......................................................... 13
D. Tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran menyimak dan berbicara di SD....21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah dasar (SD) merupakan bagian dari pendidikan
nasional yang memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan sumber
daya manusia. Pendidikan di SD dimaksudkan untuk memberikan bekal
kemampuan kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya dan
mempersiapkannya melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah.
Pendidikan tidak hanya terbatas pada transfer (alih) ilmu, nilai, budaya, dan
tradisi, tetapi juga transformasi, yakni semua hasil transfer tersebut dapat
menjadi karakter siswa, oleh karena itu, proses pendidikan pada hakikatnya
adalah membekali individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan komponen yang
paling penting. Evaluasi merupakan tahap yang harus ditempuh oleh guru
untuk mengetahui keefektifan pembelajaran, melalui evaluasi dapat diketahui
apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan sudah tercapai atau belum.
Menurut Mutu Khumar (2015: 3) mengemukakan bahwa evaluasi adalah
istilah yang lebih luas yang mengacu pada semua metode yang digunakan apa
yang terjadi sebagai akibat dari suatu proses tertentu. Menurut Chairiawati
(2014: 21) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar
mengajar sebagai suatu aktivitas seorang pendidik yang disengaja untuk
mengorganisir berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan untuk
memperoleh tujuan yang diharapkan.
Evaluasi pembelajaran bahasa adalah proses yang digunakan untuk
menilai dan mengukur kemajuan siswa dalam mempelajari bahasa, baik itu
bahasa ibu maupun bahasa asing. Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk
mengevaluasi pemahaman siswa terhadap keterampilan berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis dalam bahasa yang dipelajari.

1
Evaluasi pembelajaran bahasa penting untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran bahasa, serta untuk
membantu guru dalam merencanakan pengajaran yang sesuai. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk menyusun program remedial, memonitor kemajuan
siswa, dan menginformasikan pengambilan keputusan dalam konteks
pendidikan bahasa.
Evaluasi menyimak dan berbicara adalah proses yang digunakan
untuk menilai dan mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan
menyimak (listening) dan berbicara (speaking) dalam pembelajaran bahasa.
Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi pemahaman dan
ekspresi lisan siswa dalam bahasa yang dipelajari.
Evaluasi menyimak (listening) adalah proses penilaian kemampuan
siswa dalam memahami dan menginterpretasikan teks lisan dalam bahasa
yang dipelajari. Evaluasi ini melibatkan pengumpulan data tentang
kemampuan siswa dalam mengenali kata-kata, frase, dan informasi penting
dalam teks lisan, serta pemahaman terhadap inti pesan atau tujuan komunikasi
yang disampaikan melalui teks lisan tersebut.
Evaluasi berbicara (speaking) adalah proses penilaian kemampuan
siswa dalam berkomunikasi secara lisan dalam bahasa yang dipelajari.
Evaluasi ini melibatkan pengumpulan data tentang kemampuan siswa dalam
menyampaikan pesan dengan jelas, menggunakan kosakata yang tepat,
mengatur informasi secara terstruktur, dan berinteraksi dengan lancar dalam
konteks berbicara.
Evaluasi menyimak dan berbicara penting untuk mengukur
kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dalam bahasa yang
dipelajari. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk menyusun program
pembelajaran yang sesuai, memberikan umpan balik kepada siswa untuk
meningkatkan keterampilan berbicara dan menyimak, serta memonitor
kemajuan siswa dalam pembelajaran bahasa secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

2
Dari uraian latar belakang di atas maka, didapat rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti apa definisi pembelajaran bahasa itu?
2. Seperti apa evaluasi pembelajaran menyimak itu
3. Seperti apa evaluasi pembelajaran berbicara itu?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka, tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pembelajaran bahasa.
2. Untuk mengetahui apa itu evaluasi pembelajaran menyimak.
3. Untuk mengetahui apa itu evaluasi pembelajaran berbicara.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini penulis berharap dapat
memberi manfaat:
1. Manfaat Teoretis
Semoga makalah ini dapat menjadi rujukan bagi para pembaca dan
penulis untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis menjadi tahu bagaimana cara menulis karya ilmiah dengan
baik dan benar sesuai kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah.
b. Bagi Pembaca
Semoga dengan adanya makalah ini pembaca memahami akan
pentingnya memiliki keterampilan berbahasa seperti membaca,
sehingga dapat menjadi pembaca yang baik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evaluasi Pembelajaran Bahasa


Evaluasi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merupakan unsur
serapan yang berasal dari istilah bahasa Inggris evaluation. Evaluation
berasal dari akar kata value yang berarti nilai.’ Selanjutnya, dari kata nilai
terbentuklah istilah atau kata jadian “penilaian” yang digunakan sebagai
padanan dari istilah evaluasi karena memang penilaian dapat diartikan
sebagai tindakan memberi nilai tentang kualitas sesuatu.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, sebagaimana dalam
penyelenggaraan pembelajaran bidang-bidang yang lain, evaluasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara
keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, pembelajaran bahasa
diselenggarakan untuk mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah
diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan telaah mendalam terhadap
kebutuhan yang perlu dipenuhi tujuan-tujuan pembelajaran itu diupayakan
pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang
secara matang dan saksama dan diselenggarakan secara sungguh-sungguh
agar tujuan-tujuan pembelajaran itu dapat dicapai secara semestinya.
Rangkaian kegiatan belajar-mengajar dalam pembelajaran diselenggarakan
dengan menggunakan bahan ajar dan latihan yang dipilih dan disusun secara
teliti agar tujuan-tujuan pembelajaran benar-benar dapat tercapai seperti telah
dirumuskan.
Upaya untuk memastikan ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran itu
dilakukan dengan menyelenggarakan rangkaian evaluasi terhadap hasil
pembelajaran yang telah diselenggarakan selama kurun waktu tertentu yang
telah direncanakan. Itulah pada hakikatnya kedudukan evaluasi dalam desain
penyelenggaraan pembelajaran sebagai bagian akhir dari rangkaian. Tiga

4
komponen pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

Ketiga komponen itu merupakan unsur pokok (anchor points)


penyelenggaraan pembelajaran sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan
dan saling berkaitan dalam suatu desain penyelenggaraan pembelajaran.
Dalam desain itu komponen yang lebih awal menentukan keberadaan dan
kegiatan komponen berikutnya. Bermula dari tujuan yang harus dicapai untuk
memenuhi sejumlah kebutuhan, serangkaian kegiatan dirancang dan
diselenggarakan untuk mencapainya. Dan untuk mengetahui ketercapaian
tujuan yang telah diupayakan melalui penyelenggaraan pembelajaran dengan
seluruh rangkaian kegiatan belajar-mengajar yang sesuai itu, dilakukan
evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.
Bahwa suatu komponen penyelenggaraan pembelajaran terdahulu
mempengaruhi bahkan menentukan penyelenggaraan komponen berikutnya,
rasanya mudah dipahami. Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa,
apabila kebutuhan kemampuan bahasa pokok yang perlu dikembangkan
adalah kemampuan memahami bacaan, misalnya, wajarlah bahwa
pembelajaran yang diselenggarakan mengutamakan kemampuan memahami
bacaan bahan-bahan ajar dan latihan-latihan yang diselenggarakan terutama
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan memahami bacaan.
Selanjutnya dalam pembelajaran bahasa yang menitikberatkan dan
mengutamakan pengembangan kemampuan membaca tersebut, evaluasi yang
diselenggarakan terhadap tingkat keberhasilan pembelajarannya akan juga
mengedepankan evaluasi terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
Dalam bentuk-bentuk pembelajaran lain dengan titik berat
penyelenggaraan pembelajaran yang berbeda-beda. Segalanya senantiasa
didasarkan atas identifikasi dan inventarisasi jenis kemampuan yang
ditetapkan sebagai tujuan pokok penyelenggaraan pembelajarannya, karena
merupakan kebutuhan utama yang perlu dipenuhi. Tujuan penyelenggaraan
pembelajaran itu selanjutnya diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian

5
kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kurun waktu yang
direncanakan sesuai dengan tingkat pencapaian yang dijadikan sasaran. Untuk
itu berbagai kegiatan direncanakan dan dilakukan dengan menggunakan
berbagai bahan ajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
diselenggarakan dan dikelola menurut suatu pendekatan, metode dan teknik
terkaji yang memungkinkan tercapainya tujuan.
Demikian pula halnya dengan berbagai latihan yang diselenggarakan
untuk menunjang pencapaian penguasaan kemampuan yang merupakan
tujuan penyelenggaraan seluruh kegiatan. Pada akhirnya untuk memastikan
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah diupayakan melalui seluruh
kegiatan pembelajaran itu, perlu dilakukan evaluasi menjelang atau pada
akhir suatu jangka waktu tertentu. Dari kegiatan evaluasi itu dapat diperoleh
informasi dan umpan balik bagi komponen penyelenggaraan pembelajaran
yang mendahului, yaitu komponen kegiatan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sesungguhnya, pengaruh antar
komponen penyelenggaraan pembelajaran itu bahkan tidak sekadar bersifat
satu arah dari komponen sebelumnya ke arah komponen berikutnya.
Pengaruh itu tidak saja berasal dari komponen tujuan sebagai landasan yang
menentukan bagaimana komponen kegiatan pembelajaran diselenggarakan
atau sekadar berasal dari komponen kegiatan pembelajaran terhadap
komponen evaluasi yang bersifat serba satu arah. Pada kenyataannya
pengaruh itu dapat bersifat timbal balik. Pelaksanaan satu komponen
penyelenggaraan pembelajaran dapat berpengaruh terhadap komponen
terdahulu dalam alur penyelenggaraan pembelajaran.
Secara langsung hasil evaluasi yang kurang baik dapat
mengindikasikan kurang baiknya salah satu atau lebih komponen
penyelenggaraan pembelajarannya, seperti pemilihan bahan ajar yang kurang
sesuai, latihan yang kurang mencukupi, banyaknya waktu kegiatan belajar
mengajar yang ditiadakan karena berbagai alasan. Pengajar yang kurang
cakap mengajar, dan lain-lain. Itu semua dapat diduga merupakan bagian dari
penyebab kurang baiknya hasil evaluasi yang patut dijadikan dasar untuk

6
melakukan kajian dan tinjauan ulang terhadap berbagai bagian dari
penyelenggaraan pembelajaran, agar dapat dilakukan penyesuaian dan
perbaikan seperlunya.

B. Evaluasi Pembelajaran Menyimak


Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat ketercapaiannya
suatu program dan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Untuk
memberikan nilai terhadap suatu kegiatan belajar mengajar, guru harus
memberikan keputusan nilai apa yang hendak berikan, harus sesuai dengan
pencapaian peserta didik. Dari situ akan diketahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah disampaikan (Syihabuddin, 2019: 7-8).
Ketrampilan menyimak adalah kemampuan seseorang dalam
memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh seseorang atau media
tertentu (Hermawan, 2014: 130). Dalam menyimak, penyimak harus benar-
benar memahami, menafsirkan, dan menilai apa yang didengar agar informasi
tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penyimak.
Kemampuan ini dapat dicapai dengan latihan secara terus-menerus untuk
mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi unsur-unsur kata (fonem) dengan
unsur lainnya menurut makhraj huruf yang benar, baik langsung dari penutur
asli maupun rekaman (Faridah, 2013: 3; Hermawan, 2014: 130).
Menyimak merupakan suatu runtutan proses, mulai dari proses
mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, penyimpanan, dan
menghubungkan penafsiran itu dengan pengetahuan dan pengalaman secara
menyeluruh. Masing-masing urutan proses menyimak terjadi secara cepat.
Apabila salah satu proses macet, maka kegiatan menyimak itu tidak
berlangsung secara utuh, dan akhirnya tidak ada pemahaman yang diperoleh
dan respon yang terjadi. Komunikasi menjadi terkendala. Hal ini menjadi
bagian perhatian pengajaran menyimak dan ujian kemampuan menyimak
(Syihabuddin, 2019: 92).
Menyimak merupakan cakupan suatu proses kegiatan mendengar,
mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi Bahasa kemudian menilai hasil

7
interpretasi makna dan menanggapi pesan tersirat dalam wahana Bahasa
tersebut. Bahasa yang mudah dan sederhana menyimak berarti kemampuan
memahami pesan yang disampaikan melalui Bahasa lisan.

Logan (dalam Syihabuddin, 2019: 94) mengemukakan bahwa hakikat


menyimak dapat dilihat dari berbagai segi, seperti: menyimak sebagai suatu
sarana, menyimak sebagai suatu keterampilan, menyimak sebagai seni,
menyimak sebagai suatu proses, menyimak sebagai suatu respons, dan
menyimak sebagai pengalaman kreatif. Menyimak sebagai suatu sarana
adalah seseorang melakukan kegiatan menyimak yang harus melalui tahap
mendengar kombinasi bunyi yang telah dikenal, kemudian secara simultan ia
mengartikannya. Menyimak sebagai suatu keterampilan adalah menyimak
bertujuan untuk komunikasi, sehingga menyimak melibatkan keterampilan
aural maupun oral (keterampilan berhubungan dengan pendengaran maupun
pelisanan).
Menyimak sebagai seni berarti apabila kita ingin menjadi penyimak
yang baik, kita harus melakukan kegiatan dalam menyimak seperti kegiatan
yang dilakukan pada waktu belajar seni music dan seni rupa. Sebagai proses
menyimak adalah proses keterampilan-keterampilan yang kompleks.
Menyimak sebagai respons berarti unsur respons menjadi faktor utama dalam
menyimak. Sedangkan menyimak sebagai pengalaman kreatif merupakan
kegiatan yang pengalamannya ditandai oleh kesenangan, kenikmatan, dan
kepuasan. Oleh karenanya begitu pentingnya pemahaman terhadap hakikat
menyimak.
Malahayati & Murti (dalam Dewi, Sujana & Tirtayani, 2017: 219)
permainan bisik berantai dalam evaluasi ketrampilan menyimak mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bagilah siswa menjadi dua kelompok atau lebih, dan bariskan
siswa secara berbanjar. Dengan dibaginya kelompok agar barisan
tidak terlalu panjang jika jumlah siswa terlalu banyak dan agar
lebih rapi, serta kondusif.

8
2. Bisikkan sebuah kalimat pada siswa yang berada paling ujung
depan.
3. Kalimat tersebut kemudian bisikkan secara lengkap pada peserta di
belakang atau sebelahnya.
4. Selanjutnya siswa tersebut membisikkan lagi kepada teman urutan
setelahnya, begitu seterusnya.
5. Sampai akhirnya kalimat sampai pada siswa yang berdiri paling
ujung berlawanan dengan siswa yang mendapatkan pesan pertama
kali.
6. Setiap siswa hanya boleh mengulang sekali jika teman yang
dibisiki belum mengerti.
7. Siswa yang terakhir mendapatkan pesan berupa kalimat,
menyebutkan kalimat yang diterimanya sembari didengar oleh
guru. Kemudian guru menilai benar atau salahnya kalimat yang
didengar oleh siswa.
8. Kemudian barisan digeser hingga habis sampai semua siswa sudah
mendapatkan penilaian.

Dengan penggunaan permainan tersebut dalam evaluasi pembelajaran,


aspek yang dinilai dalam menyimak berdasarkan pada ruang lingkup dan
tingkat kedalaman pembelajaran serta kompetensi dasar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, aspek yang belum
dikuasai dalam pembelajaran dapat diketahui. Sedangkan bagi guru aspek
yang belum diajarkan pada siswa dapat diketahui. Selain itu, tujuan dari
penilaian pembelajaran keterampilan menyimak adalah untuk mengetahui
apakah semua yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran sudah ada
kesesuaian dengan kompetensi dasar khususnya indikator. Berikut aspek
penilaian dalam pembelajaran keterampilan menyimak sebagai berikut.

1. Aspek kebahasaan, meliputi:

1) Pemahaman isi

9
2) Kelogisan penafsiran
3) Ketepatan penangkapan isi
4) Ketahanan konsentrasi
5) Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami.
2. Aspek non kebahasaan, meliputi:
1) Pelaksanaan dan sikap
2) Menghormati
3) Menghargai
4) Konsentrasi/kesungguhan mendengarkan
5) Kritis.

1. Penilaian Keterampilan Menyimak


a. Persiapan Khusus Tes Keterampilan Menyimak
Sesuai dengan namanya yaitu tes kemampuan menyimak, atau
lebih tepatnya komprehensif lisan, bahan tes yang diujikan
disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana
pendengaran. Sarana yang digunakan bisa melalui media rekaman
atau langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu
tes itu berlangsung.
Bahan tes menyimak hendaknya juga memperhatikan beberapa
faktor, yakni: tingkat kesulitan wacana, isi cakupan wacana, dan jenis
wacana. Tingkat kesulitan wacana diidentifikasi sesuai tingkat
perkembangan didik. Begitu juga isi dan atau cakupan wacana harus
sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik atau sesuai dengan
bidang yang dipelajari atau kompetensi yang diacu dalam kurikulum.
Kemudian, jenis atau bentuk wacana pun disesuaikan dengan materi
pembelajaran.
b. Tingkatkan Tes Keterampilan Menyimak
Berikut dibicarakan dan dicontohkan tingkatan-tingkatan tes
aspek kognitif yang dimaksud dari tingkat ingatan (C1) sampai
dengan tingkatan analisis (C4).

10
1) Tes Kemampuan Menyimak Tingkat ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekedar menuntut
siswa untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta
yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan
sebelumnya. Fakta itu mungkin berupa nama, peristiwa, angka,
tanggal, tahun, dan sebagainya. Kata-kata operasional yang dapat
digunakan untuk tes menyimak tingkat ingatan adalah:
mendefinisikan, menyebut, memilih, mengatakan mendeskripsikan,
meramalkan, mendaftar, dan menjodohkan Bentuk tes yang
dipergunakan bisa berbentuk tes bentuk objektif isian singkat, bentuk
pilihan ganda, dan urian.
2) Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Pemahaman
Tes kemampuan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa
untuk dapat memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan
pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan
antar faktor, antar kejadian, hubungan sebab akibat, dan sebagainya.
Akan tetapi, kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman (C2)
ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat
tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana.
Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
3) Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes
tingkat penerapan, adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan
(diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang
terdapat di dalam lembar tugas, kepada siswa diperdengarkan sebuah
wacana (kalimat) satu kali, dan tugas siswa adalah memilih di antara
beberapa (tempat) gambar yang disediakan yang sesuai dengan
wacana.
4) Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Analisis
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang

11
diteskan. Akan tetapi, untuk dapat memahami informasi atau lebih
tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut
untuk melakukan analisis karena tanpa menganalisis wacana, jawaban
yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian,
butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes
pada tingkat pemahaman.
5) Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Sintesis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat sintesis menuntut siswa
untuk mampu menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara
hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat dalam wacana
atau teks yang didengar.
6) Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Evaluasi
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat evaluasi menuntut siswa
untuk memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang
didengar, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang
dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu. Penilaian terhadap
isi wacana, misalnya: penilaian terhadap gagasan, konsep, cara
pemecahan masalah, dan bahkan menemukan dan menilai bagaimana
pemecahan masalah yang sebaiknya.
c. Penyusunan Alat Penilaian Tes Menyimak
Penyusunan alat penilaian tes menyimak mengikuti langkah-langkah
seperti berikut:
1) Penentuan Kompetensi dan Materi

Kompetensi yang dapat diukur dalam aspek mendengarkan, di antara


mendengarkan untuk persepsi yang meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan perbedaan suara, kombinasi suara, dan intonasi,
baik pada kata maupun kalimat. Mendengarkan untuk pemahaman
yang meliputi kemampuan literal (kemampuan memahami isi tuturan
berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat), kemampuan inferensial
(kemampuan memahami isi tuturan yang tersirat), kemampuan

12
reorganisasi pencarian/ penataan kembali ide pokok dan ide penjelas
yang mendukung tema pembicaraan). Kemampuan evaluatif (untuk
menilai keakuratan, kemanfaatan, kejelasan isi pembicaraan), dan
kemampuan apresiasi (kemampuan menghargai isi pembicaraan).

2) Penyusunan Indikator Soal

Proses penyusunan indikator soal diawali dengan menentukan kondisi


soalnya diperdengarkan suatu berita, dongeng, wawancara dengan
tokoh, pembacaan laporan kegiatan, puisi, pembacaan novel,
pidato/ceramah, dan dialog. Setelah itu, menentukan jenis perilaku
yang dapat diukur, misalnya, menuliskan, mengungkapkan,
mencerita-kan kembali, menjawab pertanyaan, merangkum,
menanggapi, menjelaskan, dan mengidentifikasi. Contoh penyusunan
indikator soal diperdengarkan suatu pembacaan teks berita, siswa
dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan informasi yang
didengarkannya.

3) Menyusun Kisi-kisi Soal dan Penskoran

Kisi-kisi merupakan rancangan khusus tentang kompetensi dan


perilaku yang akan diukur dan menjadi dasar penyusunan soal. Tujuan
penyusunannya adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
penekanan penilaian yang setepat-tepatnya, sehingga menjadi
petunjuk dalam penulisan soal. Ada beberapa persyaratan yang harus
dilakukan dalam membuat kisi-kisi yang baik yakni, kisi-kisi harus
dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan
secara tepat dan proporsional. Komponennya diuraikan secara jelas
dan mudah dipahami. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan
soalnya.

4) Penyusunan Soal-Soal, Rubrik Penilaian, dan Penskoran


Standar Kompetensi

13
Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator
soal atau tujuan yang telah ditetapkan di dalam kisi-kisi dan bentuk
soal yang dipakai. Penggunaan bentuk soal yang tepat, sangat
tergantung pada perilaku yang akan diukur. Penulisan butir soal harus
dibarengi dengan pedoman penskorannya. Pedoman penskoran sangat
diperlukan, terutama untuk soal bentuk esai, agar Subjektivitas
korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan
petunjuk yang menjelaskan kriteria jawaban atau aspek yang dinilai
sesuai butir soal yang telah dirumuskan. Penskoran bentuk esai tentu
bervariasi sesuai tingkat kesulitan soal tersebut.

C. Evaluasi Pembelajaran Berbicara


Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang seseorang menyampaikan
gagasan, pikiran atau perasaan yang ada dalam pikiran pembicara. Dengan
demikian berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif
melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara tutur
dan mitra tutur (Setyawati, 2012). Berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh
keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah keterampilan berbicara
atau berujar dipelajari (Sukmawati & Purbaningrum, 2015).

1. Penilaian Keterampilan Berbicara


a. Bentuk-bentuk Tugas Kemampuan Berbicara
Bentuk-bentuk kemampuan berbicara yang dipilih seharusnya yang
memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan kemampuan
berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran atau
perasaannya.
1) Pembicaraan berdasarkan pengamatan objek atau gambar
Kemampuan berbicara siswa dapat pula dirangsang dengan
mengamati suatu objek lingkungan tertentu (misalnya: laut, sungai,

14
sawah, pemandangan atau lingkungan lain) baik secara alami maupun
melalui pemutaran suatu video tertentu. Dalah hal ini, siswa akan
bercerita berdasarkan apa yang mereka amati, dengan, lihat, dan
rasakan.
2) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan oleh dua (beberapa) orang penguji
dalam praktik yang sering terjadi di sekolah hanya seorang penguji
terhadap siswa atau calon selama jangka waktu tertentu, misalnya
minimum sepuluh menit untuk seorang calon. Penilaian wawancara
adalah tekanan, tata bahasa, kelancaran, dan pemahaman.
3) Bercerita
Pemberian tugas untuk bercerita kepada siswa juga merupakan salah
satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara yang bersifat
pragmatis. Untuk dapat bercerita ada dua hal yang dituntut untuk
dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik (bagaimana cara bercerita,
bagaimana memilih bahasa) dan unsur apa yang diceritakan,
ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan menunjukkan
kemampuan berbicara siswa.
4) Pidato
Dalam kaitannya dengan pengajaran (dan tes) bahasa di sekolah, tugas
berpidato dapat berwujud permainan simulasi. Misalnya, siswa
bersimulasi sebagai kepala sekolah berpidato dalam upacara bendera,
menyambut tahun ajaran baru hari sumpah pemuda dan sebagainya.
5) Diskusi
Tugas berdiskusi baik dilakukan para siswa disekolah dan terlebih lagi
para mahasiswa. Tugas ini tidak saja baik untuk mengukur
kemampuan berbicara siswa (mahasiswa), melainkan juga sebagai
latihan beradu argumentasi. Penilaian berpidato, yaitu (a) keakuratan
informasi, (b) ketepatan bahasa (diksi, struktur, lafal), (c)
kesistematisan, (d) kelogisan, (e) gaya dan penampilan, dan (f)
penghayatan.

15
b. Tingkatan Tes Keterampilan Berbicara
Tingkatan tes keterampilan berbahasa, seperti dibicarakan dimulai,
menunjuk pada pengertian tes ranah kognitif yang terdiri dari enam
tingkatan tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat penilaian (C6)
akan tetapi, untuk tugas berbicara, masalahnya agak berlainan. Sebab,
aktivitas berbicara tidak semata-mata berhubungan dengan
kemampuan kognitif, melainkan juga dengan aspek psikomotor,
keterampilan yang melibatkan aktivitas otot.
1) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Ingatan
Tes keterampilan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih
bersifat teoretis, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas
berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta, dan sebagainya. Soal-
soal tes tingkat ingatan ini misalnya saja berbunyi sebagai berikut: (a)
Apakah yang dimaksud dengan diskusi panel? (b) Apa tugas
moderator dalam diskusi panel? (c) Sebutkanlah tiga macam metode!
(d) Apakah yang dimaksud dengan kemampuan berkomunikasi?
2) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Pemahaman
Seperti halnya tes tingkat ingatan, tes keterampilan berbicara tingkat
pemahaman juga masih lebih bersifat teoretis, menanyakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan berbagai tugas berbicara. Contoh soal-
soal tes untuk tingkat pemahaman, misalnya berbunyi sebagai berikut:
(a) Apakah perbedaan antara diskusi, seminar, dan simposium? (b)
Mengapa seorang yang berpidato harus memahami keadaan
pendengar? (c) Jelaskanlah langkah-langkah berlangsungnya kegiatan
diskusi panel?
3) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Penerapan
Tes keterampilan berbicara pada tingkat penerapan tidak lagi bersifat
teoretis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes
tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan keterampilan
berbahasanya untuk dapat berbicara dalam situasi (dan masalah)

16
tertentu untuk keperluan berkomunikasi. Contoh tes keterampilan
berbicara tingkat penerapan misalnya, kita menugasi siswa untuk
bersimulasi seperti. Pembicaraan pengurus OSIS tentang rencana
perpisahan siswa kelas III. Pembicaraan seorang guru wali kelas
dengan seorang siswa tentang pelaksanaan remedial.
4) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Analisis
Tes keterampilan berbicara tingkat analisis adalah menuntut siswa
mencermati atau menganalisis isi suatu pembicaraan lalu
mengemukakannya dalam bentuk lisan apa yang dimati tersebut.
5) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Sintesis
Tes keterampilan berbicara tingkat sistesis adalah menuntut siswa
untuk menghubungkan, menggeneralisasikan konsep yang satu
dengan yang lain apa yang diamatinya, baik lisan maupun tertulis.
6) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Evaluasi
Tes keterampilan berbicara tingkat evaluasi adalah menuntut siswa
memberi penilaian terhadap objek tertentu, baik yang didengar,
dilihat, dibaca lalu dikemukakan penilaiannya pada objek tersebut
secara lisan. Bahkan, siswa disuruh juga mengemukakan pemecahan
masalah atas objek itu sesuai pendapatnya.
7) Catatan tentang Tingkatan Tes Keterampilan Berbicara
Pelaksanaan praktik berbicara hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan keadaan siswa, baik dari segi kemampuan
berbahasa maupun berpikirnya.

2. Penerapan Penilaian Berbicara


a. Penyusunan Kompetisi yang Diukur
Kompetensi yang dapat diukur pada aspek berbicara lebih difokuskan
pada penguasaan sistem tanda-tanda bahasa lisan, bukan gagasan atau
isi pembicaraan atau bentuk susunan isi pembicaraan yang
dikemukakan. Sistem tanda-tanda bahasa lisan yang dimaksud adalah:
(a) lafal atau ucapan (vocal, konsonan, intonasi), (b) tata bahasa, (c)

17
kosakata, (d) kefasihan (kemudahan dan ketepatan bicara), dan (e)
pemahaman. Kegiatan-kegiatan berbicara misalnya: (1) bercerita, (2)
menyampaikan informasi: buku, majalah, artikel, hasil penelitian,
program kegiatan, (3) berpidato, (4) seminar atau gelar wicara (talk
show), dan (5) berwawancara.
b. Penyusunan Indikator Soal
Penyusunan indikator soal diawali dengan menentukan kondisi.
Misalnya diperdengarkan suatu rekaman, disajikan sebuah kalimat
lengkap, teks, cerita, puisi, dialog, gambar, peristiwa. Atau diberikan
suatu isyarat tertentu, deskripsi situasi atau topik diskusi. Setelah itu
menentukan perilaku yang dapat diukur, misalnya: memberikan
komentar atau kritik atau pendapat atau tanggapan, mengucapkan,
menjelaskan, menceritakan, menyampaikan pesan atau informasi atau
laporan, mengajukan pertanyaan, bercerita atau mendongeng,
mengidentifikasi, mengemukakan, memerankan, mengucapkan, dan
menyimpulkan. Contoh penyusunan indikator soal disajikan sebuah
pernyataan agar siswa menceritakan pengalamannya, siswa dapat
menceritakan pengalamannya dengan pilihan kata dan ekspresi yang
sesuai dengan pilihan kata dan ekspresi yang sesuai.
c. Menyusun Kisi-kisi Soal, dan Penskoran
d. Soal-soal dan Rubrik Penilaian
1) Tingkat afektif
2) Tingkat kognitif
a) Tingkat pengetahuan (C1).
Apa tujuan pembuatan susunan acara dalam suatu
kegiatan tertentu? Jawab: tujuannya untuk
mengarahkan acara agar berlangsung dengan baik
dan lancar. Apa fungsi pembawa acara? Jawab:
pembawa acara sangat berperan membawakan
acara. Suatu acara dapat berjalan dengan lancar,
meriah, dan menarik sangat bergantung pada

18
pembawa acaranya. Oleh karena itu, pembawa acara
harus terampil menggunakan bahasa yang
komunikatif.
b) Pemahaman (C2).
(A) Hal-hal apa saja yang harus diketahui oleh
seorang pembawa acara? Jawab: (1) Acara yang
dibawakan (2) Orang yang hadir dalam acara
tersebut (3) Tempat dan waktu acara tersebut
dilaksanakan. (B) Apa perbedaan acara resmi dan
acara tidak resmi? Jawab: Pada acara resmi salah
satu pejabat diundang untuk membuka acara,
sedangkan pada acara tak resmi acara dibuka dan
ditutup langsung oleh pembawa acara.
c) Penerapan atau Aplikasi
Keluarga Nurdin mengadakan syukuran atas
keberhasilannya menjadi juara 1 pada KDI ke-4.
Mereka yang hadir dalam undangan tersebut adalah
pemerintah Kabupaten, tokoh masyarakat, dan para
remaja dan anak-anak. Buatlah konsep acara
tersebut! Jawab: Garis-garis besar acara syukuran
(a) Pembukaan (b) Pembacaan ayat suci Al-Quran
(c) Sepatah kata dari ketua panitia pelaksana (d)
Sambutan-sambutan (pemerintah daerah, tokoh
masyarakat.

E. Tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran menyimak dan berbicara di SD


Tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran menyimak dan berbicara di SD
(Sekolah Dasar) dapat bervariasi tergantung pada kurikulum dan kebijakan
pendidikan yang berlaku di suatu negara atau wilayah. Namun, umumnya
tujuan-tujuan evaluasi ini dapat mencakup hal-hal berikut:

19
1. Kemampuan Memahami dan Menyimak Informasi: Evaluasi ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan
menyimak informasi yang disampaikan secara lisan. Hal ini meliputi
kemampuan mereka untuk mendengarkan dan memahami instruksi, cerita,
penjelasan, dan presentasi yang diberikan oleh guru atau teman sekelas.

2. Kemampuan Berbicara dan Berkomunikasi: Evaluasi ini bertujuan


untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam berbicara dan berkomunikasi
secara lisan. Hal ini meliputi kemampuan mereka dalam mengungkapkan ide,
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat, dan
berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

3. Penguasaan Kosa Kata dan Kosakata: Evaluasi ini bertujuan untuk


menilai penguasaan siswa terhadap kosa kata dan kosakata yang relevan
dengan konteks pembelajaran. Tujuan ini termasuk pemahaman siswa
terhadap makna kata, sinonim, antonim, frasa umum, dan ungkapan yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari.

4. Kemampuan Memahami dan Menginterpretasikan Instruksi:


Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam
memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Hal ini meliputi
kemampuan mereka dalam mengenali kata-kata kunci, langkah-langkah yang
diperlukan, dan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau
aktivitas tertentu.
5. Kemampuan Berpikir Kritis: Evaluasi ini bertujuan untuk menilai
kemampuan siswa dalam berpikir kritis terkait dengan bahasa lisan. Hal ini
meliputi kemampuan mereka dalam menganalisis informasi, mengevaluasi
argumen, mengidentifikasi fakta dan opini, serta mengambil kesimpulan yang
didasarkan pada bukti yang ada.

20
6. Penggunaan Bahasa yang Tepat: Evaluasi ini bertujuan untuk
mengevaluasi penggunaan bahasa yang tepat dan sesuai dengan situasi atau
konteks yang diberikan. Hal ini meliputi penggunaan tata bahasa yang benar,
pengucapan yang jelas, intonasi yang tepat, dan penggunaan ekspresi bahasa
yang sesuai.

7. Kepercayaan Diri dan Keterampilan Presentasi: Evaluasi ini


bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kepercayaan diri siswa dalam berbicara
di depan umum serta keterampilan mereka dalam melakukan presentasi. Hal
ini meliputi penggunaan bahasa tubuh yang tepat, pengaturan suara yang
baik, dan kemampuan untuk menarik perhatian audiens.

Penting untuk dicatat bahwa tujuan-tujuan evaluasi ini harus sesuai


dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa di SD, serta
mempertimbangkan lingkungan belajar yang mendukung dan menginspirasi
mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
menyimak dan berbicara.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi pembelajaran bahasa adalah proses yang digunakan untuk
menilai dan mengukur kemajuan siswa dalam mempelajari bahasa, baik itu
bahasa ibu maupun bahasa asing. Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk
mengevaluasi pemahaman siswa terhadap keterampilan berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis dalam bahasa yang dipelajari.
Evaluasi menyimak dan berbicara adalah proses yang digunakan
untuk menilai dan mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan
menyimak (listening) dan berbicara (speaking) dalam pembelajaran bahasa.
Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi pemahaman dan
ekspresi lisan siswa dalam bahasa yang dipelajari.
Evaluasi berbicara (speaking) adalah proses penilaian kemampuan
siswa dalam berkomunikasi secara lisan dalam bahasa yang dipelajari.
Evaluasi ini melibatkan pengumpulan data tentang kemampuan siswa dalam
menyampaikan pesan dengan jelas, menggunakan kosakata yang tepat,
mengatur informasi secara terstruktur, dan berinteraksi dengan lancar dalam
konteks berbicara.

B. Saran

22
Penulis berharap setelah membaca makalah ini, pembaca semakin
paham dengan apa itu ejaan, tulis tangan, dan tata bahasa. Sehingga makalah
ini dapat bermanfaat di dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar
kelas. Penulis juga berharap kepada pembaca agar dapat menambah wawasan
sehingga makalah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Alifin, J.Si, dkk. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI.


Surabaya: Sunan Ampel Press IKAPI.

Azzizatain H, Syihabuddin. 2020. Evaluasi Pembelajaran Menyimak Dengan


Memanfaatkan Permainan Berbisik Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Universitas Pendidikan Indonesia: Jurnal al-ittijah Vol, 12 No 02.

Chairawati, F. (2014), Jurnal Al-Bayan Evaluasi Pembelajaran Pada Kelas


Internasional Fakultas Dakwah LAIN Ar-Raniry. Banda Aceh IAIN Ar-
Raniry. Diakses pada http://jurnal.at-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view
Pada Tanggal 13 Maret 2019.

Dewi, N. L. P. P., Sujana, I. Wayan, & Tirtayani, L. A. Pengaruh Metode


Bermain Berbantuan Media Audio Bisik Berantai Terhadap Kemampuan
Menyimak Pada Anak Kelompok B. Jurnal 5(3), 315–324, 2017.

Faridah. 2013. Peningkatan Kemampuan Menyimak Menggunakan Teknik


Permainan Berbisik Berantai Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Sungai
Pinyuh.

23
Hermawan, Acep. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Muammar, Suhardi dan Mustadi. 2018. Model Pembelajaran Keterampilan


Berbicara Berbasis Komunikatif Bagi Siswa Sekolah Dasar Teori dan Praktik.
Mataram: Sanabil.

Muthukumar, V.M. (2015). Assesment For Learning. India: Bharatidan


University.

Setyawati, R. (2012) . Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan


Menggunakan Metode Role Playing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V Di SD Negeri 01 Malanggaten Kebakramat Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011 /2012 ( Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Sukmawati, D., & Purbaningrum, E (2015). Pengaruh Model Pembelajaran


Ekspositori Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Paud Teratai, 4(2).

Sulastriningsih, D. 2017. Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia: Teori dan Penerapannya. Makassar: IKAPI.

Syihabuddin. 2019. Tes dan Penilaian Pengajaran Bahasa. Bandung: UPI


Press.

Yunita W D, dan Alberth Y R. 2010. Peningkatan Keterampilan Berbicara


Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Sekolah Dasar
Manokwari Papua Barat. Universitas Cendrawasih: Jurnal Papeda: Vol 2, No
1.

24
25

Anda mungkin juga menyukai