DISUSUN OLEH
KHAIRUNNISA (2205010231)
DOSEN PENGAMPU
LANGKAT
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat iman dan nikmat islam kepada kita, tak lupa shalawat beserta salam kami limpah dan
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini kami selaku penulis mencoba untuk membuat makalah tentang
“Bahan Ajar Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar“. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini merupakan proses dari sebuah penulisan
(penyusunan) yang masih banyak memerlukan perbaikan. Apabila dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan, kami mohon maaf. Dan kami sangat menantikan saran dan kritik pembaca
yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. KESIMPULAN.............................................................................................21
B. SARAN..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan belajar mengajar, sebenarnya berada pada kondisi yang unik, sebab
secara sengaja atau tidak sengaja masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru
walaupun dikatakan pengajar sebenarnya tidak langsung juga melakkan belajar.
Guru dalam menjalankan proses pembelajaran dibutuhkan suatu bahan ajar karena
digunakan untuk membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan dari proses
belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran.
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan
salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu
siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mampu memahami apa pengertian dari bahan ajar.
2. Agar mahasiswa mampu memahami apa saja fungsi-fungsi bahan ajar.
3. Agar mahasiswa mampu memahami pembelajaran IPA di sekolah dasar
4. Agar mahasiswa mampu memahami peran bahan ajar pada pembelajaran ipa di sekolah
dasar (buku pelajaran).
5. Agar mahasiswa mampu memahami pengembangan bahan ajar IPA di sekolah dasar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan ajar adalah sebuah persoalan pokok yang tidak bisa dikesimpangkan dalam satu
kesatuan pembahansan yang utuh tentang cara pembuatan bahan ajar. Selain itu, Depdiknas juga
menambahkan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau
instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
3
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi
dengan segala kompleksitasnya.
Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut dapat kita pahami
bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasdi,alat maupu teks) yang disusun secar
sistematis yang menampilkan sosok utuh dari komptensi yang akan dikuasai oleh peserta didik
yang digunakan dalam proses pembelajar dengan tujuan perencanaan dan penelaan implementasi
pembelajaran. Misalnya ,buku pelajaran, modul atau make,bahan ajar audio, bahan ajar interaktif
dan sebagainya.
Bahan ajar, sebagai satu dari tiga unsur utama dari proses pembelajaran di samping guru
dan siswa, memiliki andil dalam mendapatkan pengalaman pembelajaran yang diharapkan.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Pannen & Purwanto, 2001; Majid,
2007).
Bahan ajar memiliki posisi yang amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai
representasi dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian
yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan
ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran dan
memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa
(Zulkarnaini, 2009). “Teachers need to create effective teaching materials to ensure that students
are learning to their maximum potential.” (Erin Scheiner, dalam Anwar, 2014).
Guru harus membuat bahan ajar yang efektif untuk siswa untuk memastikan siswa
mencapai potensi maksimum mereka melalui proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan bagian
yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan
keberhasilan belajar-mengajar berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran, serta
menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2007).
Bahan ajar didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai kompetensi
atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo & Jasmadi, 2008). Selain untuk
membantu guru dalam pembelajaran, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan
pendidikan terhadap siswa. Pelayanan individual dapat terjadi dengan adanya fasilitas bahan ajar.
4
Siswa yang cepat belajar akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari
bahan ajar. Siswa yang lambat belajar akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang.
Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap siswa dapat terjadi dengan bahan ajar
(Zulkarnaini, 2009).
a. Judul, mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator dan tempat
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
Alur atau langkah yang harus dilakukan untuk mempermudah pembelajaran.
c. Kompetensi yang akan dicapai
Nilai atau konsep dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam setiap materi
pembelajaran. Hal ini terkait dengan materi selanjutnya karena semua ini
berkesinambungan.
d. Content atau isi materi pembelajaran
Inti dari pembelajaran tersebut yang harus dipelajari sesuai dengan kompetensi
dasar yang telah dimiliki.
e. Informasi pendukung Info atau sumber berita yang lain yang mendukung terhadap
materi pembelajaran.
f. Latihan-latihan, yang terdapat pada akhir subbab, akhir bab, akhir semester 1 dan
semester 2.
g. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
h. Evaluasi
i. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
5
Disini peran guru sebagai fasilisator lebih penting dari pada sebagai nara sumber ,karena
peran guru sebagai fasilisator dapat membantu dan mengarahkan proses belajar mengajar (PBM)
dengan cara :
Dalam pembuatan bahan ajar ,maka ada dua klasifikasi utama fungsi bahan ajar
sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
6
e) Membantu peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri,dan
f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dlam proses pembelajaran dan subtansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
b. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelaran yang digunakan
Fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 3 macam ,yaitu :
1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal,antara lain :
a) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawasa dan penggalian
prose pembelajaran
b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran indivudual ,antara lain :
a) Sebagai media utama dalam prose pembelajaran
b) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengaawasi proses
peserta didik dalam memperoleh informasi
c) Sebagi penunjang media pembelajran indivudual lainnya.
3. Fungsi bahan ajar dalam pembelajar kelompok ,antara lain :
a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok,dengan
cara memberi informasi tentang latar belakang materi,informasi tentang
peran orang –orang yang terlibat dalam belajar kelompok.
b) Sebagi bahan pendukung bahan belajar utama dan apabila dirancang
sedemikian rupa ,maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Mata pelajaran IPA di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran inti.IPA
merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang obyek kajiannya paling dekat dengan
kehidupan manusia.Pembelajaran IPA mengajarkan siswa untuk lebih aktif dan berpikir kritis
tentang hal-hal yang belum di pahami.
Selain itu, dalam pembelajaran IPA sering di temukan materi-materi yang bersifat
penyelidikan atau penemuan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
7
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan IPA diajarkan di sekolah dasar yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006)yang menyatakan bahwa : Tujuan IPA
adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan seharisehari.Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif
dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Berdasarkan tujuan tersebut siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran
di sekolah, khususnya pada pembelajaran IPA karena pengajaran IPA lebih menekankan kepada
proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Siswa dipandang sebagai subjek
belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanyalah
seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Dengan
demikian, yang diperlukan disini adalah peran aktif guru dalam menjalankan suatu pembelajaran
yang dapat membimbing siswa lebih aktif untuk mencari dan menemukan konsep-konsep IPA.
Hal ini sesuai dengan teori belajar konstrutivisme yang dikemukakan oleh Trianto (2009:
28) bahwa: 1 Siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak sesuai. Bagi siswa agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide.
Uraian di atas, mendeskripsikan dengan sangat jelas tentang pentingnya mata pelajaran
IPA diajarkan di sekolah dasar.Khusus untuk IPA di sekolah dasar hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan
bukti serta mengembangkan cara berpikir sainstifik (ilmiah).
Oleh karena itu, proses pembelajaran IPA di sekolah dasar seyogyanya dilaksanakan
dengan kondisi yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam mencari, menemukan, menggali,
serta menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapinya.Sehingga, sekolah sebagai
tempat pendidikan formal mampu menciptakan manusia-manusia yang religius, terampil,
8
berilmu, serta mampu memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan
manusia.
Menurut Srini M. Iskandar (1997: 16) beberapa alasan pentingnya mata pelajaran IPA
yaitu, IPA berguna bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari, bagian kebudayaan
bangsa, melatih anak berpikir kritis, dan mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan. Pendidikan IPA seharusnya
dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pelajaran
tersebut seperti yang telah diungkapkan di atas. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila
semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil
belajar IPA. Namun dalam kenyataannya, masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar
IPA yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.
Dalam konteks pembelajaran, bahan ajar merupakan salah satu komponen yang harus
ada. Bahan ajar menjadi komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan bahan
materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk
mempelajarinya. Bahan ajar merupakan faktor eksternal yang mampu memperkuat motivasi
siswa untuk belajar (Hernawan, 2010). Bahan ajar yang efektif adalah bahan ajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran pada khususnya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.
9
menghilangkan batas-batas antar bidang pengetahuan IPA. Kurikulum terpadu memiliki potensi
yang sangat besar untuk membuat perbedaan di sekolah. Sejarah telah banyak meberikan bukti
keberhasilan kurikulum terpadu (Kysilka, 2014).
Kurikulum terpadu juga telah memperoleh banyak penerimaan di antara para pendidik.
Banyak pendidik memberikan testimonial tentang efektivitas unit mereka mengajar, dan banyak
organisasi profesional menekankan integrasi lintas kurikulum (Czerniak, 1999). Selain itu, para
pendukung kurikulum terpadu mengatakan berbagai manfaat dari kurikulum terpadu dalam
membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, melihat gambaran besar
konsep, membuat kurikulum lebih relevan dengan siswa, membangun hubungan antar konsep-
konsep utama, dan menjadi daya tarik dan motivasi di sekolah (Czerniak, 2007).
Dengan diajarkan secara terpadu, diharapkan siswa dapat memahami IPA secara utuh dan
menyeluruh. Penerapan kurikulum IPA Terpadu menyediakan suatu desain pengalaman
pembelajaran yang kuat dalam memperkaya pengetahuan dan pemahaman konseptual (Harrel,
2010).
Salah satu penyebab belum terpadunya pembelajaran IPA di sekolah adalah terbatasnya
bahan ajar yang menyajikan IPA secara terpadu. Bahan ajar, sebagai satu dari tiga unsur utama
dari proses pembelajaran di samping guru dan siswa, memiliki andil dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang diharapkan. Pada kenyataannya, tidak semua guru mampu membuat bahan
ajarnya sendiri, tetapi menggunakan bahan ajar yang telah ada.
Dalam penelitian Agboghoroma (-), dijelaskan bahwa berdasarkan hasil survai, sebagian
guru yang mengajar IPA terpadu di tingkat SD tidak profesional dalam hal kualitas dan
10
pengalaman. Salah satu faktornya adalah karena bahan ajar yang tidak memadai. Oleh karena itu,
penelitian tersebut menyarankan agar hanya guru yang berkualitas dan berpengalaman di bidang
IPA terpadu saja yang ditugaskan untuk mengajar mata pelajaran tersebut. Hasil penelitian
Agboghoroma ini pun dikuatkan dengan penelitian sebelumnya mengenai bahan ajar, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Onyeachi (2008) dan Maduabum (2009). Mereka menyatakan
bahwa lemahnya bahan ajar dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam mengajarkan suatu mata
pelajaran di sekolah.
Berdasarkan hasil survai di lapangan yang dilakukan oleh Hairunisa (2009) diketahui
bahwa buku (sebagai salah satu bentuk bahan ajar) yang sudah dikemas dalam kemasan buku
paket IPA terpadu yang telah beredar di lapangan masih bervariasi ditinjau dari jenis maupun
kualitasnya. Bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah yaitu
IPA terpadu yang telah beredar di lapangan belum dikemas ke dalam topik atau tema tertentu
meskipun sudah berlabel IPA terpadu. Penyajian materi pada bahan ajar masih terpisah-pisah
berdasarkan bidang-bidang kajiannya meskipun sudah disatukan dalam sebuah buku. Buku
pelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah banyak yang masih menyajikan IPA secara
terpisah. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk guru yang ingin mengajarkan IPA secara terpadu
namun tidak dapat membuat bahan ajar sendiri.
Buku merupakan bahan ajar yang banyak digunakan di sekolah. Berkaitan dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 tahun 2016 tentang buku yang
digunakan oleh satuan pendidikan, menyebutkan bahwa buku yang digunakan oleh satuan
pendidikan terdiri atas buku teks pelajaran dan buku nonteks pelajaran. Buku teks pelajaran
merupakan buku yang dipakai untuk mempelajari atau mendalami suatu subjek pengetahuan dan
ilmu, serta teknologi, sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut,
termasuk karya kepanditaan terkait subjek yang bersangkutan.
Menurut Depdiknas (2007), pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema
atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan
yang mudah dipahami dan dikenal siswa. Itu artinya, seharusnya bahan ajar yang adapun
menyajikan materi pembelajaran yang dikemas secara tema atau topik pula. Hal ini agar guru
lebih mudah mentrasformasi ilmu (bahan ajar) kepada siswa.
11
John (2015) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang
meletakkan kemampuan kognitif ke dalam konteks kehidupan yang sebenarnya dan cukup
spesifik untuk diterapkan dalam kehidupan. Dalam Depdiknas (2007), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penentuan tema pada pembelajaran IPA terpadu, antara lain; (1) Tema,
dalam pembelajaran IPA terpadu, merupakan perekat antar kompetensi dasar yang terdapat
dalam bidang kajian IPA. (2) Tema yang ditentukan selain relevan dengan
kompetensikompetensi dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan
dengan pengalaman pribadi siswa, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. (3)
Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini dapat menjadi prioritas
yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar kompetensi dasar pada bidang kajian
yang telah dipetakan.
Loepp (1999) dan Sofou (2010) menyatakan bahwa tema yang dipilih untuk
pembelajaran terpadu harus merupakan tema yang menarik. Bila menelaah tujuan pendidikan
nasional, dapat dilihat bahwa pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Salah satu aspek yang disebutkan di atas adalah sehat.
Pada analisis kompetensi kompetensi dasar pada Kurikulum, dapat terlihat adanya
hubungan antara beberapa kompetensi dasar dengan aspek kesehatan. Selain itu, pola hidup sehat
merupakan salah satu kompetensi lulusan pada domain sikap di elemen alam pada Kurikulum
mata pelajaran IPA. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar yang memampukan seseorang
untuk mendayagunakan seluruh fasilitas untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, lebih kaya,
dan lebih bermakna dalam kehidupan (Kelly dan Lewis, 1987).
Apabila tema kesehatan digunakan sebagai tema bahan ajar buku pelajaran IPA Terpadu,
maka pembelajaran IPA diharapkan dapat lebih bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan siswa.
Dengan menggunakan tema kesehatan, siswa diharapkan dapat pula memahami bahwa kesehatan
merupakan anugerah dari Tuhan, dan menjaga kesehatan merupakan salah-satu wujud rasa
syukur terhadap anugerah tersebut. Peneliti meyakini bahwa pembelajaran tidak hanya sekedar
transfer of knowledge tetapi juga transfer of value (Trianto, 2007).
12
Greene dan Petty (1975, dalam Muslich, 2010) menyatakan bahwa diantara kategori yang
harus dipenuhi buku pelajaran yang berkualitas diantaranya harus menarik minat siswa, harus
mampu memberikan motivasi kepada siswa yang memakainya, harus memuat ilustrasi yang
menarik siswa, memperhatikan aspek-aspek linguistik sesuai siswa pembacanya, berhubungan
erat dengan mata pelajaran lain secara terpadu, dapat merangsang aktivitas pribadi para siswa,
dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep samar, dan mampu memberi
pemantapan dan penekanan pada nilai-nilai. Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum IPA Depdiknas
(2007), disebutkan bahwa guru mata pelajaran akan sangat terbantu dengan adanya buku
pelajaran yang telah dinilai dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian.
Puskurbuk Depdiknas (2014) menyatakan bahwa buku pelajaran yang berkualitas harus
memenuhi empat standar pokok kelayakan, yang meliputi kelayakan komponen materi,
kelayakan komponen penyajian, kelayakan komponen bahasa, dan kelayakan komponen grafika.
Untuk menilai layak atau tidaknya suatu buku pelajaran tersebut, maka Puskurbuk memiliki
instrumen penilaian yang berisi butir-butir indikator kelayakan buku pelajaran. Instrumen
tersebut kemudian digunakan oleh para ahli untuk menilai buku-buku pelajaran mana yang layak
digunakan untuk pembelajaran di sekolah.
Selain penilaian dari ahli, dalam Schorling dan Batchelder (1956, dalam Muslich, 2010)
dinyatakan pula bahwa salah satu ciri buku pelajaran yang baik adalah direkomendasikan oleh
guru-guru yang berpengalaman.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus
diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa, bahan ajar itu
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator
pencapaian belajar. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Pengetahuan yang termasuk
13
jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, dan nama
orang.
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi
pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan
kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau
terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing)
akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Dalam menentukan cakupan
atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek
kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab
nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan
strategi dan media pembelajaran yang berbedabeda.
Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran, kita juga harus memperhatikan prinsip-
prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut
keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi ajar, sedangkan kedalaman materi
menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus
dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh, materi gerak dapat diajarkan di SD, SMP, SMA,
dan perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut
akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan materi yang
14
dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD materi gerak dipelajari
berdasarkan pengalaman siswa yang dikaitkan posisi awal dan posisi akhir, di SMP materi gerak
dipelajari berdasarkan jenis geraknya, di SMA materi gerak dipelajari dengan menggunakan
vektor, di perguruan tinggi materi gerak dipelajari dengan menggunakan matematika tingkat
tinggi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi
yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga
sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya pada mata pelajaran IPA kelas V,
salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah: ‖menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap‖. Setelah
diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap tersebut termasuk
jenis prosedur. Jika dianalisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar
mampu menyimpulkan hasil penyelidikan perubahan sifat benda yang bersifat sementara
maupun tetap meliputi:
4) percobaan tentang perubahan sifat benda, baik yang bersifat sementara maupun tetap.
15
Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut sesuai tujuan
pembelajaran yang ditentukan.
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan
mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan
siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi proses pencernaan makanan pada manusia. Siswa
akan mengalami kesulitan mempelajari proses pencernaan makanan pada manusia jika materi
tentang organ-organ penyusun sistem organ pencernaan belum dipelajari lebih dulu mengenai
urutan dan fungsi masing-masing organ.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat
diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut
sesuai dengan langkahlangkah melaksanakan suatu tugas.
Uraian tentang deskripsi hubungan anatara sifat bahan dengan bahan penyusunnya. Agar
siswa mampu mendeskripsikan hubungan sifat bahan dengan bahan penyusunnya, siswa terlebih
dulu harus melakukan percobaan. Misal, percobaan untuk menemukan konsep sifat benang
plastik (bahan tali plastik) dan sifat tali plastik, dibandingkan dengan benang katun (bahan) yang
terbuat dari serat katun (bahan penyusun benang katun). Setelah melakukan percobaan,
16
diharapkan siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan
penyusunnya (jika sifat bahan penyusun semakin kuat maka bahan tersebut juga semakin kuat).
Misal, suatu hari Ahmadi diminta untuk mengikat kayu bakar untuk dibawa pulang dari
kebun ke rumah. Di kebun tersebut ditemukan 2 macam tali dengan bahan yang berbeda. Ada
tali plastik, dan ada tali dari serpihan batang pisang yang sudah setengah kering. Tali manakah
yang sebaiknya dipilih Ahmadi untuk mengikat kayunya? Jelaskan, mengapa Ahmadi memilih
tali tersebut?
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran
hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau gubahan hafalan. Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah mendeskripsikan hubungan
struktur panca indera dengan fungsinya yang meliputi struktur mata (yaitu selaput bening, iris
mata, pupil, lensa mata, otot pemegang lensa, badan bening, retina, bintik kuning, syaraf mata),
fungsi setiap bagian mata, fungsi mata sebagai indera penglihat, dan hubungan antara bagian
mata dengan fungsi mata, maka materi yang diajarkan juga harus meliput susunan bagian-bagian
mata secara berurutan dari luar ke dalam, fungsi setiap bagian mata, fungsi mata, dan hubungan
antara bagian mata dengan fungsi mata.
17
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu
dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, guru terlebih dahulu perlu memahami
kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran
adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran
yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu
atau merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah
pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi
pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar.
a. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut.
Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai
siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan
kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
18
b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran Sejalan dengan berbagai jenis aspek
standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain
sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis
prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur
berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah
menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik. Materi
pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresiasi),
internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal,
semi rutin, dan rutin.
c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Pilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan
pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis
materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut.
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan
kemudahan dalam cara mengajarkannya.
19
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi
pembelajaran:
1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama
suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya - ya, maka materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta.
2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau
jawabannya - ya, berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep.
3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau
melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu?
Bila - ya, maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur
4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan
hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai
macam konsep? Bila jawabannya - ya, berarti materi pembelajaran yang harus
diajarkan termasuk dalam kategori prinsip.
5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau
tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak
indah? Jika jawabannya - ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan
berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan
secara fisik? Jika jawabannya - ya, maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan adalah aspek motorik.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga
tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik serta digunakan dalam proses pembelajaran
dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam makalah ini, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Hendaknya peserta didik dapat mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA
dengan baik sesuai dengan tuntunan pendidik yang mengajar.
2. Pendidik dapat lebih memanfaatkan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di sekolah
dan lingkungan sekitar untuk memaksimalkan dalam penyampaian materi.
3. Bagi penulis selanjutnya, harapannya dapat melakukan pengembangan bahan ajar IPA
berbasis lebih baik serta mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 75. Asfuriyah Siti
dan Murbangun Nuswowati, “ Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Pada
Tema Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, Unnes Science Education
Journal, Vol. 4, No. 1, (2015).
Asyhari Ardian dan Helda Silvia, ”Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Buletin
dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran IPA Terpadu”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
“Al-BiRuNi”, Vol. 5, No. 1, (2016).
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Fiteriani Ida dan Iswatun Solekha, “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V MI Raden Intan
Wonodadi Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal
Terampil Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 3, No. 1, (2016).
Mudlofir Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif, Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.
22
Nurjanah Jalilah Rahmastuti dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif E-
Magazine Pada Materi Pokok Dinamika Rotasi untuk SMA Kelas XII”, Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol. 4, No. 1, (2014).
23