Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori

1. Hakikat Membaca

a. Pengertian Membaca

Menurut Somadayo (2020: 4) membaca adalah suatu kegiatan interaktif

untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam

bahan tulis. Adapun menurut Dalman (2017: 5) membaca merupakan suatu

kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai

informasi yang terdapat dalam tulisan.

Menurut Tarigan (2015: 7) mengungkapkan membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Farr (dalam Dalman, 2017: 5) mengemumakan bahwa “Reading Is The

Heart Of Education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan.

Selanjutnya Surya (2015: 182) menyatakan

Dalam konteks kognitif, membaca merupakan wujud aktivitas kognitif


melalui rangsangan yang berupa huruf dan tanda-tanda baca lainnya yang
diterima oleh indera reseptor visual (mata) untuk kemudian dilanjutkan ke
otak dan selanjutnya diberikan tafsiran atau makna. Huruf-huruf dan
tanda baca lainnya merupakan simbol-simbol bahasa yang menjadi
rangsangan visual dan menjadi gerbang proses kognitif selanjutnya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan

suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk


mendapatkan informasi atau pesan yang hendak disampaikan penulis melalui

tulisannya. Dengan seseorang membaca, banyak memperoleh manfaat.

Manfaat tersebut ialah bisa memperluas pengetahuan, mendapatkan informasi,

maupun pesan tertulis yang terdapat dalam teks bacaan.

b. Tujuan Membaca

Menurut Anderson (dalam Dalman 2017: 11) tujuan dari kegiatan

membaca, yaitu a) membaca untuk memperoleh fakta dan perincian (reading

for details or fact), b) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for

main ideas), c) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan struktur

karangan(reading for sequence or organization), d) membaca untuk

menyimpulkan (reading for infence), e) membaca untuk mengelompokkan

atau mengklasifikasikan (reading for classify), f) membaca untuk menilai,

mengevaluasi (reading to evaluate), g) membaca untuk memperbandingkan

atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

River dan Temperly (dalam Somadayo, 2020: 10-11) menyebutkan tujuh

tujuan utama dalam membaca yaitu:

a. Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang

suatu topik

b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi

pekerjaan atau kehidupan sehari-hari misalnya, mengetahui cara kerja alat-

alat rumah tangga.

c. Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki


d. Berhubungan dengan teman-teman misalnya surat menyurat atau untuk

memahami surat-surat bisnis.

e. Mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia

f. Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi sebagimana

dilaporkan dalam koran, majalah, laporan

g. Memperoleh kesenangan atau liburan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah

untuk hiburan atau kesenangan, untuk mendapatkan informasi atau

pengetahuan, untuk menambah wawasan dan untuk mengembangkan

pengetahuan atau topik yang sedang terjadi.

2. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Pengertian kemampuan membaca pemahaman

Menurut Dalman (2017: 87) mengungkapkan bahwa membaca

pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami).

Dalam membaca pemahaman ini, pembaca dituntut mampu memahami isi

bacaan.Adapun menurut Somadayo (2020: 10) membaca pemahaman adalah

suatu proses pemerolehan makna secara aktif melibatkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi

bacaan.

Menurut Turner dalam Somadayo (2020: 10) mengungkapkan bahwa

seorang pembaca dikatakan memahami bahan bacaan secara baik apabila

pembaca dapat : (a) mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan

dan mengetahui maknanya, (b) menghubungkan makna dari pengalaman yang


dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, (c) memahami seluruh makna

secara kontekstual, dan (d) membuat pertimbangan nilai isi bacaan

berdasarkan pengalaman membaca.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca

pemahaman adalah kemampuan seseorang sebagai kegiatan memahami teks

bacaan untuk memperoleh makna dari isi bacaan tersebut.

b. Tahap Membaca Pemahaman

Tahapan pembelajaran membaca pemahaman menurut Somadayo (2020:

35-38), adalah:

1) Tahap Prabaca

Tahap ini dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca.

Guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang

berhubungan dengan topik bacaan. Skemata adalah latar belakang

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu

informasi atau konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang

dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan, atau peristiwa.

2) Tahap Saat Baca

Tahap saat baca digunakan strategi metakognitif untuk meningkatkan

pemahaman membaca siswa. Metakognitif merujuk pada pengetahuan

seseorang tentang fungsi intelektual yang dating dari pikiran mereka

sendiri serta kesadaran mereka untuk memonitor dan mengontrol fungsi

tersebut. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan daya

metakognisinya maka anak perlu menjadi pembelajar yang aktif. Rubin


(dalam Somadayo, 2015: 38) mengungkapkan bahwa kegiatan saat baca

dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi

baca.

3) Tahap Pascabaca

Burns (dalam Somadayo, 2015: 38), mengungkapkan bahwa kegiatan

pascabaca dilakukan untuk membantu siswa memadukan informasi baru

yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga

diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Pada tahap ini, anak-anak

diberi kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh

siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan informasi

lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana mereka bisa menemukan

informasi lebih lanjut.

c. Jenis Membaca Pemahaman

Sehubung dengan tingkat pemahaman, pada dasarnya kemampuan

membaca dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:

1) Pemahaman Literal

Membaca pemahaman jenis ini difokuskan pada pemahaman makna secara

tersurat yang terdapat di dalam teks bacaan. Jadi, membaca pemahaman

literal adalah membaca teks bacaan dengan maksud memahami makna

yang terkandung dalam teks itu sendiri tanpa melihat makna yang ada di

luar teks tersebut. Pemahaman literal ini dapat dikatakan sebagai

pemahaman isi bacaan secara tersurat (Dalman, 2017: 91)


2) Pemahaman Interpretatif

Membaca pemahaman interpretatif adalah kegiatan membaca yang

bertujuan agar para siswa mampu menginterprestasi atau menafsirkan

maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh,

reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak

cerita. Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu

menginterprestasikan atau menafsirkan maksud pengarang, seorang

pengarang menulis sesuatu, untuk dibaca orang lain (Dalman, 2017: 99).

3) Pemahaman Kritis

Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan

dengan memberikan suatu penilaian. Dalam hal ini, seorang pembaca

harus mampu menganalisis dan menilai apakah yang dibacanya itu

bermanfaat atau tidak, memiliki kalaikan atau tidak apabila disampaikan

kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan (Dalman, 2017: 119).

4) Pemahaman Kreatif

Membaca pemahaman kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan

nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara

mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan

pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Dalam hal ini, setelah

seorang pembaca menyelesaikan bacaanya ia tentu saja memiliki daya

inisaitif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya

dengan menghasilkan ide baru yang inovatif (Dalman, 2017: 127)


d. Aspek-aspek membaca pemahaman

Menurut Broughton dalam Tarigan (2015: 12) keterampilan yang

bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada

urutan yang lebih tinggi (higher order), dan aspek ini mencakup sebagai

berikut:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)

2. Memahami signifikasi atau makna (a.1.maksud dan tujuan pengarang,

relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca)

3. Evaluasi atau penelitian (isi,bentuk);

4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

e. Teknik Membaca Pemahaman

Menurut Tarigan (2015: 13) untuk mencapai tujuan yang terkandung

dalam kemampuan membaca pemahaman (comprehension skills), aktivitas

yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading) yang

dapat pula dibagi atas:

1) Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:

a) Membaca teliti (close reading)

b) Membaca pemahaman (comprehensive reading)

c) Membaca kritis (critical reading)

d) Membaca ide (reading for ideas)

2) Membaca telaah bahasa (languange study reading), yang mencakup pula:

a) Membaca bahasa asing (foreign languange reading)


b) Membaca sastra (literary reading).

f. Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman

Menurut Somadayo (2020: 11), seorang dikatakan memahami bacaan

secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis.

2) Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan

3) Kemampuan membuat kesimpulan.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman

Menurut Syafi’ie dalam Somadayo (2020: 27), “faktor yang

berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah

penguasaan struktur wacana/teks bacaan”. Faktor ini diantaranya ialah

kesehatan fisik, pertimbangan biologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga

merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar.

Khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengar dan

alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Berikut

ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

pemahaman, diantaranya:

a) Faktor lingkungan mencakup (latar belakang, pengalaman siswa, dan

sosial ekonomi).

b) Faktor intelektual mencakup (metode mengajar guru, prosedur

kemampuan guru dan siswa).

c) Faktor psikologis mencakup (motivasi, minat, dan kemampuan sosial,

emosi, dan penyesuaian diri).


d) Faktor fisiologis mencakup (kesehatan fisik, dan pertimbangan

neurologis).

3. Taksonomi Membaca Pemahaman

Menurut Rofi’udin dan Zuchdi dalam Rismania (2021: 14) terdapat dua

taksonomi untuk mngukur kemampuan membaca pemahaman yaitu

Taksonomi Bloom dan Taksonomi Barret.

a. Taksonomi Bloom

Bloom membedakan adanya 3 ranah dalam kemampuan membaca

pemahaman, diantaranya: ranah kognitif, psikomotor, dan afketif. Tes

pemahaman ranah kognitif dibedakan menjadi enam yaitu sebagai berikut:

1) Tes Membaca Tingkat Ingatan

Tes membaca tingkat sintesis menuntut testi untuk mengubungkan dan

mnggeneralisasikan antarhal, konsep, masalah, atau pendapat yang

terdapat dalam wacana. Aktivitas yang dituntut dari jenis tes ini dapat

berupa: kemampuan berfikir secara kritis dan kreatif, kemampuan

penalaran, kemampuan menghubungkan berbagai fakta atau konsep,

serta menarik generalisasi.

2) Tes Membaca Tingkat Pemahaman

Pada tes membaca tingkat pemahaman, siswa dituntut untuk dapat

memahami wacana yang dibacanya, memahami isi bacaan, mencari

hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan

hal dalam wacana.

3) Tes Membaca Tingkat Penerapan


Tes membaca pemahaman tingkat penerapan menuntut siswa untuk

dapat menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang

berkaitan. Siswa dituntut untuk menerapkan atau memberi contoh baru

dari suatu konsep, ide, pengertian, atau pikiran yang terdapat dalam teks

bacaan.

4) Tes Membaca Tingkat Analisis

Tes membaca tingkat analisis menuntut siswa untuk menganalisis

informasi yang terdapat dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi,

serta membedakan pesan dengan informasi. Pemahaman yang dituntut

pada jenis tes ini lebih bersifat kritis dan terinci, diantaranya berupa:

menentukan ide-ide pokok dan pikiran penjelas dalam wacana,

menentukan kalimat yang berisi ide pokok dan penentuan jenis alinea

dan penentuan tanda penghubung antar alinea.

5) Tes Membaca Tingkat Sintesis

Tes membaca tingkat sintesis menuntut siswa untuk menghubungkan

atau menggeneralisasikan antar hal, konsep, masalah atau pendapat

yang terdapat dalam wacana.

6) Tes Membaca Tingkat Evaluasi

Tes membaca tingkat evaluasi menuntut siswa untuk dapat memberikan

penilaian terhadap wacana yang dibacanya, baik isi permasalahan yang

dikemukakan maupun dari segi bahasa serta cara penuturannya.

Aktivitas yang diukur dalam tes ini merupakan aktivitas kognitif tingkat

tinggi yang difokuskan pada proses berfikir.


b. Taksonomi Barret

Taksonomi Barret merupakan taksonomi yang khusus diciptakan untuk

keterampilan membaca pemahaman. Tingkat pemahaman bacaan berdasarkan

Taksonomi Barret sebagai berikut:

1) Pemahaman Literal

Pemahaman literal memberikan tekanan pada pokok pikiran dan informasi

yang secara gamblang diungkapkan dalam wacana. Tujuan membaca dan

pertanyaan yang dirancang untuk memancing jawaban mulai dari

pertanyaan sederhana samapai pertanyaan yang rumit. Menurut Clymer

dalam Skripsi Rismania (2021: 17) proses kognitif yang terjadi meliputi

pengenalan dan penciptaan terhadap: detail-detail fakta, pikiran-pikiran

utama, urutan/rangkaian, perbandingan, hubungan sebab akibat, sifat-sifat

karakter.

2) Mereorganisasi

Menghendaki siswa menganalisis, mensintesis, dan mereorganisasikan

pikiran atau informasi yang dikemukan secara eksplisit didalam wacana.

Pada tingkat ini dapat dilakukan dengan menterjemahkan ucapan-ucapan

penulis. Menurut Clymer dalam Skripsi Rismania (2021: 17) hasil

pemahaman dalam tingkat ini berupa: klasifikasi, outline, rangkuman, dan

sintesis.

3) Pemahaman Inferensial

Pemahaman inferensial yang ditujukan oleh siswa apabila ia menggunakan

hasil pemikiran atau informasi secara gamblang dikemukan dalam wacana,


intuisi, dan pengalaman pribadinya. Pemahaman inferensial tersebut, pada

umumnya dirancang oleh tujuan membaca dan pertanyaan yang

menghendaki pemikiran dan imajinasi siswa. Pada tingkat ini pembaca

tidak lagi hanya mengambil informasi yang tersurat, tetapi juga

menggunakan intuisi dan pengetahuan lamanya untuk merumuskan

kesimpulan tentang isi bacaan. Menurut Clymer dalam Skripsi Rismania

(2021: 18) kesimpulan yang diambil pembaca merupakan keputusan

tentang: detail-detail fakta, pikiran-pikiran utama, urutan/rangkaian,

perbandingan, hubungan sebab akibat, sifat-sifat karakter.

4) Evaluatif

Tujuan membaca dan pertanyaan guru dalam hal ini adalah meminta

respon siswa yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan tinjaun

evaluasi dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan didalam

wacana dengan kriteria luar yang berasal dari pengalaman dan

pengetahuan siswa, atau niai-nilai dari siswa. Menurut Clymer dalam

Skripsi Rismania (2021: 18) pada tingkat ini pembaca memberikan

penilaian-penilaian tentang: realita atau fantasi, fakta atau opini,

keabsahan, kesesuaian, penghargaan dan penerimaan.

5) Apresiasi

Pemahaman apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif dari seluruh

tingkat membaca pemahaman menurut Taksonomi Barret. Apresiasi

berhubungan dengan dampak psikologi dan estetis terhadap pembaca.

Apresiasi menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka


terhadap suatu karya dan memintanya bereaksi terhadap nilai dan

kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada dalam karya itu.

Menurut Clymer dalam Skripsi Rismania (2021: 18) apresiasi ini

mencakup pengetahuan tentang: respon emosional terhadap isi teks,

identifikasi terhadap karakter dan kejadian, reaksi terhadap penggunaan

bahasa penulis dan imaginery.

Tes yang dipilih dalam penelitian ini ialah tes kompetensi membaca

dengan merespon jawaban. Siswa dituntut mengidentifikasi, memilih, dan

merespon jawaban yang telah guru sediakan. Bentuk tes dalam penelitian ini

adalah tes objektif. Dasar penyusunan tes kemampuan membaca pemahaman

dalam penelitian ini berdasarkan pada Taksonomi Barret karena Taksonomi

Barret lebih mengembangkan kemampuan memahami isi dalam teks bacaan

dan secara langsung meliputi pemahaman tentang informasi maupun isi

dalam teks bacaan.

B. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan pada penelitian ini, dikemukakan

beberapa penelitian sebelumnya sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhafidin tahun 2016 STKIP

Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat dengan judul Pembelajaran

Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Cidempet

Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada data pretest kemampuan membaca pemahaman

kelas eksperimen sebelum penerapan think talk write memperoleh nilai


terendah sebesar 50, nilai tinggi sebesar 59,05. Perolehan ini berada

dibawah nilai keriteria ketuntusan minimal (KKM) yang telah ditetapkan

sebesar 67. Dan data hasil posttest kemampuan membaca pemahaman

kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran think talk write

memperoleh nilai terendah sebesar 67. Persamaan penelitian Muhafidin

dengan peneliti adalah variabel bebasnya yang sama-sama meneliti tentang

pemahaman membaca. Sedangkan untuk perbedaan penelitian Muhafidin

dengan peneliti ialah metode penelitian. Muhafidin menggunakan metode

kuantitatif eksperimen sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Riska Putri Wahyu Lestari, dkk (2021)

Universitas Sebelas Maret dengan judul Analisis Kesulitan Membaca

Pemahaman pada Pesera Didik Kelas V Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menjawab

pertanyaan isi bacaan hanya beberapa subjek yang sudah mampu

menjawab pertanyaan tentang isi bacaan dengan baik. Sebagian dari subjek

1 sampai 6 sudah mampu menemukan jawaban dari pertanyaan 5W+1H

pada bacaan. Setiap peserta didik mengalami kesulitan yang berbeda pada

indikator ini. Merujuk pada hal tersebut dapat diketahui bahwa sebagian

peserta didik tidak menguasai indikator kemampuan peserta didik dalam

menjawab pertanyaan tentang isi bacaan. Peserta didik harus mengulang

kembali bacaan agar dapat menjawab pertanyaan dan menyederhanakan

pertanyaan atau kalimat yang diberikan. Persamaan penelitian Riska Putri


Wahyu Lestari, dkk dengan peneliti adalah menggunakan penelitian

kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian Riska Putri Wahyu Lestari, dkk

dengan peneliti terletak pada variabel bebas, Riska Putri Wahyu Lestari,

dkk menganalisis kesulitan membaca sedangkan peneliti menganalisis

kemampuan membaca.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 7 Simpang Katis, berdasarkan

observasi awal yang peneliti lakukan terhadap siswa kelas IV bahwa minat

membaca siswa masih rendah. Berdasarkan wawancara dengan guru dapat

diketahui bahwa siswa kelas IV mengalami kendala di dalam pembelajaran

membaca pemahaman. Rendahnya minat baca siswa disebabkan kurangnya

kemampuan atau keterampilan siswa dalam memahami isi dalam teks bacaan.

Jumlah siswa dikelas IV SD Negeri 7 Simpang Katis berjumlah 33 siswa, ada

sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman.

Peneliti akan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman dan menemukan kendala yang dialami siswa sehingga dapat

menemukan solusi yang tepat untuk meminimalisir kendala siswa dalam

memahami isi teks dalam bacaan. Berdasarkan pemaparan diatas maka alur

kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas IV
SD Negeri 7 Simpang
Katis.

Analisis Kemampuan Membaca Mengetahui Faktor-


Pemahaman Berdasarkan Faktor Penyebab
Taksonomi Barret Pada Siswa Siswa Mengalami
Kelas IV SD Negeri 7 Simpang Hambatan Membaca
Katis. Pemahaman.

Kendala Siswa Dalam


Memahami Isi Teks Dalam
Bacaan.

Solusi Meminimalisir
Kendala Siswa Dalam
Memahami Bacaan.

Gambar 1
Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai