Anda di halaman 1dari 9

Minggu, 20 November 2016

Makalah Membaca Pemahaman Literal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. (Tarigan:2013)

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, bukan hanya memandangi lambang-lambang tertulis
semata, bermacam-macam kemampuan dibutuhkan termasuk strategi oleh seorang pembaca agar
mampu memahami materi yang dibacanya (Slamet dan Mulyati:1997).

Berdasarkan dua pengertian membaca maka dapat di tarik kesimpulan bahwa membaca adalah proses
yang dilakukan seseorang untuk memahami isi suatu bacaan. Ketika proses membaca berlangsung
dibutuhkan beberapa kemampuan yang memunculkan suatu tindakan untuk menghadirkan pemahaman
pada diri sendiri ataupun orang lain. Pemahaman terhadap isi bacaan tersebut memiliki beberapa
tingkatan. Menurut Burn, dkk (1996) dan Syafi’ie (1993) mengemukakan dua tingkatan pemahaman
membaca, yaitu pemahaman literal dan pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman literal adalah
kemampuan menangkap informasi yang dinyatakan secara tersurat dalam teks. Sedangkan pemahaman
tingkat tinggi adalah pemahaman yang lebih bersifat evaluatif dan memerlukan pemikiran kritis dari
pembaca. Namun dalam penyusunan makalah kali ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keterampilan Membaca tingkat pemahaman yang akan di bahas adalah membaca pemahaman literal .

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan membaca literal?

2. Apa tujuan membaca pemahaman literal ?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman literal ?


1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Membahas dan memahami apa yang dimaksud dengan membaca literal.

2. Membahas dan memahami tujuan membaca pemahaman literal.

3. Membahas dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman literal.

4. Membahas dan memahami bagaimana model membaca pemahaman literal.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membaca Pemahaman Literal

Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang
disebutkan di dalam teks secara tersurat. (Yuli:2012). Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi
pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2007:3-24)

Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning)yang
tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya,pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak
secara literal (reading the lines) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam
lagi. (Harras:1998)

Cochran (1991:16) menjelaskan bahwa pemahaman literal mencakup rincian yang terdapat teks, rujukan
kata ganti, dan urutan peristiwa dalam cerita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam
teks yang merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah,
pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara
keseluruhan.

2.2 Tujuan Membaca Pemahaman Literal.

Membaca literal bertujuan hanya mengenal arti yang tertera secara tersurat dalam teks bacaan.
Pembaca cukup menangkap informasi yang tertera secara literal (reading the lines) dalam teks bacaan.
Ia tidak berusaha mendalami atau menangkap lebih jauh. Teknik seperti ini biasanya dipakai dalam
proses belajar mengajar tingkat rendah, misalnya siswa SD-SMP. (Dandi:2012)

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman


Guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, sekurang-kurangnya guru perlu membina lima
faktor pendukung pemahaman seperti yang diungkapkan oleh Burn, Reo dan Ross (1996: 112) yaitu;

1. Potensi skemata pembaca

Setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang. Potensi itu ada pada diri siswa itu sendiri
yang tersimpan di dalam memorinya. Hal ini sebagaimana yang dinyataan oleh Cahyono (1992/1993: 25)
bahwa: “Skemata adalah berupa pengetahuan yang tersimpan di dalam memori siswa yang dapat
berfungsi pada saat siswa menginterpretasi informasi baru serta membiarkan informasi baru itu masuk
dan menjadi bagian dari pengalaman yang tersimpan.”

2. Potensi Mengingat

Kemampuan mengingat adalah suatu kemampuan kognisi yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam
Taksonomi Bloom kemampuan ini termasuk kemampuan tingkat rendah. Mengingat sangat diperlukan
dalam membaca, karena dengan mengingat pembaca dapat menggungkapkan kembali dan
menghubungkan antara apa yang dibaca dengan apa dipahaminya.

3. Perspektif pembaca

Perspektif pembaca merupakan potensi yang sangat menentukan pemahaman seseorang dalam
membaca teks bacaan. Dengan perspektif yang dimilki oleh siswa terhadap bacaan yang dibacanya
dapat memberikan kemudahan dalam memahami isi bacaan. Perspektif yang dimaksud adalah
pendapat, anggapan, dan tinjauan pembaca terhadap teks yang dibacanya.

4. Kemampuan berpikir

Kemampuan berpikir adalah syarat untuk memahami sesuatu. Untuk memahami isi bacaan diperlukan
kognisi siswa. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis tentang apa yang dibacanya.

5. Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang juga menentukan kemampuan sesorang memahami isi bacaan dengan
baik. Apektif adalah sikap seseorang terhadap teks yang dibacanya. Dengan memiliki sikap yang positif
atau dengan kemampuan pembaca menanggapi isi teks dengan baik, maka akan menghasilkan
pemahaman yang baik.

Selain hal tersebut di atas, Anthony dalam Rumijan (2002: 20) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
perlu diketahui dan dikembangkan oleh guru dalam proses pemahaman isi bacaan, yaitu;

1. Karakteristik Pelajar

Membina kemanpuan siswa di SD membawa pemahaman guru perlu mengetahui karakteristik siswa
yang meliputi pengetahuan latar pengetahuan kosakata, dan pengetahuan metokognitif. Ketiga hal
tersebut dibahas sebagai berikut.
a. Pengetahuan latar

Pengetahuan latar adalah pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa yang berkaitan dengan topik
bacaan yang akan dibaca. Mengetahui latar pengetahuan siswa sangat membantu memahami isi
bacaan. Memiliki latar pengetahuan yang cukup berkaitan dengan teks bacaan yang akan dibaca akan
berpengaruh pada kemampuan siswa memahami isi bacaan Cleary dalam Rumijan (2002: 64)
menyatakan bahwa: “Anak yang memiliki latar pengetahuan yang serupa dengan teks yang akan
dibacanya sangat membantu anak dalam membaca.”

Upaya yang dapat dilakukan untuk menggali latar pengetahuan siswa dengan teks yang akan dibacanya
dapat dilakukan dengan cara menghubungkan dan mencocokkan latar pengetahuan siswa dengan topik
atau isi bacaan dengan cara membangkitkan skemata siswa melalui kegiatan bertanya jawab,
memprediksi isi gambar. Cara seperti ini memiliki keuntungan, yaitu siswa secara tidak langsung dapat
terampil berbicara yaitu mengemukakan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah
dimiliki yang berkaitan dengan topik bacaan yang dibicarakan.

Menghubungkan pengetahuan latar siswa dengan isi bacaan dapat diperkuat dengan bantuan gambar,
yaitu dengan cara memberi informasi singkat tentang garis besar isi bacaan, memberi tugas menebak
judul bacaan, melakukan tanya jawab untuk menebak (perkiraan) isi bacaan. Dengan cara seperti ini
dapat memudahkan siswa menelusuri atau menemukan isi bacaan yang dibacanya.

Latar belakang budaya juga menentukan potensi membaca pemahaman bagi siswa. Kesesuaian latar
belakang budaya dengan isi bacaan yang akan dibaca dapat mempengaruhi interpretasi (penafsiran) isi
bacaan. Dengan memiliki kemampuan interpretasi akan mudah memahami isi bacaan. Miller dalam
Rumijan (2002: 80) menyatakan bahwa: “Anak membaca teks bacaan sesuai latar belakang budaya
dapat mudah memahami isi bacaan. Sementara anak membaca topik bacaan yang tidak sesuai latar
belakang budayanya akan mengalami kesulitan memahami isi bacaan.”

b. Pengetahuan Kosakata

Pengetahuan kosakata yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami isi
bacaan. Guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman literal, guru harus membekali
pengetahuan kosakata bagi siswa. Penguasaan kosakata berpengaruh terhadap pemahaman teks
bacaan. Cara yang etektif untuk meningkatkan kosakata siswa adalah (a) memilih dan menemukan kata
kunci, (b) memberi petunjuk yang menekankan hubungan antara kata dengan pengalaman atau
pengetahuan latar pembaca, dan (3) melatih menggunakan kosakata dalam kalimat.

c. Pengetahuan Metakognitif

Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, guru perlu meningkatkan metakognitif siswa.


Metakognitif adalah kemampuan untuk menjelaskan mengapa seseorang melakukan strategi tertentu,
misalnya memahami isi bacaan. Metakognitif dapat dikembangkan melalui pengalaman dan
pembelajaran. Melalui pengembangan metakognitif siswa dapat menyadari langkah-langkah yang
diambil dalam memahami isi bacaan.
Membangun metakognitif siswa dalam hal memaham isi bacaan dapat dilakukan dengan cara (a) guru
menjelaskan proses membaca pemahaman secara eksplisit dengan memberi informasi tentang
bagaimana dan kapan strategi itu digunakan (b) dengan cara pembelajaran timbal balik akan dapat
mempengaruhi terhadap strategi memahami isi bacaan yang meliputi: meringkas isi bacaan, membuat
pertanyaan isi bacaan, menjelaskan, memprediksi isi bacaan, melibatkan siswa dalam pembelajaran
membaca pemahaman.

2. Karakteristik Teks

Pengetahuan tentang karakteristik teks dapat dipakai untuk membantu pemahaman teks bacaan.
Pemahaman tentang karakteristik isi teks bacaan sangat membantu siswa dalam mamahami isi bacaan.
Pemahannan terhadap jenis teks yang akan dibaca merupakan hasil dari pembentukan makna yang
timbal balik antara pembaca dan teks bacaan.

3. Konteks Sosial

Konsteks sosial merupakan lingkungan sosial dimana siswa berada. Pengaruh konteks sosial terhadap
pembelajaran membaca pemahaman adalah bahwa latar belakang budaya dan konteks pembelajaran
digunakan dapat mempengaruhi pemahaman isi bacaan. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Burn, Roe
dan Ross (1996: 130 menyatakan bahwa dalam membaca ada dua bagian utama yang perlu diketahui,
yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada
aktivitas yang bersifat mental maupun fisik. Sementara mebaca sebagai produk mengacu pada
konsekuensi aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.

Pemahaman literal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan mengenali kembali dan mengingat
kembali informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Kemampuan mengenali kembali
(recognition) adalah kemampuan mengidentifikasi atau menunjukkan informasi yang dinyatakan secara
eksplisit dalam teks. Kemampuan ini mencakup beberapa hal, yaitu: mengenali kembali rincian-rincian,
ide-ide utama, urutan, perbandingan, hubungan sebab-akibat, dan karakter tokoh yang dinyatakan
secara eksplisit dalam teks. Selanjutnya, kemampuan mengingat kembali adalah kemampuan mengingat
kembali informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Kemampuan ini mencakup: mengingat
kembali rincian, ide utama, suatu urutan, perbandingan, hubungan sebab-akibat, dan karakter tokoh
yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman literal merupakan prasyarat
untuk tingkat pemahaman yang lebih tinggi, yaitu membaca untuk memperoleh detail isi bacaan secara
efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini
dimaksudkan untuk memahami isi bacaan seperti yang tertulis pada kata, kalimat, dan paragraf dalam
teks bacaan. Pemahaman literal menuntut kemampuan ingatan tentang hal-hal tertulis dalam teks.

2.4 Model Membaca Pemahaman Literal


Punfey dalam Rumijan (2002: 25) menyatakan bahwa: “Mengembangkan pemahaman literal dibagi dua
kategori, yaitu kemampuan mengenal dan kemampuan mengungkapkan kembali isi bacaan berupa (1)
detail, (2) ide pokok, (3) urutan, (4) perbandingan, (5) hubungan kausal, (6) pelaku dalam bacaan.” Dari
uraian isi bacaan literal atau seperti yang tersurat di dalam teks bacaan dan pada hakikatnya adalah
kemampuan menginterpretasi makna dalam teks bacaan.

Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan panduan pertanyaan arahan seperti yang
dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross (1996: 47) yaitu: “(1) Siapa, untuk menyakan orang/binatang atau
tokoh di dalam wacana, (2) apa, untuk menanyakan barang, bench, dan peristiwa, (3) di mana, untuk
menanyakan tempat. (4) kapan, untuk menanyakan waktu, (5) bagaimana, untuk menanyakan proses
jalannya suatu peristiwa alasan untuk sesuatu, dan (6) mengapa, untuk menanyakan sesuatu
sebagaimana disebutkan di dalam bacaan”.

Panduan untuk memahami isi bacaan secara literal seperti di atas diharapkan dapat dijadikan petunjuk
untuk memahmi isi bacaan. Shanklin dan Rhodes dalam Burn, Roe dan Ross, (1996: 105) menyatakan
bahwa: “Kemampuan memahami isi bacaan merupakan suatu proses yang berkembang secara terus-
menerus dan dapat dimulai sebelum buku dibaca dan berkembang setelah buku selesai dibaca.

Contoh Teks :

Telinga Wajan

Pagi begitu dingin, hujan turun sangat lebat, kasur-kasur empukku rasanya pakai lem. Susah sekali
bangun, padahal aku harus ke sekolah. Gedor-gedor pintu yang semakin lama semakin mengeras
nyatanya tidak berhasil menganggu tidurku. Sepertinya pelaku gedor-gedor pintu itu adalah ibu yang
sudah kehilangan kesabaran. Aku tahu pasti sudah lebih dari sepuluh kali ibu meneriakiku anak durhaka.
Lebih sepuluh panggilan tak terjawab, kurang dari lima makian dan teriakan yang hampa jawaban, ibu
kemudian diam. Diam untuk saat itu, sejam kemudian saat kubuka pintu ibu sudah berdiri depan pintu
dengan lincah menarik kupingku. Aku kesakitan minta ampun sampai telingaku merah.

“Tiap hari seperti ini! Mau jadi apa kamu jika besar nanti?”

Panjang lebar ibu mengomel, sambil menyalahkan diri sendiri...

“Ngidam apa aku waktu mengandungmu... Allohu Akbar!”

Aku diam saja karena tahu diri salah. Ibu kemudian menghela nafas, Mengaturnya, sedemikian sulit
menahan marah.

“Nak. Coba perhatikan telinga wajan!”

Alisku mengerut.
“Wajan itu telinganya saja yang lebar... tapi tak mendengar!!!” amarah ibu naik lagi. Kemudian tarik
nafas lagi...

“Kalau begitu Aco, karena kau tak ke sekolah hari ini ikutlah dengan ibu.” Ajak ibu

“Kemana bu??”

“Ikut saja...!”

Aku dan ibu pun pergi, di sepanjang jalan ibu menunjuk laki-laki dewasa yang berpanas-panas
mengangkut semen, dan para penyapu jalan.

“Apa kau mau bekerja seperti mereka?” tanya ibu.

“Ahh tidaklah bu. Aku akan duduk di ruang berase!”

“Ohh ya? Kau mau bersantai. Yah jelas kau suka sekali bersantai. Tapi taukah nak! Orang-orang yang
sukses, bersantai di masa tuanya mereka bukan orang-orang yang tidur dari malam sampai siang di
waktu mudanya. Kalau kau ingin santai di masa tua Aco, maka bekerja keraslah di masa mudamu. Tapi
jika kau ingin menjadi buruh, atau apapun yang keras pekerjaannya maka silahkan bersantai di masa
mudamu.”

Aku baru sadar. Hari-hari berikutnya tidak lagi terlambat bangun. Ibu membantuku, di awal usaha
bangun pagi. Tetapi di hari berikutnya sudah terbiasa, aku memasang target bangun sebelum matahari
terbit, tak boleh kalah sama Ayam yang menyambut pagi.

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan isi teks

Siapakah nama anak ibu pada cerita Telinga Wajan?

Mengapa ibu mengomel di pagi hari dalan cerita Telinga Wajan?

Bagaimana latar tempat dan waktu dalam cerita Telinga Wajan?

Apa yang memacu aku untuk bangun pagi setiap hari ?

Membuat ringkasan cerita Telinga Wajan berdasarkan pemahaman sendiri!

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membaca adalah proses memahami isi bacaan. Dalam membaca terdapat beberapa tigkatan
pemahaman salah satunya membaca pemahaman literal yang merupakan salah satu pemahaman
bacaan secara eksplisit ( sesuai dengan isi teks yang tersurat). Ketika proses membaca terdapat juga
factor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang, baik itu berasal dari pembaca
itu sendiri ataupun dari teks bacaan.

3.2 Saran

Setelah membahas dan mengetahui tentang membaca pemahaman literal, pembaca diharapkan mampu
menerapkannya dalam proses belajar mengajar ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi
membaca pemahaman literal merupakan tingkat pemahaman dasar dalam memahami teks dan
merupakan tahap yang harus dikuasai menuju tingkat pemahaman lebih tinggi.

11

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkatkan Kemampuan Membaca. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Rahim, Farida.2011.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tarigan, Hendry Guntur.2013.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Rosisi, Imron. 2009. Keterampilan Berbahasa . Internet. http://guru-


umarbakri.blogspot.co.id/2009/07/keterampilan-berbahasa_26.html. (18/11/2016)
Purnama, Yuli. 2012. Membaca Literal. Internet.
http://ryanyulipurnami.blogspot.co.id/2012/10/membaca-literal.html. (18/11/2016)

Anda mungkin juga menyukai