Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 2 MUTAWASITHIN

Mutawasith

1. Pengertian maharah qira’ah


Merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima
informasi dari orang lain (penulis) didalam bentuk tulisan. Membaca
merupakan perubahan wujud tulisan menjadi perubahan wujud makna.
Mutawasithin (menengah) ketika siswa pada tingkatan ini berarti dia
sudah mendapatkan materi tentang bahasa Arab, dan tugas seorang guru
pada saat itu adalah memberi penguatan terhadap materi-materi yang sudah
didapatkan oleh siswa, sehingga bisa mahir dalam materi tersebut.
2. Tujuan maharah qira’ah
Tujuan umum dalam maharah qira’ah adalah untuk meningkatkan
pemahaman membaca bagi para pembelajar, seperti menghubungkan ide -
ide bacaan dengan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini
sangat bermanfaat untuk terus menumbuhkan pemikiran dan
pengalamannya untuk selalu optimis.
Tujuan khusus dalam pembelajaran maharah al-Qiraah untuk
tingkatan lanjut adalah menumbuhkan kemampuan membaca pada
tingkatan unsur pemahaman bacaan secara benar dan cepat dan pengetahuan
kofnitif peserta didik akan membantunya untuk membedakan antara ide-ide
pokok dan ide pendukung dan membaca kritis.
3. Indikator pembelajaran maharoh qiro’ah
Ada beberapa indicator untuk melihat kemahiran siswa dalam
membaca (maharoh qiro’ah) teks bahasa arab, sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Amin Santoso (2021: 55) yaitu :
a) Membunyikan huruf, kata dan kalimat yang terdapat dalam teks
qiro’ah
b) Mengenali struktur kalimat, dengan memberi syakal pada huruf,
kata dan kalimat yang terdapat dalam teks qiro’ah
3. Ruang lingkup maharoh qiro’ah
Sub Aspek Ruang Lingkup Keterangan
Pengenalan Bentuk huruf Persamaan/perbedaan huruf,tanda baca
Kata konfigurasi Perpaduan konsonan dalam kata
Analisis kata Analisis bentuk kata Persamaan /perbedaan kata
Analisis struktural Penggunaan,sinonim,pemaknaan
Analisis Kontekstual Pengucapan konsonan
Analisis Fonik Persekukataan,kata dasar/imbuhan tata
bahasa
Pemahaman Isi Kemampuan lateral Pengungkapan kembali fakta,ide pokok,dan
Bacaan Kemampuan urutan
Interpretatif Penyimpulan,meringkas,mempredisksi,dan
Kemampuan kritis arti kiasan penilaian,isi,pencekan kebenaran

4. Tahapan dalam pelajaran Maharah al-Qiraah


Membaca adalah salah satu tujuan yang amat penting dalam
program belajar bahasa-bahasa asing. Terkadang banyak kendala yang
terjadi pada pembelajar bahasa asing di tingkat perguruan tinggi dalam
pelajaran al-Qiraah, yaitu pada fase pra baca, saat baca dan juga pasca baca,
hal ini disebabkan kurang adanya kesiapan bagi mahasiswa sebelum masuk
kelas, walaupun pendidik telah berulang kali memberikan semangat dan
motivasi kepada mereka.
Menurut Gray (dalam Habibullah) ada tiga tahapan dalam membaca
yaitu membaca teks, dalam teks dan dibalik teks. Dan ada yang berpendapat
membaca terdiri atas tahapan huruf, pemahaman, praktek, Membaca
tahapan huruf adalah untuk mengetahui apa yang tertulis dalam teks,
tahapan pemahaman untuk memahami, menafsirkan, menjelaskan atau
menganalisis teks, sedangkan Membaca praktek adalah membaca kritis
dengan memberikan pendapat atau solusi seputar masalah yang ada dalam
kehidupan pembaca.
Sedangkan Hardly (2001) dalam Abidin17 menyebutkan prosedur
pembelajaran membaca meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Tahap prabaca, yakni tahapan yang dilakukan peserta didik sebelum
membaca yang berupa curah pendapat tentang ide umum dalam
teks, mempelajari berbagai visualisasi dalam teks dan prediksi
tentang teks.
b. Tahap baca, yakni tahapan inti kegiatan pembelajaran membaca.
Pada tahap ini dilakukan serangkaian prosedur yaitu
a) Tahap membaca skimming dan scaning untuk menemukan inti
sari bacaan mengidentifikasi ide pokok dan penunjang, ,memilih
uraian terpenting yang terkandung dalam bacaan, mengisi format isi
bacaan, mencocokkan subjudul dengan paragraf isi, mengisi format
si bacaan dengan kata-kata kunci, dan membuat tanggapan umum
atas isi bacaan.
b) Tahap membaca teks secara intensif
c) Tahap pemahaman.
c. Tahap pasca baca, yakni tahap akhir yang dilakukan untuk
membuktikan pemahamannya atas kegiatan membaca. Tahap ini
bisa diakukan melalui kegiatan integrasi membaca dengan
keterampilan berbahasa yang lain, misalnya merangkum dan
menceritakan kembali isi bacaan secara lisan

4. Kurikulum Pembelajaran Maharah Qira’ah Mutawasith


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa “Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional,” dan ayat (2) menyebutkan bahwa
“Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik”. Pasal 38 ayat (2) menyatakan bahwa “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau
madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Kementerian Agama Kabupaten atau Kota untuk pendidikan dasar dan
Provinsi untuk pendidikan menengah.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Bagi guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman
supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan. Sedangkan bagi siswa kurikulum sebagai pedoman pelajaran.
5. Komponen Kurikulum Komponen kurikulum dapat dilihat berdasarkan
pengembangan kurikulum. Setiap kurikulum diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
isi/materi yang harus disampaikan kepada peserta didik melalui suatu proses
atau kegiatan yang sistematis dan tepat.
1. Komponen Tujuan Kurikulum hakikatnya adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum sebenarnya
adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan ditanamkan
pada diri anak didik. Ada empat pembagian tujuan kurikulum, yaitu:
a. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang bersifat
paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus
dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan.
b. Tujuan institusional, merupakan tujuan yang harus dicapai
oleh suatu lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan
ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau
dapat menyelesaikan program disuatu lembaga tertentu.
c. Tujuan kurikuler, merupakan tujuan yang harus dicapai
oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d. Tujuan instruksional/pembelajaran, merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
mempelajari materi pelajaran tertentu dalam satu kali
pertemuan.
2. Komponen Isi/Materi Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimilik siswa.
3. Komponen Proses (Metode/Strategi) Komponen ini meliputi
rencana, metode dan perangkat yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
4. Komponen Evaluasi Pada komponen ini tujuan evaluasi adalah
untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.Evaluasi Kurikulum
yang dimaksud adalah menilai suatu kurikulum sebagai program
pendidikan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas, relevansi dan
produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.
1. Pengertian maharah istima’

Keterampilan menyimak (Maharah istima’) adalah kemampuan seseorang


dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra
bicara atau media tertentu. Kemampuan ini dapat dicapai dengan latihan terus
menerus untuk mendengarkan perbedaan unsur bunyi kata (fonem) dengan unsur
unsur lainnya menurut makhraj huruf yang betul, baik dari penutur aslinya atau
dari media rekaman. Keterampilan ini merupakan salah satu bentuk dalam
kegiatan berkomunikasi sehingga keterampilan ini harus dikuasai oleh setiap
individu.

2. Pembelajaran Materi Istima’ Fase Pemahaman Pertengahan


1. Guru membacakan bacaan pendek atau memutar rekaman. Setelah itu guru
memberikan pertanyaan pertanyaan mengenai isi bacaan/rekaman tersebut.
Jawaban pelajar bisa berbentuk lisan atau tulisan.
2. Guru memutar percakapan dua orang penutur asli selanjutnya guru
menanyakan isi rekaman itu. Pertanyaan yang diajukan dalam poin ini lebih
mendetail daripada poin diatas.
3. Guru memutar rekaman percakapan seseorang, misalnya percakapan dalam
telepon. Dalam percakapan ini yang terdengar hanya satu orang, sedangkan
kata kata lawan bicaranya tidak terdengar. Para pelajar mendengarkan
percakapan ini dengan seksama, lalu mereka diminta untuk menebak apa
yang dikatakan oleh lawan bicara orang ini.1

1
Hasan, Keterampilan Mengajar Bahasa Arab Materi Istimamenggunakan Media Lagu, Ittihad
Jurnal Kopertais wilayah XI Kalimantan, 2017, Vol 15, No 28,
MAHAROH KITABAH TINGKAT MENENGAH (MUTAWASSITIN)

A. Pengertian Maharoh Kitabah


Pengertian kitabah menurut bahasa adalah kumpulan makna yang
tersusun dan teratur. Makna kitabah secara epistemologis adalah kumpulan
dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena kitabah tidak akan
terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan. Dan dengan adanya
kitabah manusia bisa menuangkan eksoresi hatinya dengan bebas sesuai
dengan apa yang dipikirkannya. Dengan menuangkan ungkapan yang
tertulis di harapkan para pembaca dapat mengerti apa yang ingin penulis
ungkapkan.2
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang
ditunjukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan.
B. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Maharoh Kitabah
Beberapa tujuan dan manfaat mempelajari maharoh kitabah adalah:
1. Menulis merupakan bagian dasar pada kehidupan dan termasuk syarat
yang sangat diperlukan pada kelangsungan hidup.
2. Merupakan suatu alat untuk mengajar pada semua jenis tingkatan.
3. Merupakan sarana untuk menggabungkan antara satu dengan yang lain
(antara penulis dengan pembaca).
4. Merupakan alat untuk menghubungkan masa sekarang dengan masa
lampau, dan dengan adanya kitabah manusia bisa mengetahui peradaban
yang ada di masa lampau.
5. Untuk menjaga kelestarian peninggalan buku yang terdahulu.
6. Merupakan bukti pengadaan peristiwa sebenarnya.

2
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-maharoh al-lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha,
Darul muslim, Riyadh, 1992:156
7. Merupakan penghubung dari perseorangan tentang dirinya sendiri dan
menggambarkan tentang isi hatinya.3
Dalam buku lain dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran
keterampilan menulis berdasarkan tingkatannya diantaranya:
1. Tingkat Pemula
a.) Menyalin satuan-satuan Bahasa yang sederhana.
b.) Menulis satuan Bahasa yang sederhana.
c.) Menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana.
d.) Menulis paragraph pendek.
2. Tingkat Menengah
a.) Menulis pernyataan dan pertanyaan.
b.) Menulis paragraph.
c.) Menulis surat.
d.) Menulis karangan pendek.
e.) Menulis laporan.
3. Tingkat Lanjut
a.) Menulis paragraph.
b.) Menulis surat.
c.) Menulis berbagai jenis karangan.
d.) Menulis laporan.4
C. Aspek dalam Maharoh Kitabah
Poin-poin umum yang ada dalam pembelajaran kitabah adalah:
a) Susunan kelengkapan kitabah
Susunan pada kitabah merupakan poin dasar pada keterampilan
kitabah, dasar dari keterampilan ini adalah penguasaan ilmu Bahasa
yang bernacan-macam, seperti nahwu yang membahas tentang
susunan kalimat atau rangkaian dalam kalimat dan shorof yang
membahas tentang bentuk kata.
b) Latihan pengembangan ungkapan

3
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, Tiara Wacana: Jogjakarta,327
4
Iskandarwassid,dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya: Bandung, 292-293
Agar penulis dapat mengembangkan ungkapan-ungkapan baru
(modern).
c) Judul yang langsung dapat dipahami oleh pembaca dari penulis.
Unsur-unsur kitabah:
1. Al-kalimah : yang dimaksud dengan kalimah ialah satuan
kata yang terkecil dari satuan kalimat atau unsur dasar
pembentukan kalimat.
2. Al-jumlah : kumpulan kata yang dapat membentuk
pemahaman makna (satu kata yang disandarkan dengan kata
yang lain).
3. Al-faqroh : yaitu paragraph yang tersusun dari beberapa kata
dan membentuk kalimat. Dan antara kalimat satu dengan
kalimat yang lain berhubungan maknanya.
4. Uslub : seperti yang kita tahu bahwa unsur dari kitabah
adalah: kata yang ada di dalam kalimat dan kalimat yang ada
di dalam paragraf. Dan dari keseluruhannya itu disebut
dengan susunan penulis (uslubul katib).5
d) Aspek-aspek dalam kitabah:
1. Al-qowaid, seperti nahwu dan shorof
2. Imla’
3. Khot 6

5
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-maharoh al-lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha,
Darul muslim, Riyadh, 1992:190
6
156 ‫ الصفحة‬.‫ دمسيق‬.‫ دار الفكر‬. 1998 .‫ طرق تدريس اللغة العربية‬.‫الدكتور جودت الركابي‬
MAHARAH KALAM

A. Referensi Pertama
1. Pengertian Maharah al-kalam
Berbicara merupakan bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh
para pemelajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian
yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa
Arab. Maharah al-kalam merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide,
pendapat, keinginan, atau perasaan kepada lawan bicara karena berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajarn maharah al-kalam secara umum agar


pemelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa
yang mereka pelajari sehingga penyampaian pesan dapat diterima.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Maharah al-kalam

Dalam maharah al-kalam yang mementingkan isi dan makna dalam


penyampaian pesan secara lisan, sudah tentu terdapat berbagai bentuk
langkah atau cara yang dapat dilakukan sesuai dengan tingkat penguasaan
kemampuan berbahasa yang telah dimiliki oleh pemelajar. Berikut ini
beberapa langkah pembelajaran maharah al-kalam bagi
pemelajar mubtadi’ (tingkat pemula), al-mutawasith (tingkat menengah),
dan al-mutaqaddim (tingkat lanjut).

4. Teknik Pembelajaran Maharah al-kalam Tingkat Menengah (al-


mutawasith)

1. Belajar berbicara dengan bermain peran

2. Membicarakan tentang tema tertentu.

3. Bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada pemelajar.

4. Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio,


atau lain-lainnya.7

B. Referensi Kedua

1. Pengertian Maharah al-kalam

Urgensi Pengajaran Berbicara (Maharah al-Kalam) Manusia adalah


makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting dalam
tindakan sosial adalah berkomunikasi. Komunikasi merupakan media
untuk mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan
menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling
mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan.
Maharah al-Kalam secara bahasa sepadan dengan istilah speaking skill
dalam bahasa Inggris yang bisa diartikan sebagai keterampilan
berbicara.

keterampilan bahasa (Maharah al-Kalam) adalah kemampuan


seseorang untuk mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi Arab (ashwath
‘arabiyyah) atau kata-kata dengan aturan-aturan kebahasaan (qawa’id

7
https://p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/2020/06/16/keterampilan-berbicara-bahasa-arab-
maharah-al-kalam/
nahwiyyah wa sharfiyyah) tertentu untuk menyampaikan ide-ide dan
perasaan. Karena itu pengajaran bahasa Arab bagi non-Arab pada tahap
awal bertujuan, antara lain, supaya siswa bisa mengucapkan bunyi-
bunyi Arab dengan benar (khususnya yang tidak ada padanannya pada
bahasa lain) dan dengan intonasi yang tepat, bisa melafal-kan bunyi-
bunyi huruf yang berdekatan, bisa membedakan pengucapan harakat
panjang dan pendek, mampu mengung-kapkan ide dengan kalimat
lengkap dalam berbagai kondisi, mampu ber-bicara dengan kalimat
sederhana dengan nada dan intonasi yang sesuai, bisa berbicara dalam
situasi formal dengan rangkaian kalimat yang sederhana dan pendek,
serta mampu berbicara dengan lancar seputar topik-topik yang umum.

2. Teknik-teknik pengajaran kalam dapat diklasifikasikan dalam


pengajaran kalam untuk tingkat pemula, tingkat menengah, dan tingkat
lanjut. Beberapa petunjuk umum dalam pengajaran berbicara antara lain
sebagai berikut (Mahyuddin,2011 : 140): (1). Pengajaran berbicara
berarti melatih siswa berbicara, (2). Siswa hanya berbicara mengenai
sesuatu yang dipahaminya, (3). Siswa dilatih untuk selalu menyadari apa
yang dibicarakannya, (4). Guru tidak boleh memotong pembicaraan
siswa atau terlalu banyak mengoreksi kesalahan siswa, (5). Guru tidak
menuntut siswa mampu berbicara persis seperti orang Arab, (6). Objek
atau topik pembicaraan adalah sesuatu yang bermakna bagi siswa.

3. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Menengah

1. Apa yang akan kamu lakukan? (madza ta’mal?/what will you do?)

2. Apa komentarmu? (madza taqulu?/what do you say?)

3. Pertanyaan berantai (al-as’ilah al musalsalah)

4. Reka cerita gambar (ta’bir mushawwar)


5. Bayangkan (takhayyal/imagine)

6. Mendeskripskan

7. Membuat ikhtisar (talkhish alnash/taking summary)

8. Pertanyaan menggali

9. Melanjutkan cerita

10. Cerita berantai

11. Menceritakan kembali

12. Percakapan (muhadatsah/ conversation)

13) Dramatisasi

14) Bermain peran

4. Tahapan Keterampilan Berbicara

Tingkat Menengah Setelah melewati tingkat dasar sebagai pemula,


dilanjutkan naik pada tingkat yang lebih kompleks. Percakapan yang
dilakukan di tingkat menengah topik yang diusung lebih luas dan lebih
kompleks. Misalnya, memperbincangkan pokok-pokok pikiran dari teks
baik yang berupa lisan maupun tulisan. Guru hanya menuliskan dan
mengingatkan hal-hal yang dianggap penting misalnya nama- nama
orang yang terlibat di dalam percakapan dan dialog yang
diperdengarkan dan kosakata serta bentuk bahasa yang diduga sulit bagi
siswa.8

C. Reserensi Tiga

1. Maharah al-kalam

Keterampilan berbicara (mahārah al-kalam) sering juga disebut


dengan istilah ta’bir. Meski demikian keduanya memiliki perbedaan
penekanan, dimana (mahārah al-kalam) lebih menekankan kepada
kemampuan lisan, sedangkan ta,bir di samping secara lisan juga dapat
diwujudkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena dalam pembelajaran
bahasa Arab ada istilah ta’bir syafahi (kemampuan berbicara) dan ta’bir
tahriri (kemampuan menulis), keduanya memiliki kesamaan secara
mendasar, yaitu bersifat aktif untuk menyatakan apa yang ada dalam
pikiran seseorang.

2. Tujuan Pembelajaran Mahārah kalam

Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang


menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana
bicara adalah sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain. 6 Tujuan
dari pembelajaran mahārah al-kalam (keterampilan berbicara)
mencakup beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a. Kemudahan berbicara

b. Kejelasan

8
Rahmaini, “STRATEGI PEMBELAJARAN MAHARAH KALAM BAGI NON ARAB”. 20 Juli 2015
c. Bertanggung jawab

d. Bertanggung jawab

e. Membentuk kebiasaan

3. Langkah-langkah Pembelajaran Mahārah Al-Kalam

Bagi pembelajar lanjut (mutawassith) anatara lain:

1. Belajar berbicara dengan bermain peran

2. Berdiskusi tentang tema tersebut

3. Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh siswa

4. Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio


atau lainnya.9

4. Manfaat Pembelajaran Mahārah Al-Kalam

a. Manfaat Praktis

1) Membiasakan siswa bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih.

2) Membiasakan siswa menyusun kalimat yang baik yang timbul


dari dalam hatinya sendiri dan perasaannya dengan kalimat yang
benar dan jelas.

9
Kuswoyo, ” KONSEP DASAR PEMBELAJARAN MAHĀRAH AL-KALAM” An-Nuha Vol. 4, No. 1, Juli
2017.
3) Membiasakan siswa memilih kata dan kalimat dan
menyusunnya dalam susunan bahasa yang indah serta
memperhatikan penggunaan kata pada tempatnya.

b. Manfaat yang bersifat teoritis Manfaat yang bersifat teoritis ialah


mendidik panca indera yang lima, kemampuan perhatian yang benar
dan kemampuan berfikir. Agar dapat terealisir manfaat-manfaat
tersebut di atas, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:

1) Pembicaraan yang fasih di hadapan murid.

2) Ditekankan penyusunan jawaban murid dalam kalimat yang


sempurna.

3) Pembetulan kesalahan ucapan murid harus diperhatikan.

4) Murid harus menghafal kalimat-kalimat yang terpilih, sesuai


dengan tingkat pemikirannya.

5) Mengulang-ulang pertanyaan dengan susunan kalimat yang


berbeda-beda, di mana jawabannya sesuai dengan bentuk
pertanyaan sedapat mungkin.

6) Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sekitar yang sudah ada


dalam pengetahuan murid.

7) Bahan harus sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan


mereka.

8) Guru harus memilih kata-kata baru yang sulit yang sesuai


dengan pengetahuan mereka.

Anda mungkin juga menyukai