Anda di halaman 1dari 43

Proposal Skripsi

TINJAUAN HUKUM KEWARISAN ISLAM TERHADAP SENGKETA ATAS

PENGUASAAN TANAH WARISAN MELALUI SERTIFIKAT

(STUDI TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR 170/PDT.

G/2016/PENGADILAN NEGERI MANADO)

Oleh:

NURLELY SYAHRAINI KADER

NIM : 20181700242026

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

MOJOKERTO

2022
Proposal Skripsi

TINJAUAN HUKUM KEWARISAN ISLAM TERHADAP SENGKETA ATAS


PENGUASAAN TANAH WARISAN MELALUI SERTIFIKAT
(STUDI TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR 170/PDT.
G/2016/PENGADILAN NEGERI.MANADO)
Oleh:

NURLELY SYAHRAINI KADER

NIM : 20181700242026

MUHAMMAD YALIS SHOHIB, M.H.I

NIY :2015.01.006

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM

MOJOKERTO

2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Kewarisan Islam Terhadap Sengketa

Atas Penguasaan Tanah Warisan Melalui Sertifikat(Studi Terhadap Putusan

Hakim 170/pdt. G/2016/Pn.mnd)” ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Mojokerto,

Pembimbing :

Muhammad YalisShohib, M.H.I

NIY.2015.01.006

Mojokerto,

Mengetahui,

Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam

Dr. Hj. Faridah Ulfi Na’imah,M.H.I.

NIY.2015.01.029

iii
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................12
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................................12
A. Definisi Operasional...................................................................................................12
B. Landasan Teori...........................................................................................................14
1. Definisi Hukum Kewarisan Islam.........................................................................14
2. Pengertian Hukum Kewarisan Menurut Beberapa Ahli..........................................15
3. Pengertian Hukum waris Menurut Kompilasi Hukum Islam..................................16
4. Pengertian Hukum waris Menurut KUHPerdata....................................................18
5. Hukum Kewarisan Islam sebagai metode analisis..................................................18
C. Penelitian Terdahulu..................................................................................................22
D. Kerangka Pemikiran...................................................................................................24
BAB III.................................................................................................................................25
METODE PENELITIAN....................................................................................................25
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................................26
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................28
C. Subjek Penelitian........................................................................................................28
D. Data dan Sumber Data Penelitian...............................................................................29
1. Data primer............................................................................................................29
2. Data sekunder.........................................................................................................30

iv
E. Tehnik Pengumpulan Data.........................................................................................30
F. Tehnik Analisis Data..................................................................................................34
1. Reduksi data (data reduction)................................................................................34
2. Penyajian data (data display).................................................................................35

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum waris menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah

hukum yang mengatur tentang nasib harta peninggalan pewaris. Menurut

Otje Salman Hukum kewarisan islam adalah salah satu aturan untuk

mengatur manusia dengan manusia lain dalam hal harta warisan atau harta

peninggalan.

Hukum kewarisan islam mengatur perpindahan hartadari orang yang

telah meninggal kepada orang yang masih hidup dengan perhitungan dan

pembagian yang rinci. Sehingga harta tidak serta merta yang ditinggalkan

berpindah tangan tanpa aturan yang tidak jelas, dalam agama islam sudah

mengatur sedemikian rupa. Hal ini dapat dimengerti karena masalah warisan

pasti akan dialami oleh setiap orang. Di samping itu juga, hukum kewarisan

islam menyangkut tentang harta benda apabila tidak diselesaikan akan

menimbulkan suatu permasalahan sengketa diantara para ahli waris1

Syariah islam memberikan hak diantara orang yang mendapatkan

warisan ialah semua harta benda yang ditinggalkan oleh seseorang yang

telah meninggal dunia baik berupa benda bergerak maupun benda tetap,

termasuk barang atau uang pinjaman dan juga barang yang ada sangkut
1
Maulana Rialzi,”Analisis Kasus Tentang Jual Beli Tanah Warisan Yang Belum Dibagi (Studi
Putusan Mahkamah Syariah Sigli Nomor: 291/Pdt-G/2013/Ms-Sgi) , hlm 170.

1
pautnya dengan adanya hak orang lain, misalnya barang yang digadaikan

sebagai jaminan akan hutangnya ketika pewaris masih hidup.2

Terhadap pembagian harta warisan harus secepatnya dibagi kepada

ahli waris yang berhak, hal ini untuk menghindari jangan sampai terjadinya

peralihan hak para ahli waris oleh salah satu ahli waris pada harta warisan

yang belum dibagi. Akan tetapi jika ada persetujuan bulat dari para ahli

waris, maka harta warisan ini tidak perlu secepatnya dibagi. Proses

penerusan dan pengalihanharta benda tersebut, terdapat harta benda pewaris

yang nantinya akan menjadi harta warisan yang akan dibagi kepada para

masing-masing ahli waris yang masih mempunyai hak sama atas harta

warisan itu.Jika salah seorang ahli waris ingin menjual harta warisan yang

belum dibagi tersebut maka harus mendapatkan persetujuan dari semua ahli

waris sebagai pihak yang mendapatkan hak atas harta tersebut maka dari itu

harus mendapatkan persetujuan dari semua ahli waris sebagai pihak yang

mendapatkan hak atas harta tersebut akibat pewarisan, dan persetujuan

tersebut di bawah tangan yang telah dilegalisir notaris setempat atau

dibuatkan surat persetujuan dalam bentuk akta. Namun jika salah seorang

tersebut beritikad buruk ingin menguasai dan menjual harta yang belum

dibagi tersebut tanpa sepengetahuan ahli waris lain, maka para ahli waris

yang lain dapat mengajukan gugatan. 3


2
Maulana Rialzi, “Analisis Kasus Tentang Jual Beli Tanah Warisan Yang Belum Dibagi"
( Studi,Hukum Ekonomi Syariah 3 (2018), hlm 171.
3
Maulana Rialzi, “Analisis Kasus Tentang Jual Beli Tanah Warisan Yang Belum
Dibagi"( Studi, Hukum Ekonomi Syariah 3 (2018) hlm 171.

2
Apabila sebagian dari ahli waris ada yang menolak untuk melakukan

pembagian harta warisan, maka boleh bagi ahli waris untuk mengajukan

gugatan di pengadilan agama seperti yang dijelaskan pada Pasal 188

Kompilasi Hukum Islam menyebutkan para ahli waris baik secara bersama-

sama atau perseorangan dapat mengajukan permintaan kepada ahli waris

yang lain untuk melakukan pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli

waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang bersangkutan dapat

mengajukan gugatan melalui Pengadilan Agama untuk dilakukan pembagian

warisan. Dalam hal ini seseorang dapat menguasai harta warisan merupakan

perbuatan yang melanggar hak para ahli waris, dan juga hal ini merupakan

perbuatan melawan hukum. Hal tersebut didukung dengan adanya Pasal 834

KUHPerdata.4

Sedangkan dasar waris pada Pengadilan Negeri dijelaskan pada kitab

undang-undang KUHPerdata, beralihnya harta kekayaan pewaris kepada ahli

waris yang didasari pada hubungan perkawinan dan hubungan sedarah. Pada

Pasal 528 KUHPerdata menyebutkan hak mewaris sebagai salah satu cara

untuk bisa memperoleh menjadi hak milik, sedangkan untuk memperoleh

hak milik diatur dalam buku II KUHPerdata, sehingga dalam hal ini hukum

waris ditempatkan dalam buku II KUHPerdata.5

4
Pasal 834 KUHPerdataadalah: “Ahliwarisberhakmengajukangugatanuntukmemperoleh
hartawarisannyaterhadapsemua orang yang memegangbezit para ahli waris”.
5
Pasal 528 KUHPerdata adalah: “hak mewaris sebagai salah satu cara untuk bisa
memperoleh menjadi hak milik”.

3
Hal serupa yang terjadi dalam Kasus yang telah diputuskan di

Pengadilan Negeri Kelas 1A Kota Manado dalam Nomor Perkara

(170/pdt.G/2016/PN.MND). Dalam permasalahan ini antara Musthafa Enoch

dkk (Penggugat) dengan Abdul hayat Djafar (Tergugat I) dan Norma Enoch

(tergugat II). Bahwa pada mulanya Almarhum Adnan Enoch (Ayah

penggugat dan Mertua tergugat) mempunyai harta warisan berupa tanah

sengketa dan perkebunan berupa pohon kelapa. Dalam hal ini tanah sengketa

tersebut diwarisi ke Istri Pewaris yang bernama Hj. Halimah Sumual dan

anak-anak Pewaris yang berjumlah sembilan orang. Pewaris meninggalkan

harta warisan untuk dibagikan ke Istri Pewaris dan sembilan orang anak

Almahrum agar supaya bisa dibagi secara merata.

Dan ketika Pewaris telah memberikan sebidang tanah yang di atas

tanah tersebut berisi pohon kelapa dan juga tanaman-tanaman berupa cabe,

sayur, singkong, dan lain-lain. Munculah suatu permasalahan dalam tanah

sengketa yang ingin dikuasai oleh Tergugat I yang bernama Abdul Hayat

Djafardan Tergugat II yang bernama Norma Enoch. Tergugat I malakukan

peminjaman sertifikat tanah sengketa kepada Adnan Enoch (Pewaris)

semasa Pewaris masih hidup tanpa sepengetahuan anak-anak Pewaris.

Abdul Hayat Djafar (Tergugat I) merupakan menantu dari Adnan

Enoch (Pewaris)dan Norma Enoch (Tergugat II) Merupakan anak kandung

dari Adnan Enoch(Pewaris) dan Hj. Halimah Sumual (Istri Pewaris). Dalam

hal ini Tergugat I dan Tergugat II melakukan peminjaman sertifikat ke

4
Pewaris untuk membuat suatu usaha dan berjanji ke Pewaris apabila

tergugatsukses akan memberikan rumah kepada anak-anak Pewaris.Selain

itu, tergugat juga berjanji akan membuatkan jalan untuk masyarakat seluas 3

km dan hasil usaha tergugat akan dibagi secara merata kepada ahli waris dan

juga Istri Pewaris. Akan tetapi, perjanjian-perjanjian yang telah dibuat

tergugat kepada pewaris tidak ada yang direalisasikan satupun.

Pada saat pembagian warisan tergugat tidak terima penetapan

pembagian harta warisan para ahli waris karena tergugat tidak bisa

mendapatkan harta dari warisan tersebut. Akan tetapi menurut ahli waris

tergugat tidak bisa mendapatkan bagian warisan dari Pewaris dikarenakan

Tergugat tidak menepati perjanjian yang telah disepakati dengan Pewaris

pada saat Pewaris masih hidup. Dan pada akhirnya masalah ini berlanjut ke

ranah hukum yaitu Pengadilan Negeri Kelas 1A Manado. Hal ini terjadi

karena tergugat meminta bagian sebesar 70% dari hasil penjualan tanah

tersebut sedangkan sembilan orang ahli waris (Penggugat) hanya

mendapatkan 30%. Akan tetapi atas dasar pertimbangan hakim, hakim

menolak permohonan tergugat dan mengabulkan permohonan Penggugat.

Bahwa berdasarkan seluruh rangkaian pertimbangan hakim

sebagaimana dijelaskan menurut hakim anggota II hal ini sangat beralasan

secara hukum terhadap surat perjanjian pada tanggal 03 September 1979

yang telah dibuat antara Adnan Enoch dengan Abdul Hayat Djafar (tergugat

I) dan serta perjanjian, nomor : 43, tanggal 23 Januari 1985 yang telah

5
dibuat antara Abdul Hayat Djafar (Tergugat I) dengan Adnan Enoch (orang

tua para penggugat) tersebut haruslah dinyatakan tidak sah dan tidak

memiliki kekuatan yang berlaku.

Oleh karenanya telah dipertimbangkan dan telah terbukti bahwasanya

Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagimana dalam

pertimbangan petitum gugatan angka 5 menyangkut dengan adanya

penguasaan sertifikat dan juga pada petitum gugatan angka 8 karena tergugat

menjaminkan sertifikat maka wajarlah secara hukum bila mana tergugat

harus dihukum untuk mengganti kerugian yang telah diderita para Penggugat

sebab akibat dari perbuatan Tergugat.6

Melihat dari sebab-sebab yang dijadikan alasan oleh para penggungat

untuk melayangkan suatu gugatan hak waris terhadap tergugat, sebagaimana

dalam kedudukan perkara yang telah dipaparkan diatas. Hal tersebut

merupakan bentuk dari tuntutan para ahli waris Adnan Enoch untuk merebut

hak waris dari oknum yang salah. Karena dengan adanya hal tersebutlah

tujuan awal suatu keluarga untuk bisa mempertahankan harta warisan dari

oknum yang telah menyalahgunakan warisan tersebut.

Sebagaimana dengan pendapat salah satu tokoh ilmuwan Hukum

Kewarisan Islam yaitu Hazairintentang persoalan Hukum Kewarisan Islam,

untuk menetapkanahli waris pengganti bukanlah suatu yang mudah, hal

tersebut membutuhkan salah satu ijtihad yang dilakukan oleh Hazairin untuk
6
Salinan putusan Pengadilan Negeri Manado “Nomor perkara 170/pdt.G/2016/Pn.mnd”

6
menentukan suatu hak kewarisan. Walaupun dalam ijtihad yang dilakukan

oleh Hazairin memiliki cara pandang dan dasar hukum yang berbeda-beda

dalam penetapan ahli waris pengganti dalam nash, akan tetapi gagasan

Hazairin selalu mendapatkan respon yang positif di Indonesia yang pada

akhirnya dimuat dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam.7

Dari perkara yang telah penulis paparkan di atas membuat penulis

ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana putusan hakim menyelesaikan

perkara ini? Hal inilah yang membuat penulis bermaksud untuk menjadikan

perkara tersebut sebagai penelitian skripsi yang akan penulis teliti dengan

penelitian yang berjudul: “Tinjauan Hukum Kewarisan Islam Terhadap

Sengketa Atas Penguasaan Tanah Warisan Melalui Sertifikat (Studi

Terhadap Putusan Hakim Nomor 170/Pdt. G/2016/Pn.Mnd)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dari penelitian

TinjauanHukumKewarisanIslam

TerhadapSengketaAtasPenguasaanTanahWarisanMelaluiSertifikat

(StudiTerhadapPutusanHakimNomor 170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.
7
Haslinda supardin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Teori Hazairin Tentang Penetapan Ahli
Waris Pengganti Dalam Sistem Hukum Kewarisan Islam,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan
Mazhab 2, no. 1 (2021): 47.

7
Inti pembahasan yang akan dibahas penulis dalam sebuah penelitian ini dapat

dirangkum melalui rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Manado dalam

memutuskan perkara Penguasaan Tanah warisan melalui Perkara Nomor

170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Kewarisan Islam Terhadap Penguasaan Tanah

Warisan dalam perkara nomor 170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan adanya rumusan masalah yang telah disebutkan di atas,

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan hakim dalam perkara

penguasaan tanah warisan melalui perkara nomor

170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum kewarisan islam terhadap

penguasaan tanah warisan dalam perkara nomor 170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.

D. Manfaat Penelitian

Apabilatujuan penelitian ini tercapai maka penulis akan sangat merasa

bermanfaat khusus nya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk masyarakat,

adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

8
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan penulis sangat

mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat

sebagaimana mestinya, salah satu manfaatnya yaitu manfaat secara teoritis

mengenai tinjauan hukum kewarisan islam Hazairin terhadap putusan

hakim dalam perkara penguasaan tanah warisan. Penelitian ini diharapkan

dapat dan mampu memberikan informasi yang jelas dan memudahkan

untuk masyarakat agar dengan mudah dapat memahami akan suatu

hukum juga sangat diharapkan dapat memperluas wawasan keilmuan

penulis, para pembaca serta dapat berkontribusi dalam dunia akademisi

dan dapat dijadikan rujukan referensi yang layak khususnya untuk

program hukum keluarga islam.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa hukum

kewarisan islam bisa diajukan ke Pengadilan Agama dan juga di

Pengadilan Negeri

b. Sumbangan untuk kepustakaan di Institut KH. Abdul Chalim

khusunya Fakultas Syariah Program Studi Hukum Keluarga Islam.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu hal yang dapat menerangkan

tentang definisi-definisi yang merangkum beberapa indikator atau

10
karakterisitik dalam operasional sehingga dapat meminimalisir kekeliruan

dalam penafsiran :

1. Tinjauan hukum kewarisan islam yang dimaksud penulis adalah hukum

yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan atas harta

peninggalan (tirkah) pewaris, dan siapa saja yang dapat ditentukan yang

berhak menjadi ahli waris, dan berapa bagian dari masing-masing ahli

waris.8 Secara istilah fiqih Islam kewarisan dapat diartikan dengan

“faraidl” atau jamak dari kata “faridhah”, dan kata faridhah ini berasal dari

kata fardl yaitu bermakna ketentuan atau takdir kemudian Al-Faridlah

secara terminologi syariah adalah suatu bagian yang telah ditentukan

untuk para ahli waris.9Seluruh peraturan yang mengatur tentang

pewarisan, dapat menentukan sejauh mana dengan cara bagaimana

hubungan suatu hukum dari seseorang yang telah meninggal terlebih

dahulu dan dipindahkan kepada orang lain. Maka dengan demikian hal ini

dapat digantikan oleh keturunannya.10 Maka dari itu yang penulis maksud

dalam hukum kewarisan islam ialah suatu ilmu pengetahuan yang dapat

menjelaskan tentang pengalihan suatu harta pewaris terhadap ahli waris

dengan bagian-bagian yang telah ditentukan.

8
Instruksi Presiden Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang penyebar luasan Kompilasi
Hukum Islam, Pasal 171 a.
9
Sayid Sabiq, “Fikih Sunah” , Bandung: PT. Alma’arif 1985, hal. 602.
10
Sudarsono, “Hukum Waris dan Sistem Bilateral” (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 12.

11
2. Sengketa merupakansuatu penanganan dan penyelesaian permasalahan

pada sengketa tanah sesuai dengan adanya sebaran kasus sengketa,

konflik, dan juga suatu perkara pertanahan secara sistematis baik dalam

berpikir dan juga bertindak. Sehingga dalam hal ini tidak hanya bersifat

informatif akan tetapi juga dapat menyajikan data-data berupa sengketa,

konflik dalam perkara pertanahan yang dapat menyebabkan perbedaan

pendapat, pertengkaran, perbantahan perkara yang kecil yang dapat

menimbulkan perkara yang besar.Maka penyelesaian sengketa tanah

alangkah baiknya dapat diselesaikan dengan mengikuti tata cara dan juga

prosedur yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini maka sangat penting mengidahkan ketentuan perundangan

yang dimaksud, dikarenakan agar bisa menghindari akan tindakan

perbuatan melanggar hukum.11

3. Putusan Pengadilan yang penulis maksud disini adalah suatu putusan

atau pernyataan hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang

dalam menyelesaikan perkarabaik secara lisan maupun tulisan yang dapat

menyelesaikan perkara dalam persidangan dan merupakan hasil

pemeriksaan akhir dalam keseluruhan perkara yang telah diucapkan

dalam persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan

suatu perkara dan atau masalah antar pihak.12

11
SulistiantoWinda, “Kekuatan Hukum Pembuktian Pemeriksaan Setempat Sengketa Tanah
Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tegal,” 2021.
12
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik. hlm. 211.

12
B. Landasan Teori

1. Definisi Hukum Kewarisan Islam

Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu‫(ميراتس‬mirats), dalam bentuk

jamaknya yaitu)mawaris( yang artinya adalah harta peninggalan orang

yang telah meninggal dan hartanya akan dibagikan kepada ahli

warisnya.13Dalam ilmu yang mempelajari tentang warisan biasa disebut

dengan ‘ilm al-mawaris atau yang lebih dikenal dengan makna faraidh.

Kata faraidh merupakan bentuk jama’ dari kata faridah, yang telah

diartikan oleh para ulama Faradiyun yaitu semakna dengan kata mafrudah

yaitu bagian-bagian yang telah ditentukan kadarnya.14

Hukum Kewarisan Islam merupakan salah satu dari ajaran islam yang

dapat diaktualisasikan oleh setiap pemeluknya, akan tetapi pada realitanya

di lapangan menujukkan bahwa sebagian besar masyarakat muslim belum

bisa memberlakukan nilai-nilai ajaran hukum kewarisan islam. Dalam hal

ini mereka lebih cenderung untuk lebih menggunakan adat setempatnya

dalam membagi harta peninggalan, yang hal ini bisa jadi bertentangan

dengan nilai-nilai dalam ajaran hukum kewarisan islam. Karena

denganhal ini tidak diterapkannya suatu hukum kewarisan Islam oleh

sabagian masyarakat Islam mungkin dalam hal ini disebabkan dengan

13
Akhmad Haries, Hukum Kewarisan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019),hlm. 9.
14
Fatchur Rahman, Ilmu Kewarisan (Bandung: Al-Ma’arif,1994), hlm. 32.

13
minimnya akan suatu pengetahuan dan masih kurangnya memahami

aturan hukum kewarisan islam.15

2. Pengertian Hukum Kewarisan Menurut Beberapa Ahli

Hukum kewarisan islam merupakan suatu hukum yang dapat mengatur

tentang pembagian suatu harta peninggalan seseorang yang telah

meninggal dunia, yang telah diatur berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.

Dan terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian hukum waris yang

dikemukakan oleh beberapa ahli hukum fiqh yaitu :16

1. Abdullah Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, ilmu faraidh adalah

ilmu yang mempelajari akan suatu kaidah-kaidah fikih dan ilmu

hutang yang berkaitan dengan harta warisan dan orang-orang yang

berhak mendapatkannya agar masing-masing orang berhak

mendapatkan bagian dari harta warisan yang telah menjadi

haknya.

2. Ahmad Zahari mengatakan hukum kewarisan islam yaitu sebuah

hukum yang dapat mengatur tentang suatu peralihan hak milik

atas harta peninggalan dari pewaris terhadap orang-orang yang

berhak menerima warisan tersebut (ahli waris).

3. Hasby Ash-Shiddieqy mengatakan hukum kewarisan islam

merupakan suatu ilmu yang dapat kita ketahui sebagai orang yang
15
Asni Zubair, “Aktualisasi Hukum Kewarisan Islam,” STAIN Watampone, (Juli, 2017), 198.
16
Novia Ulfianti, “Penguasaan Harta Warisan Yang Belum Dibagi Kepada Ahli Waris
Menurut Hukum Waris Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember)”Skripsi, 2016, hlm.9.

14
bisa menerima pusaka atau orang yang tidak dapat menerima

pusaka, serta kadar yang diterima riap-tiap warisan dan cara

membaginya.

3. Pengertian Hukum waris Menurut Kompilasi Hukum Islam

Menururt kompilasi hukum islam (KHI) Hukum kewarisan islam

merupakan hukum yang diangkat dari pendapat jumhur fuqaha yang

termasuk di dalamnya yaitu Syafi’iyah. Akan tetapi di dalam hukum

kewarisan islam tersebut terdapat juga beberapa pengecualian dan juga

terdapat beberapa ketentuan hukum kewarisan yang merupakan

pengecualian tersebut diantara lain yaitu yang berkaitan dengan masalah

wasiat wajibah, yaitu mengenai anak atau orang tua angkat dan para ahli

waris pengganti yang berkaitan dengan masalah naqishah (Radd), yaitu

mengenai tentang pengembalian sisa harta peninggalan para ahli waris.17

Wasiat wajibah kepada ahli waris yang orang tuanya telah meninggal

terlebih dahulu dari pewaris, sebagimana yang diatur dalam Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia yang tertulis dalam pasal 185 yang dijelaskan:

a. Apabila para ahli waris yang telah meninggal terlebih dahulu dari

pada si pewaris maka kedudukannya bisa digantikan oleh anaknya

ahli waris, kecuali mereka memang disebutkan di dalam pasal

17
Yusuf Somawinata,HukumKewarisandalamKompilasiHukum Islam (KHI) di
Indonesia,FakultasSyariahdanEkonomi Islam lAIN "SMH" Banten,(2009), hlm .142.

15
173.Bagian dari para ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari

pada bagian ahli waris sah.

b. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pasal 185 diatas yang

mana ahli waris yang orang tuanya telah meninggal terlebih dahulu

dari pada Pewaris, maka anak ahli waris tersebut dapat

menggantikan kedudukan orang tuanya sebagai penerima harta

peninggalan warisan. Pada pasal 185 KHI ini tidak dijelaskan

bagaimana hubungan pewaris dengan ahli waris pengganti, dalam

ketentuan ini menjadikan pasal tersebut bersifat fleksibel dalam

artian yaitu setiap ahli waris yang telah meninggalterlebih dahulu

sebelum pewaris maka kedudukan ahli waris tersebut dapat

digantikan oleh anaknya.18

4. Pengertian Hukum waris Menurut KUHPerdata

a. Menurut undang-undang KUHPerdata tentang hukum kewarisan

islam yang telah diatur dalam buku II KUHPerdata yaitu hak

mewaris adalah suatu hak kebendaan atas suatu harta kekayaan

orang yang telah meninggal dunia terdapat dalam (Pasal 528

KUHPerdata).

b. Disamping hal itu dalam pasal 584 KUHPerdata menyebutkan

tentang hak mewaris sebagai salah satu cara untuk bisa

18
Yusuf Somawinata,HukumKewarisandalamKompilasiHukum Islam (KHI) di Indonesia, hlm
.143.

16
memperoleh suatu hak milik, sedangkan dengan cara untuk bisa

memperoleh suatu hak milik telah diatur dalam buku II

KUHPerdata sehingga hukum waris ditempatkan dalam buku II

KUHPerdata. Dalam bentuk kewarisan terdapat dalam suatu

bentuk yang asli, selain yang ditelah dikembangkan dalam

yurisprudensi. Semisal penjualan hak warisan yang masih belum

dibagi, maka tidaklah bertentangan dengan hukum adat ataupun

hukum islam.19

5. Hukum Kewarisan Islam sebagai metode analisis

Teori hukum kewarisan islam yang dijelaskan oleh Hazairin ketika

beliau membahas tentang Hukum Waris Islam dalam jurnal Analisis

Hukum Islam terhadap teori Hazairin tentang penetapan ahli waris

pengganti dalam sistem hukum kewarisan Islam yang dijelaskan secara

tegas beliau mengatakan bahwasanya dalam menetapkan ahli waris

pengganti bukanlah suatu hal yang mudah, dalam salah satu ijtihad yang

dilakukan oleh Hazairin untuk menentukan hak-hak dalam kewarisan cucu

ketika orang tuanya sudah meninggal terlebih dahulu dari kakek/neneknya

(Pewaris) yaitu sampai munculah konsep penggantian.

Walaupun ijtihad beliau memiliki cara pandang dan dasar hukum yang

berbeda terhadap kedudukan para ahli waris pengganti dalam nash, akan

19
Djaja S. Melinda, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Bandung:
Nuansa Aulia, 2018), hlm .1.

17
tetapi gagasan-gagasan yang Hazairin buat sangat mendapatkan respon

positif di Negara Indonesia dan pada akhirnya dimuat dalam Pasal 185

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang dinyatakan bahwa ahli waris yang

meninggal terlebih dahulu dari pada si pewaris, maka kedudukannya bisa

digantikan oleh anaknya.20

Pada pemikirian Hazairin dalam hukum kewarisan islam yang

perkembangannya mengenai suatu ahli waris pengganti yang bertujuan

agar dapat mencapai keadilan bagi para ahli waris. Yang pada hakikatnya

ahli waris pengganti yaitu bisa menjadi ahli waris karena orangtua yang

berhak untuk mewarisi meninggal terlebih dahulu dari pewaris. Adapun

di dalam hukum Islam tersebut, ahli waris pengganti atau yang dapat

disebut dengan istilah mawali pada Al-Qur’an menurut tinjauan hukum

Islam tidak dikenal akan tetapi kedudukan mereka sebagai ahli waris bisa

diketahui melalui pengertian ahli waris langsung yang dijelaskan dalam

Al-Quran.21

Kalimat ahli waris pengganti atau yang biasa dapat dikenal dengan

kata (mawali)yang mana mawali ini merupakan sifat yang berbentuk

muntaha al-Jam’iy yang bertimbangan dengan mafa’ila yaitu sebagai

bentuk mufradnya adalah maulin yang berwazan muf’ilun, yang artinya

20
Haslinda Supardin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Teori Hazairin Tentang Penetapan
Ahli Waris Pengganti Dalam Sistem Hukum Kewarisan Islam,”1 (Januari, 2021), hlm .48.
21
Haslinda Supardin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Teori Hazairin Tentang Penetapan
Ahli Waris Pengganti Dalam Sistem Hukum Kewarisan Islam,”1 (Januari, 2021), hlm .45.

18
yaitu orang yang layak atau orang yang pantas dan orang paling berhak

untuk menerima warisan. Dalam kata maula adalah suatu lafadz yang

berarti keberadaan yang dapat dinamakan antara garis kebawah dan garis

keatas dalam maksud ahli waris dan ashabah, yang mana para ahli waris

memiliki hak untuk mendapatkan harta warisan sesuai yang telah

ditetapkan dalam al-Quran.

Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam surah An-Nisa ayat 33 :

ِ ‫َت َأ ْي َمانُ ُك ْم فَاتُوهُ ْم ن‬


‫َص ْيبَهُ ْم‬ ْ ‫ك ْال َوالِدَا ِن َوااْل َ ْق َربُونَ َوالَّ ِذينَ َعقَد‬
َ ‫َولِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا َم َوالِ َي ِم َّما تَ َر‬

‫إن هَّللا َ َكانَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِهي ًد‬


َّ

Artinya: “Setiap harta peninggalan dari harta yang telah ditinggalkan oleh

kedua orang tua dan karib kerabat, maka kami jadikan pewaris-

pewarisnya. Dan apabila terdapat orang-orang yang telah bersumpah setia

dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagiannya. Karena

sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.

yang tersirat dengan adanya pokok pemikiran mengenai konsep ahli

waris pengganti yang kemudian dapat diadopsi ke dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI). Yang mana dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

sudah dinyatakan bahwa ahli waris yang sudah meninggal terlebih dahulu

dari pada pewaris, maka kedudukan ahli waris dapat digantikan oleh

anaknya.22
22
Ahmad Zahari, “Telaah Terhadap Pembatasan Lingkup Ahli Waris Pengganti Pasal 185
KHI,” 14 (Mei, 2014), hlm.326.

19
Menurut penafsiran yang telah dilakukan oleh Hazairin yang telah

dijelaskan dalam Al-Quran bahwa telah mengadakan mawali (ahli waris

pengganti) bagi suatu harta peninggalan ayah atau ibu dan harta

peninggalan keluarga terdekat. Maka dalam hal ini yang dimaksud ahli

waris yaitu yang dapat menggantikan seseorang untuk bisa memperoleh

bagian warisan yang pada awalnya akan diperoleh orang yang digantikan

itu adalah orang yang seharusnya dapat menerima warisan jika dia masih

hidup, akan tetapi dalam hal ini yang bersangkutan telah meninggal

terlebih dahulu dari pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh

anak atau keluarga terdekat ahli waris.23

C. Penelitian Terdahulu

Untuk dapat membuktikan keaslian dari penelitian ini, maka dengan

ini penulis akan memaparkan penelitian terdahulu yang mana hal ini

menjadi acuan sumber-sumber dari penelitian yang berjudul,

“TinjauanHukumKewarisanIslam

TerhadapSengketaAtasPenguasaanTanahWarisanMelaluiSertifikat

(StudiTerhadapPutusanHakimNomor 170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd.”

Adapun penelitian terdahulu mengenai judul penelitian tersebut yaitu:

Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

23
supardin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Teori Hazairin Tentang Penetapan Ahli Waris
Pengganti Dalam Sistem Hukum Kewarisan Islam”, 2018.

20
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

Skripsi yang ditulis oleh Hakim menolak permohonan


 Fokus pada satu
Novia Ulfianti penggugat karena tidak dapat
putusan hakim
berjudul,“Penguasaan membuktikan bahwa dirinya
 Membahas
Harta Warisan Yang ahli waris sah.
pada masalah
Belum Dibagi Kepada Kemudian menurut hakim,
warisan
Ahli Waris Menurut tergugat tidak melakukan

Hukum Waris Islam.” pelanggaran hukum waris

2016. islam dan telah memberikan

bukti otentik yaitu berupa

sertifikat SHM

Skripsi yang ditulis oleh  Fokus pada Fokus kepada suatu upaya

Raodatul Jannah satu putusan penyelesaian dan bentuk

berjudul,” Penguasaan hakim perlindungan hukum yang

Harta Waris Oleh Salah  Warisan yang dapat dilakukan oleh ahli

Satu Ahli Waris.” 2018. dikuasai oleh waris yang haknya dilanggar

salah satu ahli oleh ahli waris yang lain

waris

Jurnal yang ditulis oleh  Fokus Pembagian warisan ini

Ahmad Nidal, Faisal, kepada menggunakan sistem

Herinawati. Yang peralihan pembagian sesuai adat yang

21
berjudul,” Analisis Yuridis suatu harta ada di kabupaten Pidie

Terhadap Efektivitas warisan

Pembagian Harta Warisan kepada ahli

Menurut Hukum Islam.” waris sah

2021

Jurnal yang ditulis oleh  Sama-sama Jurnal ini lebih membahas

Haslinda Supradin menggunak tentang menganalisis suatu

berjudul. “Analisis Hukum an hukum islam terhadap teori

Islam Terhadap Teori pendekatan Hazairin tentang penetapan

Hazairin Tentang kualitatif, ahli waris pengganti dalam

Penetapan Ahli Waris  Sama-sama sistem hukum kewarisan

Pengganti Dalam Sistem membahas islam.

Hukum Kewarisan Islam.” tentang

2021 penetapan

ahli waris

pengganti

dalam

sistem

22
Hukum

kewarisan

islam

D. Kerangka Pemikiran

Konsepsi kerangka pemikiran praktis dan dinamis terhadap uraian di atas:

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

“Tinjauan Hukum Kewarisan Islam Dalam Penguasaan


Tanah Warisan Melalui Sertifikat (Studi Terhadap Putusan
Hakim Nomor :170/Pdt.G/Pn.Mnd)”

Putusan Hakim Nomor Analisis Putusan Hakim


170/Pdt.G/Pn.Mnd. Menggunakan Teori
Tentang Penguasaan Tanah Hazairin
Warisan Melalui Sertifikat

23
BAB IIIHakim Nomor
Hasil Analisis Putusan
170/Pdt.G/Pn.Mnd.
METODE PENELITIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Penelitian ini membahas mengenai faktor penyebab terjadinya

penguasaan tanah kewarisan di Pengadilan Negeri Kota Manado hal ini

menggunakan metode deskripsi sekaligus menggambarkan fenomena

sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.Dengan melakukan penelitian

kualitatif, disini penulis dapat menguraikan hasil penelitian secara

mendetail dan mendalam mengenai fakta dan data dari hasil temuan di

lapangan yang kemudian melakukan analisis agar dapat mengetahui

24
faktor signifikan yang menjadi penyebab terhadap hukum kewarisan

islam terhadap penguasaan tanah sengketa. Penelitian ini disebut sebagai

penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini penulis akan

mengungkapkan fakta dan data, sehingga banyak orang dapat mengetahui

mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi.

2. JenisPenelitian

Untuk meneliti tentang judul yang telah penulis paparkan yaitu

tinjauan hukum kewarisan islam terhadap sengketa tanah warisan melalui

sertifikat, dalam hal ini peneliti berangkat dari metode kualitatif yang

bersifat deskriptif analitisatau sebuah langkah analisa kritis, dengan

melalui data-data yang bersifat kredibel. Sehingga dengan melalui metode

kualitatif penulis mampu mendeskripsikan serta dapat menganalisis

berdasarkan sumber yang ada dan bersifat kredibel.

Kemudian penelitian kualitatif yaitu sebuah penelitian yang

berdasarkan pada positivisme atau paradigma interpretive, yang mana

suatu hal yang nyata atau objek yang tidak dapat dilihat parsial serta

dipecahkan dalam beberapa variabel, dikarenakan penelitian kualitatif

dapat memandang suatu objek dengan pandangan yang dinamis, hasil dari

konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap suatu gejala yang dapat

diamati serta holistis karena pada setiap aspek dari keobjektivitas itu

mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

25
Berbicara soal realitas kualitatif tidak hanya terdapat pada fenomena

saja, akan tetapi pada hal ini harus bisa melihat lebih radik dibalik

fenomena. Sebagaimana yang telah diasumsikan oleh (Budiyono, 2017)

yang mana penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat

mengahasilkan berupa data mengenai data deskripsi objek peneliti yang

berupa kalimat perkataan yang menjelaskan tentang sesuatu bukan berupa

bilangan-bilangan.24

B. TempatdanWaktuPenelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Kelas 1A Kota

Manado. Adapun pertimbangan dari pemilihan lokasi penelitian ini

dikarenakan Pengadilan Negeri Kota Manado menyelesaikan suatu

perkara waris dalam 5 tahun terakhir ini mecapai 72% yang menurut

peniliti ini sudah mecapai angka yang banyak dalam kasus sengketa

tanah warisan. Kemudia penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri

Kelas 1A Kota Manado yang beralamat di Jl. Prof. Dr. Mr. Raden

S.E. Koesoemah Atmadja, Kec. Kima Atas (Mapanget), Kota Manado,

Sulawesi Utara 95259, Indonesia.

2. Waktu Penelitian

24
John W. Creswell, “Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset,” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 96

26
Agar penelitian dapat terselesaikan tepat waktu, maka

penelitian akan dilakukan kurang lebih selama sebulan dari bulan

Junisampai dengan bulan Juli.

C. SubjekPenelitian

Menurut Suharsimi arikonto Subjek penelitian ialah subjek yang

memberi batasan-batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang

tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di permasalahkan.

Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang sangat

strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang

penelitian amati.

Pada penelitian kualitatif responden atau subjek penelitian disebut

dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah informan kunci, yaitu: Hakim

Pengadilan Negeri Kota Manado dan Panitera Pengadilan Negeri Kota

Manado.

D. Data danSumber Data Penelitian

Instansi Pengadilan Negeri Kelas 1A Kota Manado merupakan

instansi yang penulis dapat menemui kasus-kasus yang salah satunya

kasus tentang penguasaan tanah warisan, dalam hal ini yang menjadi

27
pembahasan penulis sebagai data yang menunjang penelitian ini. Sumber

data utama dalam melakukan penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan

observasi kemudian wawancara narasumber, dan melampirkan dokumen-

dokumen seperti (dokumen resmi, pribadi atau foto). Kemudian Sumber

data yang didapatkan diibedakan menjadi yaitu:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang bersumber dari informan secara

langsung. Adapun sumber data dari penelitian ini, berupa hasil

wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Kota Manado dan juga

dokumentasi Pengadilan Negeri Kota Manado. Adapun sumber data

primer dari penelitian ini berasal dari data hasil wawancara Hakim

Pengadilan Negeri Kota Manado dan Panitera Pengadilan Negeri Kota

Manado.

2. Data sekunder

Data sekunder ialah data yang dapat diperoleh dari dokumen

resmi, atau buku yang memiliki hubungan dengan objek penelitian,

hasil penelitian terdahulu dalam bentuk laporan, tesis, disertasi,

skripsi, dan juga peraturan perundang-undangan agar dapat

melengkapi kekurangan data yang akan diperoleh dari informan.

Kemudian dokumen yang dimiliki oleh Pengadilan Negeri Kota

Manado yang mengenai seperti data statistik tingkat pencapaian kasus

28
perdata tentang penguasaan tanah warisan. Dalam penelitian ini juga

penulis menggunakan KHI, KUHperdata, dan juga Analisis Hukum

Kewarisan Islam.

E. TehnikPengumpulan Data

Sumber data yaitu dari mana data penelitian yang akan ditemukan dan

dikumpulkan untuk menjadi satu yang bersumber data berupa orang,

benda, atau identitas lainnya.Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian

deskriptif merupakan suatu prosedur yang terstruktur dan tertib agar

bisamendapatkan dan mengolah data yang diperlukan. Proses

pengumpulan data harus dilakukan secara tepat agar supaya dapat

mencapai tujuan pengumpulan data, yakni memperoleh data yang sesuai

dengan standart dan norma penelitian yang ditetapkan. 25

Adapun prosedur pengumpulan data terbagi menjadi beberapa macam,

yakni:

1. Wawancara

Wawancara ialah sebuah tanya jawab oleh keduapihak, yaitu

peneliti dan narasumber. Dalam hal ini peneliti akan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup sesuai dengan

adanya topik penelitian kemudian narasumber akan memberikan

jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti.

25
Ahmad Tanzeh, “Metodologi Penelitian Praktis,” (Yogyakarta: Teras, 2011). Hlm, 83.

29
Wawancara juga dapat menjadi sarana agar dapat melakukan

pertukaran informasi dan ide-ide yang kemudian dapat disusun

menjadi sebuah topik pembahasan. Kemudian Metode wawancara

yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur. Dalam artian wawancara semi terstruktur ini merupakan

metode wawancara yang memiliki pedoman pertanyaan, namun

fleksibel juga pada penerapannya.Hal ini berdasarkan dengan situasi

dan kondisi yang ada di lapangan.26

2. Observasi

Observasi ialah sebagai tehnik pengumpulan data agar dapat

mengamati terhadap suatu objek untuk bisa memahami suatu

pengetahuan dari sebuah fenomena yang berdasarkan gagasan untuk

bisa mengetahui sesuatu apa yang sudah terjadi sebelumnya, agar bisa

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk dapat melanjutkan

suatu penelitian.

Model observasi yang dilakukan penulis ialah Observasi

terstruktur. Yang mana observasi ini merupakan observasi yang telah

dirancang secara sistematis dalam artian peneliti sudah mengetahui

secara struktural dalam pengambilan data tersebut dan mengetahui

dengan jelas variabel-variabel yang akan diamati.27


26
Sugiyono,” Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 334
27
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi,” (Bandung: Alfabeta,
cv, 2015), hlm.235.

30
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan

suatu data penelitian secara tidak langsung, artinya data-data tersebut

bisa didapatkan melalui dokumen-dokumen pendukung yang

berhubungan dengan data yang akan diteliti oleh peneliti.Dokumen

merupakan suatu cara agar bisa memperoleh data-data agar bisa

mengkaji dokumen tertulis, yang bisa didapati berupa dokumen

tertulis, gambar, tabel diagram dsb. Kemudian studi dokumen dalam

melakukan penelitian kualitatif menjadi sumber data yang dapat

melengkapi pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.

Kemudian analisis data merupakan usaha untuk memberikan

interpretasi terhadap data yang sudah tersusun, analisis ini dilakukan

secara kualitatif yakni agar supaya analisis tersebut ditujukan terhadap

data yang sifatnya berdasarkan kualitas, mutu, dan juga sifat nyata

yang berlaku dalam masyarakat dengan bertujuan agar bisa memahami

fakta atau gejala yang benar-benar terjadi dan pada akhirnya bisa

diambil kesimpulan. Kemudian metode analisis yang digunakan ialah

metode induktif, yaitu dimulai dengan mengemukakan pertanyaan-

pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas

31
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan penyimpulan yang

bersifat umum. 28

Metode ini biasa dapat digunakan agar bisa memperoleh

gambaran utuh tentang dasar hukum, pertimbangan hakim

diperbolehkannya suatu putusan tentang penguasaan tanah warisan.

F. TehnikAnalisis Data

Analisis data ialahproses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. 29 Proses analisis

data dimulai dengan mengamati data yang telah terkumpul dari hasil

wawancara dengan subjek penelitian serta pengamatan (observasi),

kemudian dibaca, dan dipelajari juga dilakukan agar dapat diamati

terhadap data tersebut.30

Analisis data juga dilakukan dalam tiga hal, yaitu:

Sajian data, Reduksi data, dan Menyimpulkan data.

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksidata biasa disebutmerangkum, memilih hal-hal

pokok yang memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian


28
Lestari Dwi Yuniawati, “Teknik Dokumentasi Dan Teknik Pengumpulan Data,” (Jakarta:
2013).
29
Lexy J. Moleong, ”MetodePenelitianKualitatif, “ (Jakarta: GrafindoPersada, 2003),
hlm .103.
30
Indah Ria Sulistyarini, “Wawancara:
SebuahMetodeEfektifuntukMemahamiPerilakuManusia”, (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2019),
hlm .261.

32
mencari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak diperlukan.

Maka dari itu data yang telah direduksi akan memberikan suatu

gambaran yang lebih jelas. Pada proses reduksi data peneliti

merangkum hasil catatan lapangan selama proses penelitian

berlangsung dan yang masih bersifat acak ke dalam bentuk yang lebih

mudah dipahami. Kemudian memilih data-data pokok yang paling

penting untuk memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah

dalam pencarian data jika diperlukan nantinya.31

2. Penyajian data (data display)


Setelah data reduksi maka tahap selanjutnya ialah dengan

melakukan display data atau data penyajian. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.32

3. Pengumpulan Data (data collection)

Menyimpulkan data ialah mengambil intisari dari sajian data

yang telah disusun atau di atur dalam bentuk pernyataan suatu kalimat

yang singkat padat dan mengandung pengertian luas.33


31
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Pendidikan”, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2001, hlm. 248
32
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”,
Bandung: Alfabeta, 2016,hlm. 341.
33
Suryana, “MetodologiPenelitian: Model PraktisPenelitianKuantitatifdanKualitatif,”
(Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia, 2020), hlm.53.

33
34
Daftar Pustaka

Creswell W, John. "Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,"(Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2013): 96.

Haries, Akhmad. "Hukum Kewarisan Islam", (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2019): 9.

Instruksi Presiden RI. "penyebar luasan KHI, Pasal 171 a", no. 1 (1991)

Melinda S, Djaja."Hukum Waris Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdeta",

(Bandung, Nuansa Aulia, 2018): 1.

Moleong J, Lexy. "Metode Penelitian Kualitatif," (Jakarta, Grafindo Persada, 2003):

103.

Pasal 834 KUHPerdata. "Ahli waris yang berhak mengajukan gugatan untuk harta

warisannya".

Pasal 528 KUHPerdata. "hak mewaris adalah salah satu cara untuk memperoleh hak

milik”.

Rahman, Fatchur. "Ilmu Kewarisan", (Bandung, Al-Ma'arif, 1994): 32.

Rialzi, Maulana. “Analisis Kasus Tentang Jual Beli Tanah Warisan Yang Belum

Dibagi ( Studi.” Hukum Ekonomi Syariah 3 (2018): 171.

Salinan Putusan Pengadilan Negeri Manado 170/Pdt.G/2016/Pn.Mnd".

supardin, Haslinda. “Analisis Hukum Islam Terhadap Teori Hazairin Tentang

35
Penetapan Ahli Waris Pengganti Dalam Sistem Hukum Kewarisan Islam.”

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab 2, no. 1 (2021): 47.

Sabiq, Sayid. "Fikih Sunnah", (Bandung, PT. Alma'arif, 1985): 602.

Sudarsono, "Hukum Waris dan Sistem Bilateral", (Jakarta, Rineka Cipta, 1994): 12.

Sulistianto, Winda. “Kekuatan Hukum Pembuktian Pemeriksaan Setempat Sengketa

Tanah Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tegal,” 2021.

Somawinata, Yusuf. "Hukum Kewarisan dalam KHI di Indonesia",(Fakultas Syariah

dan Ekonomi Islam IAIN SMH, Banten, 2009): 142.

Sarwono, "Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik", hlm 211.

Somawinata, Yusuf. "Hukum Kewarisan dalam KHI di Indonesia",(Fakultas Syariah

dan Ekonomi Islam IAIN SMH, Banten, 2009): 142.

Sugiyono. "Metode Penelitian Kualitatif kuantitatif dan R&D," (Bandung, Alfabeta,

2015): 334.

Sulistyarini Ria, Indah. "Metode Efektif untuk Memahami Perilaku Manusia,"

(Bandung, Cv. Karya Putra Darwati, 2019): 261.

Suryana. "Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif," (Bandung, Univeraitas

Pendidikan Indonesia, 2020): 53.

Tanzeh, Ahmad. "Metodologi Penelitian Praktis," (Yogyakarta, Teras, 2011): 83.

36
Ulfianti, Novia. "Penguasaan Harta Warisan Yang Belum Dibagi Kepada Ahli Waris

Menurut Hukum Waris Islam" (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember)

Skripsi, 2016.

Yuniawati Dwi, Lestari. "Teknik Dokumentasi dan Pengumpulan Data." (Jakarta,

2013).

Zubair, Asni. "Aktualisasi Hukum Kewarisan Islam", (Stain Watampone, Juli 2017):

198.

Zahari, Ahmad. "Pembatasan Lingkup Ahli Waris Pengganti Pasal 185 KHI", (Mei,

2014): 326.

37

Anda mungkin juga menyukai