Anda di halaman 1dari 5

PEMBELAJARAN TERPADU

“HAKIKAT, CIRI-CIRI SERTA MODEL DALAM PEMBELAJARAN TERPADU DI


SD ”

ESSAY

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Fandi Nugroho, M.Pd

Disusun oleh :

JODI

NIM 180141434

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG

2020
Fenomena praktik pendidikan saat ini, khususnya di sekolah dasar menunjukan
kecenderungan yang kuat dalam hal pengkotakan bidang studi. Misalkan akan belajar tentang
“uang”, anak mempelajarinya secara terpisah-pisah dalam kemasan masing-masing bidang
studi. Ada uang dalam matematika, IPS, PKn, ataupun bahasa indonesia. Selain itu, praktik
pembelajaran saat ini juga hanya menekankan pada pencapaian efek instruksionalnya saja.
Padahal belajar tidak sebatas memperoleh informasi, tetapi belajar untuk memahami. Untuk
itu, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya pengembangan topik generatif, pengajaran
yang ditekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, berorientasi pada
pencapaian instruksional effect dan nurturant effect.
Pembelajaran seharusnya dikemas yang tidak hanya mengembangkan pada satu ranah
saja, tetapi mencakup seluruh ranah perkembangan anak yang meliputi pengembangan fisik,
sosial, emosi, dan kognitif. Hal ini karena perkembangan anak bersifat holistik. Aspek
perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain.
Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosial, emosi, dan kognitif
ataupun sebaliknya. Perkembangan-perkembangan tersebut akan terpadu dengan
pengalaman, kehidupan, dan lingkungan anak. Untuk itu perlu adanya suatu pengemasan
pembelajaran yang mengacu pada terwujudnya keterpaduan pembelajaran yang hal ini
disesuaikan dengan khakikat perkembangan anak yang terjadi secara holistik, karakteristik
belajar anak, serta kondisi objektif dan kebutuhan anak. Dengan terwujudnya pembelajaran
terpadu diharapkan akan terjadi pergeseran iklim belajar dari instruksional ke transaksional,
yang sebelumnya pembelajaran hanya terjadi dalam satu arah, kurikulum formal, orientasi
kelompok, dan berpusat pada guru akan beralih ke pembelajaran yang multi arah, kurikulum
eksperiensial, orientasi individual, dan berpusat pada siswa.
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu
(integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Sedangkan menurut
Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan
melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi.
Collin dan Dixon (1991) menyatakan pembelajaran terpadu terjadi jika peristiwa
otentik atau eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum. Adanya partispasi anak dalam
peristiwa otentik atau eksplorasi topik akan membuat anak dapat belajar lebih luas baik
proses maupun kontennya. Selain itu Colln dan Dixon juga menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu dapat dikembangkan melalui pendekatan inkuiri.
Collin dan Dixon juga menyatakan pembelajaran terpadu memberi kesempatan pada
siswa untuk memusatan belajarnya melalui topik, sehingga menghasilkan: (1) tersedianya
kerangka kerja untuk mendorong penemuan secara mandiri, (2) membantu siswa belajar
bagaimana merencanakan dan menyelidiki secara mandiri dengan menggunakan berbagai
sumber, (3) mendorong siswa saling bertukar ide dan pengalaman. Jadi, pembelajaran terpadu
merupakan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan perkemabangan
anaknya. Akan tetapi dalam peaksanaannya harus meperhatikan kealamiahannya karena
kemampuan masng-masing anak berbeda dan terbatas.
Dapat saya simpulkan beberapa pendapat diatas Pembelajaran terpadu merupakan
suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa kajian bidang studi (bisa dalam
satu mapel/beberapa mapel/antar dan inter mapel) untuk memberikan pengalaman bermakna
(pengalaman langsung dan konkret) kepada anak. Pembelajaran ini beranjak dari suatu tema
tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep
lain, baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun bidang studi lain sehingga
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan. Akan tetapi
harus diiingat bahwa dalam eksplorasi tema untuk menemukan berbagai konsep perlu suatu
pengontrolan agar tetap sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik anak,
ketersediaan sumber, kemampuan guru mengorganisasi, dan pengendalian agar jangan
terlalu overlapping ke tingkat berikutnya.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan
mata pelajaran siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan dapat
memahami konsep-konsep yang siswa pelajari melalui pengalaman atau pengamatan
langsung dan nyata. Pembelajaran terpadu menekankan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran untuk pembuatan keputusan sedangkan guru hanya mengrahakan proses
pempelajaran. Setiap siswa memerlukan pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan pengetahuan dan kecakapan ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman
belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin
memberikan pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.
Karena semakin banyak pengalaman yang didapatkan siswa maka siswa akan mudah
menghadapi situasi yang baru pula.
Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri: berpusat pada anak, memberikan pengalaman
langsung, pemisah antar bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai
bidang studi, bersifat luwes, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan
kebutuhan anak.
Melihat ciri-ciri tesebut, pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain: pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak, kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan
kebutuhan anak, seluruh kegiatan belajar mengajar lebih bermakna, menumbuhkembangkan
keterampilan berpikir, menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, menumbuhkembangkan
keterampilan sosial anak. Adapun keterbatasannya terkait dengan masalah penyelenggaraan,
keterbatasan konteks pelaksanaan, dan juga sifat konservatif dan kurang profesionalismenya
guru dan para pelaksana pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu harus berlandaskan pada pemikiran-
pemikiran progresivisme, kontruktivisme, dan developmentally approprite practice.
Sedangkan prinsip-prinsipnya yang meliputi prinsip dalam penggalian tema, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi harus benar-benar disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran
terpadu.
Pembelajaran terpadu menitikberatkan pada kebermaknaan belajar bagi siswa. Untuk
itu, implementasinya harus disesuaikan dengan usia perkembangan siswa sehingga perlu
mempertimbangkan tentang bagaimana sifat materi, cara penerpaduan, penerapan pemaduan,
waktu pelaksanaan, dan unsur pemicu keterpaduan. Pelaksanakanaannya pun dapat dilakukan
melalui berbagai dimensi karena pada dasarnya keterpaduan belajar itu spontan dan alamiah.
Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R
(1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model
pembelajaran terpadu tersebut adalah :
1. the fragmented model ( Model Fragmen )
2. connected the model ( Model Terhubung )
3. the nested model ( Model Tersarang )
4. the sequenced model ( Model Terurut )
5. the shared model ( Model Terbagi )
6. the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )
7. the threaded model ( Model Pasang Benang )
8. the integrated model ( Model Integrasi )
9. the immersed model ( Model Terbenam ), dan
10. the networked model ( Model Jaringan )
Model-model pembelajaran terpadu seperti yang telah dikemukakan oleh Robin
Fogarty dan Jacobs, tidak semuanya tepat diterapkan disekolah dasar di Indonesia. Dari 10
model pembelajaran terpadu secara umum yang cocok diterapkan untuk anak sekolah dasar
khususnya di Indonesia ada 3 model pembelajaran. Yang dimana dari ke 3 model
pembelajaran tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan dalam proses penerapannya. Dan
yang paling mengetahui model mana yang paling cocok diterapkan untuk anak didik mereka
yaitu guru kelas mereka yang mengetahui bagaimana anak didiknya, dan kegiatan
pembelajaran apa yang efektif untuk anak didiknya. Dan model yang banyak digunakan di
sekolah dasar salah satunya adalah model pembelajaran terkait. Menurut hasil pengkajian
Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya
paling cocok untuk diterapkan di sekolah dasar kita, yaitu model jaring laba-laba (webbing),
model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated).

Anda mungkin juga menyukai