Disusun oleh:
A. Judul
B. Penulis
Pada setiap karya ilmiah akan selalu tercantum identitas penulis yang
menulis karya ilmiah tersebut. Identitas penulis dimulai dengan penulisan
nama. Penulisan nama ini diikuti oleh hal-hal yang mengiringinya. Hal
yang mengiringi penulisan identitas penulis ini, antara lain nomor induk
mahasiswa atau afiliasi penulis (Gani. 2019).
4
Penulisan identitas penulis ini biasanya dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Gani, 2019).
C. Abstrak
Abstrak adalah bagian yang harus lebih diberi perhatian husus. Dari
sebuah abstrak, reviewer ataupun pembaca akan mampu mendapatkan
gambaran nyata dari penelitian yang telah dihasilkan. Karya ilmiah dalam
berbagai bentuk, seperti skripsi, tesis, disertasi, artikel atau makalah
seminar belum tentu akan langsung dibaca seluruhnya oleh seorang
pembaca. Orang yang paham dengan karya ilmiah, biasanya akan
membaca terlebih dahulu abstrak dari karya tulis tersebut. Bila ia tertarik
dengan abstrak itu, barulah ia menelusuri tulisan tersebut secara teliti
dan kritis sampai ia menemukan apa yang dicarinya. Abstrak merupakan
bagian karya ilmiah yang memuat saripati atau inti dari karya ilmiah
tersebut.
Untuk menghasilkan abstrak, perlu diperhatikan petunjuk penulisan
abstrak dari jurnal yang dituju, karena untuk masing-masing jurnal
terkadang memberikan petunjuk yang berbeda-beda. Terkadang sebuah
jurnal menetapkan panjang abstrak adalah 150-200 kata, terkadang
5
dibatasi maksimum 300 kata. Aturan aturan yang seperti ini perlu
diperhatikan sebelum menulis abstrak. Walau demikian, secara umum,
sebagian besar jurnal memberikan kriteria bahwa abstrak harus
memperlihatkan isi keseluruhan dari paper yang dibuat. Untuk itu abstrak
sebaiknya memenuhi hal yang berikut ini.
1. Latar belakang
2. Tujuan penelitian
3. Metodology
4. Hasil
5. Kesimpulan
Jika penelitian yang kita lakukan menghasilkan sebuah Novelty,
maka penulis perlu perlihatkan novelty (kalau memang ada) pada abstrak
tersebut dengan jelas.
Di dalam abstrak tidak dianjurkan untuk menulis kutipan dari penelitian
lain, juga tidak dianjurkan untuk menulis hasil penelitian lain. Abstrak
ditulis hanya seputar penelitian yang telah dilakukan, yaitu bagaimana
masalahnya, apa tujuannya, bagaimana caranya, apa hasilnya dan apa
kesimpulannya. Abstrak juga tidak dianjurkan ditulis lebih dari satu
paragraf.
Abstrak dapat dianggap sebagai karya ilmiah mini atau miniatur dari
sebuah karya ilmiah. Hal itu disebabkan karena abstrak hanya memuat
hal-hal yang bersifat substansi atau hal-hal yang esensi dari karya ilmiah.
Oleh sebab itu, abstrak sering juga didefinisikan sebagai informasi singkat
(a brief summary) dari sebuah karya tulis ilmiah. Melalui informasi singkat
tersebut pembaca dapat dengan mudah mengidentifikasi esensi dari
sebuah karya ilmiah secara cepat dan akurat serta dapat dengan mudah
menentukan apakah akan meneruskan membaca karya ilmiah tersebut
secara keseluruhan atau tidak.
Bila dilihat dari sisi cara menyajikan informasi, abstrak dapat
diklasifikasikan atas abstrak informatif dan abstrak deskriptif. Abstrak
informatif merupakan ringkasan yang memuat hal-hal pokok dalam
sebuah karya ilmiah. Abstrak jenis ini banyak digunakan dalam penulisan
artikel pada jurnal ilmiah. Abstrak deskriptif dirancang untuk menunjukkan
subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah, sehingga mempermudah
calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca
seluruh karya tersebut atau tidak. Abstrak ini tidak dapat menggantikan
karya ilmiah yang utuh. Oleh karena itu, abstrak jenis ini biasanya
digunakan dalam publikasi berbentuk tinjauan materi, laporan seminar.
dan lain-lain.
Sementara itu menurut, Weisberg dan Buker dalam Gani (2019)
menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada intinya terdiri atas
6
lima hal penting, yakni: (1) latar belakang, (2) tujuan, (3) metode, (4) hasil,
dan (5) kesimpulan. Latar belakang yang dituliskan merupakan informasi
yang mendasari pelaksanaan penelitian secara singkat. Informasi yang
melatarbelakangi penelitian harus cukup selektif agar penulis tidak
terjebak dalam pemaparan yang berpanjang-panjang.
A. Tabel
B. Gambar
Gambar merupakan alat penyajian visual citra data yang tak dapat
digantikan dengan kata-kata. Istilah gambar mengacu pada foto, grafik,
diagram, bagan, dan gambar lainnya (Rifai, 1995, Tanjung & Ardial, 2005).
Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual yang dapat
dengan mudah dipahami. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk
membangun deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan
tertentu yang signifikan. Gambar juga dapat digunakan untuk menyajikan
data statistik berbentuk grafik. Supaya berfungsi sebagaimana
diharapkan, bagian-bagian gambar harus diberikan keterangan
seperlunya.
Dengan sendirinya penyiapan rincian gambarnya sendiri harus pula
memperhitungkan akibat proses pereduksian tersebut, yang mungkin
sampai 50% besarnya. Oleh karena itu ukuran yang umum dianjurkan
untuk menyiapkan gambar adalah sekitar 22,5 cm lebarnya sedang
tingginya bergantung pada keperluan tetap tidak melebihi 32,5 cm.
Berlainan dengan tabel yang judulnya ditempatkan di atas tabel
tersebut, gambar diberi pemeri (caption) dan keterangan (legend) yang
diletakkan di bawah atau di sampingnya. Pemeri merupakan
pengidentifikasi gambar dan biasanya disajikan bergaya seperti judul.
8
Gambar juga diberi nomor urut identifikasi.
Gambar (termasuk juga grafik) memanfaatkan kekuatan luar biasa
dari otak manusia untuk mengenali pola visual/spasial dan dengan cepat
mengubah fokus dari gambar besar ke detail kecil. Grafik digunakan untuk
analisis data dan untuk komunikasi data. Grafik sangat populer dalam
literatur ilmiah karena alasan sederhana bahwa mereka bekerja dengan
sangat baik. Kapan sebaiknya Anda menggunakan grafik dalam penyajian
data hasil penelitian Anda? Anda dapat menggunakan grafik ketika Anda
bertujuan untuk membuat perbandingan (seperti menampilkan tren), untuk
membantu penarikan kesimpulan berdasarkan sebab dan akibat (cause
and effect), serta untuk menceritakan sebuah kejadian atau setidaknya
menjadi bagian integral dari kejadian tersebut (Mack, 2018).
Beberapa pedoman penggunaan gambar dapat dikemukakan seperti
berikut (Mack, 2018; Tanjung & Ardial, 2005).
1. Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan di atasnya. Cara
penulisan judul gambar sama dengan penulisan judul tabel.
2. Gambar harus sederhana untuk dapat menyampaikan ide dengan
jelas dan dapat dipahami tanpa harus disertai penjelasan tekstual.
3. Gambar harus digunakan dengan hemat. Terlalu banyak gambar
dapat mengurangi nilai penyajian data.
4. Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus
ditempatkan pada halaman tersendiri.
5. Penyebutan adanya gambar sebaiknya mendahului gambar.
6. Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada
penomoran tabel.
7. Gambar diacu dengan menggunakan angka "gambar di atas" atau
"gambar di bawah".
8. Gunakan grafik batang (bar chart) hanya ketika Anda tidak dapat
menemukan opsi yang lebih baik.
9. Batang-batang yang berdampingan umumnya lebih baik untuk
perbandingan daripada batang-batang yang saling bertumpuk karena
dapat membuat data menjadi sulit ditafsirkan. Hal yang sama berlaku
untuk grafik garis (line chart).
10. Hindari semua efek tiga dimensi (3D), seperti penggunaan 3D dalam
gra batang karena hanya akan menyebabkan kebingungan dan
membuat tampak menjadi tidak jelas.
11. Grafik harus sesederhana mungkin, dan grafik seharusnya tidak lebih
kompleks dari data yang diwakilinya.
9
IV. PENUTUP
Dari pemaparan di atas, didapat sebuah kesimpulan ringkas bahwa
sebuah karya ilmiah harus memiliki judul. Yang dimaksud dengan judul
karya ilmiah adalah bagian dari karya ilmiah yang menginformasikan
tentang persoalan (isi) yang ditulis. Judul tulisan merupakan cerminan dari
permasalahan yang ditulis. Ketika melihat dan membaca judul sebuah
karya ilmiah, akan tergambarlah masalah yang ditulis (Gani, 2019). Peran
judul dalam menginformasikan tentang apa dan bagaimana sebuah karya
ilmiah sangat besar dan sangat penting. Pada setiap karya ilmiah akan
selalu tercantum identitas penulis yang menulis karya ilmiah tersebut. Identitas
penulis dimulai dengan penulisan nama. Penulisan nama ini diikuti oleh hal-hal
yang mengiringinya. Abstrak adalah bagian yang harus lebih diberi perhatian
husus. Dari sebuah abstrak, reviewer ataupun pembaca akan mampu
mendapatkan gambaran nyata dari penelitian yang telah dihasilkan. Orang
yang paham dengan karya ilmiah, biasanya akan membaca terlebih dahulu
abstrak dari karya tulis tersebut. Bila ia tertarik dengan abstrak itu, barulah ia
menelusuri tulisan tersebut secara teliti dan kritis sampai ia menemukan apa
yang dicarinya. Abstrak merupakan bagian karya ilmiah yang memuat saripati
atau inti dari karya ilmiah tersebut.
Penggunaan tabel pada penyajian data dapat dipandang sebagai salah
satu cara yang sistematis untuk menyajikan data statistik dalam kolom-kolom
dan lajur, sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel,
pembaca akan dapat memahami dan menafsirkan data secara cepat. Tabel
yang baik haruslah sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide. Gambar
merupakan alat penyajian visual citra data yang tak dapat digantikan dengan
kata-kata. Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, diagram, bagan, dan
gambar lainnya (Rifai, 1995, Tanjung & Ardial, 2005). Gambar dapat
menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual yang dapat dengan mudah
dipahami.
Demikian makalah singkat ini penulis sajikan. Tentunya masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyajian tulisan ini. Hal tersebut
membuka peluang bagi banyak pihak untuk menyempurnakan ilmu
pengetahuan yang akan diwariskan kepada teman-teman mahasiswa di
kemudian hari.
10