Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH


Makalah disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah IDIK4013

Disusun oleh:

Ari Fitriadi 857103708


Siti Rahmawati 857133954
Zahrotul Uyun 857104448

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD-S1)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
I. PENDAHULUAN

Pemilihan judul sebuah karya tulis ilmiah merupakan bagian yang


paling penting, karena judul adalah kalimat pertama yang dibaca oleh
pembaca ataupun oleh reviewer ketika mereka menyeleksi karya tulis
ilmiah dari penulis. Judul yang baik itu merefleksikan apa yang dibuat
pada karya tulis ilmiah tersebut. Terkadang judul yang diberikan tidak
sesuai dengan kandungan artikelnya. Ada juga judul yang diberikan
terkadang terlalu panjang, sehingga terkesan tidak efisien. Disisi lain
terkadang judul juga terlalu pendek dengan demikian tidak dapat
diprediksi apa yang ditulis dalam artikelnya. Sering juga dijumpai judul
yang tidak sesuai dengan isi karya ilmiah yang ditulis.
Setelah penulisan judul, akan dibahas bagaimana menulis abstrak
dengan benar. Abstrak adalah bagian kedua yang terpenting, karena
abstrak memberikan gambaran nyata keseluruhan karya ilmiah. Pada
abstrak terlihat adanya latar belakang, tujuan, metode hasil dan juga
kesimpulan dari karya ilmiah tersebut. Mengapa abstrak sangat penting
ditulis dengan benar, karena reviewer dan juga pembaca pertama sekali
akan membaca abstrak karya ilmiah untuk memastikan karya ilmiah
tersebut sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan atau tidak.
Pada makalah ini akan membahas dua pokok bahasan, yakni: (1)
teknik penulisan judul, penulis dan juga menulis abstrak; serta (2) teknik
penyajian data. Semoga dengan makalah ini, dapat memberikan
pengetahuan lebih kepada pembaca tentang karya ilmiah.

II. TEKNIK PENULISAN JUDUL, PENULIS DAN ABSTRAK

A. Judul

Sebuah karya ilmiah harus memiliki judul. Yang dimaksud dengan


judul karya ilmiah adalah bagian dari karya ilmiah yang
menginformasikan tentang persoalan (isi) yang ditulis. Judul tulisan
merupakan cerminan dari permasalahan yang ditulis. Ketika melihat
dan membaca judul sebuah karya ilmiah, akan tergambarlah masalah
yang ditulis (Gani, 2019). Melalui judul, bisa diprediksi bagaimana isi
karya ilmiah tersebut. Sebaliknya, ketika masalah karya ilmiah telah
dipilih dan ditetapkan, maka akan terbayanglah judul dari tulisan yang
akan ditulis tersebut. Judul inilah yang pertama kali dilihat dan dibaca
oleh pembaca karya ilmiah.
Peran judul dalam menginformasikan tentang apa dan bagaimana
sebuah karya ilmiah sangat besar dan sangat penting. Bisa dikatakan,
bahwa penguasaan seorang penulis terhadap masalah yang
2
ditulisnya, dapat dicermati berdasarkan rumusan judul dan penataan
judul yang dibuatnya.
Penulisan komponen judul karya ilmiah biasanya dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal berikut (Ganı, 2019, Rohman, 2018,
Sudjana, 2015, Wibowo, 2018).
1. Judul biasanya ditulis menggunakan ukuran huruf yang lebih besar
dibandingkan tubuh tulisan. Jenis huruf dan ukuran yang
digunakan berbeda-beda untuk setiap institusi dan penerbit.
2. Judul dapat dirumuskan dalam dua bentuk, yakni: (1) dalam bentuk
judul utama saja, dan (2) dalam bentuk judul utama dan subjudul.
3. Terdapat jarak antara judul dan subjudul. Untuk subjudul, maka
subjudul ditulis pada baris berikutnya, setelah tanda titik dua (:)
atau dalam kurung (…).
4. Posisi letak judul bisa di bagian tengah atas, lurus kanan, atau
lurus kiri. Posisi letak judul bisa di bagian tengah atas, lurus kanan
atau lurus kiri. Posisi letak ini tentu saja disesuaikan dengan gaya
selingkung dari masing-masing institusi atau penerbit.
5. Judul harus mencerminkan topik atau selaras dengan
permasalahan yang dibahas. Pada karya ilmiah antara judul
dengan topik harus saling mencerminkan Melalui judul akan bisa
direka-reka permasalahan yang akan dibahas dan melalui
permasalahan yang ditetapkan akan dapat diperkirakan judul
tulisan.
6. Jika karya ilmiah ditulis berdasarkan hasil suatu penelitian
(terutama untuk judul skripsi, tesis, dan disertasi), maka judul
tersebut harus mampu menggambarkan dua hal utama, yakni:
a. ruang lingkup permasalahan yang diteliti, dan
b. ruang lingkup prosedur pelaksanaan penelitian
7. Judul karya ilmiah harus dirumuskan secara jelas, tegas, dan
tuntas. Judul tidak boleh dirumuskan secara sembarangan.
Dengan kejelasan, ketegasan, dan ketuntasan tersebut sebuah
judul diharapkan tidak akan mengandung dan mengundang
kesalahan penafsiran.
8. Judul tidak boleh digarisbawahi dan tidak diberi tanda apa-apa
diakhirnya (misalnya tanda baca titik atau tanda tanya). Masing-
masing rumusan judul pada setiap baris harus utuh, jelas, dan
tidak ambigu.
9. Judul dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan
Pernyataan tersebut dapat berbentuk frasa atau klausa dan ditulis
dengan kata-kata yang utuh.
10. Pernyataan atau rumusan judul tidak boleh dilakukan secara
3
bombastis atau secara berlebih-lebihan. Karena karya ilmiah
berbeda dengan berita yang terkadang menggunakan judul
bombastis untuk mengundang pembaca.
11. Perhatikan panjang atau pendeknya judul tulisan. Panjang atau
pendeknya judul ini ditentukan oleh jumlah kata yang membangun
judul tersebut.
Untuk memilih kalimat yang tepat, tajam dan mengenai sasaran
dalam penulisan judul, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Panjang judul sebaiknya sekitar 15 kata. Sebagian besar Jurnal
Internasional memberikan aturan seperti ini. Hal ini dimaksudkan
agar judul yang ditulis tidak bertele-tele dan tepat sasaran.
2. Terlihat jelas Metoda dan Target penelitian
Ini adalah bagian yang perlu mendapat perhatian husus dari penulis.
Terkadang judul pada Tulisan ilmiah tidak memberikan arti pada bodi
tulisan yang ada pada karya tersebut. Untuk membuat pembaca
mengetahui langsung apa yang autor telah lakukan, disarankan agar
pada judul metoda dan target penelitiannya sudah tergambar jelas.
3. Hindari kata yang memperlihatkan seolah olah jumlah sampel yang
kecil
Judul sebuah karya tulis ilmiah disarankan untuk memberikan
informasi bahwa penelitian itu dapat memberikan sumbangan pada
ilmu pengetahuan bukan hanya pada bagian kecil objek tertentu saja.
Oleh sebab itu disarankan agar pada judul tidak terlihat jumlah
sampel data penelitian yang dilakukan.
4. Hindari kata yang berulang
Menghindari kata yang berulang adalah bagian yang terkadang
dilupakan oleh author. Hal ini adalah karena terkadang tanpa disadari
penulis telah menulis kata yang sama untuk penulisan judul.
Menghindari kata yang berulang ini memberikan makna bahwa autor
betul-betul memperhatikan segala aspek dari penelitian dan karya tulis
ilmiah yang mereka tulis. Kata yang berulang terkadang muncul pada
penulisan tempat (Kecamatan dan Kota yang sama), penulisan
metoda dan penulisan objek penelitian.

B. Penulis

Pada setiap karya ilmiah akan selalu tercantum identitas penulis yang
menulis karya ilmiah tersebut. Identitas penulis dimulai dengan penulisan
nama. Penulisan nama ini diikuti oleh hal-hal yang mengiringinya. Hal
yang mengiringi penulisan identitas penulis ini, antara lain nomor induk
mahasiswa atau afiliasi penulis (Gani. 2019).

4
Penulisan identitas penulis ini biasanya dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Gani, 2019).

1. Aspek identitas penulis wajib hukumnya pada setiap karya ilmiah


apapun. Hal ini juga berlaku pada karya tulis non-ilmiah Apa jadinya,
bila sebuah karya ilmiah diterbitkan dengan tidak mencantumkan
nama penulisnya. Penulis dari suatu karya ilmiah dapat terdiri atas
beberapa orang (dua orang atau lebih).
2. Sebaiknya, penulisan identitas penulis ini tidak didahului oleh kata
"Oleh". Pencantuman nama penulis sudah menyatakan bahwa karya
ilmiah itu ditulis oleh orang yang namanya dicantumkan pada karya
ilmiah yang berangkutan.
3. Identitas penulis ditulis di bagian tengah. Dalam kenyataannya,
penulisan komponen nama ini juga ada yang diletakkan setelah
lambang lembaga. Posisi letak komponen identitas (nama) penulis
yang demikian (sebelum atau setelah lambang lembaga) tidaklah
menjadi persoalan yang mendasar.
4. Pada karya ilmiah dalam bentuk makalah untuk seminar atau artikel
untuk jurnal, identitas (nama) penulis selalu diikuti oleh nama afiliasi
penulis. Afiliasi adalah nama institusi atau nama lembaga tempat
penulis bekerja ketika makalah tersebut dikirim kepada panitia
seminar atau kepada redaksi jurnal ilmiah.

C. Abstrak

Abstrak adalah bagian yang harus lebih diberi perhatian husus. Dari
sebuah abstrak, reviewer ataupun pembaca akan mampu mendapatkan
gambaran nyata dari penelitian yang telah dihasilkan. Karya ilmiah dalam
berbagai bentuk, seperti skripsi, tesis, disertasi, artikel atau makalah
seminar belum tentu akan langsung dibaca seluruhnya oleh seorang
pembaca. Orang yang paham dengan karya ilmiah, biasanya akan
membaca terlebih dahulu abstrak dari karya tulis tersebut. Bila ia tertarik
dengan abstrak itu, barulah ia menelusuri tulisan tersebut secara teliti
dan kritis sampai ia menemukan apa yang dicarinya. Abstrak merupakan
bagian karya ilmiah yang memuat saripati atau inti dari karya ilmiah
tersebut.
Untuk menghasilkan abstrak, perlu diperhatikan petunjuk penulisan
abstrak dari jurnal yang dituju, karena untuk masing-masing jurnal
terkadang memberikan petunjuk yang berbeda-beda. Terkadang sebuah
jurnal menetapkan panjang abstrak adalah 150-200 kata, terkadang

5
dibatasi maksimum 300 kata. Aturan aturan yang seperti ini perlu
diperhatikan sebelum menulis abstrak. Walau demikian, secara umum,
sebagian besar jurnal memberikan kriteria bahwa abstrak harus
memperlihatkan isi keseluruhan dari paper yang dibuat. Untuk itu abstrak
sebaiknya memenuhi hal yang berikut ini.
1. Latar belakang
2. Tujuan penelitian
3. Metodology
4. Hasil
5. Kesimpulan
Jika penelitian yang kita lakukan menghasilkan sebuah Novelty,
maka penulis perlu perlihatkan novelty (kalau memang ada) pada abstrak
tersebut dengan jelas.
Di dalam abstrak tidak dianjurkan untuk menulis kutipan dari penelitian
lain, juga tidak dianjurkan untuk menulis hasil penelitian lain. Abstrak
ditulis hanya seputar penelitian yang telah dilakukan, yaitu bagaimana
masalahnya, apa tujuannya, bagaimana caranya, apa hasilnya dan apa
kesimpulannya. Abstrak juga tidak dianjurkan ditulis lebih dari satu
paragraf.
Abstrak dapat dianggap sebagai karya ilmiah mini atau miniatur dari
sebuah karya ilmiah. Hal itu disebabkan karena abstrak hanya memuat
hal-hal yang bersifat substansi atau hal-hal yang esensi dari karya ilmiah.
Oleh sebab itu, abstrak sering juga didefinisikan sebagai informasi singkat
(a brief summary) dari sebuah karya tulis ilmiah. Melalui informasi singkat
tersebut pembaca dapat dengan mudah mengidentifikasi esensi dari
sebuah karya ilmiah secara cepat dan akurat serta dapat dengan mudah
menentukan apakah akan meneruskan membaca karya ilmiah tersebut
secara keseluruhan atau tidak.
Bila dilihat dari sisi cara menyajikan informasi, abstrak dapat
diklasifikasikan atas abstrak informatif dan abstrak deskriptif. Abstrak
informatif merupakan ringkasan yang memuat hal-hal pokok dalam
sebuah karya ilmiah. Abstrak jenis ini banyak digunakan dalam penulisan
artikel pada jurnal ilmiah. Abstrak deskriptif dirancang untuk menunjukkan
subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah, sehingga mempermudah
calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca
seluruh karya tersebut atau tidak. Abstrak ini tidak dapat menggantikan
karya ilmiah yang utuh. Oleh karena itu, abstrak jenis ini biasanya
digunakan dalam publikasi berbentuk tinjauan materi, laporan seminar.
dan lain-lain.
Sementara itu menurut, Weisberg dan Buker dalam Gani (2019)
menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada intinya terdiri atas
6
lima hal penting, yakni: (1) latar belakang, (2) tujuan, (3) metode, (4) hasil,
dan (5) kesimpulan. Latar belakang yang dituliskan merupakan informasi
yang mendasari pelaksanaan penelitian secara singkat. Informasi yang
melatarbelakangi penelitian harus cukup selektif agar penulis tidak
terjebak dalam pemaparan yang berpanjang-panjang.

III. TEKNIK PENYAJIAN DATA

A. Tabel

Penggunaan tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang


sistematis untuk menyajikan data statistik dalam kolom-kolom dan lajur,
sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel, pembaca
akan dapat memahami dan menafsirkan data secara cepat. Tabel yang
baik haruslah sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide.
Memasukkan terlalu banyak data dalam suatu tabel dapat mengurangi
nilai penyajian tabel. Lebih baik menggunakan banyak tabel daripada
menggunakan sedikit tabel yang isinya terlalu padat. Tabel yang baik
harus dapat menyampaikan ide dan hubungannya secara efektif. Jika
suatu tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), maka tabel harus
ditempatkan pada halaman tersendiri, dan jika tabel cukup pendek
(kurang dari setengah halaman) sebaiknya diintegrasikan dengan teks.
Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) dan
ditempatkan di atas tabel.
Jika tabel lebih dari satu halaman, maka bagian kepala tabel
(termasuk teksnya) harus diulang pada halaman selanjutnya. Akhir tabel
pada halaman pertama tidak perlu diberi garis horizontal. Pada halaman
berikutnya tuliskan Lanjutan Tabel pada tepi kiri. Hanya huruf pertama
kata tabel ditulis dengan menggunakan huruf besar. Kata "Tabel" ditulis di
pinggir, diikuti nomor dan judul tabel. Jika judul tabel lebih dari satu baris,
baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan huruf awal judul dengan
jarak satu spasi. Judul tabel tanpa diakhiri tanda titik.
Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan mengenai
nama akhir penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman tabel asli di
bawah tabel. Jika diperlukan catatan untuk menjelaskan butir-butir tertentu
yang terdapat dalam tabe maka gunakanlah simbol tertentu dan tulis
dalam bentuk superskrip. Catatan kaki untu tabel ditempatkan di bawah
tabel.
Setiap tabel harus dicantumkan sumbernya dengan jelas dan lengkap,
sumber ditulis di bawah tabel yang bersangkutan (Kisworo & Sofana,
2017). Tabel yang disajikan berupa daftar angka atau teks dalam kolom,
setiap kolom memiliki judul atau label.
7
Beberapa pedoman penggunaan tabel dapat dikemukakan sebagai
berikut (Gustavii, 2008; Rifai, 1995).
1. Isi tabel dapat berupa deskriptif atau deklaratif (membawa pesan).
Akan sangat membantu pembaca apabila isi tabel tercermin dalam
judul tabel.

2. Judul deklaratif digunakan untuk menunjukkan tren atau hubungan


yang dari data.
3. Jika data tabel mengarah kepada dua kesimpulan, penulis sebaiknya
mencoba membagi tabel menjadi dua tabel yang lebih kecil.
4. Untuk memudahkan penafsiran, penyajian data dalam kolom harus
rapi. Kalau angka yang disajikan menyangkut pecahan, tanda desimal
supaya diluruskan dalam kolomnya.
5. Karena bentuk tabel yang ringkas itu dimungkinkanlah untuk sekaligus
menyuguhkan sejumlah besar data dan informasi terinci secara
menyelurah dalam satu halaman.
6. Pemuatan tabel dengan memiringkan halaman juga tidak dianjurkan
sebab menyulitkan pembaca.
7. Setiap tabel harus diacu dalam teks, dengan jalan menyebutkan
nomor urut identifikasinya.

B. Gambar

Gambar merupakan alat penyajian visual citra data yang tak dapat
digantikan dengan kata-kata. Istilah gambar mengacu pada foto, grafik,
diagram, bagan, dan gambar lainnya (Rifai, 1995, Tanjung & Ardial, 2005).
Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual yang dapat
dengan mudah dipahami. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk
membangun deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan
tertentu yang signifikan. Gambar juga dapat digunakan untuk menyajikan
data statistik berbentuk grafik. Supaya berfungsi sebagaimana
diharapkan, bagian-bagian gambar harus diberikan keterangan
seperlunya.
Dengan sendirinya penyiapan rincian gambarnya sendiri harus pula
memperhitungkan akibat proses pereduksian tersebut, yang mungkin
sampai 50% besarnya. Oleh karena itu ukuran yang umum dianjurkan
untuk menyiapkan gambar adalah sekitar 22,5 cm lebarnya sedang
tingginya bergantung pada keperluan tetap tidak melebihi 32,5 cm.
Berlainan dengan tabel yang judulnya ditempatkan di atas tabel
tersebut, gambar diberi pemeri (caption) dan keterangan (legend) yang
diletakkan di bawah atau di sampingnya. Pemeri merupakan
pengidentifikasi gambar dan biasanya disajikan bergaya seperti judul.
8
Gambar juga diberi nomor urut identifikasi.
Gambar (termasuk juga grafik) memanfaatkan kekuatan luar biasa
dari otak manusia untuk mengenali pola visual/spasial dan dengan cepat
mengubah fokus dari gambar besar ke detail kecil. Grafik digunakan untuk
analisis data dan untuk komunikasi data. Grafik sangat populer dalam
literatur ilmiah karena alasan sederhana bahwa mereka bekerja dengan
sangat baik. Kapan sebaiknya Anda menggunakan grafik dalam penyajian
data hasil penelitian Anda? Anda dapat menggunakan grafik ketika Anda
bertujuan untuk membuat perbandingan (seperti menampilkan tren), untuk
membantu penarikan kesimpulan berdasarkan sebab dan akibat (cause
and effect), serta untuk menceritakan sebuah kejadian atau setidaknya
menjadi bagian integral dari kejadian tersebut (Mack, 2018).
Beberapa pedoman penggunaan gambar dapat dikemukakan seperti
berikut (Mack, 2018; Tanjung & Ardial, 2005).
1. Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan di atasnya. Cara
penulisan judul gambar sama dengan penulisan judul tabel.
2. Gambar harus sederhana untuk dapat menyampaikan ide dengan
jelas dan dapat dipahami tanpa harus disertai penjelasan tekstual.
3. Gambar harus digunakan dengan hemat. Terlalu banyak gambar
dapat mengurangi nilai penyajian data.
4. Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus
ditempatkan pada halaman tersendiri.
5. Penyebutan adanya gambar sebaiknya mendahului gambar.
6. Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada
penomoran tabel.
7. Gambar diacu dengan menggunakan angka "gambar di atas" atau
"gambar di bawah".
8. Gunakan grafik batang (bar chart) hanya ketika Anda tidak dapat
menemukan opsi yang lebih baik.
9. Batang-batang yang berdampingan umumnya lebih baik untuk
perbandingan daripada batang-batang yang saling bertumpuk karena
dapat membuat data menjadi sulit ditafsirkan. Hal yang sama berlaku
untuk grafik garis (line chart).
10. Hindari semua efek tiga dimensi (3D), seperti penggunaan 3D dalam
gra batang karena hanya akan menyebabkan kebingungan dan
membuat tampak menjadi tidak jelas.
11. Grafik harus sesederhana mungkin, dan grafik seharusnya tidak lebih
kompleks dari data yang diwakilinya.

9
IV. PENUTUP
Dari pemaparan di atas, didapat sebuah kesimpulan ringkas bahwa
sebuah karya ilmiah harus memiliki judul. Yang dimaksud dengan judul
karya ilmiah adalah bagian dari karya ilmiah yang menginformasikan
tentang persoalan (isi) yang ditulis. Judul tulisan merupakan cerminan dari
permasalahan yang ditulis. Ketika melihat dan membaca judul sebuah
karya ilmiah, akan tergambarlah masalah yang ditulis (Gani, 2019). Peran
judul dalam menginformasikan tentang apa dan bagaimana sebuah karya
ilmiah sangat besar dan sangat penting. Pada setiap karya ilmiah akan
selalu tercantum identitas penulis yang menulis karya ilmiah tersebut. Identitas
penulis dimulai dengan penulisan nama. Penulisan nama ini diikuti oleh hal-hal
yang mengiringinya. Abstrak adalah bagian yang harus lebih diberi perhatian
husus. Dari sebuah abstrak, reviewer ataupun pembaca akan mampu
mendapatkan gambaran nyata dari penelitian yang telah dihasilkan. Orang
yang paham dengan karya ilmiah, biasanya akan membaca terlebih dahulu
abstrak dari karya tulis tersebut. Bila ia tertarik dengan abstrak itu, barulah ia
menelusuri tulisan tersebut secara teliti dan kritis sampai ia menemukan apa
yang dicarinya. Abstrak merupakan bagian karya ilmiah yang memuat saripati
atau inti dari karya ilmiah tersebut.
Penggunaan tabel pada penyajian data dapat dipandang sebagai salah
satu cara yang sistematis untuk menyajikan data statistik dalam kolom-kolom
dan lajur, sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel,
pembaca akan dapat memahami dan menafsirkan data secara cepat. Tabel
yang baik haruslah sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide. Gambar
merupakan alat penyajian visual citra data yang tak dapat digantikan dengan
kata-kata. Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, diagram, bagan, dan
gambar lainnya (Rifai, 1995, Tanjung & Ardial, 2005). Gambar dapat
menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual yang dapat dengan mudah
dipahami.
Demikian makalah singkat ini penulis sajikan. Tentunya masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyajian tulisan ini. Hal tersebut
membuka peluang bagi banyak pihak untuk menyempurnakan ilmu
pengetahuan yang akan diwariskan kepada teman-teman mahasiswa di
kemudian hari.

10

Anda mungkin juga menyukai