Anda di halaman 1dari 24

Literasi Masa Kini

Desqiara Naftali R

mahasiswi UNPAM
Konten dari Pengguna
27 Desember 2021 17:31
·
Pernahkah Anda dimarahi seseorang saat browsing atau berkomentar di media sosial? Seperti "Sebelum
memposting komentar, perhatikan literasi terlebih dahulu"? Apa sebenarnya literasi itu?
ADVERTISEMENT
Literasi adalah istilah yang umum digunakan dalam dunia pendidikan untuk menyebut kemampuan
seseorang dalam membaca, menulis, dan berhitung sebagai solusi yang muncul dalam kehidupan kita
sehari-hari. Sederhananya, literasi adalah wawasan kita terhadap isu-isu yang dibahas. Lalu seberapa
penting literasi?
Pentingnya Literasi.
Menurut data UNESCO, minat baca Indonesia masih kecil, hanya sekitar 0,0001% saja. Dengan kata
lain, hanya satu dari 1.000 orang yang antusias membaca. Bayangkan jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia, ini cukup menyedihkan.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah melaksanakan berbagai program pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas minat baca sesegera mungkin. Salah satu contohnya adalah saat pandemi COVID-19. Untuk
menjaga kestabilan belajar, siswa diinstruksikan untuk belajar di rumah dan dapat terus belajar seperti
biasa. Sayangnya, proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Siswa semakin malas belajar karena tidak adanya pengawasan secara langsung. Pendidikan adalah
prioritas kesekian karena mereka lebih suka bermain mobile game dan menjelajahi media sosial. Menurut
mereka, literasi, atau pemahaman yang tidak mereka minati merupakan hal yang rumit dan tidak
menyenangkan. Sayangnya, mereka menganggapnya sepele, padahal literasi memegang peranan yang
sangat penting, terutama dalam bidang komunikasi.
Dampak dari Kurangnya Literasi.
Kurangnya literasi dapat menyebabkan orang salah memahami kalimat yang diucapkan. Memilih kata
atau diksi yang tidak cocok untuk interaksi bisa membuat kita sulit memahami apa yang ingin kita
sampaikan, atau bisa mengubah cara pandang orang lain. Oleh karena itu, informasi yang kita berikan
berbeda dengan informasi yang diterima orang lain.
Kurangnya literasi dapat menyebabkan masalah yang sangat serius, terutama ketika mengekspresikan
emosi di dunia maya. Sejumlah besar pengguna internet "menyerang" atau "menghakimi" berita yang
beredar tanpa mengetahui masalahnya secara jelas karena kurangnya literasi dan mengarah pada konflik.
Insiden seperti itu telah terjadi berkali-kali, dan bahkan akibat dari kesalahan ini dapat menyebabkan
depresi, dan beberapa bahkan dapat menyebabkan bunuh diri. Kita harus belajar dari pengalaman
beberapa idol di Korea Selatan. Salah satu contoh yaitu pada kasus Sulli. Ia adalah mantan anggota girl
group F (x) yang bunuh diri pada 14 Desember 2019. Insiden itu dimulai dengan komentar buruk atau
kebencian dari segelintir orang, diikuti dengan penistaan dan bahkan penghakiman.
Sulli pernah mengatakan bahwa penistaan yang sering dideritanya berdampak sangat buruk pada dirinya.
Bahkan, bukan hanya dirinya yang diserang, namun keluarganya juga menjadi korban serangan pengguna
internet. Pada saat dia meninggal, Sulli sudah menunjukkan gejala depresi lalu tidak lama ditemukan
bunuh diri.
Sulli telah menerima komentar buruk tidak hanya baru-baru ini, tetapi mungkin sudah sejak awal
debutnya. Keluarganya yang ikut menjadi sasaran komentar buruk pengguna internet, semakin
membuatnya tertekan. Selain itu, tampaknya Sulli juga memendam sendiri semua komentar buruk yang
diterimanya. Sehingga, keluarga dan orang terdekat disekitarnya terlambat untuk menolong karena tidak
mengetahui kondisi Sulli yang sebenarnya.
Bagaimana Menanganinya?
Menghindari kemalasan literasi sesegera mungkin merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak
negatif dari permasalahan literasi. Juga, sebelum berkomentar, Anda perlu meninjau semua informasi
terlebih dahulu untuk menghindari kesalahpahaman umum dan"serangan asal"akhir-akhir ini. Setiap
orang memiliki cara berpikir yang berbeda, jadi berhati-hatilah dengan orang-orang di sekitar Anda. Apa
yang kita anggap sederhana bukan berarti orang lain berpikiran sama. Terakhir, bijaklah dengan
penggunaan internet karena Anda bisa membunuh seseorang hanya dengan komentar yang anda berikan.
https://kumparan.com/desqiaranaf/literasi-masa-kini-1xB8pK3gSHM/full
Peran Literasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Era Milenial
Oleh : Annisa Ardhiana Eka Putri (Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab)
Berbicara mengenai literasi, rasanya asing sekali terdengar dikalangan masyarakat Indonesia. Apalagi
masyarakat Indonesia yang sebatas mengetahui literasi itu cukup dengan membaca buku saja. Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan literasi?
Dalam perkembangannya, literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman yang semakin pesat.
Pada masa jauh sebelum era milenial, arti kata literasi adalah “melek huruf” atau dapat diarrtikan
membaca dan menulis. Sedangkan sekarang, arti kata literasi adalah kemampuan untuk memahami,
melibatkan, menggunakan, menganalisis dan mengubah teks. Keseluruhan dari kata literasi tersebut akan
merujuk kepada kompotensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar membaca dan menulis.
Menurut UNESCO ”The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi
adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang
terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. UNESCO
menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar
sepanjang hayat. Ketika anda mendapatkan kesempatan yang lebih lama, jangan sia-siakan dengan tidak
belajar.
Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas sebuah individu, keluraga, dan
masyarakat karena sifatnya yang “multiple effect” atau dapat memberikan dampak yang sangat luas
seperti membentuk kepribadian yang menyenangkan, menciptakan suasana damai, memberantas
kemiskinan, dan terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Seseorang dapat dikatakan memiliki
kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan
menulis. Lalu, cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan kemampuan literasi yaitu melalui
pendidikan. “Knowledge is power”. Kutipan yang terkenal dari Francis Bacon tersebut mengungkapkan
pentingnya pendidikan bagi manusia. Sumber pokok kekuatan manusia adalah pengetahuan. Karena
tanpa pengetahuan, manusia tidak mampu melakukan olah cipta. Proses olah cipta terlaksana akibat
adanya aktivitas yang dinamakan Pendidikan. Pendidikan adalah sebuah pembeajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Kutipan dari Ki Hajar
Dewantara tersebut artinya memberi contoh, ditengah memberi semangat, dan di belakang memberikan
daya kekuatan. Kutipan tersebut memberi pengajaran bahwa pendidikan dan literasi sangatlah penting
dalam kehidupan kita. Kemajuan suatu negara tergantung pada pola pikir masyarakatnya. Contoh
singkatnya yaitu tingkat melek huruf di suatu negara. Hasil dari aktivitas literasi yaitu berupa tulisan.
Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan untuk generasi penerus bangsa. Selain
itu, tulisan juga merupakan bukti sejarah peradaban manusia yang berupa peristiwa, pengalaman,
pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang ada di masa lampau.
Pada era milenial seperti sekarang ini, khususnya di dunia pendidikan, tulisan sangat diperlukan. Buku-
buku pelajaran maupun buku bacaan merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca, proses
transformasi ilmu tidak akan berjalan. Hal ini membuktikan betapa pentingnya menulis dan membaca
bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya dan mendorong generasi muda untuk
membudayakan literasi.
Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui pembiasaan membaca
buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai merupakan pondasi bagi
keberlangsungan Gerakan Literasi Sekolah yang dirintis oleh Satria Darma untuk dijadikan program
nasional. Banyak sekali manfaat dari membaca buku, diantaranya yaitu mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang luas, mampu untuk memenuhi tuntutan intelektual, meningkatkan minat terhadap suatu
bidang, dan mampu meningkatkan konsentrasi. Akan tetapi, melihat hasil survey United Nations
Educational, Scientific, and Cultural (UNESCO) pada tahun 2011, indeks tingkat membaca masyarakat
Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang mau membaca
dengan serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam
penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Melihat rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, hal ini tentu akan berdampak pada rendahnya
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, kita
bisa memulainya dari sekolah. Selain itu, banyak juga komunitas literasi di kalangan mahasiswa yang
bisa menjadi patokan untuk mencapai tujuan. Berikut beberapa prinsip yang perlu diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, serta meningkatkan mutu pendidikan. Antara
lain: program literasi yang baik bersifat seimbang, program literasi berlangsung di semua kurikulum,
diskusi dan strategi bahasa sangat penting, membudayakan literasi sengan program 6M (Mengamati,
Mencipta, Mengomunisasikan, Mengekspresikan, Membukukan, dan Memamerkan).
Sebagai generasi penerus bangsa, kita kaum muda harus bisa berkarya dengan kemampuan dan
kreativitas yang kita miliki agar kita tidak ketinggalan dengan negara berkembang lainnya, kita harus bisa
menjadi pelopor penggerak kaum muda untuk berkreativitas dengan menjadikan literasi sebagai budaya
yang tidak kalah menyenangkan dari budaya luar negeri. Oleh karena itu, kita sebagai generasi milenial
jangan pernah berhenti berkarya dan berkontribusi dalam literasi. Baik literasi digital, media, sains, dan
lain sebagainya.
Daftar Pustaka
https://www.ia-education.com/2020/07/10/pentingnya-menanamkan-budaya-literasi-sebagai-upaya-
peningkatan-mutu-pendidikan/
https://kabardamai.id/pentingnya-budaya-literasi-untuk-generasi-muda/
https://m.kumparan.com/anitasilvi27/meningkatkan-minat-literasi-agar-menjadi-budaya-milenial-
indonesia-1v0Xlhuyuyz
BRIGHTLIVE: URGENSI LITERASI DI MASA KINI
 11 Oktober 2021
 Admin Web

 1749 Kali Dilihat

Jakarta, Iprahumas - Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas) bersama Bright Up Indonesia
melakukan LIVE Instagram pada Minggu (10/10) menghadirkan Pranata Humas Badan Riset dan Inovasi
Nasional Dyah Rachmawati Sugianto dan Ketua Bidang Diseminasi Iprahumas Indonesia Cely Julianti,
yang dipandu oleh Ari Kurnia Rakhman selaku Task Force Bright Up Indonesia.
Membuka sesi BRIGHTLIVE, Dyah menjelaskan bahwa secara mendasar literasi merupakan kegiatan
seseorang berkemampuan dalam membaca sebuah informasi. Namun, literasi menjadi sebuah hal yang
krusial, karena keberadaan literasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan
demokrasi.
“Sederhananya, literasi adalah kemampuan membaca dan ujungnya adalah untuk kesejahteraan sosial,”
ujar Dyah.
Cely menambahkan bahwa literasi adalah kemampuan berkomunikasi dalam menyampaikan sebuah
gagasan. Tetapi, kegiatan literasi tidak terhenti sampai menulis dan membaca saja.
Cely mengatakan bahwa hasil dari literasi perlu dibagikan bagi publik.
“Literasi dituangkan dalam sebuah pesan dan nantinya disampaikan kepada orang lain sehingga orang
lain mengetahui pesan dibalik literasi tersebut,” imbuhnya.
Perkembangan literasi komunikasi saat ini beriringan dengan kemajuan teknologi sehingga masyarakat
lebih mudah mendapatkan informasi dari internet. Hal ini mengakibatkan publik perlu membawa dirinya
masuk ke dalam arus perkembangan tersebut.
Cely melihat pola pikir generasi milenial masa kini sudah cukup memahami literasi meskipun belum
maksimal.
“Rata-rata generasi muda sekarang sudah cukup memahami mengenai literasi komunikasi. Intinya kita
perlu mengembangkan lagi literasi itu ke generasi muda menggunakan platform modern,” kata Cely.
Dari perspektifnya sebagai dosen komunikasi, Dyah melihat masih banyak yang belum paham tentang
pentingnya literasi. Hal ini berkaitan dengan keragaman latar belakang si mahasiswa tersebut.
Bahkan Dyah melihat banyaknya mahasiswa yang telah melakukan literasi komunikasi setiap harinya
tetapi tidak sadar bahwa terselip ilmu di dalamnya.
Harapan Dyah agar para penggerak pendidikan memberikan bimbingan mengenai ilmu dan konsep
literasi secara mendalam. Dampak dari kurang memahaminya literasi komunikasi, Cely melihat adanya
krisis informasi sebagai efek yang paling krusial.
“Kita akan menemui banyak kesulitan dan yang paling fatal adalah ketinggalan informasi atau dengan
kata lain kita dianggap kudet (kurang update),” ucap Cely.
Cely juga mengungkapkan bahwa literasi komunikasi itu bisa dimulai sejak usia dini, karena bisa
membentuk pola berpikir dan berkomunikasi yang baik bagi lingkungan sekitar, menumbuhkan
kreativitas berpikir dan kemampuan public speaking yang baik nantinya.
Mencapai pemahaman literasi yang ideal, Dyah mencirikan bahwa seseorang untuk berada pada tahapan
tersebut, dirinya harus terus mau belajar mendalami literasi tersebut dengan waktu yang tidak dapat
ditentukan.
“Literasi ini tidak akan pernah habis karena ilmunya yang begitu luas. Idealnya sampai kapan adalah
harus terus mau belajar. Proses menganalisis, memahami, dan membagikan kepada orang lain, ini adalah
seperti rantai yang tidak pernah putus,” jelas Dyah.
https://iprahumas.id/detailpost/brightlive-urgensi-literasi-di-masa-kini
Literasi, apa sih maknanya di jaman sekarang ini?
admin16 November 2020
5,042 1 minute read
Share
Facebook Twitter Share via Email Print
Literasi, adalah kata-kata yang sudah sedemikian familier dengan kehidupan sehari-hari. Secara
gambaran awal yang paling mudah dipahami, literasi adalah proses berkaitan dengan baca dan tulis.
Bahkan sering dianalogikan dengan kegemaran membaca. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan
literasi , alias “literacy” dalam bahasa asing?? Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah
dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya,
definisi atau pemaknaan literasi selalu berubah dan berkembang sesuai dengan tantangan zaman. Jika
dulu definisi literasi hanya merujuk pada kemampuan membaca dan menulis, saat ini, istilah literasi
sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Bahkan, sudah merambah pada area yang lebih luas,
mencakup hingga persoalan sosial dan politik.
Definisi baru dari literasi masa kini menunjukkan sebuah arah baru dalam upaya memaknai literasi dan
pembelajaran nya. Seiring dengan berkembangnya teknologi dengan beragam kecanggihannya, ungkapan
literasi sekarang memiliki banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi
sekolah, dan lain sebagainya. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari
sekedar kemampuan membaca dan menulis.
Dan secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana artinya
adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi memang sangat berhubungan dengan proses membaca
dan menulis.

Literasi sendiri punya beberapa tujuan. Antara lain :


 Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi
bermanfaat.
 Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi
yang dibaca.
 Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis.
 Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang.
 Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.
 Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas.
 Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Nah, sudah makin paham kan, literasi itu apa?
–nd–

Literasi dan Generasi Masa Kini


Oleh
BantenNews.co.id
-
Rabu 21 Okt 2020, 07:05 WIB

Ilustrasi - foto istimewa


Oleh : Puji Lestari, Mahasiswa
Berbicara tentang generasi masa kini, mungkin kita hanya akrab dengan sebutan Generasi Milenial saja.
Tapi, di bawah Generasi Milenial masih ada lho yang namanya Generasi Z atau Zomer dan juga Generasi
Alpha. Secara umum, Generasi Milenial adalah generasi yang kira-kira lahir pada tahun 1981 – 1995.
Lalu, Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1995 hingga awal tahun 2010-an.
Terakhir, Generasi Alpha, generasi ini merupakan nama generasi bagi mereka yang lahir pada abad 21,
atau sekitar tahun 2010-an hingga saat ini.
Dimulai sejak Generasi Milenial, perangkat keras seperti komputer, smartphones, gadget, video games,
dan juga internet, sudah mulai booming, lalu berlanjut hingga sekarang. Semakin zaman berkembang,
semakin berkembang pula peran digital di dunia ini. Generasi Z sendiri bahkan disebut pula sebagai
generasi pertama yang ‘terlahir digital’, lalu untuk Generasi Alpha merupakan generasi yang sudah
sangat akrab dengan teknologi digital.
Semakin meningkatnya intensitas penggunaan teknologi digital, semakin berkurang pula minat literasi
bagi generasi masa kini. Karena, banyak sekali generasi masa kini yang lebih memilih video games dan
juga console games dibanding membaca.
Padahal pada kenyataannya, menurut data UNESCO pada 2016, minat baca masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan, hanya 0,001%. Yang mana artinya hanya ada 1 orang yang rajin membaca dari 1.000
orang Indonesia.
Bahkan, Indonesia sendiri berada di peringkat 60 dari 61 negara. Hanya 1 tingkat di atas peringkat
terendah. Namun, akhirnya pada tahun 2018, berdasar pada hasil survei World Culture Index Score 2018,
kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat secara signifikan. Indonesia menempati urutan ke-
17 dari total 30 negara.
Sudah menjadi sebuah keharusan, informasi dan teknologi yang semakin berkembang diimbangi dengan
minat baca yang semakin berkembang pula. Terlebih sekarang ini semua sudah lebih praktis. Kita tak
perlu membawa buku-buku bacaan yang berat dan tebal jika ingin membaca, cukup unduh saja buku
digital (e-book) pada smartphone masing-masing. Bahkan, ketika kita ingin meminjam sebuah buku di
perpustakaan nasional misalnya, kita tak lagi perlu untuk datang langsung.
Unduh saja aplikasi perpusnas di gawai dan kamu bisa meminjam buku-buku yang ada dengan versi
digital. Semuanya sudah sangat mudah memang di zaman yang serba canggih ini, namun, tetap hati-hati,
jangan sampai kita sendiri yang dikendalikan oleh teknologi.
Pada zaman era digital seperti sekarang ini, literasi menjadi tantangan tersendiri bagi para generasi muda.
Di mana literasi bukan lagi hanya sekadar kegiatan membaca sebuah buku, namun lebih mengarah
kepada literasi media, yang mana cakupannya juga sudah menjadi lebih luas bahkan sangat luas.
Tantangan yang cukup berarti bagi Generasi Masa Kini dalam era literasi digital adalah diujinya
kemampuan mereka dalam meyerap informasi dalam arti yang sebenarnya.
Seperti yang kita ketahui, pada saat ini, arus informasi penyebarannya semakin pesat, semakin cepat,
yang mana artinya pesat pula penyebaran informasi yang belum tentu benar adanya (hoax). Jika dilihat
dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa yang menjadi tantangan utamanya adalah kemampuan para
generasi muda, generasi masa kini, untuk dapat memahami maskud dari semua informasi yang
didapatkan.
Tentu saja dengan melakukan peninjauan terhadap informasi tersebut dan tidak ditelan mentah-mentah
begitu saja. Jika dibandingkan dengan menulis atau membaca, memahami dan mengerti memang lebih
sulit ‘kan.
Pada saat ini, terlebih di masa pandemi seperti sekarang. Membaca dan menulis menjadi sebuah kegiatan
yang digemari oleh para generasi masa kini. Bisa dilihat dari banyaknya penulis-penulis baru dari
Generasi Z yang bermunculan dengan karya-karya yang luar biasa bagusnya, yang akhirnya menarik
minat para Generasi Z untuk mulai membaca, membaca dan membaca. Sebagai contoh, kita bisa ambil
penulis dengan nama pena Rintiksedu.
Rintiksedu sendiri merupakan sebuah penulis yang bisa dikategorikan sebagai penulis baru, namun,
memiliki pembaca yang jumlahnya lebih dari 2.000.000 orang. Bukankah hal tersebut merupakan hal
yang luar biasa? Dengan satu orang penulis dan jutaan pembaca, tentu kita mampu untuk menaikkan
peringkat Indonesia dalam hal literasi. Itu hanya dari satu penulis, bagaimana dengan penulis-penulis lain
juga para pembacanya? Tentu kita bisa mendobrak lagi peringkat literasi negara kita ini.
Seperti yang sudah saya katakan di atas. Tantangan literasi bagi kita para generasi masa kini bukan hanya
tentang membaca dan menulis. Tetapi, tentang, bagaimana kemampuan kita dalam memilih serta
memilah seluruh informasi yang kita dapatkan agar kita tidak terbawa oleh berita-berita bohong.
Kita perlu untuk melek dan membuka mata dalam hal literasi teknologi. Karena, jika kita tidak mampu
melek dalam hal tersebut, maka akan sangat mudah kita dikuasai, diakali oleh teknologi. Jadi, berhati-
hati. Jangan sampai kita yang dikuasai oleh yang namanya teknologi.
(***)
Senin, 21 Agustus 2023 20:31 WIB
 Analisis

 Topik Utama
Pendidikan Literasi Masa Kini dan Kehadiran AI
Masyarakat masih menganggap aktivitas membaca hanyalah sebatas kegiatan menghabiskan waktu,
bukan untuk mengisi waktu dengan sengaja. Artinya aktivitas membaca belum menjadi kebiasaan, akan
tetapi lebih kepada kegiatan iseng semata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Problematika literasi di sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di kalangan murid-murid sekolah
- kebetulan saya telah lama berkecimpung sebagai praktisi di dunia pendidikan – menurut saya sangat
perlu diperhatikan oleh berbagai kalangan.
Sebagai pelatih / trainer guru dan konsultan pendidikan, saya banyak berdialog dengan para guru sekolah,
mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Di antara hal yang membuat saya agak
terkejut adalah, keluhan para guru yang rata-rata sama tentang kemampuan literasi murid-murid mereka.
Indikator masalah literasi di berbagai jenjang tentu berbeda. Pada murid sekolah dasar, umumnya
keluhan seputar ketidakmampuan membaca, ketidak mampuan menulis dengan baik dan lemahnya daya
baca.
IKLAN
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
Kemudian di jenjang sekolah menengah, masalah literasi diceritakan pada kondisi lemahnya daya baca
para murid. Mereka amat sulit memahami wacana dalam teks pembelajaran secara baik. Juga mereka
masih banyak mengalami kesulitan untuk menuangkan gagasan atau pikirannya dalam bentuk tulisan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada
tahun 2011 menempatkan Indonesia dalam kategori rendah. PIRLS melakukan kajian terhadap 45 negara
maju dan berkembang dalam bidang membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di
bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA)
dan memperoleh hasil yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 42.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Students Assessment (PISA)
tahun 2012, Indonesia menempati urutan 71 dari 72 negara. Sedangkan PISA tahun 2015 menempatkan
Indonesia pada peringkat 64 dari 72 negara.
Fakta tersebut didukung juga oleh survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai minat
membaca dan menonton anak-anak Indonesia yang terakhir kali dilakukan pada tahun 2012. Hasil BPS
tersebut menyatakan bahwa hanya 17,66% anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca, sedangkan
yang memiliki minat menonton mencapai 91,67%.
Penting untuk digarisbawahi di sini, bahwa masyarakat hingga saat ini masih menganggap aktivitas
membaca hanyalah sebatas kegiatan untuk menghabiskan waktu (to kill time), bukan kegiatan untuk
mengisi waktu (to full time) dengan sengaja. Artinya aktivitas membaca belum menjadi kebiasaan
(habbit) akan tetapi lebih kepada kegiatan ’iseng’ semata.
Lebih ironi, aktifitas membaca di sekolah adalah kegiatan khusus dalam bidang pelajaran tertentu. Bukan
menjadi sebuah budaya warga sekolah atau lebih khusus lagi budaya guru.
Jadi perkembangan konsep pendidikan literasi di kebanyakan sekolah-sekolah kita adalah aktifitas baca
tulis. Dan pada saat kemampuan baca tulis tersebut belum maksimal, maka problem literasi di sekolah
muncul.
Pada masa kini, jika kita ingin membicarakan literasi, justru perkembangannya sudah melampaui hampir
sebagian besar pandangan para guru dan orang tua di sekolah atau di rumah. Literasi mencakup berbagai
keterampilan di luar kemampuan baca tulis. Salah satunya adalah literasi digital.
Transformasi kemampuan literasi dalam perkembangan teknologi digital

Memasuki era digital, kemampun literasi kini mengalami perkembangan yang lebih kompleks lagi.
UNESCO sebelum ini telah mengembangkan definisi literasi kepada definisi:
Literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, mencipta, berkomunikasi,
dan berhitung menggunakan bahan cetak dan tulisan yang terkait dengan berbagai konteks. Literasi
melibatkan rangkaian pembelajaran yang memungkinkan individu untuk mencapai tujuannya,
mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam komunitas dan masyarakat
yang lebih luas (UNESCO 2005).
Dalam beberapa kesempatan ketika saya memberi pelatihan untuk guru, perbincangan tentang literasi
masih terkonsentrasi kepada permasalahan baca tulis teks buku pelajaran. Di sisi lain, teknologi digital
perlahan memberikan “ruang khusus” untuk anak-anak berinteraksi secara langsung, dan saya katakan
mereka sesungguhnya sudah melangkah kepada permasalahan definisi literasi di zamannya, di wilayah
yang akses alat komunikasi digital menjadi mudah, bukan definisi literasi zaman kakek nenek atau orang
tua guru mereka. Bukan pula kondisi di suatu negara dengan kondisi sosial ekonomi jauh di bawah rata-
rata.
Merujuk kepada informasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95
persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.
Kemudian direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) ,
Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan
Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.
Namun fakta lain menunjukkan bahwa pada tahun 2020 lalu, Micosoft melalui survei Digital Civility
Index (DCI) menyebutkan sejumlah negara memiliki tingkat kesopanan rendah terutama dalam bermedia
sosial. Indoensia berada di urutan ke-4 negara paling tidak beradab dalam bermedia sosial. Indonesia
mendapatkan skor DCI sama seperti Meksiko yaitu 76 poin. Angka tersebut membuat Indonesia sebagai
negara paling tidak sopan di Asia Tenggara.
Mengapa seperti itu?
Itu artinya kemampuan dalam mengakses atau menggunakan media digital termasuk media sosial tidak
menunjukkan kemampuan dalam berinteraksi secara baik, bertanggungjawab dan memahami (melek)
komunikasi digital.
Di situ saya melihat ada kesenjangan antara kemampuan baca tulis dan kemampuan berpikir kritis yang
dibutuhkan dalam transformasi kemampuan literasi di era teknologi digital ini.
Pendidikan literasi digital dan kehadiran AI
Ketika kecerdasan buatan – Artificial Intelligence (AI) dikenal banyak dalam berbagai platform digital.
Diskursus tentang literasi jadi meluas dan bertambah kompleks.
Kecerdasan buatan (AI) pertama kali didefinisikan sebagai "ilmu dan teknik pembuatan mesin cerdas"
pada tahun 1956 (McCarthy, 2007). Selama beberapa dekade abad ke-20, AI telah berkembang secara
progresif menjadi mesin cerdas dan algoritme yang dapat bernalar dan beradaptasi berdasarkan
seperangkat aturan dan lingkungan yang meniru kecerdasan manusia (McCarthy, 2007). Wang (2019)
memperluas definisi AI yang dapat melakukan tugas-tugas kognitif terutama pembelajaran dan
pemecahan masalah dengan inovasi teknologi yang menarik seperti pembelajaran mesin, pemrosesan
bahasa alami, dan jaringan saraf (Zawacki-Richter, Marín, Bond, & Gouverneur, 2019) .
UNESCO mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk ketenagakerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini
mencakup keterampilan seperti literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, dan khususnya kaum muda, untuk mengadopsi pola pikir
kritis saat terlibat dengan teknologi informasi dan digital, dan untuk membangun ketahanan mereka
dalam menghadapi disinformasi, ujaran kebencian dan ekstremisme kekerasan.
Maka melek digital adalah syarat mutlak untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi berbasis AI.
Dari sini, yang perlu didorong dalam proses pengingkatan dan transformasi pendidikan literasi dengan
kehadiran AI adalah bagaimana aktifitas penguatan literasi digital dilaksanakan dengan pendekatan
instruksional dan juga melalui budaya melek digital.
Pendidikan literasi, mulai dari proses pendidikan formal di sekolah harus diperluas dan diperkaya dengan
pengembangan wawasan informasi berbasis digital. Kegiatan belajar perlu diintegrasikan dengan
berbagai platform digital berbasis AI. Dengan demikian, pendidikan literasi di era sekarang akan
komprehensif dan kontekstual. Transformasi pendidikan literasi di masyarakat akan berjalan dan siap
beradaptasi dengan kehadiran AI.

=====
Referensi tulisan:
1. https://www.unesco.org/en/literacy
2. https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP/article/view/8851/pdf
3. https://open.library.okstate.edu/learninginthedigitalage/chapter/literacy_in_the_digital_age/
#:~:text=digital%20literacy%20generally%20refers%20to,evaluate%2C%20create%20and
%20communicate%20information.
4. https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker
5. https://katadata.co.id/agung/berita/628ae6c1af9fc/10-negara-paling-tidak-sopan-indonesia-salah-
satunya
6. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666920X21000357
7. https://www.unesco.org/en/literacy/need-know#:~:text=Literacy%20is%20a%20continuum
%20of,well%20as%20job%2Dspecific%20skills
Literasi Generasi Muda, Pentingkah?
16 September 2022 |Artikel
Indonesia | English
Pengertian dan Peran Penting Literasi Bagi Generasi Muda

Apa arti literasi? Ketika pertama kali mendengar kata literasi, mungkin ini pertanyaan yang akan
diungkapkan. Lebih-lebih jika melihat sekarang ini Ujian Nasional sudah tidak ada serta diubah menjadi
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), dimana ada komponen literasi di dalamnya.
Tentu akan semakin banyak orang yang ingin mengetahui arti dari literasi. Mengingat, di dalam
sistem Asesmen Kompetensi Minimum, literasi menjadi parameter penilaian terhadap siswa serta sistem
belajar yang diberikan guru di kelas.

Pengertian Literasi
Bila dilihat secara sederhana, literasi adalah kemampuan untuk membaca serta menulis. Membaca bisa
diartikan sebagai sebuah proses menerjemahkan lambang bahasa sampai diproses menjadi sebuah
pengertian.
Dengan perkembangannya, pemaknaan terhadap kemampuan literasi menjadi semakin luas. Bahkan, di
negara kita kemampuan ini jauh lebih populer bila dibandingkan dengan kemahirwacanaan,
keberaksaraan dan lainnya.
Sehingga, bukan hanya kata, tetapi menjadi gerakan untuk pegiat pendidikan, baik di sektor formal atau
sektor informal. Sayangnya, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Progress in International
Reading Literacy Study, prestasi membaca siswa kelas 4 di Indonesia berada di posisi 41 dari 45 negara
yang menjadi peserta.
Selain itu, pada tahun 2012 lalu, UNESCO menunjukkan data statistik yang menyebut bila indeks
minat baca yang berada di Indonesia berada di angka 0,001 sehingga dalam 1000 orang, hanya ada 1
orang saja yang mempunyai minat tersebut.
Sebenarnya, mengapa pemaknaan dari kata ini semakin lama menjadi semakin berkembang? Bahkan,
hingga kemampuannya juga difokuskan menjadi parameter penilaian pada peserta didik dan guru.

Hal ini disebabkan karena munculnya kesadaran mengenai kemajuan serta masa depan bangsa.
Mengingat, kebiasaan baik ini menjadi faktor yang mendukung sebuah bangsa dengan masyarakat yang
maju dan unggul.
Kemudian, masyarakat serta pemerintah Indonesia semakin lama menjadi semakin sadar jika kemajuan
serta keunggulan individu masyarakat serta bangsa ditentukan dengan adanya tradisi serta budaya yang
baik.
Terakhir, terdapat faktor pendukung yang berasal dari komunitas dan peduli serta memiliki semangat agar
bisa menyebarluaskan kegiatan, budaya dan tradisi membaca di lingkungan masyarakat serta lingkungan.

Tujuan Literasi
Sebagai sebuah hal baik, tentu saja kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

1. Dengan melakukannya, tingkat pemahaman seseorang untuk mengambil kesimpulan serta


informasi yang diterima akan menjadi semakin baik
2. Dapat membantu orang berpikir dengan lebih kritis, tidak cepat bereaksi (impulsif)
3. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan membaca
4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan nilai budi pekerti seseorang

Jenis-jenis Literasi
Selain memiliki tujuan, kebiasaan baik ini juga memiliki jenisnya tersendiri, antara lain:

 Literasi Media
Literasi yang pertama adalah media. Media merupakan kemampuan seseorang untuk memahami
sejumlah bentuk media. Tidak hanya memahami bentuk media, kemampuan ini juga bisa membuat
seseorang menyerap informasi yang disampaikan media, sehingga bisa memilih mana yang baik serta
buruk.

 Literasi Dasar
Untuk literasi dasar, merupakan kemampuan dasar dalam membaca, mendengarkan, menulis dan
berhitung. Tujuannya ialah mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membaca,
berhitung, menulis serta berkomunikasi dengan sesama.

 Literasi Teknologi
Literasi ini merupakan kemampuan untuk mengetahui dan memahami berbagai hal yang erat kaitannya
dengan teknologi seperti hardware dan software. Bukan hanya itu, dapat memahami serta menggunakan
internet yang baik dan benar sekaligus etika dalam menggunakan teknologi.

 Literasi Perpustakaan
Literasi ini merupakan kemampuan untuk memahami serta membedakan karya tulis yang memiliki
bentuk fiksi dan non fiksi. Selain itu, juga memahami cara menggunakan katalog serta indeks, dan
kemampuan memahami informasi saat membuat sebuah karya tulis maupun karya ilmiah.

 Literasi Visual
Terakhir adalah literasi visual. Visual merupakan pemahaman yang lebih dalam untuk menangkap dan
mengimplementasi sebuah makna dari informasi yang memiliki bentuk gambar atau visual. Literasi ini
ada karena muncul pemikiran bila sebuah gambar bisa dibaca dan memiliki makna, artinya dapat
dikomunikasikan dari proses membaca.

Pentingnya Literasi untuk Generasi Muda


Bagi generasi Z, tentu saja kebiasaan baik ini memiliki peran penting, antara lain:

 Membentuk Generasi yang Kreatif


Dengan adanya kebiasaan baik ini, dapat membentuk generasi yang cerdas, kreatif, inspiratif, dan
inovatif. Bahkan dapat memberi kemampuan pada SDM yang bisa membangun prestasi bangsa.
Generasi Z diharapkan mempunyai inovasi dan kreativitas yang tinggi, sehingga dapat membangun
kehidupan bangsa serta negara lebih maju.

 Membentuk Manusia Berkarakter


Dengan adanya kebiasaan baik ini, dapat membentuk generasi yang berbudaya dan berkarakter.
Kebiasaan ini menjadi awal penciptaan generasi yang berbudaya. Bahkan, dengan mengkaji pentingnya
kebiasaan ini, minat ini harus diterapkan ketika generasi muda berada di pendidikan dasar.
Harapannya, agar generasi ini semakin “melek” pada kebiasaan baik ini serta mewujudkan sumber daya
manusia yang bertoleransi, jujur, religious serta bisa diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.

 Selektif, Bijak dan Bertanggung Jawab


Kebiasaan baik ini juga membuat generasi jauh lebih selektif, bijak serta bertanggung jawab
menggunakan sejumlah teknologi. Bila semakin banyak generasi yang mengerti budaya dan peradaban,
semakin banyak pula yang memanfaatkan teknologi secara bijak, bertanggung jawab dan selektif.
Kebiasaan baik ini menjadi sebuah benteng untuk masyarakat sehingga lebih kritis dengan berbagai
persoalan serta bisa memilah isi serta informasi yang berada di dalam media. Bahkan, bisa menentukan
informasi mana saja yang diperlukan dari media.
Kebiasaan baik ini begitu diperlukan di tengah kejenuhan informasi, serta tingginya berbagai masalah
yang mengepung kehidupan masyarakat pada era digital.

Manfaat Literasi Bagi Generasi Muda


Setelah mengetahui peran pentingnya, berikutnya adalah manfaat. Kebiasaan baik ini tentu saja memiliki
manfaat tersendiri, seperti:

 Menambah Wawasan Pengetahuan


Dengan melakukan kebiasaan baik ini, generasi muda akan memperoleh wawasan pengetahuan dan
mendapatkan informasi dari berbagai sumber bacaan. Di berbagai literatur tidak sedikit informasi yang
diperoleh sehingga bisa menambah pengetahuan dan wawasan.

 Meningkatkan Kemampuan Berpikir


Bukan hanya itu, membaca juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir serta analisis seseorang.
Bahkan, seseorang dapat berpikir lebih baik.

 Meningkatkan Kemampuan Interpersonal


Kemampuan interpersonal seseorang juga akan semakin meningkat menjadi lebih baik ke depannya.
Dengan mengetahui peran penting di lingkungan sosial, kita bisa menjadi individu yang jauh lebih bijak
serta efektif menggunakan media sosial.

Cara Menumbuhkan Minat


Agar bisa menumbuhkan minat melakukan kebiasaan baik ini, kita harus memulai dari diri sendiri, agar
menyadari pentingnya memperbanyak bacaan. Bukan hanya bagi siswa serta pelajar. kamu dapat
menetapkan tujuan untuk membaca, agar memiliki minat baca lebih baik.
Selain itu, tanamkan di dalam diri mengenai pentingnya kebiasaan membaca. Dengan menanamkan
keyakinan tersebut, seseorang bukan hanya sekadar membaca agar bisa memenuhi kewajiban, tetapi akan
menjadi aktivitas yang tidak dapat ditinggalkan.
Akhirnya, semakin lama kebiasaan akan menjadi semakin meningkat. Tentu saja dampak baiknya bisa
membuat kualitas SDM semakin meningkat. Seseorang yang menyukai aktivitas membaca akan
memperoleh sejumlah kosakata dan ilmu pengetahuan baru.
Menumbuhkan kebiasaan literasi tentu menjadi hal yang tidak mudah. Tetapi, pasti akan menjadi lebih
baik dan mudah bila hal tersebut dimulai dari kita sendiri terlebih dahulu.
Pentingnya Literasi Digital di Masa Kini
Pendidikan
literasi
Dec 2021
1/1
Dec 2021
Dec '21
(Sumber : digitalbisa.id)
Perkembangan teknologi yang begitu cepat, menuntut kita untuk terus mengikutinya. Adanya revolusi
industri 4.0 maka secara tidak langsung semua bidang dituntut dengan kecepatan yang dikendalikan oleh
internet. Hadirnya revolusi industri 4.0 hampir semua aktivitas terhubung dengan koneksi internet
dimana teknologi menjadi basis data dan dasar kehidupan manusia. Sehingga, hal ini berdampak pada
berlimpahnya sumber informasi yang mudah sekali untuk diakses dengan tidak terbatas. Saat ini, semua
bidang kehidupan masa kini juga memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut, salah satunya
menggunakan gadget. Karena dengan gadget, kita bisa melakukan hal apapun tanpa harus pergi kemana-
mana. Cukup tekan-tekan saja, kita bisa mengakses banyak informasi bahkan kita juga bisa
berkomunikasi dengan banyak orang di luar sana dimanapun mereka berada dengan cara mudah. Namun,
tak sedikit anak-anak zaman sekarang memiliki gadget hanya karena ingin mengikuti trend saja. Mereka
hanya ikut-ikutan agar tidak ketinggalan zaman tanpa memperhatikan apa sebenarnya
manfaat gadget bagi kehidupan. Oleh karena itu, konsep literasi digital perlu diajarkan agar mereka tetap
terarah dalam dunia teknologi ini. Sebelum itu, mari kita mengenal lebih dalam mengenai literasi digital.
Literasi Digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat
komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina
komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. (Wikipedia, 2021). Dengan adanya literasi digital,
maka seseorang mampu untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lancar dan
dapat berkolaborasi dengan banyak orang. Selain itu, tujuan dari literasi digital adalah untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia khususnya di Indonesia secara kognitif agar skill dan
keterampilan yang dimiliki tidak hanya tentang menggunakan gadget.
Melakukan gerakan meningkatkan literasi digital saat ini sangat penting karena antara teknologi dan
sumber daya manusia diharapkan seimbang sehingga dapat memanfaatkan teknologi secara bijak. Selain
itu, pentingnya mengetahui literasi digital untuk mengurangi dampak negatif dari tingginya minat
masyarakat pada gadget. Salah satunya adalah mengurangi maraknya penyebaran hoax, sebab dalam
kurun waktu 3 tahun di Indonesia ditemukan isu seputar hoax sebanyak 8.878 temuan. Selanjutnya
adalah daya saing digital yang tertinggal dimana Indonesia berada pada urutan ke-56 dari 63 negara
menurut data Digital Competitiveness Index (2020). Selain itu, status literasi digital di Indonesia berada
pada tingkat sedang, yakni sebanyak 3.47 indeks literasi digital nasional dari skala 1-5. Terakhir adalah
kesiapan masyarakat dalam menghadapi transformasi digital masih perlu ditingkatkan dimana Indonesia
masih berada di urutan yang rendah sebagai negara dengan kategori Readliness, yakni terkait kapasitas
mengakses internet baik dalam keterampilan, penerimaan budaya, dan kebijakan pendukung. (Wibowo,
2021)
Adanya literasi digital diharapkan mampu mengembangkan tingkat literasi masyarakat dan kecakapan
digital dalam berbagai bidang. Maka, diperlukan penerapan literasi digital agar masyarakat menjadi lebih
bijak dalam memanfaatkan dan mengakses teknologi. Sebab, dengan adanya teknologi, maka pengguna
teknologi setidaknya mampu untuk memfilter informasi sehingga mengurangi beredarnya informasi yang
tidak sepantasnya. Di bidang teknologi sendiri, literasi digital memiliki keterkaitan dengan kemampuan
penggunanya, sehingga apabila tidak dapat memfilter informasi yang diterima, maka akan menciptakan
interaksi yang negatif. Kemampuan untuk menggunakan teknologi sebijak mungkin sangat diperlukan
karena untuk menciptakan interaksi dan komunikasi yang positif. Dari sini, peran literasi digital sangat
diperlukan sebagai dasar untuk mengetahui kecakapan penggunanya dalam memanfaatkan media digital.
Dimana kecakapan yang dibutuhkan oleh literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan,
mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat, dan memanfaatkan dengan bijak, serta tepat sesuai
kegunaannya.
Upaya Meningkatkan Minat "Literasi' Terhadap Remaja Masa Kini dengan Memanfaatkan Media Digital
9 Februari 2023 14:55 Diperbarui: 9 Februari 2023 15:27 571 1 0
+
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto

Dok. pribadi
Wonogiri (9/2/2023) -- Masalah peningkatan globalisasi sekarang ini marak terjadi di kota bahkan sudah
masuk ke dalam desa, contohnya seperti perkembangan IPTEK dengan adanya Media Digital.
Penggunaan media digital seperti media online di era saat ini telah menjadi kebutuhan primer bagi
masyarakat. Apalagi generasi milenial yang tidak bisa lepas dari teknologi dan juga perangkat telepon
pintar mereka dalam kesehariannya untuk memenuhi hasrat dan kepuasan diri. Tetapi dengan adanya
media digital tersebut, dapat dimanfaatkan untuk mencari ilmu dan pengetahuan untuk memperluas
wawasan dengan cara Literasi.
Literasi yaitu kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses
membaca dan menulis. Literasi juga dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan
permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Begitupun dengan literasi media digital yaitu kemampuan
untuk memanfaatkan media digital seperti media sosial untuk menyalurkan kemampuan pada diri seperti
menulis, membaca dan mengolah tulisan yang ada di berbagai jendela berita media sosial.
Penggunaan media digital ini menjadi pusat perhatian bagi negara maju agar semakin dikembangkan,
terutama memanfaatkan media dengan cara berliterasi. Remaja masa kini harus lebih ambis dan pandai
dalam menggunakan media tersebut untuk hal-hal positif. Kegiatan tersebut sangat menguntungkan diri
sendiri untuk mengembangkan potensi diri dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Namun, sangat disayangkan, tidak sedikit masyarakat di kalangan
manapun, dengan usia berapapun dan dimanapun masih memiliki minat yang kurang dalam berliterasi
dan masih saja tidak memperhatikan betapa pentingnya berliterasi.
Dok. pribadi
Melihat permasalahan tersebut, salah satu mahasiswi Universitas Diponegoro bernama Intan Syahna
Mifta melalui kegiatan wajib kampus yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2023 mengadakan Program
Kerja yaitu penyuluhan tentang Pengembangan Karakter Anak terhadap pentingnya literasi dengan
memanfaatkan media digital di Desa Watangrejo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan penyuluhan tersebut dilaksanakan di berbagai dusun dengan mengumpulkan warga Desa
Watangrejo dalam 2 hari di waktu dan tempat yang berbeda. Pertama pada hari Senin 16 Januari 2023
berlokasi di Balai Dusun Pringwatan Kulon dan dihadiri oleh warga dusun Pringwatan Kulon,
Pringwatan Wetan serta Pepet.
Kedua pada hari Selasa 17 Januari 2023 berlokasi di Balai Dusun Nglancing dan dihadiri oleh warga
dusun Nglancing, Ngelorejo serta Masan. Selanjutnya, dalam perealisasian kegiatan juga dilakukan
kepada anak SD kelas 3 MI Muhammadiyah berlokasi di Dusun Pelem, Desa Watangrejo yang
dilaksanakan pada hari Sabtu 28 Januari 2023. Kegiatan tersebut diisi dengan menonton video bersama
serta memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan diakhir video tersebut.
Dok. pribadi
Dalam kegiatan yang sudah terlaksana, masyarakat memberikkan respon yang baik seperti keantusiasan
dalam mendatangi penyuluhan serta aktif dalam bertanya mengenai materi yang telah disampaikan. Hal
tersebut dapat terjadi karena masyarakat desa Watangrejo sangat membutuhkan pengetahuan tentang
bagaimana cara berliterasi dengan baik.
Dengan adanya penyuluhan tersebut, masyarakat merasa mendapatkan ilmu baru mengenai literasi
melalui media digital dan mengungkapkan rasa terimakasihnya. "Bagus untuk materinya mbak, karena
anak jaman sekarang pegang hp biasanya cumin buat games dan nonton video yang tidak penting. Jadi
dari apa yang di sampaikan Mbak Syahna anak-anak bisa pake hp buat belajar dan orang tua juga bisa
ngasih tau anaknya biar ga salah memakai internet" Ucap Bapak Purwanto selaku Bapak Kadus
Ngelorjejo. Terlihat bahwa warga desa Watangrejo sangat mengharapkan perubahan pola piker dan pola
perilaku anak terhadap pentingnya berliterasi dengan memanfaatkan Media Digital.
Penulis : Intan Syahna Mifta (22)

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Upaya Meningkatkan Minat "Literasi'
Terhadap Remaja Masa Kini dengan Memanfaatkan Media Digital", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/intansyahna5475/63e4a6f808a8b531ed5c9ef2/upaya-meningkatkan-minat-
literasi-terhadap-remaja-masa-kini-dengan-memanfaatkan-media-digital
Bijak dalam Literasi Teknologi di Masa Kini
26 Juni 2022 12:00 Diperbarui: 26 Juni 2022 12:27 294 1 0
+
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth
Kehidupan manusia di zaman modern ini tidak terlepas dari literasi dan teknologi. Segala aspek
kehidupan manusia, tidak terkecuali aspek sosial juga mempunyai hubungan yang berkesinambungan
dengan literasi dan teknologi. Bagaimana hubungannya literasi teknologi dengan kehidupan sosial
manusia?
Literasi teknologi mulai kembali digencarkan pemerintah semenjak adanya wabah covid-19. Pandemi
yang menyebabkan segala aktivitas kehidupan terbatas, hingga dalam jaringan yang tentunya
menimbulkan dampak positif dan negatif. Intensitas dan interaksi manusia dalam berteknologi
meningkat, karena kebutuhan atau sekedar hiburan, salah satunya dalam media sosial.
Media sosial menjadi sangat populer, penyebaran berbagai informasi juga menjadi sangat cepat. Sebagai
manusia tidak semuanya memiliki cara yang sama dalam memperoleh informasi. Banyak informasi yang
akurat namun juga tidak menutup kemungkinan adanya informasi yang palsu atau biasa kita kenal
dengan istilah "hoax".
Keterampilan literasi begitu diperlukan apalagi di zaman yang serba digital. Semakin mudah dan praktis,
tetapi tetap perlu kewaspadaan apalagi dalam menyerap beragam informasi. Sulit membedakan antara
informasi yang valid dan tidak valid. Maka dari itu kemampuan literasi sangat diperlukan, karena
mempunyai peran penting dalam membentengi diri dari berita hoax.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Kata literasi
memiliki arti yaitu kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca,
menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi berhubungan dengan kata berbahasa, sedangkan untuk teknologi adalah metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis dan merupakan salah satu ilmu pengetahuan terapan. Apabila dua kata ini
digabungkan, yaitu menjadi literasi teknologi, maka memiliki arti sebagai pengembangan literasi dalam
ranah teknologi dan cyberspace (dunia maya).
Literasi teknologi adalah kemampuan menggunakan aplikasi teknologi dan informasi secara efektif dan
efisien dalam berbagai konteks, seperti dunia akademik dan pendidikan, pembelajaran dan pengajaran,
penilaian pembelajaran, karier, serta kehidupan sehari-hari. Apabila skill literasi teknologi dapat
diterapkan pada aktivitas bermedia sosial dengan optimal, maka dapat memperbaiki kualitas informasi.
Literasi teknologi juga termasuk sesuatu yang penting. Di Indonesia sudah banyak teknologi canggih
yang masuk dan beroperasi. Kebanyakan dari kita hanya tau fungsinya secara umum tanpa mempelajari
lebih detail. Sehingga dalam pemanfaatannya kurang optimal. Sebagai contoh yaitu, smartphone yang
sekarang terus berkembang semakin canggih. Smartphone yang awalnya hanya digunakan sebagai alat
komunikasi, sekarang bisa lebih dari komunikasi, menghibur diri sampai ladang rezeki.
Kaitannya literasi teknologi dengan kehidupan sosial di Indonesia yaitu, apabila kita melihat suatu
informasi secara lengkap, maka kemungkinan terjadinya salah paham akan kecil. Tetapi apabila kita tidak
terbiasa dengan budaya literasi, sehingga dalam melihat informasi hanya secara singkat saja maka akan
menimbulkan berita hoax yang dapat memicu adanya pertikaian antar pihak yang terkait dengan berita
tersebut.

Orang yang memiliki literasi teknologi yang baik dapat memiliki wawasan yang lebih luas. Hal ini juga
dapat mengasah otak untuk berpikir kritis, karena dengan banyaknya informasi yang dia dapat, bukan
tidak pasti akan menjumpai informasi yang berbeda yang membuat dia berpikir mana yang benar.

Kehidupan sosial apabila tidak dibarengi dengan kemampuan literasi teknologi yang baik maka akan
membawa dampak yang buruk. Pertikaian akan timbul hanya karena kurang kritis dalam memahami
berita. Pertikaian akan sering muncul hanya karena oknum yang memublikasikan informasi tanpa
kevalidan yang benar.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bijak dalam Literasi Teknologi di Masa Kini",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/layla09638/62b7e036cfc22e455519b8e2/bijak-dalam-literasi-teknologi-di-
masa-kini
Literasi Digital, Kunci Pahami Perkembangan Teknologi Masa Kini Kompas.com - 27/11/2021, 09:31
WIB Ilustrasi pengguna yang memahami literasi digital.(Dok. iStock) KOMPAS.com – Seiring kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), literasi digital pengguna juga perlu ditingkatkan. Dengan
demikian, pengguna tidak hanya mampu mengoperasikan perangkat elektronik, tetapi juga memahami
seluk-beluk dan mengasah kemampuan kognitif terkait teknologi. Adapun literasi digital
merupakan kecakapan kognitif dan teknikal dalam menggunakan TIK. Lewat kemampuan ini, pengguna
dapat menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan informasi secara
bijak. Selain itu, literasi digital juga membuat masyarakat memahami dan bertanggung jawab atas
informasi yang diperoleh. Aktor sekaligus pegiat seni tradisi Danu Anggada Bimantara mengatakan, ada
sejumlah elemen esensial yang dapat digunakan untuk mengembangkan literasi digital masyarakat. Hal
ini ia ungkapkan dalam webinar bertajuk “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”, Jumat (5/11/2021).
Salah satu elemen tersebut, kata Danu, adalah kultural. Elemen ini dapat membuat pengguna
memahami beragam konteks dari konten yang ada pada dunia digital. Kedua, kognitif. Elemen ini dapat
mendorong pengguna untuk memanfaatkan daya pikir dalam menilai konten. “Selanjutnya, kreatif
dengan melakukan hal baru dan dengan cara baru. Terakhir, kritis dalam menyikapi konten,” kata Danu
dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (16/11/2021). Ia melanjutkan, kemampuan
literasi digital juga dapat meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pembuatan, tujuan,
dan medium informasi dibagikan. Pengguna juga akan tergerak untuk mencari,
berbagi, dan menyimpan informasi. Senada dengan Danu, salah satu pengelola platform Klipaa.com A A
Subandoyono mengatakan, literasi digital juga mendorong masyarakat untuk lebih tertarik mengakses
konten-konten positif di dunia maya. Konten positif, lanjutnya, dapat meningkatkan kehangatan dan
kebahagiaan, menurunkan stres, serta membuat persatuan sosial antara sesama pengguna. “Bila target
pengaksesan konten positif di Indonesia terlalu besar, mari kita turunkan ke provinsi. (Bila) provinsi
terlalu luas, turunkan ke setiap kabupaten. Bayangkan, setiap warga desa dan sekolah dapat fokus
mengakses konten positif,” papar Yono. Ia juga menjelaskan bahwa sekolah dan kampus di masa depan
hanya menjadi fasilitator pembelajaran. Pasalnya, pengguna bisa mendapatkan berbagai ilmu
pengetahuan melalui internet. “Nantinya, internet akan disebut sebagai sekolah tanpa dinding dengan
guru dari seluruh dunia. Dengan demikian, internet memberikan sekolah kehidupan yang harus dipilih
dengan lebih teliti. Jangan sampai mati-matian memilih sekolah keren, tetapi saat di dunia digital (justru)
terjerumus memilih sekolah terburuk,” papar Yono. Key opinion leader (KOL) Rafli Albera pun
mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, literasi digital dapat membuat pengguna lebih selektif dan
cakap saat menggunakan teknologi digital. “Selain itu, masyarakat harus tetap produktif agar
dapat menambah ilmu pengetahuan, seperti bisa menggali potensi serta memanfaatkan platform yang
tersedia di media digital saat ini,” tuturnya. Budaya digital Pada kesempatan yang sama, anggota
asistenprofesi.id A A M Abdul Nasir mengatakan, literasi digital juga mengajarkan pengguna untuk lebih
memahami mengenai makna dari budaya digital. “Dalam dunia digital, terdapat budaya digital dan sistem
digital. Budaya digital merupakan cara berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi sebagai
manusia di dunia maya,” papar Nasir. Ia menjelaskan, setiap pengguna internet dapat memilih budaya
digital saat berselancar di dunia maya. Misalnya, membangun kebiasaan untuk berbagi hal positif dan
kreatif di internet, mengikuti komunitas positif dan produktif, selalu solutif, bijak dalam berkomentar di
media sosial dan ranah digital, serta ikut memberikan kontribusi. Sementara, sistem digital merupakan
pekerjaan komputer sebagai alat elektronik yang menjadi basis data. Dalam sistem digital, pengguna
dapat memberikan proteksi pada perangkat digital dari berbagai ancaman malware. “Malware merupakan
singkatan dari malicious software. Malware adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol
perangkat lain secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi hingga uang dari pemilik perangkat,”
ujar translator sekaligus content writer Zulfan Arif. Sebagai informasi, webinar “Positif, Kreatif, dan
Aman di Internet” merupakan bagian dari rangkaian kegiatan #MakinCakapDigital yang digelar oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital
(Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan tersebut
diselenggarakan hingga akhir 2021. Setiap webinar terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital. Peserta yang mengikutinya juga akan
mendapatkan e-certificate. Melalui program itu, masyarakat Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan
teknologi digital dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan
bernegara. Program literasi digital juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak yang
terlibat sehingga dapat mencapai target 12,5 juta partisipan. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa
mengikuti akun Instagram @siberkreasi dan @siberkreasi.dkibanten.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Literasi Digital, Kunci Pahami Perkembangan
Teknologi Masa Kini", Klik untuk
baca: https://biz.kompas.com/read/2021/11/27/093139328/literasi-digital-kunci-pahami-
perkembangan-teknologi-masa-kini.

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Momen Terbaik! Tingkatkan Literasi Digital “Generasi Z” di Tengah Pandemi

Published by admin on 9 November 2021


Generasi muda masa kini atau yang dikenal dengan sebutan generasi Z merupakan generasi yang lahir
dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, di mana jangkauan akses internet
semakin meluas, bersamaan dengan kecanggihan gadget yang terus menerus mengalami pembaharuan
dari waktu ke waktu. Sejak usia dini mereka sudah mengenal adanya internet dengan berbagai
kegunaannya. Hingga media sosial, informasi atau berita tidak lagi menjadi sesuatu yang sulit untuk
diakses. Bahkan mereka cenderung menganggap media sosial adalah segala-galanya daripada dunia
nyata. Perubahan gaya hidup perlahan menjadi budaya baru di kalangan generasi Z ini, penggunaan
smartphone dan social media dianggap sebagai sarana utama dalam menunjang berbagai aktifitas sosial
mereka, terlebih saat pandemi COVID19 mulai menyebar di wilayah Indonesia.
Temuan kasus Covid19 yang kian hari semakin meningkat, membuat Pemerintah harus memberlakukan
beberapa kebijakan dengan membatasi aktifitas masyarakat di luar rumah demi menekan penyebaran
virus tersebut. Dampak pandemi ini bukan hanya merenggut nyawa, namun juga mengubah beberapa
sistem sosial di kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar yang saat ini tidak
lagi melakukan pertemuan secara tatap muka di sekolah maupun kampus. Sebagai gantinya kini sistem
pembelajaran daring menjadi rutinitas baru bagi para peserta didik maupun guru pembimbing. Penerapan
sistem pembelajaran yang baru ini, membuat para peserta didik harus belajar di rumahnya masing-
masing, dan tentu saja akan melibatkan para orang tuanya secara langsung.
Mereka, para orang tua harus ikut bercibaku memikirkan, memandu, membimbing, bahkan sampai ikut
andil dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu saja demi memastikan
anak-anaknya dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Beberapa orang tua merasa dibuat kerepotan
dengan berbagai permasalahan dalam sistem belajar daring ini. Mulai dari ketersediaan fasilitas teknologi
yang kurang memadai, kesulitan dalam hal penggunaan sarana belajar, hingga masalah ketidakpahaman
anaknya terhadap bahan ajar yang diberikan. Akibatnya muncul anggapan bahwa penerapan sistem
pembelajaran daring ini tidaklah efektif dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar konvensional
atau secara tatap muka di sekolah.
Namun di sisi lain, kondisi ini adalah momen yang tepat bagi para orang tua untuk memberikan
penjelasan tentang pentingnya kegunaan serta manfaat teknologi dalam menunjang kegiatan belajar,
karena dewasa ini pemanfaatan teknologi khususnya smartphone masih sangat rentan di kalangan
generasi muda. Maka kombinasi dengan pola pembelajaran berbasis teknologi tentu akan dapat
meminimalisir efek negatif di dalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperkenalkan
dan mengedukasi anak-anak tentang pentingnya literasi digital seperti membaca, menulis, atau berbagai
aktifitas belajar lainnya yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi
dan komunikasi berbasis media digital.
Kegiatan literasi secara digital sudah saatnya menjadi kebiasaan baru bagi generasi muda masa kini, agar
budaya literasi menjadi hal yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
dan positif sekaligus dapat mengalihkan perhatian mereka dari penggunaan media digital yang bersifat
negatif dan sia-sia. Untuk itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mengedukasi dan memfasilitasi,
serta mengarahkan anak-anaknya selaku generasi penerus di masa depan nanti agar bijak dan kreatif
dalam memanfaatkan teknologi informasi berbasis digital. Sehingga setiap generasi kedepannya mampu
mengolah, memfilter, dan menyerap informasi dengan tepat. Harapan terbesarnya adalah bagaimana para
generasi muda bisa memanfaatkan teknologi ini tidak hanya sebagai pengguna, namun mampu berperan
sebagai pencipta. [Ihsan Kailani]
Pentingnya Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan Masa Kini
Rimayanti Nur Utami
Pentingnya Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan Masa Kini

Oleh: Rimayanti Nur Utami

ISTILAH “literasi digital” yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita saat ini, merupakan istilah
yang bisa dibilang cukup baru dan muncul bersamaan dengan banyaknya penggunaan gadget serta
koneksi internet pada masyarakat, khususnya generasi muda. Namun, penggunaan gadget dan internet
dalam keseharian saat ini telah merambah ke seluruh kalangan masyarakat, baik itu anak-anak hingga
lanjut usia. Hal ini kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena dengan munculnya istilah
“literasi digital”, manusia mulai dituntut untuk memiliki gadget serta mengikuti perkembangan informasi
di dalamnya. Bahkan, bagi mereka yang tidak turut serta mengikuti perkembangan ini akan mendapat
istilah khusus seperti istilah “kudet” atau kurang up to date.
Secara umum, literasi digital ini merupakan sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi yang berasal dari berbagai sumber digital (Erlianti dan Ardoni, 2019). Oleh karena itu, setiap
hal yang terjadi sehari-harinya, kini mulai mudah diakses melalui media digital, seperti untuk
memperlancar komunikasi, mudahnya akses informasi, serta mudahnya bertransaksi. Dengan begitu,
masyarakat juga dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan tersebut. Namun, media digital yang
kita kenal ini juga memiliki ancaman serta tantangannya sendiri, seperti rentan untuk mengalami
kebocoran data, cyber crime, peretasan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, literasi digital ini akhirnya
dinilai penting untuk disosialisasikan lebih jauh kepada seluruh kalangan masyarakat karena literasi
digital ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk memahami informasi, mengevaluasi dan
mengintegrasi informasi dalam berbagai format yang tersaji dalam ruang digital secara lebih kritis
(Cahyani, Ilhamsyah, dan Mutiah, 2021).
Salah satu penerapannya, literasi digital dalam proses pembelajaran anak sekolah kini mulai banyak
muncul di permukaan dan menjadi perhatian masyarakat sejak masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020
yang lalu. Dengan mewabahnya virus Covid-19 ini, seluruh kalangan masyarakat baik itu masyarakat
yang masih sekolah, mahasiswa, maupun yang bekerja mulai menggunakan media digital untuk
melakukan pekerjaan mereka melalui pertemuan daring dengan aplikasi zoom, google meeting, webex,
dan lain sebagainya. Tentu hal ini menjadi dorongan yang lebih kuat lagi bagi masyarakat khususnya
pelajar dan pekerja untuk mampu menguasai literasi digital dan teknologinya secara lebih efektif.
Pada penerapannya terhadap kelompok pelajar sendiri, baik itu di tingkat SD, SMP, ataupun SMA,
literasi digital ini mulai banyak diupayakan untuk mampu diterapkan di setiap pembelajaran. Hal ini
dikarenakan literasi digital dalam pendidikan akan mampu meningkatkan keterampilan pada peserta didik
dan melatih pendidikan karakter dalam diri mereka. Keterampilan ini meliputi keterampilan kognitif,
motorik, dan juga emosional (Nisa, Hidayati, dan Wahyuningsih, 2023). Selain itu, termuat juga beberapa
elemen dalam pengembangan literasi digital yang oleh Kemendikbud dinilai mampu mengembangkan
kualitas dalam pembelajaran. Elemen tersebut adalah budaya, konstruktif, kognitif, komunikatif, percaya
diri dan tanggung jawab, kreatif, kritis, dan sosial.
Selain itu, Kemendikbud pun juga menyebutkan akan adanya tiga lingkungan utama di dalam
pembentukan literasi digital ini, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, Hobbs (dalam Nisa, Hidayati, dan Wahyuningsih: 2023) juga
menjelaskan akan adanya lima kompetensi di dalam literasi digital ini. Kompetensi yang pertama adalah
tentang akses, kemudian analisis dan evaluasi, penciptaan konten atau create, refleksi, dan aksi. Semua
kompetensi ini sangat berkaitan satu sama lain dan perlu keseimbangan dari semua kompetensi untuk
mampu menciptakan literasi digital yang berkualitas.

Literasi digital dalam penguatan pendidikan karakter


Penerapan dari adanya gerakan literasi digital juga dinilai semakin penting, karena literasi digital ini akan
menjadi faktor penguat pendidikan karakter pada peserta didik. Seperti yang telah diketahui, bahwa
pendidikan karakter ini memiliki enam pilar utama, yaitu kewarganegaraan, keadilan, kepercayaan,
tanggung jawab, kepedulian, dan juga rasa respek. Dengan adanya literasi digital beserta kelebihannya
dalam pemanfaatan teknologi ini, keberhasilan dalam target pencapaian penguatan karakter akan lebih
mudah terlaksana.
Dengan adanya literasi digital, kita mampu untuk memaksimalkan keberadaan teknologi melalui
pencarian bahan bacaan yang beragam dan tidak terbatas, mampu memanfaatkan waktu secara lebih
efektif dan efisien, lebih praktis karena bisa dilakukan di mana saja, dan lain sebagainya. Dengan
pembelajaran melalui literasi digital, wawasan yang didapatkan oleh peserta didik juga akan lebih luas,
karena tidak hanya bergantung pada bahan bacaan fisik atau buku. Namun, mereka juga akan mulai
mampu mengakses internet untuk mencari segala sumber pembelajaran, melalui bermacam-macam
platform.
Tidak hanya mendukung kemampuan individu dalam mencari dan menggunakan teknologi digital,
namun seperti yang terkandung dalam makna literasi, literasi digital ini akan mendukung kemampuan
individu juga dalam hal memahami konten, mendistribusikannya, memilah informasi yang akurat dan
tidak, membuat konten, bahkan melakukan inovasi di dalam media digital tersebut. Artinya, kemampuan-
kemampuan ini juga akan membantu setiap individu atau peserta didik dalam bersosialisasi secara digital
dan mengolah dan mengatur informasi, sehingga akan melatih pembentukan karakter melalui hal-hal
tersebut.

Literasi digital, anak, dan orang tua


Berbicara mengenai literasi digital di kalangan pelajar atau lingkungan sekolah, tentu juga akan erat
kaitannya dengan pihak orang tua. Dalam pendidikan saat ini, di mana program literasi digital mulai
banyak dicanangkan, peran orang tua di dalamnya juga akan sangat penting. Peran dari orang tua ini
dinilai sangat penting, mengingat dengan adanya praktik literasi digital, perangkat selular seperti gadget
menjadi sangat penting. Apabila gadget ini diberikan kepada peserta didik tanpa pengawasan,
dikhawatirkan mereka justru akan kecanduan dan tidak bisa lepas dari gadget. Hal ini dikarenakan
seringkali pemakaian gadget akan menimbulkan distraksi-distraksi yang membuat anak lebih senang
bermain dengan gadget dibandingkan bermain dan bersosial dengan dunia luar.
Oleh karena itu, dalam penggunaan gadget sebagai salah satu perangkat pembelajaran literasi digital,
orang tua perlu dengan seksama mengamati dan mengawasi penggunaan gadget oleh anak-anak mereka.
Namun, selain melakukan pengawasan terhadap penggunaan gadget, dalam literasi digital ini orang tua
juga diminta untuk mampu belajar bersama dalam mencari sumber bahan bacaan. Artinya, orang tua juga
harus mampu mencari, memilah, dan menilai mana sumber informasi yang valid, terpercaya, dan legal.
Hal ini juga kemudian akan mampu melindungi anak-anak dari berbagai dampak negatif yang ada seperti
cyber crime, peretasan, pencurian data, dan lain sebagainya.
Lebih dari itu, fenomena yang ada saat ini banyak menunjukkan akan munculnya konsep literasi digital
keluarga. Konsep literasi digital keluarga ini menjadi sebuah konsep lebih lanjut dari pentingnya orang
tua dalam mengawasi penggunaan media informasi digital bagi anak-anak. Artinya, di sini peran keluarga
selain dari orang tua seperti kakak atau adik juga penting untuk dapat bekerja sama dalam menciptakan
pemahaman akan literasi digital yang positif. Keluarga baik itu keluarga inti atau keluarga dekat yang
lain di sini juga sangat berperan penting dalam memberikan contoh serta pemahaman akan penggunaan
teknologi digital dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran inovatif melalui kegiatan literasi digital


Dalam proses pembelajaran secara langsung, khususnya di sekolah, banyak sekali alternatif kegiatan
yang berkaitan dengan adanya penggunaan literasi digital ini. Fenomena ini sudah mulai banyak
ditemukan dan dipraktikkan oleh guru-guru dalam memberikan pengajaran di kelas. Adapun hal ini juga
mulai banyak diterapkan sejak pembelajaran dilakukan secara daring di masa pandemi Covid-19.
Akhirnya, literasi digital ini juga mampu berfungsi sebagai sarana komunikasi antara siswa dan guru
selama pembelajaran daring, menjadi perantara yang digunakan dalam pembelajaran, menjadi sebuah alat
atau teknik untuk menyampaikan materi, dan sebagainya.
Penggunaan media digital dalam proses literasi ini juga dapat dilakukan dengan berbagai macam
alternatif, seperti melihat penjelasan materi melalui Youtube, membuat konten audio visual, mencari
sumber informasi melalui website terpercaya, memanfaatkan platform seperti google form, google
classroom, quizizz, canva, dan lain sebagainya. Pemanfaatan platform-platform seperti ini tentu akan
menjadi suatu pengalaman yang baru bagi peserta didik dan akan mampu meningkatkan pola pikir kritis,
kreatif, dan inovatif bagi mereka.
Seperti sebuah wawancara yang telah dilakukan pada seorang siswi di salah satu menengah pertama
wilayah Kabupaten Sleman berinisial L (13 tahun) yang mengatakan bahwa dengan adanya tugas dari
bapak/ibu guru berupa makalah, pembuatan power point, dan lainnya, membuat pembelajaran terasa
lebih seru dengan nuansa yang baru dan mampu membuatnya berlatih untuk mencari informasi-informasi
mana saja yang valid untuk dimasukkan, mencari sumber yang terpercaya, serta mampu melihat sebuah
fenomena dari banyak sudut pandang.
-----
Dari gambaran tersebut, kehadiran fenomena literasi digital ini mungkin sudah banyak kita temui dalam
kehidupan sehari-hari dan pada faktanya hal itu memang sangatlah penting. Dalam industri media saat
ini, literasi digital seakan-akan sudah menjadi hal yang wajib dikuasai bagi setiap orang yang terjun
dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, melihat perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern ini,
pembelajaran mengenai literasi digital mulai banyak diterapkan kepada masyarakat sejak pendidikan
dasar atau menengah. Melalui pengaplikasian literasi digital menggunakan berbagai media baik audio,
visual, maupun audiovisual, diharapkan peserta didik mampu berlatih dalam membangun pikiran yang
kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini akan memberikan pelatihan pula kepada mereka tentang pemahaman
mencari informasi yang baik dan positif, memilah informasi, membedakan sumber bacaan yang legal dan
illegal, serta lain sebagainya. Namun, tentu dalam penerapan literasi digital sebagai media pembelajaran
ini peran orang tua dan keluarga untuk mengawasi dan memantau sangatlah penting. Mengingat, dalam
penggunaan media digital sebagai literasi ini, selain berbagai kelebihan yang termuat, ancaman dan
tantangan seperti pencurian data, penipuan, cyber crime, dan bahaya lain juga masih sangat mudah untuk
ditemui.

Sumber Referensi:
Cahyani, V., Ilhamsyah, I., & Mutiah, N. (2021). Analisis tingkat literasi digital pada generasi Z dengan
menggunakan digital competence framework 2.1 (studi kasus: mahasiswa FMIPA UNTAN). Coding
Jurnal Komputer Dan Aplikasi, 9(01), 1-11.
Erlianti, G., & Ardoni, A. (2019). URGENSI LITERASI DIGITAL UNTUK GENERASI Z: STUDI
KASUS SMPN 4 PALEMBAYAN, KABUPATEN AGAM. Nusantara Journal of Information and Library
Studies (N-JILS), 2(2), 189-204.
Nisa, N., Hidayat, N. A. S. N., & Wahyuningsih, Y. (2023). Penguatan Pendidikan Karakter melalui
Literasi Digital di Sekolah Dasar. Journal on Education, 5(2), 2457-2646.
Profil Singkat Penulis:
Merupakan seorang mahasiswi Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya,
Program Studi Antropologi Budaya yang saat ini sedang duduk di bangku semester enam. Memiliki
minat di dalam bidang ilmu pengetahuan sosial, kemasyarakatan, budaya, riset, dan pengembangan ilmu
pengetahuan lainnya.
Pentingnya Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan Masa Kini

Redaksi
Selasa, 20 Juni 2023 16:00:00 WIB

Rimayanti Nur Utami


Pentingnya Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan Masa Kini

Oleh: Rimayanti Nur Utami

ISTILAH “literasi digital” yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita saat ini, merupakan istilah
yang bisa dibilang cukup baru dan muncul bersamaan dengan banyaknya penggunaan gadget serta
koneksi internet pada masyarakat, khususnya generasi muda. Namun, penggunaan gadget dan internet
dalam keseharian saat ini telah merambah ke seluruh kalangan masyarakat, baik itu anak-anak hingga
lanjut usia. Hal ini kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena dengan munculnya istilah
“literasi digital”, manusia mulai dituntut untuk memiliki gadget serta mengikuti perkembangan informasi
di dalamnya. Bahkan, bagi mereka yang tidak turut serta mengikuti perkembangan ini akan mendapat
istilah khusus seperti istilah “kudet” atau kurang up to date.
Secara umum, literasi digital ini merupakan sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi yang berasal dari berbagai sumber digital (Erlianti dan Ardoni, 2019). Oleh karena itu, setiap
hal yang terjadi sehari-harinya, kini mulai mudah diakses melalui media digital, seperti untuk
memperlancar komunikasi, mudahnya akses informasi, serta mudahnya bertransaksi. Dengan begitu,
masyarakat juga dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan tersebut. Namun, media digital yang
kita kenal ini juga memiliki ancaman serta tantangannya sendiri, seperti rentan untuk mengalami
kebocoran data, cyber crime, peretasan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, literasi digital ini akhirnya
dinilai penting untuk disosialisasikan lebih jauh kepada seluruh kalangan masyarakat karena literasi
digital ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk memahami informasi, mengevaluasi dan
mengintegrasi informasi dalam berbagai format yang tersaji dalam ruang digital secara lebih kritis
(Cahyani, Ilhamsyah, dan Mutiah, 2021).
Salah satu penerapannya, literasi digital dalam proses pembelajaran anak sekolah kini mulai banyak
muncul di permukaan dan menjadi perhatian masyarakat sejak masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020
yang lalu. Dengan mewabahnya virus Covid-19 ini, seluruh kalangan masyarakat baik itu masyarakat
yang masih sekolah, mahasiswa, maupun yang bekerja mulai menggunakan media digital untuk
melakukan pekerjaan mereka melalui pertemuan daring dengan aplikasi zoom, google meeting, webex,
dan lain sebagainya. Tentu hal ini menjadi dorongan yang lebih kuat lagi bagi masyarakat khususnya
pelajar dan pekerja untuk mampu menguasai literasi digital dan teknologinya secara lebih efektif.
Pada penerapannya terhadap kelompok pelajar sendiri, baik itu di tingkat SD, SMP, ataupun SMA,
literasi digital ini mulai banyak diupayakan untuk mampu diterapkan di setiap pembelajaran. Hal ini
dikarenakan literasi digital dalam pendidikan akan mampu meningkatkan keterampilan pada peserta didik
dan melatih pendidikan karakter dalam diri mereka. Keterampilan ini meliputi keterampilan kognitif,
motorik, dan juga emosional (Nisa, Hidayati, dan Wahyuningsih, 2023). Selain itu, termuat juga beberapa
elemen dalam pengembangan literasi digital yang oleh Kemendikbud dinilai mampu mengembangkan
kualitas dalam pembelajaran. Elemen tersebut adalah budaya, konstruktif, kognitif, komunikatif, percaya
diri dan tanggung jawab, kreatif, kritis, dan sosial.
Selain itu, Kemendikbud pun juga menyebutkan akan adanya tiga lingkungan utama di dalam
pembentukan literasi digital ini, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, Hobbs (dalam Nisa, Hidayati, dan Wahyuningsih: 2023) juga
menjelaskan akan adanya lima kompetensi di dalam literasi digital ini. Kompetensi yang pertama adalah
tentang akses, kemudian analisis dan evaluasi, penciptaan konten atau create, refleksi, dan aksi. Semua
kompetensi ini sangat berkaitan satu sama lain dan perlu keseimbangan dari semua kompetensi untuk
mampu menciptakan literasi digital yang berkualitas.

Literasi digital dalam penguatan pendidikan karakter


Penerapan dari adanya gerakan literasi digital juga dinilai semakin penting, karena literasi digital ini akan
menjadi faktor penguat pendidikan karakter pada peserta didik. Seperti yang telah diketahui, bahwa
pendidikan karakter ini memiliki enam pilar utama, yaitu kewarganegaraan, keadilan, kepercayaan,
tanggung jawab, kepedulian, dan juga rasa respek. Dengan adanya literasi digital beserta kelebihannya
dalam pemanfaatan teknologi ini, keberhasilan dalam target pencapaian penguatan karakter akan lebih
mudah terlaksana.
Dengan adanya literasi digital, kita mampu untuk memaksimalkan keberadaan teknologi melalui
pencarian bahan bacaan yang beragam dan tidak terbatas, mampu memanfaatkan waktu secara lebih
efektif dan efisien, lebih praktis karena bisa dilakukan di mana saja, dan lain sebagainya. Dengan
pembelajaran melalui literasi digital, wawasan yang didapatkan oleh peserta didik juga akan lebih luas,
karena tidak hanya bergantung pada bahan bacaan fisik atau buku. Namun, mereka juga akan mulai
mampu mengakses internet untuk mencari segala sumber pembelajaran, melalui bermacam-macam
platform.
Tidak hanya mendukung kemampuan individu dalam mencari dan menggunakan teknologi digital,
namun seperti yang terkandung dalam makna literasi, literasi digital ini akan mendukung kemampuan
individu juga dalam hal memahami konten, mendistribusikannya, memilah informasi yang akurat dan
tidak, membuat konten, bahkan melakukan inovasi di dalam media digital tersebut. Artinya, kemampuan-
kemampuan ini juga akan membantu setiap individu atau peserta didik dalam bersosialisasi secara digital
dan mengolah dan mengatur informasi, sehingga akan melatih pembentukan karakter melalui hal-hal
tersebut.

Literasi digital, anak, dan orang tua


Berbicara mengenai literasi digital di kalangan pelajar atau lingkungan sekolah, tentu juga akan erat
kaitannya dengan pihak orang tua. Dalam pendidikan saat ini, di mana program literasi digital mulai
banyak dicanangkan, peran orang tua di dalamnya juga akan sangat penting. Peran dari orang tua ini
dinilai sangat penting, mengingat dengan adanya praktik literasi digital, perangkat selular seperti gadget
menjadi sangat penting. Apabila gadget ini diberikan kepada peserta didik tanpa pengawasan,
dikhawatirkan mereka justru akan kecanduan dan tidak bisa lepas dari gadget. Hal ini dikarenakan
seringkali pemakaian gadget akan menimbulkan distraksi-distraksi yang membuat anak lebih senang
bermain dengan gadget dibandingkan bermain dan bersosial dengan dunia luar.
Oleh karena itu, dalam penggunaan gadget sebagai salah satu perangkat pembelajaran literasi digital,
orang tua perlu dengan seksama mengamati dan mengawasi penggunaan gadget oleh anak-anak mereka.
Namun, selain melakukan pengawasan terhadap penggunaan gadget, dalam literasi digital ini orang tua
juga diminta untuk mampu belajar bersama dalam mencari sumber bahan bacaan. Artinya, orang tua juga
harus mampu mencari, memilah, dan menilai mana sumber informasi yang valid, terpercaya, dan legal.
Hal ini juga kemudian akan mampu melindungi anak-anak dari berbagai dampak negatif yang ada seperti
cyber crime, peretasan, pencurian data, dan lain sebagainya.
Lebih dari itu, fenomena yang ada saat ini banyak menunjukkan akan munculnya konsep literasi digital
keluarga. Konsep literasi digital keluarga ini menjadi sebuah konsep lebih lanjut dari pentingnya orang
tua dalam mengawasi penggunaan media informasi digital bagi anak-anak. Artinya, di sini peran keluarga
selain dari orang tua seperti kakak atau adik juga penting untuk dapat bekerja sama dalam menciptakan
pemahaman akan literasi digital yang positif. Keluarga baik itu keluarga inti atau keluarga dekat yang
lain di sini juga sangat berperan penting dalam memberikan contoh serta pemahaman akan penggunaan
teknologi digital dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran inovatif melalui kegiatan literasi digital


Dalam proses pembelajaran secara langsung, khususnya di sekolah, banyak sekali alternatif kegiatan
yang berkaitan dengan adanya penggunaan literasi digital ini. Fenomena ini sudah mulai banyak
ditemukan dan dipraktikkan oleh guru-guru dalam memberikan pengajaran di kelas. Adapun hal ini juga
mulai banyak diterapkan sejak pembelajaran dilakukan secara daring di masa pandemi Covid-19.
Akhirnya, literasi digital ini juga mampu berfungsi sebagai sarana komunikasi antara siswa dan guru
selama pembelajaran daring, menjadi perantara yang digunakan dalam pembelajaran, menjadi sebuah alat
atau teknik untuk menyampaikan materi, dan sebagainya.
Penggunaan media digital dalam proses literasi ini juga dapat dilakukan dengan berbagai macam
alternatif, seperti melihat penjelasan materi melalui Youtube, membuat konten audio visual, mencari
sumber informasi melalui website terpercaya, memanfaatkan platform seperti google form, google
classroom, quizizz, canva, dan lain sebagainya. Pemanfaatan platform-platform seperti ini tentu akan
menjadi suatu pengalaman yang baru bagi peserta didik dan akan mampu meningkatkan pola pikir kritis,
kreatif, dan inovatif bagi mereka.
Seperti sebuah wawancara yang telah dilakukan pada seorang siswi di salah satu menengah pertama
wilayah Kabupaten Sleman berinisial L (13 tahun) yang mengatakan bahwa dengan adanya tugas dari
bapak/ibu guru berupa makalah, pembuatan power point, dan lainnya, membuat pembelajaran terasa
lebih seru dengan nuansa yang baru dan mampu membuatnya berlatih untuk mencari informasi-informasi
mana saja yang valid untuk dimasukkan, mencari sumber yang terpercaya, serta mampu melihat sebuah
fenomena dari banyak sudut pandang.
-----
Dari gambaran tersebut, kehadiran fenomena literasi digital ini mungkin sudah banyak kita temui dalam
kehidupan sehari-hari dan pada faktanya hal itu memang sangatlah penting. Dalam industri media saat
ini, literasi digital seakan-akan sudah menjadi hal yang wajib dikuasai bagi setiap orang yang terjun
dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, melihat perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern ini,
pembelajaran mengenai literasi digital mulai banyak diterapkan kepada masyarakat sejak pendidikan
dasar atau menengah. Melalui pengaplikasian literasi digital menggunakan berbagai media baik audio,
visual, maupun audiovisual, diharapkan peserta didik mampu berlatih dalam membangun pikiran yang
kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini akan memberikan pelatihan pula kepada mereka tentang pemahaman
mencari informasi yang baik dan positif, memilah informasi, membedakan sumber bacaan yang legal dan
illegal, serta lain sebagainya. Namun, tentu dalam penerapan literasi digital sebagai media pembelajaran
ini peran orang tua dan keluarga untuk mengawasi dan memantau sangatlah penting. Mengingat, dalam
penggunaan media digital sebagai literasi ini, selain berbagai kelebihan yang termuat, ancaman dan
tantangan seperti pencurian data, penipuan, cyber crime, dan bahaya lain juga masih sangat mudah untuk
ditemui.

Sumber Referensi:
Cahyani, V., Ilhamsyah, I., & Mutiah, N. (2021). Analisis tingkat literasi digital pada generasi Z dengan
menggunakan digital competence framework 2.1 (studi kasus: mahasiswa FMIPA UNTAN). Coding
Jurnal Komputer Dan Aplikasi, 9(01), 1-11.
Erlianti, G., & Ardoni, A. (2019). URGENSI LITERASI DIGITAL UNTUK GENERASI Z: STUDI
KASUS SMPN 4 PALEMBAYAN, KABUPATEN AGAM. Nusantara Journal of Information and Library
Studies (N-JILS), 2(2), 189-204.
Nisa, N., Hidayat, N. A. S. N., & Wahyuningsih, Y. (2023). Penguatan Pendidikan Karakter melalui
Literasi Digital di Sekolah Dasar. Journal on Education, 5(2), 2457-2646.

Profil Singkat Penulis:


Merupakan seorang mahasiswi Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya,
Program Studi Antropologi Budaya yang saat ini sedang duduk di bangku semester enam. Memiliki
minat di dalam bidang ilmu pengetahuan sosial, kemasyarakatan, budaya, riset, dan pengembangan ilmu
pengetahuan lainnya.
Transformasi Literasi Masa Kini
Kamis, 1 Februari 2018 08:29 WIB
Editor: bakri

Oleh Azwardi
KARAKTERISTIK abad 21 adalah informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi. Sejalan dengan itu,
transformasi literasi terus bergerak cepat, secepat melesatnya anak panah dari busurnya. Dulu, berbagai
informasi dapat diperoleh secara terbatas melalui media cetak, seperti jurnal, buku, koran, majalah,
tabloid, dan surat biasa. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kini penyampaian dan
penerimaan pesan melesit tanpa batas ruang dan waktu. Sebanyak-banyak pesan tidak lagi dibatasi ruang
tulis dan waktu, baik waktu penyampaian maupun waktu penerimaannya. Pesan keluar dan masuk
bergerak secepat jatuhnya ujung jari di tombol perangkat komunikasi (gadget atau gawai).
Tranformasi informasi telah bermetamorfosis begitu kompleks. Dengan perangkat komunikasi terkini
berbagai informasi tersebarkan secara mudah dan cepat, khususnya melalui jejaring sosial, seperti e-mail,
web, blog, BBM (BlackBerry Messenger), FB (facebook), WA (WhatsApp), IG (instagram), line, dan
Steemit. Pesan-pesan yang disampaikan pun sangat beragam, yaitu teks, gambar visual, video, audio,
audio-visual, dan grafik yang dikemas secara kreatif sehingga berkesan menarik.
Kemajuan teknologi informasi tersebut sudah pasti berdampak terhadap kegiatan literasi secara umum.
Orang-orang yang memiliki perangkat komunikasi berbasis Android mendadak menjadi kaum literat.
Mereka terus menulis dan menyebarkan berbagai pesan penting kepada segala audiens, mulai dari
audiens kalangan terbatas, seperti grup WA, atau grup BBM atau grup IG sampai dengan publik yang
tiada batas. Kegiatan baca tulis dan sebarkan terus bergeliat setiap waktu.
Para penulis yang tidak terpublis tulisannya di media luas, seperti koran, tabloid, dan majalah umum
tersebab sensor redaksi, tetap dapat meloloskan karya tulisnya ke ruang-ruang media online, seperti blog
pribadinya, FB, IG, dan Steemit. Komen-komen yang berkembang pun menjadi ajang latihan menulis
secara kontinyu setiap waktu.
Mulai tidak populer
Akibat kemudahan kegiatan literasi daring (dalam jaringan/online) di atas, kini aktivitas literasi secara
manual, seperti mengetik di mesin tik atau laptop mulai tidak populer. Transaksi baca atau pinjam buku
di berbagai perpustakaan misalnya, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan universitas, perpustakaan
dayah, dan perpustakaan umum lainnya dalam lima tahun terakhir menurun drastis. Rak-rak buku mulai
berdebu karena jarang disentuh. Lembaran-lembaran buku lengket menyatu sebab tak pernah dibuka.
Akhirnya rayap atau kutulah yang membaca dan sekaligus mengambil alih perpustakaan.
Tidak ada yang salah memang dengan kegiatan literasi masa kini yang terus berevolusi. Semua ada plus-
minusnya. Bagi yang masih kuat mata terhadap efek radiasi perangkat elektronik silakan berhadapan
dengan file atau e-book. Bagi yang tak kuasa menatap layar sentuh, monggo membaca teks atau buku
fisik atau print out-nya. Bagi yang tak berdaya dua-duanya, sok minta dibacakan. Yang terpenting adalah
terpantiknya mina baca tulis dan sebarkan di kalangan masyarakat, khususnya gererasi muda.
Terkait dengan literasi online, memang perlu mendapat perhatian khusus. Tidak dapat dipungkiri bahwa
akhir-akhir ini umumnya penulis dan pembaca dominan memanfaatkan gawai (gadget) sebagai media
baca tulis dan sebarkan informasi, baik gagasan keilmuan dan pengetahuan maupun pengalaman dan
perasaan. Oleh karena itu, penyediaan bahan bacaan berupa file atau e-book perlu menjadi perhatian
siapa saja, khususnya pemerintah. Berbagai bahan referensi yang sudah pernah ada perlu dialih-mediakan
agar mudah diakses secara efektif, efisien, murah, dan cepat melalui Playstore atau App Store yang dapat
dipasang secara gratis atau berbayar di perangkat komunikasi para penulis dan pembaca. Penulis dan
pembaca dapat mengungggah (upload), mengunduh (download), dan membaca dari gawainya kapan dan
di mana saja. Beragam bahan bacaan yang sudah dikemas secara kreatif dan menarik dapat dibenamkan
dalam perangkat komunikasi elektroniknya agar mudah dan cepat diakses.
Terkait dengan hal ini, dosen, mahasiswa, teungku, santri dayah, guru, dan anak sekolah kini umumnya
telah memanfaatkan teknologi informasi untuk memaksimalkan kegiatan akademiknya. Berbekal kuota
beberapa GB (gigabyte), referensi-referensi online pun begitu banyak, mudah, dan cepat dapat diakses,
ditemukan di dunia maya. Tinggal mengolahnya sesuai dengan prosedur ilmiah, jadilah karya-karya tulis
yang bernas. Bagi dosen dan mahasiswa, segala aplikasi pendukung, seperti kamus online, ensiklopedia
online, jurnal online, dan berbagai e-book berkualitas lainnya sangat membantu memaksimalkan aktivitas
literasi perkuliahan, penelitian, dan pengabdiannya.
Bagi teungku dan santri dayah juga demikian. Berbagai rujukan bernas, seperti Alquran dan hadis online,
kitab-kitab kuning beraksara Arab, dan video-video dakwah sangat mendukung mengoptimalkan kegiatan
literasi pengajian dan dakwahnya. Bagi guru dan anak sekolah juga sangat relevan. Berbagai materi,
metode, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran yang baik dan mutakhir (best practice learning)
sangat berarti menyokong proses belajar mengajarnya.
Selain itu, bagi masyarakat umum, apa pun profesi atau kegiatannya, dengan memanfaatkan perangkat
digital secara bijak juga dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Para pelaku bisnis misalnya, dengan
mengikuti pesan-pesan terkini melalui berbagai media online dia dapat mengendalikan kegiatan bisnisnya
secara terukur, tidak terperangkap dalam spekulasi pasar yang merugikan. Begitu juga dengan ibu rumah
tangga, melalui media online ia juga dapat memperoleh informasi-informasi instan yang bermanfaat bagi
aktivitas sehari-hari terkait dengan tupoksinya sebagai ibu rumah tangga, sehingga waktu dan
aktivitasnya dapat dilakoni secara enjoy, tidak statis, tidak suntuk, dan tidak sia-sia.
Peran orang tua
Berkaitan dengan tranformasi literasi ini, peran orang tua menjadi sangat penting. Orang tua boleh
memasang bahan bacaan yang sudah dikemas secara kreatif dan menarik tersebut ke dalam perangkat
komunikasinya dan anak-anaknya sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak. Konten
materi tetap harus disortir, dikontrol secara bijak oleh orang tua. Orang tua perlu memasang (install) buku
atau bahan bacaan elektronik dalam gawai atau perangkat elektronik anak-anaknya sebab itu yang
menarik, dekat, dan tak lepas dari genggaman anak masa kini. Organisasikan beragam referensi dalam
rak-rak books agar mudah terjangkau kapan saja dan di mana saja!
Pada zaman now, menafikan perangkat komunikasi merupakan suatu hal yang mustahil. Kehadirannya
memang bisa dipandang dari dua sisi mata uang: bisa memberikan manfaat atau dapat mendatangkan
mudharat. Hal ini bergantung kepada pemakai dalam memanfaatan segala fitur dan fungsinya.
Sebagaimana diulas dalam Kompasiana, dari sisi negatif, bagi anak usia dini, potensinya menjadi lemah,
kurang kreatif, tersita banyak waktu, minim gerak, terbatas bersosialisasi, malas, dan cenderung egois.
Para orang tua yang bijaksana, ketika menghadapi anak usia dini merengek meminjam perangkat
komunikasinya, idealnya tidak menunjukkan sikap kasar, apalagi, dengan kekerasan, seperti menghardik
dan membentak. Bocah kecil patut dipinjamkan perangkat komunikasi tersebut dengan pertimbangan
bahwa naluri ingin tahu anak usia dini sangat besar. Lagi pula, kehadiran gawai sudah harus
diperkenalkan kepada mereka tentang segala fitur dan fungsinya. Hal tersebut harus dilakukan secara
bertahap dan bijaksana.
Harus disadari pula bahwa usia dini adalah masa pertumbuhan anak yang demikian cepat. Para ahli
pendidikan sepakat bahwa apabila anak usia dini ini mampu melakukan tugas sesuai dengan usianya,
peluang keberhasilannya untuk melakukan tugas lain sesuai dengan perkembangan usia anak pada tahun
berikutnya akan lebih besar. Sebaliknya, jika si anak gagal melakukan tugas yang sesuai dengan usianya,
peluang untuk berhasil menjadi kecil. Oleh karena itu, penanganan masa usia dini sangat penting terkait
dengan penggunaan gawai.
Guna penumbuhan minat berliterasi sejak dini, perlu dibentuk perpustakaan mini dalam setiap keluarga.
Kepala keluarga wajib menganggarkan atau mengalokasikan biaya pengadaan buku atau bahan bacaan
sebagai salah satu item pembiayaan kebutuhan pokok keluarga dalam rangka membiasakan diri dan anak
membaca dan menulis sejak dini. Perlu kita ketahui bahwa segala macam keterampilan sangat mudah dan
cepat dicapai oleh oleh anak usia dini, dengan catatan orang dewasa atau orang tua berkenan
memfasilitasinya.
Terkait dengan tranformasi literasi ini, yang tidak kalah pentingnya, demi percepatan pencapaian visi,
misi, dan tujuan Aceh Carong yang telah dicanangkan oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, di tingkat
provinsi perlu dibentuk semacam komunitas baca tulis. Komunitas tersebut langsung dilokomotori oleh
Ibu Gubernur sekaligus sebagai ikon “Bunda Baca”.
Dalam setiap lawatan atau kunjungan kerjanya ke setiap kabupaten/kota, daerah-daerah terpencil, Ibu
Gubernur selalu membawa “oleh-oleh nutrisi jiwa” berupa bahan bacaan lintas usia dan menyertakan
gerbong tim penggerak dan pakar literasi. Dalam roadshow literasi tersebut “Bunda Baca” berperan
sebagai pemantik semangat minat baca masyarakat, sedangkan tim pakar literasi berperan sebagai
narasumber dalam pembimbingan langsung workshop menulis dan pemanfaatan literasi online,
khususnya bagi generasi muda atau anak-anak sekolah.
* Azwardi, S.Pd., M.Hum., Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. Email:
azwardani@yahoo.com
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Transformasi Literasi Masa
Kini, https://aceh.tribunnews.com/2018/02/01/transformasi-literasi-masa-kini.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Transformasi Literasi Masa
Kini, https://aceh.tribunnews.com/2018/02/01/transformasi-literasi-masa-kini.

Anda mungkin juga menyukai