Anda di halaman 1dari 10

Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 1, No.

2, November 2012: 109 - 118


ISSN 1410 - 5675

PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PERAN PERPUSTAKAAN


SEKOLAH DASAR DI DESA CISAUK, TANGERANG

Wijayanti, S.H., Efendi, dan Warmiyati, M.M.T.


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Surel: sri.hapsari@atmajaya.ac.id.

ABSTRAK
Belum banyak sekolah dasar yang beruntung mempunyai perpustakaan. Kendatipun sudah ada,
perpustakaan belum ditangani secara profesional karena guru belum pernah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan mengelola perpustakaan dengan baik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini melibatkan
tiga SDN di Kecamatan Cisauk dan menghasilkan luaran berupa tersedia sarana perpustakaan di SDN
Kedokan, adanya modul pengelolaan perpustakaan, publikasi kepada masyarakat melalui promosi, dan
adanya peningkatan minat baca siswa. Dari hasil kuesioner, FGD, dan wawancara diketahui terdapat
peningkatan pengetahuan dan pemahaman guru dan siswa tentang pengelolaan perpustakaan setelah
mengikuti pelatihan. Tumbuh motivasi guru dan siswa untuk memanfaatkan koleksi meskipun koleksi
yang ada belum dapat dipinjam atau dibawa pulang. Kendala yang masih dihadapi adalah guru
sebagai koordinator dan siswa sebagai duta perpustakaan masih belum dapat sepenuhnya menangani
perpustakaan karena waktunya tersita untuk belajar-mengajar dan tidak ada anggaran khusus untuk
membiayai petugas perpustakaan. Meskipun demikian, perlu ada kerja sama antara kepala sekolah,
guru, dan siswa agar minat baca yang tinggi, yang diperlihatkan setelah adanya perpustakaan, dapat
ditingkatkan sehingga membudayakan membaca sejak usia dini dapat tercapai dan perpustakaan dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk proses pembelajaran.

Kata kunci: perpustakaan, sekolah dasar, minat baca, pelatihan, sumber daya manusia

ABSTRACT
There are only several primary schools in Indonesia which have library. Even if they have, librarians
in the school can not handle the library professionally since they have never had any training regarding
library management. The current community service activity is carried out in three state primary schools;
SDN Kedokan, SDN Sampora II, and SDN Cibogo, which are located in Cisauk, Tangerang. There
are from output derived from the activity, which are to provide SDN Kedokan with a library, library
management module, introducing the library to the surrounding community, and improving students’
interest in reading. After the training, we found through surveys, FGD, and interviews that the teachers
and students have improved their knowledge and understanding of library management. The teachers
and students can now read the collections of the libraries. However, there are problems that have not
been solved, which are to have a librarian who can handle the library in full time and there is no budget
to pay the librarian. We suggest that there is a need to integrate the role of coordinator, ambassador of
the library, and the head of the schools to work together to manage the library.

Key words: library, elementary school, reading interest, training, human resource

Latar belakang dapat dilihat dari berbagai indikator yang


bersifat lokal, seperti lulusan sekolah dasar
Studi Organization for Economic (SD), rendahnya kemampuan berbahasa
Cooperation and Development (OECD) Indonesia, berbahasa Inggris, menulis
pada 2006 menunjukkan bahwa kemampuan ilmiah, dan matematika. Salah satu akar
membaca anak-anak Indonesia baru masalahnya adalah tidak tersedianya sarana
mencapai angka 392, jauh di bawah belajar dan bahan bacaan sehingga siswa
kemampuan rata-rata negara-negara OECD miskin bacaan (Amin 2009).
yang ada di angka 492 (Wahid 2011). Sarana belajar yang berpengaruh besar
Kemampuan membaca secara tidak langsung pada kualitas siswa adalah perpustakaan,
berpengaruh pada kualitas pendidikan yang khususnya perpustakaan di tingkat SD
dihasilkan yang tergolong rendah. Hal ini (Prasetyo 2003). Keberadaan perpustakaan
Wijayanti, S.H., Efendi, Warmiyati, M.M.T. 110

sekolah penting karena tiga alasan. Pertama, dari Taufik (2010), mengungkapkan bahwa
siswa SD khususnya perlu dikenali berbagai jumlah SD swasta dan negeri di Indonesia
jenis bacaan sehingga terbiasa ketika naik ada 145.867, sedangkan jumlah SD yang
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. memiliki perpustakaan 40.262 (27,55%)
Artinya, mereka perlu diperkenalkan dan tidak ada pustakawan khusus yang
dengan budaya membaca sejak dini, dan mengelolanya. Perkembangan selanjutnya,
perpustakaan sekolah merupakan tempat pada tahun 2011, data Kementerian
penyedia informasi dan pengetahuan. Kedua, Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa
sejak dini siswa dapat dibina dalam hal dari 143.437 SD, sebanyak 79.445 (53,39%)
perilaku, mental, dan spiritual. Jiwa siswa sekolah tanpa perpustakaan (Kompas 4 April
yang masih ingin “menjelajah dunia lain” 2011). Setahun kemudian, data Kompas (8
perlu diarahkan agar berkembang dengan Oktober 2012) mengungkapkan sebanyak
baik. Sekolah dapat memfasilitasinya dengan 76.478 sekolah tingkat SD hingga SMA
perpustakaan. Ketiga, melalui perpustakaan, sederajat belum memiliki perpustakaan.
siswa dapat mengembangkan aspek-aspek Dari jumlah tersebut, sebanyak 50%-nya
kebahasaan, yaitu membaca, menulis, dan atau tepatnya 55.545 SD belum memiliki
berbicara. Aspek ini membantunya dalam perpustakaan.
proses pembelajaran di sekolah. Siswa akan Perpustakaan sekolah adalah per-
mencari sendiri ke mana kehausan akan pustakaan yang tergabung di dalam
keingintahuan dan ilmu didapat. Banyak sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah
membaca memudahkan siswa mengerjakan yang bersangkutan dengan tujuan utama
tugas-tugas sekolah. membantu sekolah untuk mencapai tujuan
Pemerintah pun menilai perpustakaan khusus sekolah dan tujuan pendidikan
penting, seperti dinyatakan dalam UU umumnya (Sulistyo 1993 dalam Sudiarto
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem 2006). Penanggung jawab perpustakaan
Nasional Pendidikan Bab XII Pasal 45 sekolah adalah kepala sekolah, dan
Ayat (1): “Setiap satuan pendidikan formal pengelolanya adalah guru atau pegawai yang
dan nonformal menyediakan sarana dan ditugaskan (Sutarno 2004).
prasarana yang memenuhi keperluan pen- Minimnya perpustakaan sekolah berakar
didikan sesuai dengan pertumbuhan dan dari kurangnya pendanaan dan terbatasnya
perkembangan potensi fisik, kecerdasan staf. Kendatipun sudah ada, perpustakaan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan hanya sekadar pelengkap karena jumlah
peserta didik”. Keberadaan perpustakaan koleksi tidak bertambah. Pengelola juga
merupakan tanggung jawab dan kewajib- umumnya dipegang oleh guru (Kompas 2
an bersama antara guru, pengelola perpus- April 2011) sehingga tidak ada staf khusus
takaan, masyarakat, dan orangtua dalam yang mencurahkan hati dan pikiran untuk
menciptakan dan mewujudkan minat, kemajuan perpustakaan, dan perpustakaan
kebiasaan, kebutuhan, dan budaya membaca tidak menarik perhatian siswa atau guru
(Sutarno 2004). untuk dikunjungi. Akibat selanjutnya, siswa
Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak termotivasi untuk digairahkan minat
perpustakaan sekolah di Indonesia masih membacanya. Guru juga tidak didorong untuk
jauh tertinggal. Menurut Supriyanto (2003), berkinerja lebih baik dalam meningkatkan
secara kuantitas jumlah perpustakaan SD keilmuan dan teknik pengajarannya.
tidak sebanding dengan jumlah SD karena Pengabdian kepada masyarakat ini
masih sedikit sekolah yang memiliki telah dilakukan di tiga sekolah dasar di
perpustakaan. Secara kualitas, perpustakaan Cisauk, Tangerang. Kegiatan ini bertujuan
SD jauh dari yang diharapkan, baik ditinjau (1) menyediakan sarana perpustakaan,
dari koleksi, gedung, sarana, maupun sistem khususnya di SDN Kedokan di Desa
pengelolaannya. Data Balitbang Depdiknas Cibogo, Kabupaten Cisauk, Tangerang,
(2003) dan Dit. Tendik (2005) dalam (2) mempersiapkan sumber daya manusia
Renstra Dit. Tendik 2006-2010, yang dikutip perpustakaan (guru dibantu siswa) melalui
Peningkatan Minat Baca Melalui Peran Perpustakaan Sekolah Dasar 111

pelatihan pengelolaan perpustakaan, dan ruang kelas. Waktu pelatihan tidak berurutan
(3) meningkatkan minat baca siswa melalui dan sempat terhenti karena sekolah menjalani
promosi. ujian tengah semester. Metode pelatihan
meliputi ceramah, diskusi, bermain peran
METODE PELAKSANAAN (role play), dan praktik langsung berhadapan
dengan koleksi dan calon pengunjung. Untuk
Kegiatan ini dilaksanakan selama lima mengukur kedalaman pengetahuan dan
bulan (Juli-Desember 2012). Pusat segala wawasan tentang perpustakaan, dilakukan
kegiatan diselenggarakan di SDN Kedokan. prates dan postes melalui pengisian
Sekolah ini menjadi sasaran utama kegiatan kuesioner. Hasil kuesioner dideskripsikan
mengingat sekolah ini belum memiliki dengan menghitung jumlah ketepatan
perpustakaan, termasuk sumber daya jawaban.
pengelolanya. Setelah pelatihan selesai, pada
Metode pendekatan yang digunakan pertemuan berikutnya, dilakukan diskusi
adalah pendekatan partisipatoris kepada kelompok terfokus (FGD) untuk menggali
warga sekolah, yaitu kepala sekolah, pendapat dan pemahaman peserta mengenai
guru, siswa, dan orangtua. Kepala sekolah bagaimana mengelola perpustakaan,
dilibatkan dalam perencanaan kegiatan bagaimana layanan perpustakaan dalam
sejak awal hingga akhir kegiatan. Begitu membantu meningkatkan minat baca,
pula guru dan siswa akan dilibatkan dan gambaran manfaat dan saran mengenai
karena merekalah sasaran kegiatan. Tujuan pelatihan yang diberikan. FGD dihadiri
melibatkan siswa tidak lain agar tumbuh oleh 35 peserta pelatihan, yang terdiri atas
rasa berperan serta dan ikut bertanggung 20 guru dan 15 siswa. Peserta dipilih secara
jawab dalam memelihara, memajukan, dan acak dan dibagi dalam empat kelompok,
mengembangkan perpustakaan sekolah. dengan tetap memperhatikan perwakilan
Adapun orangtua berperan melalui motivasi dari ketiga sekolah dalam satu kelompoknya.
yang diberikan kepada anaknya untuk Keempat kelompok tersebut adalah dua
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini. kelompok guru (termasuk kepala sekolah)
Dalam upaya mempersiapkan fisik dan dua kelompok siswa. FGD pada masing-
perpustakaan, sebagai tujuan pertama masing kelompok dilakukan di ruang kelas
kegiatan, dilakukan pengumpulan koleksi yang terpisah selama kurang lebih satu jam;
perpustakaan dan penyediaan perlengkapan masing-masing kelompok didampingi oleh
dan perabot perpustakaan. Koleksi yang satu fasilitator dan satu asisten fasilitator.
terkumpul hingga akhir kegiatan (Desember Proses diskusi yang terjadi diamati oleh
2012) dibagikan secara proporsional kepada fasilitator dan direkam. Hasil rekaman
tiga sekolah. Ruang perpustakaan di SDN FGD ditranskripsikan secara verbatim dan
Kedokan pun telah ditata ulang bersama, digunakan untuk mendukung analisis
yang semula ruang belajar komputer kegiatan.
merangkap ruang penyimpanan barang Untuk mencapai tujuan ketiga kegiatan
(gudang) menjadi perpustakaan yang ini, pada akhir Oktober-November 2012,
sederhana lengkap dengan perabot beserta dalam rangka promosi perpustakaan kepada
perlengkapannya. masyarakat setempat dan warga sekolah,
Untuk mencapai tujuan kedua kegiatan diselenggarakan lomba bagi guru dan siswa
ini, guru dan siswa dibekali pendidikan dan di sekolah masing-masing. Lomba bertujuan
pelatihan pengelolaan perpustakaan secara membangkitkan kreativitas siswa dan guru
manual (konvensional). Peserta pelatihan serta merangsang minat baca. Jenis lomba
yang dilibatkan dari tiga sekolah berjumlah meliputi membuat slogan perpustakaan oleh
39 orang: 24 guru dan 15 siswa (kelas IV guru, lomba mewarnai oleh siswa kelas 1 dan
dan V). Pelatihan diadakan selama empat kelas 2, lomba menggambar dan mewarnai
kali pertemuan seusai sekolah (tanggal 29 oleh siswa kelas 3 dan kelas 4, dan lomba
September, 2, 3, dan 16 Oktober 2012) di meringkas buku perpustakaan oleh siswa
Wijayanti, S.H., Efendi, Warmiyati, M.M.T. 112

kelas 5 dan kelas 6. Juri seluruh lomba memadai meskipun menurut Supriyanto
berjumlah tiga guru dari masing-masing (2003) minimal luas perpustakaan sekolah
sekolah, kecuali juri lomba slogan berasal 56 m2. Perabot yang disediakan di sana
dari tim pelaksana kegiatan. adalah 1 set meja dan kursi petugas, 3 unit
Promosi perpustakaan SDN Kedokan rak buku 4 susun, 2 rak pajang (display) 3
diadakan 17 November 2012 bersamaan susun, 7 set meja dan kursi baca, 2 meja
dengan talk show interaktif bertema bundar (meja oshin), dan karpet sebagai alas
“Meningkatkan minat baca melalui peran duduk. Tambahan perabot juga diberikan
aktif perpustakaan.” Talk show bertujuan, sesuai dengan kebutuhan dua sekolah mitra
selain promosi, juga mengajak semua lainnya: 2 unit meja oshin, 1 rak buku untuk
warga yang berkepentingan untuk gemar SDN Sampora II; 1 meja petugas dan 1 unit
membaca, khususnya supaya tertanam rak buku untuk SDN Cibogo.
kecintaan terhadap buku sebagai sumber Selain kebutuhan alat tulis kantor
informasi. Dengan kegemaran ini akan untuk administrasi perpustakaan, di tiga SD
terbentuk pribadi yang berkarakter positif juga disiapkan aneka jenis koleksi.Koleksi
pada masa dewasa dan akhirnya diharapkan perpustakaan diperoleh dari 17 penerbit dan
mampu bersaing di era global. Narasumber yayasan di Jakarta dan Bandung. Seluruh
talk show adalah Ketua Yayasan Literasi koleksi berjumlah 3.277 buah, yang secara
Indonesia, Kepala sekolah SDN Cibogo, dan proporsional diberikan 1.773 untuk SDN
Kepala Sekolah SDN Sampora II. Kedokan, 792 untuk SDN Cibogo, dan 712
Pada Desember 2012 dan Januari untuk SDN Sampora II.
2013 dilakukan monitoring dan evaluasi Di samping itu, untuk pelatihan disiapkan
(monev) terhadap kondisi perpustakaan, modul pengelolaan perpustakaan. Materi
pelayanan, dan hambatan dalam pengelolaan yang termuat dalam modul meliputi peran
perpustakaan sekolah. Metode yang dila- perpustakaan sekolah beserta fungsinya, struktur
kukan adalah wawancara terstruktur organisasi pengelola perpustakaan, langkah-
kepada kepala sekolah, perwakilan duta langkah pengadaan koleksi dan inventarisasi,
perpustakaan, pengunjung (guru dan/ atau pengolahan koleksi, yaitu katalogisasi dan
siswa), dan koordinator perpustakaan. klasifikasi,inventarisasi dan pelabelan, kebijakan
Peserta monev berjumlah 14 orang: 3 sirkulasi, praktik pelayanan pengunjung,
kepala sekolah, 6 guru, dan 5 siswa. Hasil penyampulan, penempatan dan perawatan
wawancara dianalisis secara deskriptif koleksi, pengolahan nonbuku, pemerolehan
kualitatif. koleksi, dan pelayanan perpustakaan.

Hasil dan pembahasan 2. Kemampuan Guru dan Siswa dalam


Mengelola Perpustakaan
Hasil kegiatan ini adalah (1) Kegiatan ini selain mempersiapkan
ketersediaan perpustakaan dan modul secara fisik perpustakaan sekolah, juga
pengelolaan perpustakaan, (2) kemampuan/ mempersiapkan sumber daya manusia yang
keterampilan guru dan siswa dalam menge- akan mengelolanya. Pelatihan pengelolaan
lola perpustakaan, (3) peningkatan minat perpustakaan diakui peserta bermanfaat karena
baca, dan (4) publikasi berupa promosi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
perpustakaan SDN Kedokan. Di bawah baru tentang perpustakaan. Siswa yang terpilih
ini akan dijabarkan hasil kegiatan masing- untuk mengikuti pelatihan mengalamai
masing. kesulitan tersendir karena siswa belum terbiasa
membaca cepat paparan yang ditayangan
1. Tersedia Sarana Perpustakaan dan melalui proyektor (LCD).
Modul Pengelolaan Perpustakaan Kemampuan peserta memahami bagai-
Perpustakaan secara fisik telah dibentuk mana mengelola perpustakaan dapat diketahui
di SDN Kedokan di ruangan seluas 42 m2. dari hasil kuesioner, FGD, dan wawancara.
Luas ruang perpustakaan ini dapat dikatakan Berikut hasil pengambilan data mengenai
Peningkatan Minat Baca Melalui Peran Perpustakaan Sekolah Dasar 113

pemahaman dan pengetahuan peserta dapat menjawab dengan benar, sisanya


mengenai fungsi dan peran perpustakaan, mengetahui merawat koleksi hanya dengan
pelayanan kepada pengunjung, peningkatan cara menyampulnya. Semua peserta menge-
minat membaca, dan penambahan koleksi tahui bahwa perawatan bukan hanya me-
perpustakaan. lakukan kerja menyampul, melainkan juga
mengelap, memfotokopi, dan mengatur
2.1. Perpustakaan: fungsi dan peran ventilasi udara. Peserta umumnya menjawab
Semua peserta (siswa, guru, dan mengganti koleksi yang rusak atau sobek agar
kepala sekolah) dalam FGD menyadari perpustakaan dapat dimanfaatkan sepanjang
pentingnya perpustakaan pada zaman waktu. Di samping itu, peserta menyadari
sekarang. Perpustakaan menjadi sarana pentingnya peran pengurus memegang
pendukung untuk meningkatkan minat dalam keberlangsungan perpustakaan, dan
baca, mencari wawasan dan pengetahuan, juga kebijakan pengadaan koleksi harus
menggali ilmu, sumber belajar dan referensi, sesuai dengan kebutuhan siswa dan actual.
dan mencari solusi permasalahan yang Pemahaman guru dan siswa mengenai
dihadapi. Adanya perpustakaan penting pengelolaan perpustakaan lebih baik setelah
untuk memajukan sekolah, memajukan diberikan pelatihan. Di sini terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa, mendorong siswa pengetahuan dalam hal kesediaan memanfaatkan
agar giat belajar dan membaca, di samping perpustakaan, pemahaman kegiatan pengolahan
juga prestise/gengsi sekolah. Oleh karena koleksi, kesediaan memotivasi siswa untuk
itu, perpustakaan harus dapat dimanfaatkan memanfaatkan perpustakaan, dan pemahaman
oleh pengguna/pengunjung. cara merawat koleksi yang benar. Siswa dan
Aktivitas yang dilakukan di perpusta- guru mengakui bahwa mereka sudah lebih
kaan antara lain mengerjakan PR, mencari mengerti seluk-beluk mengurus perpustakaan
pengayaan bahan ajar, menambah pengeta- sekolah daripada sebelumnya: cara menyampul,
huan, atau sekadar hiburan dengan mengklasifikasi, menginventarisasi, mengkoding,
melihat-lihat gambar, majalah, atau komik melabeli, dan menempatkan buku pada tempatnya
dalam suasana yang santai dan nyaman. dengan benar. Mereka pun lebih memahami
Ditemukan ada siswa yang memang datang cara merawat koleksi, seperti membersihkannya
ke perpustakaan untuk memperlancar dari debu, kotoran, dan menjauhkannya dari
membaca. serangga buku. Melayani pengunjung secara baik
Minat guru untuk ikut mengelola juga merupakan hal penting yang diakui peserta
perpustakaan cukup besar. Kesediaan ini dapat memotivasi dan meningkatkan jumlah
didorong rasa ingin memotivasi siswa agar pengunjung.
datang ke perpustakaan dan mengajaknya
membaca buku. Ketika ditanya kegiatan 2.2 Pelayanan kepada Pengunjung
utama perpustakaan, hanya 6 orang dari 39 Waktu pelayanan perpustakaan dibuka
orang pada prates dan 4 orang pada postes setiap hari Senin-Sabtu dari pagi hingga
yang menjawab benar, yaitu melayani siang atau sore hari. Sejak ada perpustakaan,
pengunjung. Peserta pelatihan juga sudah banyak pengunjung, khususnya siswa, yang
mengetahui bagaimana dan apa saja yang datang untuk membaca atau mengerjakan
termasuk pengelolaan perpustakaan, yaitu tugas-tugas pelajaran yang diberikan oleh
inventarisasi, klasifikasi, dan katalogisasi. guru. Dalam pelajaran bahasa Indonesia,
Ikhwal pelayanan kepada pengunjung, misalnya, siswa diminta meringkas bacaan
semua peserta pelatihan umumnya menjawab dan menceritakannya kembali. Juga dalam
peminjaman, penyampaian informasi, dan pelajaran IPA, siswa diminta mencari
pembimbingan. Hanya 50% yang dapat rangkaian tubuh manusia dari buku-buku
menjelaskan bagaimana bentuk pelayanan yang tersedia di perpustakaan.
sirkulasi. Kegiatan pengelolaan lainnya Siswa yang datang sesuai dengan
mencakup bagaimana merawat koleksi. jadwal berkunjung yang disusun koordinator
Namun, hanya 20 orang ketika prates yang kelasnya dengan jumlah rata-rata per kelas
Wijayanti, S.H., Efendi, Warmiyati, M.M.T. 114

30 orang, dan didampingi satu guru kelas. duta perpustakaan sebagai pihak yang diberi
Ini disebabkan belum adanya petugas khusus wewenang untuk mengurusi perpustakaan.
penuh waktu di perpustakaan. Karena itu, Koordinator perpustakaan adalah seorang
tidak heran apabila guru kelas kadang- guru, yang bertugas (1) bertangung jawab
kadang terlupa menyuruh siswa mengisi atas kelangsungan dan perkembangan
buku pengunjung/tamu. Namun, kesadaran perpustakaan sekolah; (2) melaporkan dan
pentingnya mengisi buku pengunjung sudah menerima masukan dari kepala sekolah; (3)
meningkat dari 36% pada monev I menjadi mengkoordinasi segala kegiatan bersama
71% pada monev II. duta perpustakaan; (4) menjalin kerja
Meskipun ketiga perpustakaan sudah sama dengan pihak luar yang berkaitan
memiliki aturan tata tertib yang dipampang di dengan urusan perpustakaan sekolah. Duta
ruangan perpustakaan, masih ada siswa yang perpustakaan terdiri atas beberapa siswa,
belum mematuhinya (43%). Alasan tidak yang bertugas (1) membantu koordinator
mematuhi karena kurang memperhatikan perpustakaan dalam melaksanakan kegiatan
sehingga yang dijumpai siswa mencoret-coret di perpustakaan, antara lain pengolahan
buku, bercanda, makan makanan kecil, dan koleksi, sirkulasi, pengadaan koleksi, dan
tidak mengembalikan buku ke rak tempatnya layanan perpustakaan; (2) bertanggung
semula. Tingkat kepatuhan meningkat jawab pada koordinator perpustakaan; (3)
pada monev II, yaitu sebanyak 57% siswa memotivasi teman-teman siswa lainnya
mematuhi tata tertib perpustakaan. Jumlah untuk datang berkunjung ke perpustakaan.
ini masih dapat dikatakan belum memadai Meskipun demikian, peran koordinator
karena memang siswa dalam usianya yang hingga saat ini masih sebatas menyusun
masih sangat muda masih perlu dibimbing kunjungan per kelas menyuruh siswa datang
dan terus-menerus dinasihati, diarahkan. ke perpustakaan sesuai dengan jadwal kelas,
Hingga saat ini buku hanya boleh dibaca mengingatkan siswa agar mematuhi tata
di ruang perpustakaan dan pengunjung harus tertib perpustakaan, memperhatikan siswa
mengembalikannya saat itu juga dengan yang datang membaca, mengkomunikasikan
meletakkannya kembali ke dalam rak. Akan fungsi dan manfaat perpustakaan, mengins-
tetapi, meskipun diperintahkan oleh guru truksikan duta untuk membantu melabeli
penjaga perpustakaan, masih saja ditemukan dan menyampuli buku, merapikan rak
siswa yang tidak mengembalikannya ke buku, melap dan menyapu ruangan. Duta
tempatnya semula. Menurut pengakuan dan koordinator (43% dari 14 responden)
guru, siswa sering bosan membaca satu mengakui menemui kendala dalam
buku lalu beralih membaca buku yang lain menjalankan perannya. Siswa pengunjung
dan meletakkannya sembarangan. lebih banyak mendengar kata-kata guru
Jenis buku yang dibaca guru umumnya daripada duta perpustakaan. Sementara itu,
adalah buku pelajaran (33%), sedangkan guru mempunyai tugas utama mengajar,
buku yang dibaca siswa adalah buku cerita tetapi tidak semua guru mau mengajak siswa
(40%). Jumlah ini meningkat pada monev ke perpustakaan. Kendala lainnya yang
II, yaitu 43% guru membaca buku pelajaran dihadapi koordinator selain sulit bekerja
dan 57% siswa membaca buku cerita. Buku sama dengan guru, adalah sulit mengatur
cerita bergambar dan buku mengenai tokoh anak-anak untuk tidak lupa mengisi buku
sejarah (otobiografi) digunakan guru untuk pengunjung dan memperingatkan siswa agar
mengajar siswa di kelas satu dan kelas dua. tidak berisik.
Kamus bahasa asing (Inggris dan Arab) Baik siswa maupun guru menyadari
dibaca guru untuk mendukung studi yang tanggung jawab perpustakaan ada di pundak
sedang ditempuhnya, sementara siswa semua warga sekolah, terutama koordinator
lebih menyukai buku cerita karena banyak perpustakaan, dibantu oleh guru dan
gambarnya. siswa. Guru dan siswa hanya membantu
Dari hasil pelatihan ini telah secara teknis administratif dan membantu
ditetapkan koordinator perpustakaan dan menjaga kebersihan dan kerapiannya.
Peningkatan Minat Baca Melalui Peran Perpustakaan Sekolah Dasar 115

Kepala Sekolah SDN Cibogo bahkan guru, pelayanan berarti membuat siswa
menekankan bahwa kepala (koordinator) ketagihan, artinya ingin datang dan datang
perpustakaan haruslah orang yang cerewet lagi ke perpustakaan, sopan, tidak galak,
yang tidak bosan-bosannya mengingatkan disiplin, menciptakan suasana tenang, dan
siswa dalam berbagai hal, seperti melarang ramah.
berisik, menyuruh mengembalikan buku Pelayanan yang diberikan oleh petugas
di tempatnya, atau mengajak siswa sering- perpustakaan sekolah selama ini umumnya
sering berkunjung ke perpustakaan. Kepala dikatakan peserta monev I (79%) baik,
sekolah tetap penanggung jawab secara selalu membantu, dan ramah. Persentase ini
keseluruhan. meningkat 100% ketika diwawacarai dalam
Tugas-tugas sekolah dan kegiatan rutin monev II. Ramah berarti guru mengingatkan
belajar-mengajar membuat guru terbebani agar mengembalikan buku pada tempatnya,
dan akhirnya tidak fokus dalam melayani dan mengingatkan selalu menjaga kebersihan,
mengurus perpustakaan, seperti diakui guru mengingatkan/menegur siswa untuk mengisi
dari SDN Sampora II, “Dulu kita melayani buku pengunjung, dan melarang berisik.
sudah bikin kartu pinjam, tapi awalnya Selain itu, ramah juga meminta pengunjung
saja karena terbentur tugas-tugas pokok agar tidak makan dan minum di ruangan,
kita mengajar jadi terbengkalai.” Meskipun tidak takut datang untuk membaca, tidak
dibantu siswa, bantuan siswa hanya dalam merusak buku, membujuk wali murid
hal teknis, seperti melayani pengunjung, agar memberi contoh, memperlakukan
yaitu teman-temannya, menyampul buku, pengunjung dengan sebaik mungkin, dan
membersihkan buku dan ruangan. “Anak mengimbau kepada siswa bahwa membaca
SD tidak seperti anak SMP atau SMA. Harus itu penting. Layanan ini disampaikan kepada
disuapi. Belajar sehari-hari saja seperti itu, siswa pengunjung oleh guru kelas dan
tidak ada ide sendiri,” (N, guru SDN Sampora koordinator perpustakaan; dengan demikian,
II). Diakui duta bahwa mereka senang terlibat konsep berbasis kualitas pelayanan seperti
dalam mengurus perpustakaan karena dapat dikemukakan Nugroho (2005). Antara lain
menjaga perpustakaan dan membaca. Duta tangible, responsiveness, assurance, dan
juga mengakui senang jika teman-temannya emphaty telah diterapkan. Tangible berarti
mau ikut membaca di perpustakaan. layanan terhadap perpustakaan secara kasat
Ketiga sekolah masih menggunakan mata, seperti ruang perpustakaan yang
tenaga guru, staf tata usaha, atau staf kopersi dijaga kebersihannya dan buku-buku yang
untuk melayani pengunjung perpustakaan. tertata rapi. Responsiveness berarti duta
Petugas itu, diharapkan guru dari atau koordinator bersikap tanggap dengan
SDN Sampora II, sebaiknya staf khusus, membantu mencarikan buku apabila ada
bukan guru. Petugas inilah yang menjaga pengunjung yang kesulitan. Assurance
perpustakaan agar tetap buka pada waktunya berarti menjamin buku tidak dibawa pulang
dan melayani pengunjung, terutama siswa karena memang saat ini belum melayani
kelas satu dan kelas dua. Kendala ini buku dibawa pulang. Emphaty berarti
merupakan masalah yang terjadi hampir di pengurus perpustakaan (koordiantor dan
banyak SD yang memiliki perpustakaan. duta) mempunyai rasa yang menyatu
Faktor pelayanan merupakan faktor dengan perpustakaan sehingga mau
lain yang tidak kalah penting. Pelayanan meluangkan waktunya untuk mengurusinya,
adalah kegiatan mendayagunakan materi meningkatkan kualitas siswa dengan melayani
perpustakaan kepada pengunjung. jasa membaca di perpustakaan .
Pelayanan juga merupakan ujung tombak
perpustakaan untuk menjalankan fungsinya (3) Peningkatan Minat Membaca
(Surachman 2010). Menurut persepsi Peran perpustakaan sangat penting
siswa, pelayanan berarti memberi senyum, dalam membangkitkan minat baca. Penge-
menyapa, membantu mencarikan buku, dan tahuan dan minat membaca siswa bertambah
membolehkan meminjam buku. Di mata sejak ada perpustakaan, seperti diakui
Wijayanti, S.H., Efendi, Warmiyati, M.M.T. 116

oleh guru dan kepala sekolah. Siswa lebih untuk memperbaiki perlengkapan sekolah
memilih waktu istirahat untuk membaca yang rusak. Untuk menambah koleksi, guru
daripada bermain; siswa meminta segera mengakui dapat melakukan hal yang sama:
dibukakan pintu perpustakaan karena menyisihkan uang dari kotak amal itu untuk
ingin membaca; orangtua siswa datang ke membeli buku. Dengan iuran ini guru
perpustakaan untuk membaca agar dapat sebenarnya juga melatih siswa agar peduli
membantu belajar anaknya di rumah; siswa kepentingan bersama.
memperlancar membaca di perpustakaan. Selain sumbangan, menurut guru,
Selain meningkatkan minat baca, adanya koleksi perpustakaan dapat juga ditambah
perpustakaan menunjukkan administrasi apabila guru mengikuti seminar karena
yang lebih rapi mengingat sebelumnya umumnya peserta seminar mendapat buku
perpustakaan SDN Sampora II dan SDN gratis. Siswa mengusulkan untuk menambah
Cibogo belum tertib dalam pengelolaan koleksi perpustakaan selain dengan cara
koleksinya. sekolah membeli dengan dana yang ada dan
Dalam menarik minat pengunjung meminta iuran siswa, juga tukar-menukar
untuk datang ke perpustakaan, guru dengan sekolah lain, memfotokopi, atau
membuat beberapa kegiatan, seperti siswa berpatungan.
mengajak siswa mencari bahan bacaan di Koleksi perpustakaan perlu bertambah
perpustakaan, mengadakan lomba, membuat dan bervariasi dari waktu ke waktu, tidak
sinopsis atau puisi, menceritakan kembali isi hanya mengandalkan buku teks bantuan
bacaan, mengajak siswa melakukan kegiatan pemerintah. Koleksi di SDN Sampora II
administrasi perpustakaan, seperti menyampul saat monev II sudah bertambah. Tambahan
dan merapikan buku. Ketertarikan siswa diperoleh sebanyak 630 buku dari
tampak seperti dinyatakan oleh salah satu Kemendiknas. Penambahan koleksi perlu
guru bahwa siswa umumnya membaca lebih direncanakan sesuai dengan kebutuhan siswa
dari satu buku ketika guru memintanya dan guru. Pihak sekolah dapat menyisihkan
membaca satu buku. Hal ini menunjukkan anggarannya untuk membeli buku, seperti
bahwa siswa senang membaca. Melihat tercantum dalam UU NO. 47 tahun 2007
teman-temannya membaca di perpustakaan bahwa sekolah dapat memanfaatkan 5% dana
dapat mendorong siswa lain ikut melakukan yang ada untuk belanja buku sekolah yang
hal yang sama. Mereka mengakui membaca memang dibutuhkan demi mengembangkan
sebanyak dua hingga tiga buku sehari. koleksi perpustakaan.
Budaya membaca baru akan tercipta
apabila mendapat dukungan dari lingkungan. (4) Promosi Perpustakaan SDN Kedokan
Di rumah, diakui siswa, tidak ada anggota Promosi adalah alat yang digunakan
keluarga yang senang membaca. Kegiatan untuk mendukung pelayanan yang dilaku-
siswa sepulang sekolah umumnya bermain kan perpustakaan (Surachman 2010).
games dan menonton TV. Karena di rumah Promosi ditujukan kepada pihak internal dan
tidak terbangkitkan kemauan membaca, eksternal. Kepada pihak internal, promosi
sekolah dapat menjadi tumpuan pembangkit dilakukan dalam bentuk penyelenggaraan
kemauan siswa untuk membaca. lomba yang terkait perpustakaan, seperti
Pada masa mendatang, untuk menambah meringkas bacaan hanya dari buku yang
koleksi, guru bermaksud akan mencari tersedia di perpustakaan. Di samping itu,
sponsor ke pihak ketiga atau menyarankan lomba mewarnai serta lomba menggambar
siswa, khususnya kelas enam, menyumbang dan mewarnai diselenggarakan di ruang
b u k u . Te r u n g k a p p u l a b a h w a g u r u perpustakaan.
telah membiasakan siswa setiap Jumat Promosi kepada pihak eksternal
untuk menyisihkan uang jajannya dan merupakan promosi kepada orangtua siswa
memasukkannya di kotak amal, seperti dan masyarakat setempat. Promosi dikemas
yang sudah berjalan sampai sekarang. Uang dalam talk show bertema meningkatkan
dari kotak amal itu digunakan antara lain minat baca, yang sekaligus menyebarluaskan
Peningkatan Minat Baca Melalui Peran Perpustakaan Sekolah Dasar 117

keberadaan perpustakaan kepada warga siswa dan memajukan sekolah. Tidak


sekolah dan masyarakat setempat. Talk show ada petugas (pustakawan) khusus yang
bertujuan memberikan kesadaran kepada mempunyai waktu penuh untuk melayani
pemangku kepentingan, yaitu guru, orangtua, pengunjung meskipun waktu buka dan
siswa, dan masyarakat setempat untuk peduli tutup sudah ditentukan. Hal ini disebabkan
terhadap pendidikan dasar, khususnya dalam keterbatasan waktu guru dan siswa (duta)
membiasakan anak-anak membaca sejak yang mempunyai tugas utama mengajar dan
dini. Dengan tersedianya berbagai jenis belajar. Sementara itu, jika ada pustakawan
buku di perpustakaan, siswa dipacu agar khusus, tidak ada biaya yang dapat
termotivasi karena ada dorongan dari guru dikeluarkan untuk membayarnya. Apabila
dan orangtua untuk membaca. Siswa bebas hal ini tidak dipecahkan, perpustakaan
mengeksplorasi keingintahuannya dan dapat sekadar “ada,” sebagai “gudang buku”, dan
mencari hiburan dengan menjelajah dunia tidak menarik dikunjungi. Masalah di atas
lain melalui buku. Begitu pula orangtua dapat diatasi dengan adanya kerja sama
dapat membantu mengatasi kesulitan belajar triparti: kepala sekolah, duta perpustakaan,
anaknya dengan diizinkannya orangtua dan koordinator perpustakaan. Koordinator
membaca di perpustakaan. perlu mempercayai dan memberi tanggung
jawab kepada duta perpustakaan untuk
Simpulan membantu mengurus perpustakaan tanpa
mengganggu kegiatan belajar siswa. Peran
Pelatihan pengelolaan perpustakaan dirasa- kan duta di hadapan siswa lainnya perlu didukung
manfaatnya bagi guru dan siswa.Pada masa yang sehingga ada perasaan dipentingkan,
akan datang dapat diadakan pelatihan lainnya dihormati, dan dipercaya. Duta dapat
yang mendukung kompetensi guru dan siswa, memberi contoh yang baik dan memotivasi
seperti pelatihan teknik pengajaran, bahasa teman-temannya untuk berkunjung ke
Inggris, agama, komputer, pembinaan karakter, perpustakaan, di samping membantu
dan pemantapan budaya lokal, seperti seni tari. koordinator. Koordinator pun mendapat
Bukan hanya guru, siswa juga mengusulkan kepercayaan penuh dari kepala sekolah untuk
diajarkannya keterampilan tangan, seperti mengurus dan memajukan perpustakaan.
menyulam. Karena itu, kegiatan mendatang Saling percaya, saling mendukung, dan
dapat ditingkatkan dengan pelatihan lain yang saling mengingatkan akan peran masing-
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa masing merupakan kunci kerja sama
dan guru. Kegiatan ini masih menyisihkan dalam mempertahankan keberlangsungan
masalah yang klise. Pertama, masalah ruangan perpustakaan. Koordinator sebagai petugas
perpustakaan. Saat ini ketiga sekolah masih perpustakaan merupakan kunci keberhasilan
menggunakan ruang kelas sebagai ruang pengelolaan perpustakaan. Ia adalah orang
perpustakaan. Pada jangka panjang, koleksi yang telah mendapat pendidikan dan
diperkirakan akan bertambah, tetapi jumlah pelatihan mengelola perpustakaan. Karena
rak buku terbatas. Begitu pula jika akan dibuka itu, perannya perlu dimaksimalkan. Adapun
untuk umum (bukan berdasarkan jadwal kelas, kepala sekolah sebagai pengawas perlu
tetapi membolehkan siapa pun dan dari kelas bertanggung jawab akan keberlangsungan
mana pun untuk berkunjung setiap saat), ruang perpustakaan.
baca yang terbatas menjadi kendala. Harapan
kepala sekolah SDN Kedokan dan SDN Ucapan terima kasih
Cibogo adalah mempunyai ruang khusus yang
lebih luas untuk perpustakaan. Dalam hal ini Kegiatan ini telah berjalan sesuai dengan
SDN Kedokan sudah menyediakan lahan yang direncanakan. Karena itu, tim pelaksana
yang cukup luas, tetapi belum tersedia dana mengucapkan terima kasih kepada DIKTI,
untuk membangunnya. Kedua, ketiadaan PT Astra Otoparts, dan Dompet Dhuafa yang
sumber daya manusia yang dapat menjaga, telah mendanai kegiatan ini.
mencurahkan pikiran demi mencerdaskan
Wijayanti, S.H., Efendi, Warmiyati, M.M.T. 118

Daftar PUSTAKA Supriyanto. 2003. Sebuah Pemikiran: Master


Plan Perpustakaan SD Percontohan.
Ansyori, A. 2009. Mencermati Masalah Media Pustakawan. Vol 10 (3): 29-32.
Pendidikan dan Pentingnya Perpusta-
kaan Sekolah dalam Era Globalisasi Arif. S. 2010. Perpustakaan Sekolah: Sebuah
Informasi. JKDMM.Vol. XXV (1): 33- Elemen Penting dalam Keberhasilan
48. Pendidikan dan Pembelajaran di
Sekolah. Makalah. Disampaikan dalam
Chamdi, D.S.A: Membaca Itu Penting, Seminar Sehari Perpustakaan Sekolah
Kompas, 23 Agustus 2012. di Tegal. Http: //www. Academica.
e d u / 4 6 7 9 0 6 / P E R P U S TA K A A N
Arry, N. Agustus 2005. Perpustakaan Ideal SEKOLAH Sebuah elemen penting
Seuai Harapan Pengguna. WJPA Vol. dalam keberhasilan pendidikan dan
9. pembelajaran di sekolah (20 Desember
2012).
Perlu Inisiatif Kembangkan Perpustakaan.
Kompas, 4 April 2011. Sutarno, N.S. 2004. Manajemen Perpustakaan:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Perpustakaan Sekolah Butuh Perhatian. Samitra Media Utama.
Kompas, 2 April 2011.
Taufik, Isnaini, N. 2010. Masalah Perpus-
Prasetyo., Dwi, B. 2003. Perpustakaan takaan Sekolah dan Alternatif Peme-
Sekolah Jangan Diabaikan. Media cahannya. Makalah. Palembang.
Pustakawan. Vol. 1 (1).
Yusuf, Pawit M. & Suhendar, Y, 2005.
Sri. R. 2006. Peranan Perpustakaan dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpusta-
Mewujudkan Pendidikan Bermutu. kaan Sekolah. Jakarta: Kencana
Media Pustakawan. Vol. 13 (3,4): 28- Prenada Media Group.
34.
Salahuddin. W, Merawat Bahasa Indonesia.
Sudiarto. 2006. Persepsi tentang Minat Baca Kompas, 28 Oktober 2011.
di Indonesia. Media Pustakawan. Vol.
13 (1, 2): 43-47. 76.000 Sekolah Belum Memiliki Perpustakaan.
Kompas, 8 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai