Anda di halaman 1dari 15

PERSEPSI SISWA KELAS VI TERHADAP

PERPUSTAKAAN DALAM MENUNJANG PROSES


BELAJAR MENGAJAR DI SD NEGERI
DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO
Via Rizqi (UIN Sunan Ampel Surabaya)
viarizqiiid@gmail.com

Abstract

The library is one of the facilities and infrastructure that have a role
to support student teaching and learning activities. Some schools
determine the library as one of the mandatory facilities and
infrastructure that must be available in an educational institution.
Some others, still do not care about the importance of libraries in
the education process. This study aims to determine the perceptions
or perspectives of students, and also all school residents involved in
it to the library. Given the availability of adequate libraries for
elementary schools in East Java, especially in the Dawarblandong
area, Mojokerto district is still very minimal. The research method
used is a qualitative method. From this research it can be seen that
it turns out that the library according to students of grade VI of
Dawarblandong State Elementary School is not so important. This is
evidenced by the small intensity of time spent by students to visit the
library. Lack of attention to the condition of the library is one of the
causes of students' reluctance to visit the library. In addition, the
availability of very few books is also a factor in the rarity of students
visiting the library.

Keywords: library, perspectives, facilities and infrastructure.

Abstrak

Perpustakaan adalah salah satu sarana dan prasarana yang


berperan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa.
Beberapa sekolah menetapkan perpustakaan sebagai salah satu
sarana dan prasarana wajib yang harus terdapat dalam suatu
lembaga pendidikan. Sebagian lagi, masih belum peduli terhadap
pentingnya perpustakaan dalam proses pendidikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi atau sudut pandang siswa,
dan juga seluruh warga sekolah yang terlibat di dalamnya
terhadap perpustakaan. Mengingat ketersediaan perpustakaan
1
yang layak untuk sekolah dasar di Jawa Timur khususnya di
daerah Dawarblandong, kabupaten Mojokerto masih sangat
minim. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ternyata
perpustakaan menurut siswa-siswi kelas VI SD Negeri
Dawarblandong tidak begitu penting. Hal ini dibuktikan dengan
sedikitnya intensitas waktu yang digunakan murid-murid untuk
berkunjung ke perpustakaan. Kurangnya perhatian terhadap
kondisi perpustakaan menjadi salah satu penyebab keengganan
siswa untuk mengunjungi perpustakaan. Disamping itu,
ketersediaan buku yang sangat sedikit juga menjadi faktor
jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan.

Kata Kunci: perpustakaan, persepsi, sarana dan prasarana.

PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan adalah intuisi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam
secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan
rekreasi para pemustaka1.
Selanjutnya, pengertian perpustakaan menurut Kep.
Menpan No. 132/2003 adalah unit kerja yang memiliki sumber daya
manusia, ruangan khusus, dan koleksi bahan pustaka sekurang-
kurangnya terdiri dari 1000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang
sesuai dengan jenis perpustakaan yang bersangkutan dan dikelola
menurut sistem tertentu2.

1
Drs. Hartono, S.S., M.Hum., Kompetensi Pustakawan Profesional,
(Yogyakarta: Calpulis, 2016), 1.
2
Drs. Hartono, S.S., M.Hum., Manajemen Perpustakaan Sekolah,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 22.
2
Perpustakaan adalah salah satu sarana lembaga
pendidikan yang sifatnya wajib dibangun dan disediakan demi
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar siswa selama di
sekolah. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai penunjang
kegiatan belajar siswa, membantu siswa dan guru guna tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah.3 Dengan kata lain, perpustakaan
dalam lingkup pendidikan formal berfungsi untuk meningkatkan
intelektual siswa-siswi dan warga sekolah yang bersangkutan.
Pengertian perpustakaan secara berangsur-angsur
seiring dengan berjalannya waktu berkembang menyesuaikan
zaman. Perpustakaan yang awalnya berbentuk kertas dan buku, saat
ini beralih sebagai pusat informasi dan pengetahuan yang direkam
baik itu dengan media tulis, cetak, rekam maupun elektronik.
Keberadaan perpustakaan dalam dunia pendidikan
khususnya di daerah Jawa Timur, kabupaten Mojokerto, saat ini
masih dalam tahap perkembangan. Dengan meninjau keadaan
ekonomi warga setempat, minat baca terhadap buku pengetahuan
guna meningkatkan intelektualitas masih sangat rendah. Itulah
mengapa perpustakaan merupakan sarana wajib dalam lembaga
pendidikan sebab perpustakaan menjadi salah satu modal dan alat
bantu untuk memperluas wawasan dan meningkatkan
intelektualitas.
Tentunya, berdirinya suatu bangunan tidak luput dari
sebuah tujuan dan manfaat yang melatarbelakangi. Adapun tujuan
dari didirikannya perpustakaan adalah sebagai media dan sumber

3
Murniaty S.SOS, Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah,
(USU Repository, 2006).
3
belajar yang mendukung proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan sekolah.
Kemudian manfaat yang diperoleh dengan mendirikan
sebuah perpustakaan dilingkungan atau dilingkup lembaga
pendidikan adalah: (1) membangkitkan kecintaan para siswa
terhadap budaya membaca; (2) memperkaya pengalaman belajar
selain di ruang kelas; (3) menanamkan kebiasaan belajar mandiri
dan belajar sepanjang hayat; (4) mempercepat proses penguasaan
materi pelajaran yang disampaikan guru; (5) membantu guru
memperoleh dan menyusun materi-materi pembelajaran; (6)
membantu kelancaran dan penyelesaian tugas para karyawan
sekolah; dan (7) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi seluruh civitas sekolah4.
Persepsi berarti tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu5. Dengan kata lain, persepsi merupakan suatu tanggapan
yang dimulai dari proses melihat, mengamati dan menerima segala
sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar. Persepsi siswa dapat
diartikan tanggapan atau respon siswa terhadap hal-hal yang terjadi
di sekitarnya.
Persepsi dapat timbul melalui pengamatan yang
dilakukan oleh panca indra kemudian diolah oleh otak yang
akhirnya mengeluarkan tanggapan mengenai objek yang telah
diamati oleh panca indra tadi. Adanya persepsi setelah proses
pengamatan dan tinjauan lapangan merupakan sebuah opini dari

4
Drs. Hartono, S.S., M.Hum., Manajemen ...,29.
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001)
4
tiap-tiap orang yang mengeluarkannya. Itu berarti, persepsi
merupakan tanggapan yang dirangkum dalam untaian kalimat,
berdasarkan fakta tetapi bersifat subjektif. Bersifat subjektif, sebab
hal ini merupakan tanggapan atau komentar yang dikeluarkan oleh
sebuah individu.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif, karena penelitian ini menjelaskan tentang
fenomena yang telah diamati oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi
lapangan dan dokumentasi.

PEMBAHASAN
Ketersediaan Perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong

Gambar 1.1 tampak depan perpustakaan SD Negeri


Dawarblandong.

5
Perpustakaan yang ada di SD Negeri Dawarblandong telah
berdiri sejak tahun 2006, diprakarsai oleh pak Ngateman, selaku
kepala sekolah pada waktu itu, dan dibantu oleh dana yang turun
dari pemerintah. Alasan pak Ngateman mendirikan perpustakaan di
SD Negeri Dawarblandong pada awalnya hanya karena agar SD
Negeri Dawarblandong bisa melalui proses pengakreditasian.
Karena salah satu syarat untuk akreditasi adalah suatu lembaga
pendidikan harus mempunyai sebuah perpustakaan.

Kemudian pak Ngateman beserta jajaran sadar akan fungsi


penting perpustakaan dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah dan
guru-guru SD Negeri Dawarblandong kemudian bersama-sama
mendirikan perpustakaan dan mengupayakan bagaimana agar
perpustakaan tersebut bisa layak dikunjungi oleh warga sekolah.

Perpustakaan yang dimulai dari bangunan sederhana yang


diisi dua rak buku saja. Yang kemudian dengan seiring berjalannya
waktu jumlah buku terus bertambah. Meskipun demikian,
pertambahan jumlah buku tidaklah banyak.

Perpustakaan yang layak adalah perpustakaan yang


memiliki sekurang-kurangnya 1000 koleksi buku yang dapat
diakses oleh seluruh warga sekolah, baik itu murid, guru, staf TU
dan lain sebagainya. Pokok permasalahan yang pada saat itu
dihadapi oleh SD Negeri Dawarblandong adalah koleksi buku yang
tersedia tidak mencapai 1000 buah. Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya atensi pemerintah setempat terhadap perpustakaan di
sekolah-sekolah dasar khususnya di daerah Dawarblandong.

6
Kurangnya bantuan juga menjadi kendala besar untuk memajukan
perpustakaan di daerah setempat. Hal ini menjadi penyebab
perpustakaan di daerah Mojokerto, Dawarblandong masih dalam
tahap perkembangan yang tidak begitu signifikan.

Karena perpustakaan sekolah merupakan bagian penting


dari suatu lembaga pendidikan, maka berdirilah perpustakaan
sederhana tersebut hingga kini, yang bertujuan menunjang kegiatan
belajar mengajar di SD Negeri Dawarblandong.

Salah satu landasan berdirinya perpustakaan di SD Negeri


Dawarblandong adalah Pasal 35 UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional6 yang menetapkan bahwa: “Setiap
satuan pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber
belajar. Pendidikan tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik
bilamana para tenaga kependidikan maupun peserta didik tidak
didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.”
Yang dimana perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar
yang dimaksud.

Namun kurangnya kesadaran dari pihak sekolah akan


pentingnya perpustakaan, membuat perpustakaan di SD Negeri
Dawarblandong tidak mengalami peningkatan secara signifikan,
dari pembangunan hingga tata kelola perpustakaan itu sendiri.

6
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang nomor 2 tahun
1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 1989).
7
Perpustakaan di SD ini, hanya sebatas dijadikan pelengkap saja dan
dipergunakan sebagai salah satu syarat untuk menunjang proses
pengakreditasian sekolah. Juga sebagai penggugur kewajiban.

Kondisi Perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong

Gambar 1.2 kondisi perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong


tahun 2019.

Perpustakaan sekolah yang baik memiliki koleksi pustaka


atau koleksi buku bacaan. Jenis koleksi pustaka dibagi menjadi
koleksi dasar dan koleksi-koleksi lainnya. Koleksi dasar merupakan
jenis koleksi yang wajib dimiliki oleh sebuah perpustakaan sekolah
sebanyak sekurang-kurangnya 1000 buah. Koleksi dasar yang
dimaksud diantaranya adalah buku pelajaran pokok, buku pelajaran
pelengkap, buku bacaan, buku rujukan dan lain sebagainya.

Perpustakaan SD Negeri Dawarblandong hanya


menyediakan koleksi dasar yang berupa buku pelajaran pokok dan
buku pelajaran pelengkap. Buku bacaan yang terdapat di
perpustakaan berupa buku bacaan lama yang sebenarnya sudah
usang dan tidak layak berada di dalam sebuah perpustakaan
sekolah, sebab beberapa halamannya sudah hilang dan rusak. Tidak
ada pertukaran buku rusak untuk perpustakaan SD Negeri
Dawarblandong, yang bisa dilakukan hanya menyimpan buku-buku
8
itu di rak paling atas atau paling bawah sendiri agar tidak dapat
dijangkau oleh siswa-siswi di sana.

Dari segi bangunan, perpustakaan di SD ini tidak memiliki


bangunan yang luas karena lahan yang kurang dan minimnya dana.
Perabot yang dimiliki perpustakaan ini juga kurang memadai,
beberapa kursi dan meja sudah rusak dan seharusnya tidak
diletakkan dan dipergunakan di perpustakaan. Bahkan,
perpustakaan ini penuh debu dan usang.

Minat Siswa Terhadap Perpustakaan di SD Negeri


Dawarblandong

Keberadaan perpustakaan sebagai penunjang kegiatan


belajar mengajar masih kurang diminati oleh sebagian besar siswa
yang ada di SD Negeri Dawarblandong. Pasalnya, ditinjau dari segi
bangunan yang tidak terawat juga jarangnya intensitas waktu buka
perpustakaan menyebabkan murid-murid di SD Negeri
Dawarblandong tidak tertarik untuk pergi keperpustakaan.
Ditambah kurangnya koleksi buku yang memadai membuat murid-
murid bingung dan malas untuk membaca di perpustakaan.

Ketidaktersediaan buku bacaan yang sesuai minat dan


umur murid-murid di SD Negeri Dawarblandong ini merupakan
faktor terbesar yang melatarbelakangi keengganan siswa untuk
mengunjungi perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong. Hal inilah
yang kemudian menjadi penyebab sedikitnya jam operasional
perpustakaan di SD tersebut.

9
Peran perpustakaan secara umum adalah sebagai instalasi
atau sebagai sarana pendidikan yang bersifat teknis edukatif yang
ikut serta sebagai penentu terjadinya proses pendidikan, dan fungsi
pokok dari perpustakaan adalah memberikan informasi untuk
menunjang proses belajar mengajar7. Tetapi karena minimnya
pengetahuan akan pengelolaan perpustakaan, tidak tersedianya
pustakawan yang baik, juga keterbatasan koleksi buku yang
memadai membuat perpustakaan yang ada di SD Negeri
Dawarblandong ini kurang diminati oleh siswa.

Respon Siswa Terhadap Perpustakaan di SD Negeri


Dawarblandong

Gambar 1.3 proses wawancara terkait perpustakaan yang ada


di SD Negeri Dawarblandong.

Satu dua murid mengaku senang mengunjungi


perpustakaan, tetapi mereka menyayangkan sedikitnya jam
operasional perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong. Sebagian
lagi menjawab dengan jujur jika pergi ke perpustakaan bukanlah
suatu hal yang menarik untuk mereka, sebab minimnya buku
bacaan yang tersedia.

7
Kurniawan Yoga, Pengelolaan Perpustakaan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Sentolo Kabupaten Kulon Progo, (Yogyakarta: UNY
Repository, 2011).
10
Sebagian dari mereka berandai-andai, jika isi perpustakaan
jauh lebih banyak dan menarik mereka mungkin akan memilih
menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan, sebab jika waktu
istirahat tiba, mereka mengeluh bingung ingin melakukan apa,
apalagi ditengah-tengah musim panas seperti ini, semua lokasi di SD
Negeri Dawarblandong terasa panas. Murid-murid SD Negeri
Dawarblandong berpendapat, bahwa lebih baik menggunakan
mesin pencarian google daripada memanfaatkan perpustakaan yang
tersedia. Kurangnya buku dan keterbatasan waktu membuat anak-
anak tersebut menggunakan alternatif internet. Meskipun anak SD
tidak diperbolehkan membawa telepon genggam pada saat proses
belajar mengajar. Tetapi, jika ada tugas rumah yang mengharuskan
mereka melakukan pencarian lebih lanjut, mereka akan berlari ke
alternatif internet dan google. Bukan perpustakaan dan bukunya.

Siswa-siswi kelas VI di SD Negeri Dawarblandong berharap


perpustakaan di sekolah dasar merebbbka bisa berkembang jauh
lebih baik lagi nantinya. Mereka mengaku tidak keberatan jika harus
disuruh membawa atau menyumbangkan buku ke perpustakaan,
agar perpustakaan bisa maju sesuai dengan harapan.

“Aku suka baca, tapi kalo ke perpus aku gak suka. Soalnya,
diperpus bukunya itu-itu aja. Tapi kalau disuruh nyumbangin
komikku ke perpus aku mau-mau aja,” ujar Agil, salah satu siswa
kelas VI SD Negeri Dawarblandong ketika ditanyai tentang
kesediannya menyumbangkan buku ke perpustakaan di sekolahnya.

11
Meskipun demikian, tidak semua anak mampu membeli
buku bacaan untuk kemudian disumbangkan ke perpustakaan di
sekolah mereka. Sebab, tidak semua siswa, terutama siswa kelas VI
berasal dari keluarga yang berkecukupan. Hanya segelintir siswa
yang bersedia sukarela menyumbangkan buku untuk perpustakaan.

Tanggapan Guru Terkait Perpustakaan di SD Negeri


Dawarblandong

Guru-guru yang ada di SD Negeri Dawarblandong juga


menyayangkan kekurangan dan keterbatasan sumber bacaan yang
terdapat di perpustakaan. Keterbatasan ini juga diakibatkan oleh
kurangnya bantuan dari pemerintah. Dana yang teralokasikan
hanya untuk bangunan sekolah, dan juga buku pegangan para guru.
Terkait persoalan keuangan diluar itu, para guru lah yang harus
menanganinya sendiri.

Bu Yanti, salah satu petugas perpustakaan, berkata jika


memang hampir satu daerah di Dawarblandong belum memperoleh
bantuan dari pemerintah perihal stok buku bacaan untuk
perpustakaan. Padahal, antusiasme murid terhadap perpustakaan
cukup besar. Meski tidak semua murid senang pergi ke
perpustakaan, tetapi tetap saja faktor ini merupakan faktor
pendukung yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

“Yah mbak, jangan tanya tentang perpustakaan. Soalnya


perpustakaan kita menyedihkan sekali. Buku-bukunya cuma sedikit,
soalnya kurang ada bantuan dari pemerintah,” ungkap bu Yanti,

12
selaku salah satu pengurus perpustakaan SD Negeri
Dawarblandong.

Solusi dari kurangnya bantuan pemerintah tersebut adalah,


dengan mewajibkan setiap alumni untuk meninggalkan kenang-
kenangan berupa buku bacaan minimal satu. Solusi ini efektif untuk
menambah koleksi buku sedikit demi sedikit. Setiap tahun, biasanya
mahasiswa KKN juga memberikan sumbangan berupa buku untuk
perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong.

Ditengah kondisi seperti ini, guru-guru SD Negeri


Dawarblandong hanya bisa berharap pemerintah segera
menurunkan bantuan untuk memperbaiki dan menambah fasilitas
perpustakaan. Sebab, jika hanya mengandalkan sumbangan dari
siswa dan mahasiswa KKN, proses itu akan memakan waktu yang
cukup lama. Sedangkan setiap tahunnya, jumlah siswa di SD Negeri
Dawarblandong terus bertambah.

“Kita tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali mengusahakan


sendiri. Mengajukan proposal untuk bantuan perpustakaan juga
tidak mungkin, karena memang dana yang teralokasikan untuk SD
Negeri Dawarblandong sudah segitu adanya. Yah makanya
perpustakaan kita jarang buka juga. Karena tidak ada buku-buku
yang menarik minat siswa, juga bukunya keluaran lama semua,”
tutur bu Nur, salah satu guru yang mengajar di kelas VI SD Negeri
Dawarblandong.

Guru-guru di SD Negeri Dawarblandong tetap


mengusahakan untuk pengoptimalan penggunaan perpustakaan,
13
karena sebagaimana fungsi perpustakaan pada umumnya, yaitu
untuk menunjang proses belajar mengajar. Pentingnya membaca
sejak dini membuat guru-guru berjuang keras untuk menambah
daftar buku bacaan untuk perpustakaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Perpustakaan merupakan sarana wajib dalam lembaga
pendidikan. Perpustakaan berfungsi untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar, menambah wawasan pengetahuan, dan
meningkatkan minat baca anak. Semakin bagus dan baik
perpustakaan: termasuk di dalamnya menyangkut koleksi buku,
bangunan dan pustakawannya. Semakin tinggi pula minat anak
untuk membaca dan mengunjungi perpustakaan.

Perpustakaan di SD Negeri Dawarblandong merupakan


sarana lembaga pendidikan yang telah berdiri sejak tahun 2006.
Tetapi, minimnya koleksi yang tersedia di perpustakaan membuat
murid-murid enggan untuk mengunjungi perpustakaan. Para guru
terus berupaya menambah koleksi buku agar siswa tertarik untuk
membaca di perpustakaan SD Negeri Dawarblandong.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Hartono, S.S., M.Hum., Kompetensi Pustakawan Profesional,


Yogyakarta: Calpulis, 2016.

Drs. Hartono, S.S., M.Hum. Manajemen Perpustakaan Sekolah,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
14
Murniaty S.Sos., Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah,
USU Repository, 2006.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


2001

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 2 Tahun


1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Depdiknas, 1989.

Yoga, Kurniawan. Pengelolaan Perpustakaan di Sekolah Menengah


Pertama Negeri 1 Sentolo Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta: UNY Repository, 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai