PENDAHULUAN
Budaya membaca buku merupakan budaya yang semakin tergusur oleh perkembangan teknologi.
Masyarakat Indonesia cenderung memilih cara praktis dan instan dalam memperoleh informasi.
Terbukti, konsumsi masyarakat akan teknologi internet ataupun telepon genggam semakin meningkat.
Kecenderungan ini berimbas pada proses belajar yang berlangsung di sekolah-sekolah yang mur id-
murid sekolahnya lebih memilih internet daripada membaca buku. Tidak dapat dipungkiri bahwa
penggunaan internet semakin memudahkan pencarian informasi, tetapi ini berdampak buruk
terhadap minat baca di kalangan murid sekolah.
Kondisi minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai
sumber utama untuk mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau
mendengarkan radio (40,3%) dibandingkan membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id).
Data lainnya, misalnya International Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IAE
melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV 30 negara di
dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29. Angka-
angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak
SD.
Selain meningkatnya konsumsi teknologi di masyarakat, kebiasaan cara belajar murid sekolah di
Indonesia yang dilakukan secara satu arah (lebih sering mendengarkan daripada mencari) menjadikan
mutu pendidikan dan sumber daya manusia semakin kurang kompeten.
Untuk menjawab tantangan tersebut, penulis mencoba mengembangkan ide berupa pembuatan komik
sebagai media pembelajaran di dunia pendidikan. Hal ini harapannya mampu mengatasi kejenuhan
dalam mempelajari suatu hal yang sering kali ditampilkan dalam bentuk textbook yang membosankan
dan monoton.
Penggunaan media komik bukan tanpa suatu alasan. Komik merupakan media baca yang menarik
karena berisikan tulisan dan gambar, terutama yang berwarna. Anak-anak usia sekolah lebih tertarik
untuk membaca komik dari pada membaca text book. Penggunaan media komik dengan metode
penyampaian informasi secara diskusi dirasakan lebih efektif dan komunikatif. Pembaca lebih mudah
untuk memahami meteri yang disampaikan dan lebih termotivasi untuk bertanya mengenai hal yang
kurang diketahui. Penyampaian informasi dengan metode satu arah menjadikan anak-anak usia
sekolah cenderung malu untuk menanyakan hal yang belum dipahami.
Ide ini didasari oleh pembuatan dan sosialisasi komik ke sekolah-sekolah. Dalam hal ini, penulis
mengambil contoh dengan mengemukakan masalah bahaya penyakit anthraks melalui komik yang
dilakukan di sekolah dasar.
Manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah peningkatkan minat baca dengan media komik sebagai
sarana pembelajaran, pola belajar berubah dan penyampaian materi pembelajaran yang efektif dan
komunikatif, serta bertambahnya pengetahuan pembaca.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Masalah minat baca di kalangan anak-anak maupun orang dewasa di negara kita sudah banyak ditulis di
koran dan majalah sebagai topik penelitian atau makalah yang diseminarkan. Namun, topik ini tetap
menarik dan aktual mekipun telah banyak ditulis dan dibicarakan. Karena sampai saat ini masih belum
tampak peningkatan minat baca yang signifikan.
Indikator rendahnya minat baca diketahui dari jumlah buku yang diterbitkan masih jauh di bawah
penerbitan buku di Malaysia, Singapura, apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya. Negara disebut
maju karena rakyatnya suka membaca. Ini dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah
perpustakaan yang ada di negara itu.
Masih menjadi pertanyaan mengapa orang-orang Indonesia kurang berminat membaca. Padahal, jika
dicermati penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama atau judulnya
sangat meningkat. Mestinya ini bisa diartikan makin banyak orang berminat membaca. Tetapi sayang,
minat ini hanya terbatas pada membaca koran dan majalah. Sedangkan minat baca yang dimaksud
tentunya juga membaca buku yang memuat pengetahuan dan membuat penduduk lebih cerdas serta
mampu bersaing dengan masyarakat negara lain di bidang apa saja di dunia internasional.
Sejauh ini tetap saja minat baca di Indonesia terhadap buku-buku pengetahuan dikatakan rendah.
Karena; Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/siswa/mahasiswa
membaca buku, mencari informasi/pengetahuan lebih dari yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya
ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya. Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan dan tayangan TV yang
mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, serta surfing di internet walaupun yang
terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di
internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi
anak-anak. Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi,
tempat karaoke, night club, mall, dan supermarket. Keempat, banyaknya keluarga di Indonesia yang
belum mentradisikan kegiatan membaca. Padahal, jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki
pikiran luas dan baik etikanya, kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini.
Apa usaha-usaha yang telah dilakukan guna menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini? Dalam
buku Make Everything Well, khusus bab “Menciptakan Keluarga Sukses” (2005), Mustofa W Hasyim
menganjurkan agar tiap keluarga memiliki perpustakaan keluarga. Sehingga perpustakaan bisa dijadikan
sebagai tempat yang menyenangkan ketika berkumpul keluarga. Di samping itu, orangtua juga perlu
menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga, baik orangtua maupun anak-anak diminta untuk
mematuhinya. Di tengah kesibukan di luar rumah, semestinya orangtua menyisihkan waktunya untuk
membaca buku atau sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan
mendapatkan contoh teladan dari kedua orang tuanya secara langsung. Sedangkan, di tingkat sekolah
rendahnya minat baca anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan fasilitas perpustakaan sekolah.
Seharusnya, pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolah bisa lebih bertanggung jawab atas kondisi
perpustakaan yang selama ini cenderung memprihatinkan. Padahal, perpustakaan sekolah merupakan
sumber belajar yang sangat penting bagi siswanya. Selanjutnya, pemerintah daerah dan pusat juga bisa
menggalakkan program perpustakaan keliling atau perpustakaan menetap di daerah-daerah. Sementara
soal penempatannya, pemerintah bisa berkoordinasi dengan pengelola RT/RW atau Pusat Kegiatan
Masyarakat Desa (PKMD). Karena, semakin besar peluang masyarakat untuk membaca melalui fasilitas
yang tersebar, semakin besar pula stimulasi membaca di masyarakat.
Dilihat dari pemaparannya, semua usaha di atas terlihat sangat menarik. Tapi, untuk anak-anak usia
sekolah tetap saja menganggap bahwa membaca terpaku pada textbook yang berupa uraian panjang
sangat membosankan. Sehingga untuk anak-anak perlu solusi yang lain. Komik merupakan media yang
tepat untuk penyampaian informasi pada anak-anak. Selain karena kaunikannya, komik juga
menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif sehingga lebih mudah dipahami anak-
anak. Menurut Scott Mc Cloud dalam bukunya ”Understanding Comics,” komik adalah media yang
sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia. Karena memiliki kelebihan, yaitu mudah
dipahami, gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik
dapat dibaca oleh semua orang terutama anak-anak. Leif Packalen beserta komikus Frank Odoi dalam
bukunya “Comics with an Attitude,” memperlihatkan banyak contoh penggunaan komik sebagai media
kampanye pendidikan masyarakat di negara-negara Afrika. Sebagian besar warga Afrika buta huruf,
namun komik dapat mengatasi masalah tersebut. Isu-isu yang diangkat dalam komik sangat beragam,
mulai dari pencegahan AIDS, penanganan penyakit malaria, cara bercocok tanam, sampai isu sosial
seperti pentingnya anak perempuan bersekolah dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk menyamapikan
informasi. Tetapi, komik memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin
disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Misalnya komik untuk informasi pendidikan, baik cerita
maupun desainnya harus dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan
harus dapat diterima dengan jelas dan komik ini juga harus memiliki alur cerita yang menarik bagi
pembaca. Jika tidak, komik akan terasa menggurui dan membosankan. Dalam pemanfaatan komik
sebagai media pembelajaran ini, contoh penggunaannya adalah dengan pemanfaatan untuk
menyampaikan informasi bahaya zoonosis khususnya antraks. Tema ini diambil karena selama ini
berbagai metode telah ditempuh dalam penyuluhannya, tapi hasil yang diperoleh tetap tidak maksimal.
Selain itu, tema antraks merupakan tema yang krusial untuk diangkat seiring dengan makin
tenggelamnya isu penyakit ini yang tertutupi oleh isu flu burung.
Antraks merupakan penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis dan sangat
mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks paling sering menyerang herbivora liar yang
telah dijinakkan, namun dapat juga menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang telah
terkena penyakit, jaringan hewan yang tertular, atau spora antraks dalam kadar tinggi. Antraks dapat
ditemukan di seluruh dunia dan lebih umum di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa
program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan.
Nama lain dari penyakit antraks adalah radang limpa, radang kura, miltbrand, miltvuur, charbon,
malignant pustule, malignant carbuncle, splenic fever, hematic anthrax, bacterial anthrax, dan
woolsorters’s disease. Dalam bahasa daerahnya adalah cenang hideung (Sunda) atau kempes modar
(Jawa). Antraks bersifat zoonosa yaitu dapat menular dari hewan kepada manusia demikian juga
sebaliknya. Antraks bisa ditularkan kepada manusia karena pengeksposan secara langsung dengan
hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, serta memakan daging hewan yang
tertular antraks.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit
misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Melihat dari keterangan di atas, terlihat bahwa penyakit ini
sangat berbahaya. Tapi, kurangnya pengetahuan dan penyuluhan yang efektif membuat penyakit ini
justru makin mewabah karena tidak adanya penanganan yang baik. Sehingga pengetahuan sejak dini
dan sosialisasi yang tepat sangat diperlukan dalam penyampaiannya.
BAB III
METODE PENULISAN
penyuluhan, stiker, dan poster. Hal ini dibuktikan dengan sosialisasi bahaya dan
yang cenderung suka mengabaikan informasi juga menjadi faktor dari kurang
usia sekolah akan lebih menarik jika dilengkapi dengan gambar, sehingga akan
Metode sosialisasi ini kami lakukan di dua sekolah yaitu SDN Babakan
Darmaga 01 dan SDN Babakan Darmaga 03 dengan jumlah total murid 117
orang dengan rincian 75 orang dari SDN Babakan Darmaga 01 dan 42 orang dari
SDN Babakan Darmaga 03. Sosialisasi ini dilakukan hanya kepada murid kelas 5
SD di masing-masing sekolah melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu pre test,
tahap kedua presentasi, dan tahap ketiga post test. Pre test adalah tahapan
evaluasi awal untuk melihat seberapa jauh pengetahuan mereka tentang antraks.
memiliki bobot nilai satu. Para siswa diberi alokasi waktu sepuluh menit untuk
Satu kelas dibagi beberapa kelompok berdasarkan jumlah murid. Satu kelompok
terdiri dari 10-11 orang dengan didampingi 4-5 penyuluh tiap kelompok. Setelah
komik tentang antraks yang disesuaikan dengan bahasa daerah setempat (bahasa
ini dilakukan untuk mengubah pola belajar yang satu arah menjadi dua arah.
Setelah mereka selesai membaca, para penyuluh membahas isi komik tersebut
dilakukan masih seputar pertanyaan yang diajukan. Hal ini bertujuan untuk
memperdalam materi.
Tahap ketiga adalah post test yang merupakan tahapan penilaian seberapa
jauh materi yang telah diserap. Masing-masing anak diberi kembali sejumlah
pertanyaan yang sama dengan pre test, dengan aturan dan bobot yang sama. Pada
post test ini dilakukan melalui dua metode dengan penerapan metode yang
Untuk SDN Babakan Darmaga 03, pengisian post test dilakukan seminggu
materi yang diserap setelah dilakukan penyuluhan. Dari kedua hasil yang
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
dasar ini sangat efektif. Kedua metode yang diterapkan pada kedua sekolah dasar
ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Namun, berdasarkan hasil yang
diperoleh, tampak bahwa metode pertama (untuk SDN Babakan Darmaga 01),
antara pre test dan post test, dibandingkan dengan hasil metode kedua (untuk
SDN Babakan Darmaga 03), yaitu pengisian post test dilakukan seminggu
terlalu signifikan.
penyerapan materi adalah metode kedua. Metode ini harapannya lebih baik
karena siswa mempunyai lebih banyak waktu untuk mempelajari dan memahami
isi dari komik tersebut di rumah dengan bantuan dari pihak orang tua murid atau
wali. Selain itu, dengan metode ini siswa juga diharapkan lebih santai dalam
membaca komik sehingga sama sifatnya dengan komik hiburan yang biasa
dibaca.
dengan nilai pre test. Nilai yang diambil adalah nilai rata-rata dari keseluruhan
siswa yang mengikut i baik pre test maupun post test. Terlihat adanya perbedaan
sebesar 2,78032 yang mengarah pada perbaikan nilai (gambar 1dan gambar 2).
Nilai ini sekaligus menjadi acuan pada adanya pengaruh yang positif dalam
10
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai post test yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai pre test. Nilai yang diambil adalah nilai rata-rata dari 11
keseluruhan siswa yang mengikuti baik pre test maupun post test. Terlihat adanya
perbedaan sebesar 3,01879 yang mengarah pada perbaikan nilai (gambar 3). Nilai
ini sekaligus menjadi acuan pada adanya pengaruh yang positif dalam menangkap
dengan hasil lebih tinggi pada SDN Babakan Darmaga 03. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, terdapat sekitar 7 siswa di SDN
Babakan Darmaga 03 yang tidak mengikuti pre test dan post test sehingga data
yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah siswa yang sebenarnya. Kedua,
kecenderungan dari siswa yang mudah mengingat, namun juga mudah lupa pada
daerah sunda. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar menggunakan bahasa sunda
dalam percakapan sehari-hari. Jadi penggunaan metode ini juga akan sangat 12
efektif jika digunakan ditempat lain asalkan bahasa komiknya disesuaikan dengan
bahasa tempat sosialisasi. Selain itu anak usia dini dengan pengetahuan yang
masih dasar mampu memahami isi komik dan informasi yang disampaikan.
Sehingga orang yang lebih dewasa dengan pengetahuan yang cukup luas akan
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
meningkatnya nilai post test daripada pre test. Penyampaian materi yang
media lain. Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, komik merupakan
4.2 Saran
kedua harus dilanjutkan dengan objek tes orang yang lebih dewasa dan
sosialisasi. Selain antraks, informasi lain mengenai ilmu pengetahuan juga bisa
2003].
Nama : Alkhosim
NRP : B04070142
Email : osim_0490@yahoo.co.id
NRP : B04062864
Email : tiar_hrp@yahoo.co.id
tiar.hrp@gmail.com
NRP : B04070091
Email : ries_90@yahoo.com