Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya membaca buku merupakan budaya yang semakin tergusur oleh perkembangan teknologi.
Masyarakat Indonesia cenderung memilih cara praktis dan instan dalam memperoleh informasi.
Terbukti, konsumsi masyarakat akan teknologi internet ataupun telepon genggam semakin meningkat.
Kecenderungan ini berimbas pada proses belajar yang berlangsung di sekolah-sekolah yang mur id-
murid sekolahnya lebih memilih internet daripada membaca buku. Tidak dapat dipungkiri bahwa
penggunaan internet semakin memudahkan pencarian informasi, tetapi ini berdampak buruk
terhadap minat baca di kalangan murid sekolah.

Kondisi minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai
sumber utama untuk mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau
mendengarkan radio (40,3%) dibandingkan membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id).

Data lainnya, misalnya International Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IAE
melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV 30 negara di
dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29. Angka-
angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak
SD.

Selain meningkatnya konsumsi teknologi di masyarakat, kebiasaan cara belajar murid sekolah di
Indonesia yang dilakukan secara satu arah (lebih sering mendengarkan daripada mencari) menjadikan
mutu pendidikan dan sumber daya manusia semakin kurang kompeten.

Untuk menjawab tantangan tersebut, penulis mencoba mengembangkan ide berupa pembuatan komik
sebagai media pembelajaran di dunia pendidikan. Hal ini harapannya mampu mengatasi kejenuhan
dalam mempelajari suatu hal yang sering kali ditampilkan dalam bentuk textbook yang membosankan
dan monoton.
Penggunaan media komik bukan tanpa suatu alasan. Komik merupakan media baca yang menarik
karena berisikan tulisan dan gambar, terutama yang berwarna. Anak-anak usia sekolah lebih tertarik
untuk membaca komik dari pada membaca text book. Penggunaan media komik dengan metode
penyampaian informasi secara diskusi dirasakan lebih efektif dan komunikatif. Pembaca lebih mudah
untuk memahami meteri yang disampaikan dan lebih termotivasi untuk bertanya mengenai hal yang
kurang diketahui. Penyampaian informasi dengan metode satu arah menjadikan anak-anak usia
sekolah cenderung malu untuk menanyakan hal yang belum dipahami.

1.2 Perumusan Masalah

Ide ini didasari oleh pembuatan dan sosialisasi komik ke sekolah-sekolah. Dalam hal ini, penulis
mengambil contoh dengan mengemukakan masalah bahaya penyakit anthraks melalui komik yang
dilakukan di sekolah dasar.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah :

1. Mencari alternatif dalam penyampaian materi yang efektif dan komunikatif,

2. Meningkatkan minat baca anak-anak usia sekolah,

3. Mengubah pola belajar dari satu arah menjadi dua arah.

Manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah peningkatkan minat baca dengan media komik sebagai
sarana pembelajaran, pola belajar berubah dan penyampaian materi pembelajaran yang efektif dan
komunikatif, serta bertambahnya pengetahuan pembaca.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

Masalah minat baca di kalangan anak-anak maupun orang dewasa di negara kita sudah banyak ditulis di
koran dan majalah sebagai topik penelitian atau makalah yang diseminarkan. Namun, topik ini tetap
menarik dan aktual mekipun telah banyak ditulis dan dibicarakan. Karena sampai saat ini masih belum
tampak peningkatan minat baca yang signifikan.

Indikator rendahnya minat baca diketahui dari jumlah buku yang diterbitkan masih jauh di bawah
penerbitan buku di Malaysia, Singapura, apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya. Negara disebut
maju karena rakyatnya suka membaca. Ini dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah
perpustakaan yang ada di negara itu.

Masih menjadi pertanyaan mengapa orang-orang Indonesia kurang berminat membaca. Padahal, jika
dicermati penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama atau judulnya
sangat meningkat. Mestinya ini bisa diartikan makin banyak orang berminat membaca. Tetapi sayang,
minat ini hanya terbatas pada membaca koran dan majalah. Sedangkan minat baca yang dimaksud
tentunya juga membaca buku yang memuat pengetahuan dan membuat penduduk lebih cerdas serta
mampu bersaing dengan masyarakat negara lain di bidang apa saja di dunia internasional.

Sejauh ini tetap saja minat baca di Indonesia terhadap buku-buku pengetahuan dikatakan rendah.
Karena; Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/siswa/mahasiswa
membaca buku, mencari informasi/pengetahuan lebih dari yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya
ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya. Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan dan tayangan TV yang
mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, serta surfing di internet walaupun yang
terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di
internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi
anak-anak. Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi,
tempat karaoke, night club, mall, dan supermarket. Keempat, banyaknya keluarga di Indonesia yang
belum mentradisikan kegiatan membaca. Padahal, jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki
pikiran luas dan baik etikanya, kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini.
Apa usaha-usaha yang telah dilakukan guna menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini? Dalam
buku Make Everything Well, khusus bab “Menciptakan Keluarga Sukses” (2005), Mustofa W Hasyim
menganjurkan agar tiap keluarga memiliki perpustakaan keluarga. Sehingga perpustakaan bisa dijadikan
sebagai tempat yang menyenangkan ketika berkumpul keluarga. Di samping itu, orangtua juga perlu
menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga, baik orangtua maupun anak-anak diminta untuk
mematuhinya. Di tengah kesibukan di luar rumah, semestinya orangtua menyisihkan waktunya untuk
membaca buku atau sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan
mendapatkan contoh teladan dari kedua orang tuanya secara langsung. Sedangkan, di tingkat sekolah
rendahnya minat baca anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan fasilitas perpustakaan sekolah.
Seharusnya, pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolah bisa lebih bertanggung jawab atas kondisi
perpustakaan yang selama ini cenderung memprihatinkan. Padahal, perpustakaan sekolah merupakan
sumber belajar yang sangat penting bagi siswanya. Selanjutnya, pemerintah daerah dan pusat juga bisa
menggalakkan program perpustakaan keliling atau perpustakaan menetap di daerah-daerah. Sementara
soal penempatannya, pemerintah bisa berkoordinasi dengan pengelola RT/RW atau Pusat Kegiatan
Masyarakat Desa (PKMD). Karena, semakin besar peluang masyarakat untuk membaca melalui fasilitas
yang tersebar, semakin besar pula stimulasi membaca di masyarakat.

Dilihat dari pemaparannya, semua usaha di atas terlihat sangat menarik. Tapi, untuk anak-anak usia
sekolah tetap saja menganggap bahwa membaca terpaku pada textbook yang berupa uraian panjang
sangat membosankan. Sehingga untuk anak-anak perlu solusi yang lain. Komik merupakan media yang
tepat untuk penyampaian informasi pada anak-anak. Selain karena kaunikannya, komik juga
menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif sehingga lebih mudah dipahami anak-
anak. Menurut Scott Mc Cloud dalam bukunya ”Understanding Comics,” komik adalah media yang
sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia. Karena memiliki kelebihan, yaitu mudah
dipahami, gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik
dapat dibaca oleh semua orang terutama anak-anak. Leif Packalen beserta komikus Frank Odoi dalam
bukunya “Comics with an Attitude,” memperlihatkan banyak contoh penggunaan komik sebagai media
kampanye pendidikan masyarakat di negara-negara Afrika. Sebagian besar warga Afrika buta huruf,
namun komik dapat mengatasi masalah tersebut. Isu-isu yang diangkat dalam komik sangat beragam,
mulai dari pencegahan AIDS, penanganan penyakit malaria, cara bercocok tanam, sampai isu sosial
seperti pentingnya anak perempuan bersekolah dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk menyamapikan
informasi. Tetapi, komik memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin
disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Misalnya komik untuk informasi pendidikan, baik cerita
maupun desainnya harus dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan
harus dapat diterima dengan jelas dan komik ini juga harus memiliki alur cerita yang menarik bagi
pembaca. Jika tidak, komik akan terasa menggurui dan membosankan. Dalam pemanfaatan komik
sebagai media pembelajaran ini, contoh penggunaannya adalah dengan pemanfaatan untuk
menyampaikan informasi bahaya zoonosis khususnya antraks. Tema ini diambil karena selama ini
berbagai metode telah ditempuh dalam penyuluhannya, tapi hasil yang diperoleh tetap tidak maksimal.
Selain itu, tema antraks merupakan tema yang krusial untuk diangkat seiring dengan makin
tenggelamnya isu penyakit ini yang tertutupi oleh isu flu burung.

Antraks merupakan penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis dan sangat
mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks paling sering menyerang herbivora liar yang
telah dijinakkan, namun dapat juga menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang telah
terkena penyakit, jaringan hewan yang tertular, atau spora antraks dalam kadar tinggi. Antraks dapat
ditemukan di seluruh dunia dan lebih umum di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa
program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan.

Nama lain dari penyakit antraks adalah radang limpa, radang kura, miltbrand, miltvuur, charbon,
malignant pustule, malignant carbuncle, splenic fever, hematic anthrax, bacterial anthrax, dan
woolsorters’s disease. Dalam bahasa daerahnya adalah cenang hideung (Sunda) atau kempes modar
(Jawa). Antraks bersifat zoonosa yaitu dapat menular dari hewan kepada manusia demikian juga
sebaliknya. Antraks bisa ditularkan kepada manusia karena pengeksposan secara langsung dengan
hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, serta memakan daging hewan yang
tertular antraks.

Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit
misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Melihat dari keterangan di atas, terlihat bahwa penyakit ini
sangat berbahaya. Tapi, kurangnya pengetahuan dan penyuluhan yang efektif membuat penyakit ini
justru makin mewabah karena tidak adanya penanganan yang baik. Sehingga pengetahuan sejak dini
dan sosialisasi yang tepat sangat diperlukan dalam penyampaiannya.
BAB III

METODE PENULISAN

Komik digunakan sebagai media pembelajaran, salah satu contohnya

dengan sosialisasi bahaya dan pencegahan penyakit antraks. Penggunaan komik

dirasakan lebih komunikatif daripada penggunaan media lainnya, seperti

penyuluhan, stiker, dan poster. Hal ini dibuktikan dengan sosialisasi bahaya dan

pencegahan penyakit antraks yang sebelumnya dilakukan dan hasilnya tidak

efektif. Penyuluhan sebelumnya dilakukan kepada orang dewasa, orang dewasa

yang cenderung suka mengabaikan informasi juga menjadi faktor dari kurang

efektifnya sosialisasi tersebut.

Metode sosialisasi bahaya dan pencegahan penyakit antraks yang kami

lakukan menggunakan media komik berwarna kepada anak-anak usia sekolah.

Anak-anak usia sekolah mempunyai keinginan belajar yang tinggi, sehingga

mempermudah dalam penyampaian informasi. Minat belajar yang tinggi tersebut

ditunjukkan dengan antusiasme untuk membaca. Membaca untuk sebagian anak

usia sekolah akan lebih menarik jika dilengkapi dengan gambar, sehingga akan

lebih cepat dimengerti.

Metode sosialisasi ini kami lakukan di dua sekolah yaitu SDN Babakan

Darmaga 01 dan SDN Babakan Darmaga 03 dengan jumlah total murid 117

orang dengan rincian 75 orang dari SDN Babakan Darmaga 01 dan 42 orang dari
SDN Babakan Darmaga 03. Sosialisasi ini dilakukan hanya kepada murid kelas 5

SD di masing-masing sekolah melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu pre test,

tahap kedua presentasi, dan tahap ketiga post test. Pre test adalah tahapan

evaluasi awal untuk melihat seberapa jauh pengetahuan mereka tentang antraks.

Setiap anak diberikan selembar kertas yang berisikan sepuluh pertanyaan

mengenai pengetahuan dasar antraks meliputi definisi, penyebab, penularan, dan

upaya pencegahan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat multiple choice,

yakni memiliki jawaban lebih dari satu dengan masing-masing pertanyaan

memiliki bobot nilai satu. Para siswa diberi alokasi waktu sepuluh menit untuk

mengerjakan soal, kemudian dikumpulkan dan dinilai. 8

Tahap kedua adalah presentasi yang dilakukan dalam bentuk kelompok.

Satu kelas dibagi beberapa kelompok berdasarkan jumlah murid. Satu kelompok

terdiri dari 10-11 orang dengan didampingi 4-5 penyuluh tiap kelompok. Setelah

terbentuk kelompok, masing-masing anak pada kelompok tersebut mendapatkan

komik tentang antraks yang disesuaikan dengan bahasa daerah setempat (bahasa

Sunda). Masing-masing anak diwajibkan membaca komik tersebut sendiri. Hal

ini dilakukan untuk mengubah pola belajar yang satu arah menjadi dua arah.

Setelah mereka selesai membaca, para penyuluh membahas isi komik tersebut

yang sebelumnya memberi siswa kesempatan untuk bertanya. Pembahasan yang

dilakukan masih seputar pertanyaan yang diajukan. Hal ini bertujuan untuk

memperdalam materi.
Tahap ketiga adalah post test yang merupakan tahapan penilaian seberapa

jauh materi yang telah diserap. Masing-masing anak diberi kembali sejumlah

pertanyaan yang sama dengan pre test, dengan aturan dan bobot yang sama. Pada

post test ini dilakukan melalui dua metode dengan penerapan metode yang

berbeda untuk kedua sekolah.

Post test yang dilakukan di SDN Babakan Darmaga 01 langsung

dikumpulkan kepada penyuluh dengan pertimbangan komik tidak dibawa pulang.

Untuk SDN Babakan Darmaga 03, pengisian post test dilakukan seminggu

setelah sosialisasi dilaksanakan dengan pertimbangan komik dibawa pulang ke

rumah masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif

materi yang diserap setelah dilakukan penyuluhan. Dari kedua hasil yang

diperoleh, kemudian dibandingkan hasilnya, apakah lebih efektif langsung

dikumpulkan atau seminggu setelahnya.

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

Secara umum penyampaian materi antraks melalui komik di dua sekolah

dasar ini sangat efektif. Kedua metode yang diterapkan pada kedua sekolah dasar

ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Namun, berdasarkan hasil yang

diperoleh, tampak bahwa metode pertama (untuk SDN Babakan Darmaga 01),

yaitu post test langsung dikumpulkan kepada penyuluh dengan pertimbangan

komik tidak dibawa pulang, menunjukkan perbedaan presentase yang signifikan

antara pre test dan post test, dibandingkan dengan hasil metode kedua (untuk

SDN Babakan Darmaga 03), yaitu pengisian post test dilakukan seminggu

setelah sosialisasi dilaksanakan dengan pertimbangan komik dibawa pulang ke

rumah masing-masing, yang menunjukkan perbedaan presentase yang tidak

terlalu signifikan.

Metode yang diharapkan mampu memberikan hasil yang signifikan atas

penyerapan materi adalah metode kedua. Metode ini harapannya lebih baik

karena siswa mempunyai lebih banyak waktu untuk mempelajari dan memahami

isi dari komik tersebut di rumah dengan bantuan dari pihak orang tua murid atau

wali. Selain itu, dengan metode ini siswa juga diharapkan lebih santai dalam

membaca komik sehingga sama sifatnya dengan komik hiburan yang biasa

dibaca.

Metode pertama yang dilakukan di SDN Babakan Darmaga 01

menunjukkan adanya keberhasilan dari sosialisasi menggunakan komik. Hal ini


ditunjukkan dengan perolehan nilai post test yang lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai pre test. Nilai yang diambil adalah nilai rata-rata dari keseluruhan

siswa yang mengikut i baik pre test maupun post test. Terlihat adanya perbedaan

sebesar 2,78032 yang mengarah pada perbaikan nilai (gambar 1dan gambar 2).

Nilai ini sekaligus menjadi acuan pada adanya pengaruh yang positif dalam

menangkap materi yang disajikan.

10

Gambar 1 Nilai Rata-Rata Pre Test SDN Babakan Darmaga 1.

Gambar 2 Nilai Rata-Rata Post Test SDN Babakan Darmaga 1.

Sementara untuk metode kedua yang dilakukan di SDN Babakan Darmaga

03 menunjukkan pula adanya keberhasilan dari sosialisasi menggunakan komik.

Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai post test yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan nilai pre test. Nilai yang diambil adalah nilai rata-rata dari 11

keseluruhan siswa yang mengikuti baik pre test maupun post test. Terlihat adanya

perbedaan sebesar 3,01879 yang mengarah pada perbaikan nilai (gambar 3). Nilai

ini sekaligus menjadi acuan pada adanya pengaruh yang positif dalam menangkap

materi yang disajikan.


Gambar 3 Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Kelas V

SDN Babakan Darmaga 3.

Perbandingan hasil pelaksanaan metode pertama dan kedua menunjukkan

perbedaan yang tidak signifikan dengan perbandingan hanya sebesar 0,23847

dengan hasil lebih tinggi pada SDN Babakan Darmaga 03. Terdapat beberapa

faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, terdapat sekitar 7 siswa di SDN

Babakan Darmaga 03 yang tidak mengikuti pre test dan post test sehingga data

yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah siswa yang sebenarnya. Kedua,

kecenderungan dari siswa yang mudah mengingat, namun juga mudah lupa pada

materi yang diberikan. Tetapi prediksi awal percobaan yang mengasumsikan

bahwa metode kedua akan lebih berhasil terbukti.

Bahasa yang digunakan dalam komik sendiri merupakan bahasa asli

daerah sunda. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar menggunakan bahasa sunda

dalam percakapan sehari-hari. Jadi penggunaan metode ini juga akan sangat 12

efektif jika digunakan ditempat lain asalkan bahasa komiknya disesuaikan dengan

bahasa tempat sosialisasi. Selain itu anak usia dini dengan pengetahuan yang

masih dasar mampu memahami isi komik dan informasi yang disampaikan.

Sehingga orang yang lebih dewasa dengan pengetahuan yang cukup luas akan

lebih mampu lagi dalam memahami.


13

BAB V

PENUTUP

4.1 Simpulan

Metode sosialisasi yang dilakukan berhasil, Hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya nilai post test daripada pre test. Penyampaian materi yang

menggunakan media komik lebih efektif dan komunikatif dibandingkan dengan

media lain. Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, komik merupakan

wahana penyampaian informasi yang sangat efektif.

4.2 Saran

Pelaksanaan sosialisasi baik dengan metode pertama maupun metode

kedua harus dilanjutkan dengan objek tes orang yang lebih dewasa dan

masyarakat luas. Komik yang digunakan dalam sosialisasi diharapkan

menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa daerah tempat pelaksanaan

sosialisasi. Selain antraks, informasi lain mengenai ilmu pengetahuan juga bisa

disampaikan melalui komik.


DAFTAR PUSTAKA

(Anonim). 2007. Penyakit Antraks. http://www.warmasif.co.id/kesehatanonline/

mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&ar tid=99. [23 Juli 2007].

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2003. Penyakit Antraks.

(Anonim). 2008.http://Www.Litbang.Deptan.Go.Id/Berita/One/33/. [1 Februari

2003].

Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2006. Mengenal Penyakit Antraks. 14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Alkhosim

NRP : B04070142

Tempat, Tanggal Lahir : Bangka, 04 Februari 1990

Fakultas : Kedokteran Hewan

Universitas / Institut : Institut Pertanian Bogor


Alamat Asal : Jl. Lintas Pangkalpinang-Muntok Km 102

Email : osim_0490@yahoo.co.id

Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : -

Penghargaan-Penghargaan Ilmiah Yang Pernah Diraih : -

Nama : Bakhtiar Hidayat Harahap

NRP : B04062864

Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 17 Desember 1988

Fakultas : Kedokteran Hewan

Universitas / Institut : Institut Pertanian Bogor

Alamat Asal : Jln. Ronggowarsito 31 Plangitan Pati

Email : tiar_hrp@yahoo.co.id

tiar.hrp@gmail.com

Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

Peningkatan Kesadaran Siswa Sekolah Dasar Terhadap bahaya dan

Pencegahan Penyakit Antraks Melalui Komik

Penghargaan-Penghargaan Ilmiah Yang Pernah Diraih : -


15

Nama : Syapr iant i Evi Dame Arita

NRP : B04070091

Tempat, Tanggal Lahir : Pugul, 01 April 1990

Fakultas : Kedokteran Hewan

Universitas / Institut : Institut Pertanian Bogor

Alamat Asal : Perum guru SD 15 No.10B Sungailiat Bangka

Email : ries_90@yahoo.com

Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : -

Penghargaan-Penghargaan Ilmiah Yang Pernah Diraih : -

Anda mungkin juga menyukai