Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pustaka Budaya. Vol. 5, No. 2.

Juli 2018
Copyright ©2018, pISSN: 2355-1186 | eISSN: 2442-7799
Available Online at: https://journal.unilak.ac.id/index.php/pb

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DAN PENERAPAN SOCIAL


MEDIA ANALYTICS (SMA) UNTUK PERPUSTAKAAN DI
INDONESIA

Eko Noprianto*)
Fakultas Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
e-mail: ekonoprianto.az@gmail.com

Naskah diterima: 6 April; direvisi: 13 April; disetujui: 20April.

Abstrak
Penenlitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pemanfaatan media sosial di
perpustakaan, memberikan rancangan untuk penerapan SMA di perpustakaan, serta
mengidentifikasi tantangan dalam penerapan SMA di perpustakaan yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan kajian literatur
terhadap beberapa hasil penelitian tentang pemanfaatan media sosial di perpustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemanfaatan media sosial di
perpustakaan adalah sebagai media promosi. Selain itu, media sosial juga digunakan
sebagai media untuk berbagi informasi, sebagai media komunikasi, dan media sosial juga
telah dimanfaatkan sebagai media untuk mempermudah proses layananan sirkulasi.
Penelitian ini memberikan rancangan analitik terhadap facebook dan twitter. Pada
facebook, terdapat enam bagian yang perlu diperhatikan dalam proses SMA, diantaranya:
overview, likes, reach, visits, posts, dan people. Sedangkan untuk twitter hanya meliputi dua
bagian saja yaitu tweet activity dan followers. Hasil penelitian juga mengidentifikasi
beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan SMA untuk perpustakaan di
Indonesia, diantaranya: penggunaan media sosial yang belum optimal, permasalahan
bahasa, volume data, velocity, variety, dan veracity.

Kata kunci: Media sosial, social media analytics, tantangan, perpustakaan.

Abstract
This study aims to determine the development of social media utilization in the library, to
provide a design for the application of SMA in the library, and to identify challenges in the
application of SMA in libraries in Indonesia. This study uses qualitative methods, by
conducting literature review of some research results on the utilization of social media in
the library. The results showed that in general the utilization of social media in the library
is as a media promotion. In addition, social media is also used as a medium for sharing
information, as a medium of communication, and social media has also been used as a
medium to facilitate the process of circulation services. This study provides an analytic
design of facebook and twitter. On facebook, there are six parts to note in the SMA process,
including: overview, likes, reach, visits, posts, and people. As for twitter only includes two
parts only tweet activity and followers. The research also identifies some of the challenges
faced in implementing SMA for libraries in Indonesia, including: the use of social media
that has not been optimal, language problems, data volumes, velocity, variety, and
veracity.

Keywords: Social media, social media analytics, challenges, library.

1
Eko

1. Pendahuluan Jika dilihat perpustakaan masa kini,


Perkembangan teknologi informasi dan sebagian besar perpustakaan telah
komunikasi (TIK) banyak memberikan fasilitas menggunakan media sosial baik sebagai sarana
untuk membangun interaksi, baik itu antar promosi perpustakaan, maupun dalam upaya
individu, komunitas, maupun institusi. Salah untuk menciptakan ruang interaksi dengan
satu produk TIK yang semakin populer pada pemustaka. McCallum (2015) menyatakan “…
masyarakat sekarang adalah media sosial, yang that over 70% of libraries are using social media
bisa dimanfaatkan sebagai media komunikasi tools and 30% of librarians are posting at least
antara individu, komunitas, dan institusi. Pada daily”.Selanjutnya, seperti yang dicanangkan
saat ini, media sosial telah menjadi pilihan oleh para ahli dibidang ilmu perpustakaan dan
sebagai alat untuk mencari dan menyebarkan informasi, serta tercantum dalam pasal 14 ayat
informasi dalam berbagai macam kepentingan, 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
seperti bisnis, hiburan, politik, serta meliputi Tentang Perpustakaan bahwa “setiap
berbagai kepentingan dalam dunia pendidikan. perpustakaan mengembangkan layanan
Salah satu alasan semakin meningkatnya perpustakaan sesuai dengan kemajuan
penggunaan media sosial untuk tujuan teknologi informasi dan komunikasi”. Dengan
tersebutadalah peluang untuk menciptakan, demikian, penggunaan media sosial adalah
menerima, serta menyampaikan bentuk adaptasi layanan perpustakaan terhadap
pesan/informasi kepada publik sangat mudah perkembangan TIK.
dan biaya yang relatif rendah. Selain itu,
keadaan masyarakat yang semakin konsumtif Selain sebagaisalah satu upaya untuk
terhadap teknologi menjadi peluang besar terus menerus meningkatkan layanan
dalam menyebarkan informasi ataupun perpustakaan, penggunaan media sosial juga
mempromosikan bisnis dengan memanfaatkan memiliki manfaat yang cukup besar untuk lebih
platform media sosial. memantapkan keberadaan perpustakaan itu
sendiri. Kemanfaatan itu bisa didapatkan dari
Media sosial didefenisikan sebagai alat penerapan SMA untuk perpustakaan dimasa
(tools) teknologi online yang memungkin sekarang. Berdasarkan pernyataan tersebut,
penggunanya untuk melakukan komunikasi penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan mudah melalui internet dalam berbagi dengan judul “Pemanfaatan Social Media dan
informasi, seperti teks, audio, video, gambar, Penerapan Social Media Analytics untuk
podcast, dan komunikasi multimedia lainnya Perpustakaan di Indonesia”. Khususnya berkaca
(odewole, 2017). Selain itu media sosial juga pada keadaan perpustakaan yang ada di
didefinisikan sebagai media perantara yang Indonesia dengan menggali berbagai literatur,
memiliki orientasi sosial, khususnya yang terutama terhadap hasil penelitian tentang
merekam percakapan pengguna dan media sosial dalam dunia perpustakaan yang
menyediakan fasilitas untuk berbagi informasi sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu.
(Pinelli et al., 2015).
Rumusan masalah yang diangkat dalam
Beranjak dari definisi di atas, media sosial penelitian ini: (i). Bagaimana
merupakan salah satu sumber data yang cukup perkembanganpemanfaatan media sosial pada
besar dan bisa digunakan untuk pengambilan perpustakaan di Indonesia?; (ii). Rancangan
sebuah keputusan. Data dalam bentuk teks, penerapan SMA untuk perpustakaan di
gambar, video, dan bentuk lainnya yang terekam Indonesia?; (iii). Apa tantangan dalam
oleh media sosial, akan menggambarkan minat, penerapan SMA untuk perpustakaan di
kecenderungan, serta prilaku dari pengguna. Indonesia?
Namun, data-data tersebut perlu diolah terlebih
dahulu, sehingga menghasilkan suatu pola yang Tujuan yang ingin dicapai dalam
akan membantu dalam pengambilan sebuah penelitian ini ialah mengetahui perkembangan
keputusan. Disinilah fungsi dari SMA, untuk dalam pemanfaatan media sosial di
mengetahui siapa saja yang mengakses media perpustakaan khususnya di Indonesia. Sehingga
sosial, mengidentifikasi konten yang relevan nantinya penulis bisa memberikan rancangan
dengan kebutuhan pengguna, serta atau usulan untuk penerapan SMApada
mengidentifikasi interaksi dan keterlibatan perpustakaan yang ada di Indonesia.
pengguna (likes, comments, shares, klick) Selanjutnya, penelitian ini mencoba untuk
terhadap konten media sosial (Pinelli et al., mengidentifikasi tantangan yang perlu
2015). dipelajari dalam penerapan SMA dalam dunia
perpustakaan Indonesia.

2
Eko

2. Tinjauan Pustaka perpustakaan yang berbasis 2.0 di seluruh


2.1 Library 2.0 dunia, dan begitu juga yang terjadi di Indonesia.
Di era TIK yang terus mengalami
perubahan dengan cepat, banyak perpustakaan 2.2 Media Sosial
mengadopsi konsep web 2.0 sebagai teknologi Social Media Research Group (SMRG)
komunikasi dengan pemustaka, yang menyebutkan bahwa media sosial dipahami
memungkinkan perpustakaan dan sebagai platform berbasis web yang
pemustakanya untuk melakukan komunikasi memungkinkan dan memfasilitasi pengguna
secara dua arah. Konsep web 2.0 ini dalam dunia untuk menghasilkan dan berbagi konten
perpustakaan lebih dikenal dengan istilah (informasi), dan memungkinkan pengguna
library 2.0, seperti yang dikatakan Wallis (2007) berinteraksi secara online dengan pengguna lain
library 2.0 merupakan kombinasi antara web 2.0 (SMRG, 2016). Beberapa peneliti telah
dengan perpustakaan untuk memberikan menyelidiki penggunaan media sosial di
pelayanan lebih baik kepada pemustaka. perpustakaan, dari beberapa hasil penelitian
Pengembangan konsep library 2.0 akan terbukti bahwa setiap perpustakan
meningkatkan partisipasi pengguna untuk menggunakan jenis media sosial yang berbeda-
memantapkan layanan perpustakaan itu sendiri. beda, dan jenis yang paling umum digunakan
Sudarsono (2010) “Perpustakaan 2.0 adalah facebook dan twitter.
merupakan model layanan perpustakaan yang
mendorong perubahan berkelanjutan yang Seperti penelitian yang dilakukan oleh
berguna dengan mengundang partisipasi Hussain (2015) yang bertujuan untuk mengukur
pemustaka dalam mencipta serta mengevaluasi, sebaran web 2.0 tools yang banyak digunakan di
baik layanan fisik maupun virtual. Selain itu berbagai asosiasi perpustakaan di seluruh
perpustakaan 2.0 juga berupaya mencari dunia, dari penelitian tersebut ditemukan “…
pemustaka baru dan melayani pemustaka yang that the Web 2.0 tools like Facebook, Twitter and
sudah ada dengan lebih baik”. RSS feed, are most popular among library
associations, and while linkedin, flikr, blogs,
Penerapan library 2.0 atau perpustakaan youtube, google+ are less popular it appears to be
2.0 akan mengalirkan informasi kepada a powerful tool of web 2.0”. McCallum (2015)
pemustaka dengan lebih cepat dibanding juga melakukan penelitian tentang pemanfaatan
pelayanan secara tradisional. Merujuk terhadap media sosial di perpustakaan, penelitian
sebuah istilah yang dipopulerkan oleh tersebut menemukan lebih dari 70%
Ranganathan yaitu “the library is growing perpustakaan di seluruh dunia telah
organism”, artinya perpustakaan merupakan menggunakan media sosial, dan jenisyang paling
organisasi yang harus terus berkembang (Sen, banyak digunakan adalah facebook dan twitter.
2008). Maka, pengaplikasian konsep library 2.0
merupakan salah satu bukti bahwa Dua penelitian yang bertarap internsional
perpustakaan terus berupaya melakukan tersebut dirasa cukup untuk mengindikasikan
pengembangan terutama dalam pelayanan dan bahwa web 2.0 tools yang banyak digunakan
penyajian informasi. Tentunya perubahan ini adalah facebook dan twitter. Berdasarkan
harus didukung juga dengan kemampuan asumsi penulis, pemilihan terhadap jenis media
pustakawan dalam mengoperasikan dan sosial yang digunakan dipengaruhi oleh
memahami teknologi yang berbasis 2.0. Artinya karakteristik dari media sosial itu sendiri.
pengelola perpustakaan (pustakawan) juga Facebook memiliki tampilan yang lebih
harus mengembangkan kemampuan dan sederhana dan lebih mudah untuk di operasikan
kompetensi dirinya sendiri, untuk menggunakan komputer ataupun mobile. Selain
mengoptimalkan pelayanan perpustakaan itu, berbagai macam format informasi (seperti
berbasis 2.0 tersebut. video, gambar, dan link) bisa diposting melalui
facebook. Berbeda dengan instagram yang lebih
Perlu ditegaskan bahwa library 2.0 ini dominan terhadap gambar, ataupun youtube
telah menjadi perhatian para peneliti dibidang yang lebih berfokus pada informasi dalam
ilmu perpustakaan dan informasi lebih dari satu bentuk video.Maka komunikasi antara
dekade yang silam. Hasil penelitian tersebut, perpustakaan dengan pemustaka akan lebih
bisa dimanfaatkan sebagai rujukan dan panduan efektif dengan menggunakan facebook.Selain
dalam mengembangkan konsep library 2.0 itu, dari dua penelitian tersebut bisa juga
secara berkelanjutan. Seperti yang dijelaskan dimaknai bahwa beberapa perpustakaan tidak
pada bab pendahuluan, beberapa hasil berfokus hanya pada penggunaan facebook atau
penelitian membuktikan bahwa platform media twitter saja. Untuk memperluas jangkauan
sosial telah menjadi tren untuk membangun layanan yang diberikan, maka perpustakaan

3
Eko

juga menggunakan web 2.0 tools yang lainnya, terhadap apa yang telah diberikan kepada
seperti youtube, blogs, linkedin, flikr, dan lain- pemustaka melalui media sosial, untuk
lain. mencapai hal tersebut harus terlebih dahulu
Media sosial memang telah memberikan mengetahui dan memahami SMA.
fasilitas yang cukup untuk berbagi informasi
dan pengetahuan. Terlepas dari persoalan 2.3 Social Media Analytics (SMA)
tersebut, media sosial bisa digunakan untuk Data media sosial semakin banyak
mencapai tujuan yang lebih besar. Sebagaimana digunakan sebagai sumber penelitian untuk
diketahui bahwa media sosial merekam jejak berbagai kepentingan, hal ini dikarenakan
dan menyimpan data dari percakapan ataupun penggunaan media sosial yang terus menerus
komunikasi yang dilakukan menggunakan mengalami peningkatan. Di era internet,
platform media sosial tersebut. SMRG (2016) kegiatan pada media sosial merupakan bagian
data media sosial bisa dijadikan sebagai bahan penting dari kegiatan sehari-hari yang
analisis dan penelitian tentang penggunaan dilakukan oleh masyarakat dunia untuk
media sosial oleh pemustaka, untuk mendukung memenuhi kebutuhan sosialnya. Oleh sebab itu,
pengembangan, implementasi, meninjau dan Mangold dan Faulds (2009) merekomendasikan
mengevaluasi layanan perpustakaan. Contohnya bahwa media sosial harus dianggap sebagai
adalah meneliti perilaku pengguna media sosial bagian integral dari strategi pemasaran
terhadap penyediaan layanan baru, atau organisasi dan tidak boleh dianggap enteng
menggunakan data media sosial untuk
memprediksi kebutuhan pemustaka terhadap
informasi. King (2015) data pada media sosial
akan membantu perpustakaan untuk
mengetahui dampak positif atau respon

Diagram 1
Tahapan dalam Social Media Analytics

Gather data from various sources


Capture Preprocess the data
Extract pertinent information from the data

Remove noisy data (optional)


Understand Perform advanced analytics: opinion mining and sentiment analysis, topic modeling, s

S ummarize and evaluate the findings from stage 2


Present Present the findings

4
Eko

Penetrasi dari data media sosial ini Istiana (2017) melakukan penelitian
membuka jalan bagi perusahaan, organisasi, dan dengan judul penggunaan media sosial oleh
lembaga seperti perpustakaan untuk perpustakaan. Ia mengkaji tiga perpustakaan
memperoleh nilai dan pemahaman tentang fakultas di lingkungan Universitas Gadjah Mada
kebutuhan dan preferensi pelanggan, Yogyakarta, yakni Perpustakaan Fakultas
mengembangkan layanan, serta memantapkan Geografi, Perpustakaan Fakultas ISIPOL, dan
promosi perpustakaan. Untuk mendapatkan Perpustakaan Fakultas Pertanian. Hasil
nilai dari data media sosial tersebut, diperlukan penelitian tersebut menunjukan bahwa
penerapan SMA terlebih dahulu.Lovett (2011) perpustakaan menggunakan facebook dengan
mendefinisikan SMA sebagai sebuah intensitas yang berbeda. Dari tiga fakultas
metodeanalisis yang membantu perusahaan tersebut, Perpustakaan Fakultas ISIPOL yang
atau organisasi untuk mengukur, menilai, dan paling sering menggunakan facebookdan
mendiskripsikan kinerja media sosial dalam membuat postingan setiap hari. Selanjutnya,
konteks tujuan yang lebih spesifik. Definisi lain perpustakaan menggunakan facebook untuk
dari Zeng et al (2011) SMA berkaitan dengan mempromosikan koleksi perpustakaan,
pengembangan dan evaluasi alat-alat dan mempromosikan kegiatan atau layanan
kerangka kerja informatika untuk perpustakaan, serta menginformasikan berbagai
mengumpulkan, memantau, menganalisis, hal yang dianggap penting bagi pengguna, dan
meringkas, dan memvisualisasikan data media menyapa penggunanya.
sosial. Fan dan Gordon (2014) merumuskan tiga
langkah dalam proses SMA, yang meliputi
Penelitian Damayanti (2014) tentang
capture, understand, dan present (Tabel 1).
pemanfaatan twitter sebagai media information
sharing di perpustakaan. Penelitian ini
Capture merupakan proses menghasilkan dilakukan di Perpustakaan Wilayah Kota
data media sosial yang relevan melalui Surabaya. Dari penelitian tersebut Damayanti
monitoring dan listening dari berbagai sumber menyatakan, twitter memiliki potensi yang
media sosial, kemudian data tersebut diarsipkan besar sebagai media sharing antara
dan mengekstraksi informasi yang saling perpustakaan dengan penggunanya, karena
berkaitan dari data tersebut. Understand selalu terhubung dengan internet dan
memilih data yang relevan untuk pemodelan, jangkauannya bisa diperluas dengan retweet.
menghapus data pengganggu (noisy data) dan
Penelitian Haryanto (2016) yang
data dengan kualitas rendah, dan menggunakan
mengulas tentang media sosial sebagai media
metode analitik data (opinion mining and
yang sangat efektif di jadikan sebagai media
sentiment analysis, topic modeling, social
komunikasi komunitas pustakawan di
network analysis, trend analysis ) untuk
perpustakaan perguruan tinggi. Dari penelitian
menganalisis dan mengahasilkan wawasan dari
tersebut ia menyatakan bahwa media sosial
data tersebut. Langkah terakhir dari SMA adalah
seperti facebook sangat efektif dipakai sebagai
present, yaitu menampilkan temuan dari
media komunikasi.
langkah yang ke dua, setelah data tersebut
diringkas dan dievaluasi.
Siswanti (2015) melakukan penelitian
tentang pemanfaatan layanan perpanjangan
2.4 Penelitian tentang Media Sosial di masa peminjaman koleksi melalui media sosial
Perpustakaan Indonesia facebook. Penelitian dilakukan di Perpustakaan
Berkaca terhadap beberapa hasil Fisipol UGM yang telah menerapkan sistem
penelitian tentang media sosial di Indonesia, peminjaman koleksi melalui facebook.
facebook masih menempati posisi teratas Penelitian dilakukan terhadap data pemustaka
pupuleritas penggunaan platform media sosial. layanan perpanjangan melalui facebook pada
Seperti penelitian terbaru yang dilakukan oleh tahun 2014. Dari penelitian tersebut diketahui
Sari (2017) tentang pemanfaatan media sosial bahwa pada tahun 2014 terdapat 4.829
dalam promosi minat baca anak yang dilakukan transaksi peminjaman koleksi, dari jumlah
oleh Perpustakaan Reading is Fun Jakarta tersebut terdapat 3.113 transaksi perpanjangan
Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan masa peminjaman. Berdasarkan hasil analisis
bahwa Perpustakaan Reading is Fun regresi antara layanan facebook dengan
menggunakan media sosial instagram dan peminjaman manual, Siswanti menyatakan
facebook untuk mempromosikan perpustakaan bahwa layanan perpanjangan masa peminjaman
dan pentingnya minat baca anak sejak usia dini. koleksi melalui media sosial facebook dapat
dikategorikan bermanfaat.

5
Eko

mengingatkan pemustaka yang masa


Anna (2015) meneliti tentang peminjamannya akan dan telah jatuh tempo.
penggunaan web 2.0 sebagai media promosi
perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia. Hasil kedua dari kajian ini ialah
Penelitian dilakukan terhadap 40 perpustakaan penggunaan media sosial di perpustakaan terus
perguruan tinggi di Indonesia, yang telah dikembangkan, berdasarkan kebutuhan
menggunakan web 2.0 untuk mempromosikan pemustaka maupun kebutuhan pihak pengelola
informasi/program/kegiatan di perpustakaan. perpustakaan itu sendiri. Media sosial memiliki
Dari hasil peneilitian didapatkan bahwa potensi yang besar sebagai media information
penggunaan web 2.0 yang digunakan oleh sharing antara perpustakaan dengan
perpustakaan antara lain melalui facebook penggunanya (Damayanti, 2014), dan media
(70%), twitter (47,5%), dan RSS feed (35%), sosial sangat efektif dipakai sebagai media
youtube (20%), instant messenging (20), dan komunikasi (Haryanto, 2016), untuk berbagai
flikr (10%). kepentingan dalam ruang lingkup perpustakaan.
Dari dua hasil penelitian ini dapat dijabarkan,
3. Metode Penelitian pustakawan atau pengelola perpustakaan
Medote penelitian merupakan cara ilmiah diharapkan tidak hanya berfokus pada
untuk mendapatkan data dengan tujuan penggunaan media sosial sebagai penunjang
tertentu (Sugiyono, 2012). Maka dalam untuk mempromosikan perpustakaan.
penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Pustakawan harus mampu menggali potensi
dengan melakukan kajian literatur. Sulistyo- yang ada pada media sosial, sehingga
Basuki (2010) menerangkan bahwa kajian pemanfaatan media sosial tersebut terlaksana
literatur adalah memusatkan diri pada dengan maksimal. Era internet telah
pengembangan hipotesis berdasarkan menyebabkan aliran informasi bergerak dengan
penelitian sebelumnya dan dapat menyarankan cepat dan sangat banyak, mana informasi yang
penelitian lebih lanjut. Pengumpulan data berkualitas dan tidak berkualitas bercampur
dilakukan dengan penulusuran berbagai menjadi satu. Sehingga sebagai orang yang ahli
literatur yang berkaitan dengan media sosial dalam bidang informasi, pustakawan harus bisa
dan SMA, terutama hasil penelitian yang sudah mengenali informasi yang berkualitas, dan salah
pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. satu cara untuk mempermudah membagikannya
kepada pemustaka ialah dengan memanfaatkan
4. Hasil dan Pemabahasan media sosial.
4.1 Perkembangan dalam Pemanfaatan
Media Sosial Selanjutnya, perpustakaan tidak akan
Berdasarkan beberapa penelitian yang mampu berdiri sendiri hanya dengan
telah disajikan di atas, hasil pertama dari kajian memanfaatkan koleksi yang ada. Dengan kata
literatur ini ialah media sosial telah digunakan lain, perpustakaan membutuhkan kerjasama
diberbagai jenis perpustakaan, akan tetapi dengan perpustakaan yang lainnya, maka ini
penulis belum menemukan adanya penelitian kembali menuntut pustakawan untuk
tentang penggunaan media sosial di membangun relasi agar tercipta hubungan
perpustakaan khusus. Selanjutnya, pemanfaatan kerjasama dengan pustakawan dari lembaga
media sosial di perpustakaan yang ada di perpustakaan lain. Media sosial memberikan
Indonesia pada umumnya masih digunakan ruang untuk hal tersebut, media sosial bisa
sebagai media promosi. Pertama, media sosial digunakan sebagai media komunikasi antara
digunakan sebagai media untuk pustakawan, dengan membentuk komunitas
mempromosikan minat baca kepada anak sejak atau grup pada media sosial tersebut. Misalnya
usia dini (Sari, 2017). Kedua, media sosial dengan membentuk komunitas pustakawan dari
digunakan sebagai media untuk perpustakaan yang sejenis. Sehingga dalam
mempromosikan koleksi perpustakaan, komunitas tersebut bisa saling berbagi
kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh informasi tentang koleksi buku terbaru atau
perpustakaan, serta promosi layanan baru yang buku-buku yang dibutuhkan pemustaka, serta
akan diterapkan di perpustakaan (Istiana, kepentingan yang lainnya.
2017). Hal menarik dari penelitian Istiana ialah
media sosial dimanfaatkan sebagai media untuk Berbeda lagi dengan penelitian Siswanti
menyapa pemustaka, seperti memberikan (2015) bahwa media sosial juga telah
ucapan selamat tahun baru ataupun ucapan dimanfaatkan sebagai media dalam layanan
pada saat hari-hari besar keagamaan. Selain itu, sirkulasi. Pemustaka bisa melakukan
melalui media sosial pustakawan juga perpanjangan masa peminjamannya melalui
media sosial, tentunya ini termasuk inovasi baru

6
Eko

dalam proses pelayanan perpustakaan di likes dalam jangka tahunan, karena informasi
Indonesia. pada saat ini cepat berkembang dan tentunya
kebutuhan informasi pengguna juga akan
Hasil ketiga dari kajian literatur ini ialah mengalami perubahan. Informasi yang up to
sebagian besar objek penelitian tentang media date akan berpengaruh untuk meningkatkan
sosial di Indonesia adalah facebook. Hal ini jumlah likes halaman facebook perpustakaan.
menggambarkan bahwa perpustakaan di Oleh sebab itu, pada bagian pertama (overview)
Indonesia lebih tertarik untuk menggunakan dianjurkan untuk membuat perbandingan
facebook dibanding jenis media sosial lainnya. dengan halaman faceook perpustakaan lain.
Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian
Anna (2015) dimana 70% dari perpustakaan Reach. Pada bagian ini akan menunjukan
yang ditelitinya adalah menggunakan facebook. orang yang dijangkau oleh halaman facebook
Selain itu, sebagian perpustakaan di Indonesia perpustakaan. Hal ini akan diketahui dari
juga telah memanfaatkan berbagai jenis media jumlah likes, comments, dan shares pada setiap
sosial seperti twitter, RSS feed, youtube, instant postingan.
messenging, dan flikr. Namun perlu ditegaskan,
dalam memilih jenis media sosial yang akan Visits. Bagian ini akan menunjukan
digunakan, sebaiknya perpustakaan mengetahui jumlah orang yang mengakses halaman
atau memetakaan jenis-jenis media sosial yang facebook perpustakaan, berapa kali satu orang
digunakan oleh pemustakanya. Hal ini bisa melakukan akses, dan berapa lama waktu yang
dilakukan dengan mendata media sosial yang dihabiskan. Seperti penelitian yang dilakukan
dimiliki oleh pemustaka, ketika mendaftar oleh Larasati (.n.d) tentang pemanfaatan
untuk menjadi anggota baru di perpustakaan. facebook di Perpustakaan Kabupaten Sidoarjo,
ditemukan bahwa “pengguna mengakses
4.2 Rancangan untuk Penerapan SMA facebook perpustakaan Kabupaten Sidoarjo 1-2
Jenis-jenis analitik yang bisa digunakan kali dalam seminggu dengan waktu kurang dari
untuk setiap jenis media sosial sangat berbeda- 30 menit. Aktivitas yang dilakukan pengguna
beda (King, 2015), maka pada bagain ini penulis saat mengakses facebook perpustakaan
akan mendalami jenis media sosial yang banyak Kabupaten Sidoarjo adalah membaca informasi
digunakan di perpustakaan seluruh Indonesia, yang diposting oleh perpustakaan”.
yaitu facebook dan twitter. Mengacu kepada
pendapat King (2015), terdapat enam bagian Posts. Dari postingan yang dilakukan
yang perlu diperhatikan dalam proses SMA, setiap hari pada halaman facebook, akan
diantaranya: overview, likes, reach, visits, posts, menjadi informasi bermanfaat jika dilakukan
dan people. analitik data. Postingan tersebut akan
menunjukkan kapan pengguna mengakses
Overview. Bagian ini bertujuan untuk halaman facebook perpustakaan, hal ini terkait
mengetahui sekilas gambaran tentang aktivitas dengan hari apa dan jam berapa aktivitas yang
yang terjadi di halaman facebook perpustakaan paling banyak dilakukan pengguna pada
dalam jangka waktu tertentu. Hal yang perlu halaman facebook perpustakaan. Jika dua hal
diperhatikan yaitu jumlah likes (suka), reach tersebut sudah teridentifikasi, maka waktu
(jangkauan), dan engagement (keterlibatan) tersebut adalah waktu yang tepat untuk
pengguna terhadap konten yang diposting pada melakukan postingan sehingga pengguna yang
halaman facebook. Selain itu, halaman facebook dijangkau juga akan lebih banyak.
yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan perlu
dibandingkan dengan halaman facebook People. Bagian ini akan menggambarkan
perpustakaan lain (utamakan perpustakaan demografi pengguna yang mengakses halaman
yang sejenis). Hal ini bertujuan untuk facebook perpustakaan seperti jenis kelamin,
mengetahui tren yang sedang terjadi, dan yang usia, serta memberikan rincian pengguna
terpenting untuk mempelajari bagaimana berdasarkan negara, kota, dan bahasa.
perpustakaan lain melayani pemustakanya Selanjutnya, terdapat dua bagian yang
melalui media sosial. perlu diperhatikan dalam proses SMA (King,
2015), yang meliputi: Tweet activity. Bagian ini
Likes. Pada bagian ini bertujuan untuk akan menyajikan grafik tweet selama sebulan
mengetahui pertumbuhan likes (suka) di terakhir. Dari setiap tweet akan terlihat
halaman facebook perpustakaan. Pada bagian impresi, keterlibatan, dan rasio keterlibatan
ini memerlukan peninjauan secara berkala, pengguna.Followers. Bagian ini memberikan
apakah dilakukan setiap minggu atau setiap beberapa wawasan tentang pengikut twitter
bulan. Hindari untuk meninjau pertumbuhan perpustakaan. Ini menunjukkan berapa
banyak

7
Eko

pengikut yang dimiliki dan menggambarkan Kurniasih (2015) juga menjelaskan,


minat pengguna (misalnya, tertarik pada buku, faktor-faktor yang diperlukan agar
berita, komedi, dll.), lokasi pengguna (kota dan perpustakaan optimal di media sosial,
negara), dan jenis kelamin pengguna. diantaranya: harus ada dukungan manajemen,
kualifikasi pustakawan, orientasi pengguna,
4.3 Teknik Utama SMA sumber informasi, dan aktivitas di media sosial
SMA merupakan area yang berkembang yang harus rutin dilakukan oleh perpustakaan
yang mencakup berbagai teknik pemodelan dan serta memperhatikan strategi-strategi dalam
analisis dari berbagai bidang. Teknik utama dari memposting informasi agar mendapatkan
SMA ialah opinion mining and sentiment analysis, respon yang baik dari pengguna.
topic modeling, social network analysis, trend
analysis [lihat gambar 1]. Terlepas dari penjelasan dari paragraf di
atas, berikut beberapa kutipan terkait tantangan
Opinion mining and sentiment analysis ini secara umum dalam proses SMA yang diambil
memanfaatkan bahasa komputasional, dari beberapa hasil penelitian yang sudah
pemrosesan bahasa alami, dan metode analitik pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu.
teks lainnya, dan secara otomatis mengekstrak Pertama, volume data menyulitkan untuk
sentimen atau opini pengguna terhadap konten menemukan topik yang relevan, tren, dan event
media sosial. Topic modelingdigunakan untuk dalam komunikasi media sosial yang dinamis
mendeteksi tema atau topik dominan dari (Kisiviswanathan et al., 2011). Kedua, Data yang
kumpulan teks yang diambil dari platform dihasilkan dari media media sosial tidak lengkap
media sosial (misalnya facebook, twitter, atau noisy, sehingga kualitas data tergolong
instagram, dll.), artikel berita, dan perilaku rendah atau diragukan kebenarannya (veracity)
pengguna.Social network analysis digunakan (Valkanas et al., 2014). Ketiga, volume dan
untuk menganalisis grafik jaringan sosial untuk kecepatan (velocity) data membuat pengelola
memahami struktur dasarnya, hubungannya, perpustakaan perlu untuk memilih arsitektur
dan properti teoretis serta untuk perangkat lunak yang sesuai untuk tahap
mengidentifikasi kepentingan relatif dari pengumpulan data (Alsubaiee et al, 2015).
berbagai node dalam jaringan. Trend Keempat, volume big data yang sangat luar biasa
analysisdigunakan untuk mengidentifikasi dan akan menjadi tantangan dalam SMA, kemudian
memprediksi kejadian dimasa yang akan datang masalah bahasa menambah komplikasi lebih
berdasarkan historis data yang dikumpulkan lanjut ketika memantau dan menganalisis
dari waktu ke waktu. Penerapan trend analysis percakapan media sosial di seluruh dunia, (Fan
termasuk memperkirakan pertumbuhan dan Gordon, 2014). Kelima, media sosial
pengguna, memprediksi keefektifan layanan memberikan pendekatan baru untuk mengatasi
dengan menggunakan media sosial. masalah noisy data dan information-overload
dengan pemrosesan informasi berbasis web,
4.4 Tantangan dalam Penerapan SMA akan tetapi perlu menjadi pertimbangan terkait
Tantangan dalam menerapkan SMA masalah seperti makna yang inkonsistensi dari
untuk perpustakaan di Indonesia adalah data, kurangnya struktur data, kualitas data, dan
menumbuhkan kesadaran terhadap besarnya kesulitan dalam mengintegrasikan berbagai
peran media sosial dalam meningkatkan jenis data yang ada di media sosial (Zeng et al,
kualitas pelayanan perpustakaan. Dengan kata 2011).
lain, penggunaan media sosial harus
dioptimalkan terlebih dahulu. Faktanya, Dari beberapa hasil penelitian di atas,
penelitian Anna (2015) menyatakan “diantara disimpulkan bahwa harapan untuk menerapkan
perpustakaan yang telah menggunakan media SMA di perpustakaan yang ada di Indonesia
sosial, sebagian perpustakaan masih kurang menghadapi beberapa tantangan, diantaranya:
serius dalam memanfaatkannya, dan sebagian (i). Perpustakaan belum menggunakan media
sudah sangat aktif dalam menggunakan media sosial dengan optimal. (ii). Bahasa, hal ini akan
sosial untuk mempromosikan perpustakaan”. mempengaruhi jaugkauan media sosial yang
Begitu juga dengan apa yang dikatakan dibangun oleh perpustakaan, akan lebih baik
Kurniasih (2015) “Masih sedikitnya menggunakan bahasa internasional, sehingga
perpustakaan yang menggunakan media sosial pengguna yang dijangkau akan lebih luas. (iii)
yang telah dibuatnya secara aktif, menjadi salah Volume, karena media sosial mengandung data
satu bukti bahwa masih banyak perpustakaan atau metadata dalam jumlah yang sangat besar.
yang hanya memiliki akun di media sosial, tetapi (iv). Velocity, kecepatan produksi data dengan
belum dipergunakan secara optimal”. keuntungan yang didapat dari menganalisa data
secara real time. (v). Variety, social media big

8
Eko

data seringkali tidak terstruktur atau memiliki Anna, N. E. V. (2015). Penggunaan Web 2.0
struktur khusus. (vi). Veracity, hal ini terkait sebagai Media Promosi Perpustakaan
dengan kebenaran dan kualitas data. Perguruan Tinggi di Indonesia. Record
5. Kesimpulan and Library Journal, 1(1), 77-82.
Dari kajian literatur ini dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya media sosial Damayanti, T. E. (2014). Pemanfaatan Twitter
digunakan sebagai media promosi sebagai Media Information Sharing di
perpustakaan, seperti mempromosikan koleksi, Perpustakaan. Jurnal Universitas
layanan, kegiatan dan program perpustakaan, Airlangga, 3(2). Diakses dari
serta untuk mempromosikan minat baca. Selain journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
itu, pemanfaatan media sosial terus lna3c10283b4full.pdf.
dikembangkan untuk berbagai kepentingan
dalam ruang lingkup perpustakaan, yaitu Fan, W., & Gordon, M. D. (2014). The Power of
sebagai media untuk berbagi informasi Social Media Analytics. Communications
(information sharing), sebagai media of the ACM, 57(6), 74–81. DOI:
komunikasi, dan media sosial juga telah 10.1145/2602574.
dimanfaatkan untuk memudahkan proses
layanan sirkulasi atau peminjaman. Haryanto. (2016). Pemanfaatan Social Media
Perpustakaan di Indonesia telah memanfaatkan Network Sebagai Media Komunikasi
berbagai jenis media sosial seperti facebook, Komunitas Pustakawan Homogen Dalam
twitter, RSS feed, youtube, instant messenging, Rangkaoptimalisasi Resources Sharing
dan flikr. Dari beberapa jenis media sosial Koleksi Antar Perguruan Tinggi.
tersebut, yang paling banyak digunakan ialah Pustakaloka, 8(1), 121-130.
facebook dan twitter.
Hussain, A. (2015). Adoption of Web 2.0 in
Jenis-jenis analitik yang bisa digunakan Library Associations in the Presence of
untuk setiap jenis media sosial sangat berbeda- Social Media. Program: Electronic Library
beda, dalam penelitian ini hanya memfokuskan and Information Systems, 49(2), 151-169.
pada rancangan analitik untuk facebook dan DOI 10.1108/PROG-02-2013-0007.
twitter. Pada facebook, terdapat enam bagian
yang perlu diperhatikan dalam proses SMA, Istiani, P. (2017). Penggunaan Media Sosial oleh
diantaranya: overview, likes, reach, visits, posts, Perpustakaan. Libraria, 5(1), 69-86.
dan people. Sedangkan untuk twitter hanya
meliputi dua bagian saja yaitu tweet activity dan Kasiviswanathan, S. P., Melville, P., Banerjee, A.,
followers. Tantangan yang dihadapi dalam & Sindhwani, V. (2011). Emerging topic
penerapan SMA untuk perpustakaan di detection using dictionary learning. In
Indonesia ialah penggunaan media sosial yang Proceedings of the 20th ACM international
belum optimal, permasalahan bahasa, volume conference on Information and knowledge
data, velocity, variety, dan veracity. management (pp. 745–754). New York:
ACM.
Penelitian ini masih dalam ruang lingkup https://doi.org/10.1145/2063576.20636
yang terbatas, masih ada sejumlah area tentang 86.
SMA yang dapat menjadi bahan kajian untuk ke
depannya. Misalnya, peran SMA untuk King, D.L. (2015). Managing Your Library’s
pengembangan perpustakaan, SMA sebagai Social Media Channels. American Library
intelligent tools, serta bidang lainnya yang Association Journals, 51(1), 26-32.
dianggap penting untuk dikaji.
Kurniasih, N. (2015). Optimalisasi Penggunaan
Daftar Pustaka Media Sosial untuk Perpustakaan.
Alsubaiee, S.,Carey,M.J.,&Li,C.(2015).LSM-Based Makalah disampaikan pada Seminar
Storage and Indexing : an Old Idea with Perpustakaan dengan Tema Peningkatan
Timely Benefits. Second International Kompetensi dan Peran Pustakawan di Era
ACM Workshop on Managing and Mining Keterbukaan Informasi Publik. Jakarta:
Enriched Geo-spatial Data. New York: Kementrian Perindustrian.
ACM1–6.
http://dx.doi.org/10.1145/2786006. Larasati, A. P. (.n.d). Pemanfaatan Facebook
2786007. Perpustakaan (Studi Deskriptif Pemanfaatan
Jejaring Sosial: Facebook) di Kalangan
Anggota Facebook Perpustakaan Kabupaten

9
Eko

Sidoarjo. Diakses dari Sulistyo-Basuki. (2010). Metode Penelitian.


journal.unair.ac.id/download-fullpapers- Penaku: Jakarta.
jurnal%20Anitya.pdf.
Valkanas, G., Katakis, I., Gunopulos, D., &
Lovett, J. (2011). Social media metrics secrets. Stefanidis, A. (2014). Mining Twitter Data
Wiley Publishing: Chichester. with Resource Constraints. In 2014
IEEE/WIC/ACM International Joint
McCallum, I. (2015). Use of Social Media by the Conferences on Web Intelligence (WI) and
Library: Current Practices and Future Intelligent Agent Technologies (IAT) (pp.
Opportunities. A White Paper from Taylor & 157–164). https://doi.org/10.1109/WI-
Francis. The Australian of Library Journal, 64 IAT.2014.29.
(2), 161-162. DOI:
https://doi.org/10.1080/00049670.2015.10 Wallis, R. (2007). Web 2.0 to Library 2.0 - from
40364. Debate to Reality. New Review of
Information Networking, 13(1), 53-64.
Mangold, W.G., & Faulds, D.J. (2009). Social
media: The new hybrid element of the Zeng, D., Chen, H., Lusch, R., & Li, S-H. (2011).
promotion mix. Business Horizons, 52, 357- Social media analytics and intelligence.
365. doi:10.1016/j.bushor.2009.03.002. IEEE Intelligent Systems, 25(6). DOI:
10.1109/MIS.2010.151.
Odewole, M. O. (2017). The Role of Librarian in
Using Social Media Tools to Promote the
Research Output of HIS/HER Clienteles.
Journal of Education and Practice, 8 (27),
109-113.

Pinelli, R., Shapiro, J., Borst, S., & Storck, P.


(2015). Social Media Measurement Guidelines
Version 4.1 (draft). Media Rating Council:
United States.

Sari, D.P. (2017). Pemanfaatan Media Sosial


Sebagai Sarana Promosi Minat Baca Anak
Di Perpustakaan Reading Is Fun Jakarta
Selatan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta.

Sen, B.K. (2008). Ranganathan’s Five Law’s.


Annals of Library and Information Studies,
55, 87-90.

Siswanti, A. (2015). Pemanfaatan Layanan


Perpanjangan Masa Peminjaman Koleksi
Melalui Media Sosial Facebook di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Berkala Ilmu Perpustakaan
dan Informasi, 11(2), 1-7.

Social Media Research Group. (2016). Using


social media for social research: An
introduction. Social Media Research
Group: United Kingdom.

Sudarsono, B. (2010). Menerapkan Konsep


Perpustakaan 2.0. BACA, 31 (1), 1-14.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif
kualitatitf dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai