Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1 – penelusuran literatur

1. Perkembangan teknologi dalam bidang informasi dan telekomunikasi


memberikan peluang dan tantangan atau bahkan ancaman bagi perpustakaan dan
pustakawan. Berikan komentar saudara.
2. Masih hangat banyak dibicarakan di berbagai media, muncul istilah “disrupsi”
bahwa ada beberapa jenis pekerjaan yang akan ditinggalkan/tidak laku lagi karena
pekerjaan-pekerjaan tersebut digantikan oleh peralatan elektronik/mesin, atau
karena tergeser oleh kedigdayaan teknologi di bidang telekomunikasi dan
informasi. Salah satunya adalah pekerjaan “pustakawan”. Bagaimana tanggapan
saudara? Berikan penjelasan dan alasan-alasannya.

Jawaban
1.Saat ini perpustakaan tidak bisa lagi dikelola secara konvensional perpustakaan
sekarang ini harus bertransformasi (merubah bentuk dan beradaptasi) mengikuti
perkembangan teknologi, agar dapat menjawab tantangan zaman dan kebutuhan
masyarakat pengguna (pemustaka).
Perpustakaan sekarang dan ke depan tidak lagi hanya menjadi tempat berkumpul
untuk membaca buku ataupun mencari informasi. Namun lebih dari sekedar itu,
perpustakaan dapat menjadi working space tempat munculnya inovasi-inovasi
baru, ide-ide brilliant dan pengembangan kreativitas.

Perpustakaan juga dapat menjadi suatu virtual office yang menjadi wadah bagi
generasi muda untuk menambah wawasan dan mengembangkan kreativitas dan
inovasi-inovasi yang konstrukif dan mencerahkan untuk kemaslahatan bangsa dan
negara.
ada beberapa kiat-kiat yang harus dijalankan oleh pengelola perpustakaan agar
perpustakaan tidak semakin tergerus dan termarginalkan oleh dahsyatnya
perkembangan teknologi dan globalisasi yang terjadi saat ini. Perpustakaan harus
berani merubah mindset (pola pikir) yang awalnya sebagai pusat informasi, saat ini
harus berubah (bertransformasi) tidak hanya menjadi pusat informasi saja, tetapi
harus sebagai pusat aktivitas.
Perpustakaan mau tak mau harus siap berbenah diri dalam menyambut
perkembangan zaman, dan juga perpustakaan harus siap bertransformasi.

Perpustakaan menjadi tempat untuk mempersiapkan pemustakanya menjadi


manusia yang penuh dengan kemampuan (skillfull) yang bukan hanya kuat dalam
tataran teori (pengetahuan/ knowledge) semata. Namun juga melalui praktikum
atau tataran operasional yang mampu direalisasikan dalam bentuk kerja positif dan
konstruktif.
dalam upaya menghadapi tantangan di era 4.0 ini adalah perpustakaan harus berani
beradaptasi terhadap perkembangan teknologi saat ini, tidak menutup diri atas
kemajuan teknologi. Sebab perpustakaan memiliki peran penting sebagai pusat
sumber ilmu pengetahuan.

Sedangkan saat ini, di era yang serba instant seperti sekarang ini, masyarakat
menginginkan informasi yang cepat dan mudah aksesnya.kunci awal dalam
menghadapi teknologi era 4.0 ini adalah dimulai dari pengelola atau
pustakawannya. Pustakawan harus open minded terhadap kemajuan teknologi.

Adapun kepemimpinan, kegigihan seorang pustakawan menjadi kunci awal


keberhasilan dalam menghadapi era 4.0 ini. Perpustakaan harus aktif menjalin
kerjasama (networking) dengan perpustakaan yang lain, karena perpustakaan pasti
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Dengan aktif menjalin kerjasama dan saling bersinergi antar perpustakaan, maka
perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagai pusat aktivitas dan sebagai
pusat rekreasi akan semakin dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat
secara luas.

Transformasi ini juga disambut berbagai industri, pemerintahan, lembaga


pendidikan bahkan perpustakaan. Semua berusaha untuk menyesuaikan dan
menyelaraskan dengan perubahan iklim informasi era digital yang menantang
seperti sekarang ini. Contoh disrupsi teknologi pada perusahaan pengelola jalan
tol. Lihatlah kisah mereka.
Jalan favorit para pengendara yang ingin melintas dengan cepat dan tepat waktu,
dulu dijaga oleh pegawai di setiap pintu. Sehingga, membutuhkan SDM yang
banyak untuk memperlancar arus kendaraan sistem cepat tanpa macet. Ribuan
tenaga dibutuhkan dalam operasional setiap harinya. Tapi keadaan sekarang
bagaimana?

Mereka terdampak disrupsi teknologi tanpa ampun. Mereka yang berjumlah


ribuan, tiba-tiba harus diberhentikan dan digantikan dengan mesin pembaca
barcode. Benda kecil yang praktis untuk menjalankan operasional sesuai harapan
manajemen. Lalu mereka dikemanakan? Apakah mereka masih bekerja atau di
PHK?

Apakah nasib pustakawan akan berujung sama seperti mereka? Bisa jadi iya.
Apabila pustakawan masih pasif, tidak mau memperbaharui ilmu, tidak ada
kreativitas dan tidak ada kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik sesuai
dengan tuntutan zaman, maka lambat laun pustakawan akan tersingkir layaknya
pekerja jalan tol.

Perpustakaan akan ditinggalkan oleh para pengguna (pemustaka). Betapa tragis


dan sungguh memilukan apabila hal tersebut benar-benar terjadi dalam dunia
kepustakawanan kita. Pustakawan dapat belajar dari hal tersebut.

Pustakawan harus punya kesadaran moral yang tinggi, bahwa kebutuhan manusia
saat ini tertuju pada perubahan yang sangat besar. Dan di sinilah peran profesional
pustakawan harus ditunjukkan.

Oleh karena itu, pustakawan harus up to date, menerima, memaknai dan


menjalankan perubahan dengan sikap dan tindakan nyata melalui karya-karya dan
inovasi bidang kepustakawanan. Pustakawan harus menyesuaikan perkembangan
dan meningkatkan profesionalitas bidang teknologi, manajemen, relationship,
membangun daya saing dengan menyajikan konten digital yang beragam.
Pustakawan harus menjadi partner informasi generasi milenial melalui pelaksanaan
tupoksi yang dijalankan secara optimal. Merekalah pustakawan singkong keju,
pustakawan peka zaman yang sangat menggoda untuk dikunjungi oleh pemustaka.

Begitu juga perpustakaannya, juga harus menerima kemajuan teknologi informasi.


Implementasi Teknologi Informasi bukan merupakan hal yang mudah dan murah.
Untuk itu, apabila perpustakaan ingin mengimplementasikan teknologi informasi
dalam layanan dan aktifitasnya perlu direncanakan secara matang.

Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak ada kesia-siaan dalam perencanaan dan
pengembangan yang berakibat pula pada pemborosan waktu, tenaga, pikiran dan
keuangan. Menurut Arif Surachman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam rangka penerapan Teknologi Informasi pada perpustakaan,
yakni: dukungan top manajemen/ lembaga induk; kesinambungan/ kontinuitas;
perawatan dan pemeliharaan; sumber daya manusia; infrastruktur lainnya seperti
listrik, ruang/ gedung, furniture, interior design, jaringan komputer, dsbnya;
pengguna perpustakaan seperti faktor kebutuhan, kenyamanan, pendidikan
pengguna, kondisi pengguna, dan lain-lain.

Hal-hal inilah yang akan menentukan sejauh mana penerapan teknologi dan
informasi di perpustakaan khususnya di layanan perpustakaan dapat berjalan
dengan baik. Beberapa hal inilah yang menjadi starting point perpustakaan dalam
menghadapi era industri 4.0.

Berangkat dari pemaparan di atas, kita tentunya tidak ingin perpustakaan hanya
akan menjadi “gudang” buku dan museum peninggalan sejarah buku-buku kuno.
Kita tidak ingin para pustakawan hanya menjadi penonton saja, dan berpangku
tangan melihat kemajuan zaman ini.

Kita tidak ingin pustakawan menjadi profesi yang terpinggirkan dan akhirnya akan
“punah” karena kelangkaannya. Perpustakaan hendaknya menyikapi kemajuan
teknologi informasi terutama era 4.0 sekarang ini secara bijak dan terbuka.
Perpustakaan harus menyikapinya secara positif, sehingga perpustakaan tidak
ditinggalkan oleh para penggunanya (pemustaka).
2. Karena semakin pesatnya perkembangan teknologi. Disruption dianggap sebagai
ancaman untuk manusia dalam berbagai pekerjaan karena takut tidak bisa
mengikuti perkembangan teknologi informasi dan ditinggalkan, tenaganya tidak
digunakan lagi. Contoh pekerjaan-pekerjaan yang sekarang digantikan oleh mesin
antara lain kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift, tenaga-
tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin, ojek
konfensional yang digeser dengan ojek online,bahkan sekarang google memliki
fitur penerjemah bahasa secara langsung, memesan makan dan berbelanja bisa
secara online di rumah tanpa datang langsung ke toko, dan masih banyak lagi
pekerjaan manusia yang digantikan oleh mesin.

Lalu bagaimana disruption bagi profesi pustakawan, kabar disruption profesi


pustakawan sudah lama dibicarakan. Ketika dahulu perpustakaan melakukan
pelayanan secara manual dengan mencatat kunjungan pelayanan secara manual,
maka kemunculan komputer untuk mencatat koleksi agar pencariannya lebih
mudah, menjadi gangguan pertama bagi para pustakawan incumbent yang belum
menguasai komputer. Kemudian, ketika muncul katalog terpasang, dan pencatatan
sirkulasi secara elektronik, menjadikan gangguan bagi pustakawan yang kurang
bisa menggunakan komputer dan aplikasi perpustakaan.

Dan pada saat ini Ketika Google begitu mudah dan praktis memberikan jawaban
atas pencarian yang dibutuhkan manusia, lalu bagaimana posisi katalog
perpustakaan? Ketika e-book dan e-jurnal akses terbuka begitu mudah diakses dari
internet, lalu apa peran pustakawan? Apakah peran pustakawan kan digantikan
oleh mesin pencari? Bagaimanakah pustakawan dalam menghadapi kompetitor tak
kelihatan ini?

Pustakawan merupakan perantara literasi pada referensi terpercaya, saat pencari


informasi mengakses informasi secara online belum tentu informasi yang mereka
cari sesuai dengan kebutuhan dan valid. Kondisi seperti ini peran pustakawan
masih dibutuhkan sebagai rujukan mencari referensi namun pustakawan dituntut
selalu berinovasi dalam menguasai berbagai referensi dan selalu mengembangkan
koleksi perpustakaan yang up to date sesuai dengan perkembangan informasi.
Seperti inovasi dibidang perpustakaan yang dilakukan oleh perpustakaan
perguruan tinggi seperti UGM misalnya sudah memasuki kedalam dunia aplikasi
mobile smartphone. Dalam artikel berita perpustakaan UGM yang berjudul
“Perpustakaan UGM Pengguna e-Journal Tertinggi di Indonesia” dikatakan dari
catatan Ebsco, pengguna Perpustakaan UGM juga mulai memanfaatkan fasilitas
perpustakaan digital secara mobile. Inovasi ini merupakan salah satu cara
perpustakaan sebagai sumber infomasi untuk lebih dekat dengan pencari informasi.
Selain revolusi yang dilakukan perpustakaan, pustakawan sebagai elemen penting
dari perpustakaan juga seharusnya ikut ambil bagian dalam perubahan penting ini.

Lankes, menyebut pustakawan memiliki payung besar terkait perannya ditengah


kehidupan manusia. Memfasilitasi komunitas untuk meningkatkan kualitas mereka,
dengan cara membentuk pengetahuan baru, “the mission of librarian is to improve
society through facilitating knowledge creation in their communities”. Konsep ini
mungkin dapat dijadikan panduan re-shape peran pustakawan.

Dalam perannya, pustakawan dituntut siap untuk menerima tantangan


perkembangan teknologi informasi. Misalkan pustakawan harus berinovasi dalam
memberikan layanan secara mobile. Jadi perkembangan teknologi informasi
bukanlah momok yang menakutkan bagi profesi pustakawan tetapi merupakan
motivasi pustakawan untuk lebih berinovasi, kreatif dan bersinergi dengan
teknologi informasi dalam menghadapi perkembangan zaman. Pustakawan dituntut
untuk bisa memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam
mempermudah pekerjaan bukan untuk menggantikan pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai