Jawaban
1.Saat ini perpustakaan tidak bisa lagi dikelola secara konvensional perpustakaan
sekarang ini harus bertransformasi (merubah bentuk dan beradaptasi) mengikuti
perkembangan teknologi, agar dapat menjawab tantangan zaman dan kebutuhan
masyarakat pengguna (pemustaka).
Perpustakaan sekarang dan ke depan tidak lagi hanya menjadi tempat berkumpul
untuk membaca buku ataupun mencari informasi. Namun lebih dari sekedar itu,
perpustakaan dapat menjadi working space tempat munculnya inovasi-inovasi
baru, ide-ide brilliant dan pengembangan kreativitas.
Perpustakaan juga dapat menjadi suatu virtual office yang menjadi wadah bagi
generasi muda untuk menambah wawasan dan mengembangkan kreativitas dan
inovasi-inovasi yang konstrukif dan mencerahkan untuk kemaslahatan bangsa dan
negara.
ada beberapa kiat-kiat yang harus dijalankan oleh pengelola perpustakaan agar
perpustakaan tidak semakin tergerus dan termarginalkan oleh dahsyatnya
perkembangan teknologi dan globalisasi yang terjadi saat ini. Perpustakaan harus
berani merubah mindset (pola pikir) yang awalnya sebagai pusat informasi, saat ini
harus berubah (bertransformasi) tidak hanya menjadi pusat informasi saja, tetapi
harus sebagai pusat aktivitas.
Perpustakaan mau tak mau harus siap berbenah diri dalam menyambut
perkembangan zaman, dan juga perpustakaan harus siap bertransformasi.
Sedangkan saat ini, di era yang serba instant seperti sekarang ini, masyarakat
menginginkan informasi yang cepat dan mudah aksesnya.kunci awal dalam
menghadapi teknologi era 4.0 ini adalah dimulai dari pengelola atau
pustakawannya. Pustakawan harus open minded terhadap kemajuan teknologi.
Dengan aktif menjalin kerjasama dan saling bersinergi antar perpustakaan, maka
perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagai pusat aktivitas dan sebagai
pusat rekreasi akan semakin dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat
secara luas.
Apakah nasib pustakawan akan berujung sama seperti mereka? Bisa jadi iya.
Apabila pustakawan masih pasif, tidak mau memperbaharui ilmu, tidak ada
kreativitas dan tidak ada kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik sesuai
dengan tuntutan zaman, maka lambat laun pustakawan akan tersingkir layaknya
pekerja jalan tol.
Pustakawan harus punya kesadaran moral yang tinggi, bahwa kebutuhan manusia
saat ini tertuju pada perubahan yang sangat besar. Dan di sinilah peran profesional
pustakawan harus ditunjukkan.
Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak ada kesia-siaan dalam perencanaan dan
pengembangan yang berakibat pula pada pemborosan waktu, tenaga, pikiran dan
keuangan. Menurut Arif Surachman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam rangka penerapan Teknologi Informasi pada perpustakaan,
yakni: dukungan top manajemen/ lembaga induk; kesinambungan/ kontinuitas;
perawatan dan pemeliharaan; sumber daya manusia; infrastruktur lainnya seperti
listrik, ruang/ gedung, furniture, interior design, jaringan komputer, dsbnya;
pengguna perpustakaan seperti faktor kebutuhan, kenyamanan, pendidikan
pengguna, kondisi pengguna, dan lain-lain.
Hal-hal inilah yang akan menentukan sejauh mana penerapan teknologi dan
informasi di perpustakaan khususnya di layanan perpustakaan dapat berjalan
dengan baik. Beberapa hal inilah yang menjadi starting point perpustakaan dalam
menghadapi era industri 4.0.
Berangkat dari pemaparan di atas, kita tentunya tidak ingin perpustakaan hanya
akan menjadi “gudang” buku dan museum peninggalan sejarah buku-buku kuno.
Kita tidak ingin para pustakawan hanya menjadi penonton saja, dan berpangku
tangan melihat kemajuan zaman ini.
Kita tidak ingin pustakawan menjadi profesi yang terpinggirkan dan akhirnya akan
“punah” karena kelangkaannya. Perpustakaan hendaknya menyikapi kemajuan
teknologi informasi terutama era 4.0 sekarang ini secara bijak dan terbuka.
Perpustakaan harus menyikapinya secara positif, sehingga perpustakaan tidak
ditinggalkan oleh para penggunanya (pemustaka).
2. Karena semakin pesatnya perkembangan teknologi. Disruption dianggap sebagai
ancaman untuk manusia dalam berbagai pekerjaan karena takut tidak bisa
mengikuti perkembangan teknologi informasi dan ditinggalkan, tenaganya tidak
digunakan lagi. Contoh pekerjaan-pekerjaan yang sekarang digantikan oleh mesin
antara lain kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift, tenaga-
tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin, ojek
konfensional yang digeser dengan ojek online,bahkan sekarang google memliki
fitur penerjemah bahasa secara langsung, memesan makan dan berbelanja bisa
secara online di rumah tanpa datang langsung ke toko, dan masih banyak lagi
pekerjaan manusia yang digantikan oleh mesin.
Dan pada saat ini Ketika Google begitu mudah dan praktis memberikan jawaban
atas pencarian yang dibutuhkan manusia, lalu bagaimana posisi katalog
perpustakaan? Ketika e-book dan e-jurnal akses terbuka begitu mudah diakses dari
internet, lalu apa peran pustakawan? Apakah peran pustakawan kan digantikan
oleh mesin pencari? Bagaimanakah pustakawan dalam menghadapi kompetitor tak
kelihatan ini?