Anda di halaman 1dari 17

MASA DIGITALISASI HADIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi satu tugas mata kuliah

Ilmu Tarikh Hadis

Oleh:

M. Agussalim Nur

NIM: 80700223001

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

PASCASARJANA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

1
2
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur dan rasa hormat, saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan petunjuk-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.

Makalah ini membahas mengenai fenomena penting dalam dunia keilmuan


Islam, yaitu digitalisasi hadis. Dalam era kemajuan teknologi informasi seperti saat ini,
digitalisasi hadis telah menjadi suatu aspek yang tak dapat diabaikan. Hadis sebagai
sumber ajaran Islam memiliki peran sentral dalam membimbing umat, dan penggunaan
teknologi untuk mengakses dan memahami hadis memiliki implikasi yang signifikan.

Dalam penyusunan makalah ini, berbagai sumber daya dan literatur yang
berkualitas telah digunakan untuk memastikan keakuratan dan keberimbangan informasi
yang disajikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para dosen dan ahli
dalam bidang studi Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan berharga
selama proses penulisan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran membangun dari pembaca akan sangat dihargai. Semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam memahami dan mengaplikasikan
digitalisasi hadis dalam konteks kehidupan modern.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi salah
satu sumbangan kecil dalam upaya memperluas pemahaman terhadap digitalisasi hadis.
Terima kasih.

Polewali Mandar, 01 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Definisi Digitalisasi Hadis......................................................................................3

B. Sejarah Singkat Digitalisasi Hadis.........................................................................4

C. Bentuk dan Karya Digitalisasi Hadis.....................................................................7

D. Implikasi Digitalisasi Hadis...................................................................................9

BAB III............................................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................12

B. Saran.....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era digital saat ini, teknologi informasi telah menjadi bagian integral dari
kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi ini telah mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk juga dalam ranah agama. Islam, sebagai salah satu agama
terbesar di dunia, juga mengalami dampak signifikan dari digitalisasi. Salah satu aspek
penting dalam studi Islam adalah hadis, yaitu catatan-catatan mengenai ajaran dan
tindakan Nabi Muhammad SAW. Hadis memiliki peran yang sangat krusial dalam
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Namun, dalam era digital ini, pentingnya
digitalisasi hadis tidak boleh diabaikan.

Pertama, digitalisasi hadis memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat
bagi umat Islam di seluruh dunia. Dengan bantuan internet, seseorang dapat dengan
mudah mencari, membaca, dan mempelajari hadis-hadis tertentu tanpa harus mencari
buku fisik atau mengunjungi perpustakaan. Hal ini memungkinkan penyebaran dan
pengetahuan agama Islam yang lebih luas dan merata. Kedua, digitalisasi hadis
memungkinkan terjadinya kerja sama kolaboratif dalam pengkajian dan penelitian
terhadap hadis. Platform-platform online dan forum diskusi memungkinkan para ulama,
akademisi, dan peneliti untuk berbagi pandangan, memperdebatkan interpretasi, dan
membangun pengetahuan bersama mengenai hadis-hadis tertentu. Selain itu, dengan
teknologi analisis teks dan kecerdasan buatan yang semakin maju, digitalisasi hadis juga
membuka pintu untuk metode analisis baru yang dapat memberikan wawasan lebih
dalam tentang konteks, makna, dan relevansi hadis-hadis tertentu dalam konteks
kehidupan modern.

Namun, perlu diingat bahwa digitalisasi hadis juga menimbulkan sejumlah


tantangan. Salah satu tantangan utama adalah masalah autentisitas dan keabsahan hadis-
hadis yang disajikan secara digital. Dalam era informasi yang terbuka, ada risiko
penyebaran hadis-hadis palsu atau tidak terverifikasi yang dapat membingungkan dan
menyesatkan umat Islam. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dijelaskan secara

1
rinci tentang pentingnya digitalisasi hadis dalam konteks kehidupan modern, manfaat
yang dihasilkan, serta tantangan yang perlu diatasi. Dengan pemahaman yang lebih
mendalam tentang peran teknologi dalam studi Islam, diharapkan umat Islam dapat
memanfaatkan potensi positif dari digitalisasi hadis sambil tetap menjaga integritas dan
otoritas warisan keilmuan Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud digitalisasi hadis?


2. Bagaimana sejarah digitalisasi hadis?
3. Bagaimana implikasi digitalisasi hadis?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Digitalisasi Hadis

Era digital adalah zaman di mana munculnya jaringan internet, khususnya


teknologi informasi komputer. Dalam periode ini, kehidupan manusia secara umum
mengadopsi gaya hidup baru yang tak terpisahkan dari penggunaan berbagai perangkat
elektronik. Teknologi telah menjadi alat yang sangat membantu dalam memenuhi
berbagai kebutuhan manusia. Manusia kini dapat memanfaatkan teknologi untuk
mempermudah berbagai tugas dan pekerjaan. Peran penting teknologi ini telah
membawa peradaban manusia masuk ke dalam era digital. Hal ini terlihat lebih jelas
pada generasi milenial, yang sangat bergantung pada teknologi digital baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam aktivitas bisnis.1

Teknologi digital tidak lagi menggunakan tenaga manusia atau manual. Namun,
cenderung menuju sistem operasi otomatis dengan komputerisasi atau format yang
dapat diakses oleh komputer. Zaman digital juga dikenal sebagai era informasi dan
komunikasi, karena dalam periode ini, informasi telah berkembang dengan cepat di
seluruh dunia. Banyak teknologi inovatif telah diciptakan untuk mempermudah orang
dalam melakukan tugas dan bisnis mereka. Sejumlah informasi telah beralih dari bentuk
fisik ke bentuk elektronik. Perangkat modern seperti smartphone, komputer portabel,
dan tablet merupakan kreasi dari era digital dan memiliki peran yang sangat vital bagi
generasi saat ini.

Dari informasi di atas, dapat diketahui bahwa kata “digital” dikaitkan dengan
hal-hal yang berhubungan dengan teknologi, perangkat komputer, dan hal-hal yang
berwujud data. Digitalisasi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada
teknologi bersifat analog ke teknologi bersifat digital. Proses yang terjadi
kemudian banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, hingga saat ini
industri sudah semakin modern dan mengandalkan teknologi tersebut untuk terus

1
Nasrul Makdis, “Penggunaan e-book pada era digital,” Al Maktabah 19, no. 1 (2020): hlm. 79.

3
menopang operasionalnya. 2 Adapun yang dimaksud dengan digitalisasi hadis
ialah sebuah bentuk pemindahan hadits dari kitab-kitab induk seperti kutubut tis’ah
kedalam bentuk digital.3

B. Sejarah Singkat Digitalisasi Hadis

Proses perkembangan hadis dari Era Nabi hingga sekarang melalui masa yang
panjang. Hadis yang awal mulanya tersebar melalui metode hafalan yang terdapat dalam
ingatan sahabat dan generasi setelahnya mengalami transformasi dengan adanya metode
penyusunan kitab-kitab hadis. Kemudian perkembangan hadis mengalami transformasi
dari tulisan yang tercantum dalam buku yang terjilid menuju hadis yang tersimpan
dalam data komputer.

Ulama hadis membagi periodisasi perkembangan hadis menjadi beberapa


tahapan, yaitu:4

1. Masa kelahiran hadis


2. Masa pematerian dan penyedikitan riwayat
3. Masa penytebaran hadis ke berbagai wilayah
4. Masa pembukuan hadis
5. Masa penyaringan, pemeliharaan, dan pelengkapan
6. Masa pembersihan, penyusunan, penambahan, dan pengumpulan hadis
7. Masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan, dan pembahasan hadis.

Adapun periode digitalisasi hadis masuk ke dalam ketujuh dari pembahasan di atas yang
dimulai sekitaran abad ke-7 H. Penyebab dari terbentuknya era digitalisasi ini tidak
terlepas dari pengaruh revolusi industry dan dampak globalisasi. Globalisasi telah
memasuki periode baru yang disebut sebagai revolusi industri 4.0. Revolusi industri
dunia keempat ini telah mengalami empat tahap transformasi. Tahap pertama, Revolusi
Industri 1.0, terjadi pada abad ke-18 dengan penemuan mesin uap yang memungkinkan
produksi massal barang. Tahap kedua, Revolusi Industri 2.0, terjadi pada abad ke-19
2
https://verihubs.com/blog/digitalisasi-adalah/
3
https://www.asilha.com/2020/11/02/digitalisasi-hadits-wujud-efisiensi-telaah-hadist.
4
Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis Dari Klasik Hingga Kontemporer
(Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hlm. vii-x.

4
hingga awal abad ke-20 dengan penggunaan listrik, yang mengakibatkan biaya produksi
menjadi lebih terjangkau. Tahap ketiga, Revolusi Industri 3.0, dimulai pada tahun 1970-
an melalui komputerisasi. Revolusi Industri 4.0 sendiri dimulai pada tahun 2012-an
dengan pengenalan teknologi internal engineering dan Internet of Things (IoT) sebagai
tulang punggung dari pergerakan dan konektivitas antara manusia dan mesin.5

Revolusi digital telah dimulai sejak tahun 1980-an dengan pergeseran dari
teknologi mekanik dan analog ke teknologi digital, dan terus berkembang hingga saat
ini. Perkembangan ini menjadi masif setelah penemuan personal komputer, yaitu sistem
yang dirancang dan diorganisir secara otomatis untuk menerima, menyimpan,
memproses data input, dan menghasilkan output di bawah kendali instruksi elektronik
yang tersimpan di memori, yang dapat memanipulasi data dengan cepat dan tepat.

Peningkatan kinerja teknologi komputer digital, khususnya mikroprosesor,


memungkinkannya untuk ditanam pada berbagai perangkat personal. Kemajuan dalam
teknologi transmisi, termasuk jaringan komputer, telah memicu pertumbuhan
penggunaan internet dan penyiaran digital. Selain itu, perkembangan ponsel yang
tumbuh pesat telah memainkan peran besar dalam revolusi digital dengan memberikan
hiburan, komunikasi, dan konektivitas online di mana-mana.

Situs jejaring sosial, yang merupakan pelayanan berbasis web, memungkinkan


pengguna untuk membuat profil, melihat daftar pengguna lain, dan mengundang atau
menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Hubungan antara perangkat
mobile dan halaman web internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam
komunikasi digital. Situs pertemanan seperti Friendster telah berkembang menjadi
platform-platform seperti MySpace, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Revolusi
digital memungkinkan informasi digital untuk dengan mudah dipindahkan antara media
dan diakses atau didistribusikan secara jarak jauh.Tren "paperless" adalah salah satu
aspek era digital di mana penggunaan kertas menjadi lebih terbatas. Dokumen dan foto
tidak perlu dicetak pada kertas, melainkan dapat disimpan dalam bentuk digital yang
lebih aman. Proses digitalisasi dokumen berbentuk kertas ke dalam file elektronik

5
Ellyzabeth Sukmawati dkk., Digitalisasi sebagai pengembangan model pembelajaran (Cendikia
Mulia Mandiri, 2022), hlm. 1,

5
memudahkan dalam berbagi informasi, seperti melalui e-book. Dengan e-book, tidak
lagi diperlukan penyimpanan fisik buku-buku tebal yang membutuhkan ruang besar.
Dokumen dalam bentuk digital juga lebih ringkas dan dapat diakses kapan saja melalui
komputer dan ponsel.6

Dari periode-periode tersebut kemudian melahirkan produk-produk hadis dalam


bentuk sofwware, seperti aplikasi, web, meme, audio, visual, dan sebagainya. Hal ini
tentu saja memberi dampakj yang signifikan terhadap perkembangan hadis. Dalam
konteks kemajuan teknologi, Hadis sebagai ucapan, tindakan, dan persetujuan Nabi saw
telah muncul dalam berbagai bentuk dan variasi, termasuk:

1. Transformasi ke dalam format digital dan pengembangan program, yakni proses


memindai literatur hadis dan mengunggahnya ke platform media sosial, atau
dengan menciptakan perangkat lunak atau aplikasi hadis dalam bentuk program
yang dapat diakses melalui internet atau diunduh dan diinstal di perangkat
masing-masing. Literatur hadis yang telah diubah ke format digital dapat
berbentuk PDF (Portable Document Format) atau dokumen siap pakai yang
tidak memerlukan instalasi tambahan. Model PDF ini dapat dimanfaatkan sesuai
kebutuhan dan diakses kapan saja dengan perangkat yang dimiliki dan bisa
diunduh secara gratis
2. Audiovisualisasi hadis adalah presentasi hadis dalam bentuk media yang
menggabungkan elemen suara dan gambar. Contohnya dapat ditemukan di
platform-platform media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Facebook, di
mana terdapat banyak video menarik yang mengangkat tema hadis. Salah satu
contohnya adalah kajian hadis yang disampaikan oleh ustadz Adi Hidayat dalam
salah satu video di kanal YouTube.
3. Selain itu, visualisasi hadis juga dapat berbentuk Meme atau gambar, dan
banyak tersebar di berbagai jenis media sosial di internet seperti Facebook,
Instagram, WhatsApp, Line, Blog, Twitter, dan lain sebagainya. Beragam media
sosial ini digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan dakwah (Mudin, 2019).
Meme adalah bentuk replikasi gambar atau video yang diberi teks, keterangan,

6
Wawan Setiawan, “Era Digital dan Tantangannya. Seminar Pendidikan Indonesia. ISBN,” 2017, hlm. 2.

6
atau caption. Meme tetap menjadi simbol yang dapat dibaca dan diartikan
berdasarkan konteks dan waktu tertentu.

C. Bentuk dan Karya Digitalisasi Hadis

Beberapa karya yang berhubungan dengan digitalisasi hadis penulis coba


cantumkan dalam uraian berikut:7

1. Lidwa Pustaka (Lembaga Ilmu dan Dakwah).


Sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan dan penyebaran ilmu dan
dakwah Islam. Didirikan oleh para alumni dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan
Arab (LIPIA) Jakarta dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Lidwa Pustaka telah
melakukan terjemahan dan digitalisasi Kitab Hadis dari 9 Imam Hadis (Kutubut Tis’ah),
termasuk Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan
Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Al-Muwaththa’ Imam Malik, dan Sunan
Ad-Darimi.

2. Perpustakaan Islam Digital (PID)

Perpustakaan Islam Digital ini diterbitkan oleh Pusat Kajian Hadis (PKH) yang
didirikan oleh Dr. Ahmad Luthfi Fathullah yang berisi 8000 jilid (3600) judul kitab dan
bisa didownload secara gratis. Melalui Perpustakaan Islam Digital (PID) ini, kitab-kitab
hadis sudah disusun berdasarkan subyek keislaman dan bisa dibuka di melalui
https://perpustakaanislamdigital.com/index.phpfp/Perpustakaan Islam Digital ini
diterbitkan oleh Pusat Kajian Hadis (PKH) yang didirikan oleh Dr. Ahmad Luthfi
Fathullah yang berisi 8000 jilid (3600) judul kitab dan bisa didownload secara gratis.
Untuk membuat ini setidaknya dibutuhkan waktu dua tahun penuh sehingga dapat
tersaji dengan baik.8

3. Software Digital Jawami’ al Kalim.

7
Sri Wahyuningsih dan Istianah Istianah, “Kontribusi Digitalisasi Hadis bagi Perkembangan Studi
Hadis di Era Revolusi Industri 4.0,” hlm. 34-40, diakses 31 Oktober 2023,
http://repository.iainkudus.ac.id/7939/1/buku%20monograf%20istianah.pdf.
8
Muhammad Alfatih Suryadilaga, Saifuddin Zuhri Qudsy, dan Inayatul Mustautina, “Digitalisasi
Hadis Ala Pusat Kajian Hadis (PKH): Distribusi, Ciri, dan Kontribusi dalam Kajian Hadis Indonesia,”
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis 3, no. 2 (2021): hlm. 114.

7
Sofware Digital Jawami’ al-Kalem ini didirikan oleh lembaga Departemen
Agama dan Wakaf kementrian Qatar pada Tahun 1998. Jawami’ al-Kalem adalah
sebuah sofware yang banyak memuat matan hadis yang berisi kurang lebih 1400 kitab
hadis bahkan di dalamnya terdapat 545 manuskrip. Web ini sangat menarik karena
dapat memudahkan dalam menelusuri hadis dari segi: kualitas hadis, biografi perawi,
kualitas perawi dan Jarh wa al-Ta’dil

Berikut ini kelebihan lain dari software Jawami’ al-Kalim:

a. Matan sanad yang berharkat


b. Penyajian takhrij rijal hadis yang lengkap
c. Penggunaan warna berbeda untuk matan dan sanad serta kata yang dicari 4.
Pencarian bisa berdasar tema
d. Bisa membandingkan isi beberapa kitab
e. Mengklasifikasi hadis qauliyah, fi’liyah atau taqririyah.9

4. Aplikasi Mausu’ah Hadis As-Syarif (Ensiklopesi Hadis Syarif)


Pada tanggal 21 Februari 2016, Islamweb.net meluncurkan versi aplikasi
Mausu'ah hadis As-Syarif yang dapat diakses melalui smartphone. Sebelumnya,
Islamweb.net telah merilis versi perangkat lunak serupa yang dapat diakses melalui
komputer. Islamweb.net adalah situs yang berada di bawah Kementerian Wakaf dan
Urusan Islam yang berbasis di Qatar. Situs ini aktif dalam merilis dan mengembangkan
berbagai jenis perangkat lunak.

5. Al Maktabah Syamilah.
Maktabah Syamilah adalah sebuah aplikasi digital yang berisi kumpulan kitab-
kitab yang dapat dijadikan sebagai referensi. Di dalam software ini terdapat beragam
kitab karya ulama’ klasik hingga kontemporer. Aplikasi Maktabah Syamilah ini dibuat
oleh situs shamela.ws selaku pengembang Maktabah Syamila versi komputer.
Sedangkan yang versi Android hanya terdapat aplikasi Maktabah Syamilah-nya saja,
belum termasuk isi kitab.

9
Siti Syamsiyatul Ummah, “Digitalisasi Hadis (Studi Hadis Di Era Digital),” Diroyah: Jurnal Studi
Ilmu Hadis 4, no. 1 (2019): hlm. 10, https://core.ac.uk/download/pdf/234031219.pdf.

8
6. Al-Maktabah al-Waqfiyah.
Al-Makatabh al-Waqfiyah adalah software offline yang berisi scan kitab-kitab
dalam format PDF yang menyimpan lebih dari 2000 jilid. Bagi yang membutuhkan
literatur bacaan kitab, Software ini sangat cocok untuk diakses karena di dalamnya
terdapat puluhan ribu bahkan jutaan halaman kitab.

Selain software di atas, produk digitalisasi hadis juga dapat dilihat dari web,
situs, konten, video, meme, serta aplikasi-aplikasi yang menghimpun hadis.

D. Implikasi Digitalisasi Hadis

Dalam hubungannya dengan dampak positif, perkembangan kajian hadis dalam


ranah digital ini memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam di seluruh dunia.
Karena hadis merupakan sabda, perbuatan dan taqrir Nabi yang tentunya harus terus
dikaji dan dipelajari. Berikut penulis paparkan mengenai beberapa manfaat dan peluang
perkembangan kajian hadis dalam ranah digital di era yang serba canggih saat ini:

1. Dengan adanya kemasan menarik pada kajian hadis di era digital ini, informasi
dapat dengan mudah diakses oleh pengkaji hadis. Di samping itu, masyarakat
juga dapat menghemat biaya karena cukup mengakses hadis digital dalam
bentuk software.
2. Ranah digitalisasi hadis dapat memudahkan masyarakat, akademisi dan
mahasiswa khususnya jurusan ilmu hadis dalam mengkaji sebuah hadis.
3. Aplikasi digitalisasi hadis dapat diakses oleh masyarakat di berbagai Negara,
dengan demikian digitalisasi hadis memberi peluang untuk menyebarkan kajian
dan ilmu hadis lebih luas kepada masyarakat.
4. Dengan kemudahan dalam mengakses data dalam bentuk aplikasi, masyarakat
akan lebih berminat untuk mengkaji hadis karena tidak perlu direpotkan dengan
membawa buku atau kitab tebal berjlid-jilid dan berat ketika dibawa. Di era
digital akademisi dapat dengan mudah mencari buku-buku hadis berupa aplikasi
dan file PDF.

9
5. Dengan digitalisasi, karya-karya tentang hadis akan lebih terjaga dan tersimpan
dengan baik. Sehingga karya-karya tersebut mudah untuk diakses atau dicari.10

Berkaitan dengan perkembangan hadis di era digital di satu sisi membawa banyak
manfaat, namun di sisi yang lain ada tantangannya, diantaranya adalah:

1. Adanya perkembangan teknologi telah mempengaruhi dalam kajian hadis, yaitu


adanya pergeseran terhadap sistem sanad keilmuan. Berbagai aplikasi kitab-
kitab hadis yang sudah siap saji menyebabkan adanya pergeseran dalam dunia
transmisi keilmuan Islam dan pergeseran otoritas. Jika sebelumnya masyarakat
belajar hadis dengan para tokoh/kiai, seiring dengan perkembangan teknologi
kemudian beralih ke ruang digital. Sehingga menyebabkan berkurangnya rasa
ingin untuk mengkaji dan mempelajari hadis kepada para guru secara langsung.
Dengan demikian akan berkurang juga untuk mendapatkan keberkahan ilmu dari
para kiai yang telah mendidiknya.
2. Berbagai kemudahan yang diperoleh dalam mengakses berbagai sumber
informasi menjadikan benda mati yang dihidupkan sebagai sumber belajar.
Ketika masyarakat sudah merasa cukup belajar dengan benda mati, maka
otoritas kiai akan tergerus oleh media. Ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau
oleh teknologi, yaitu profesi guru dalam Falsafah Jawa adalah “digugu” dan
“ditiru”. Sebab teknologi tidak mampu memberikan nilai-nilai akhlak, seperti:
rasa welas asih, tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai kepada
sesame.
3. Kitab-kitab hadis sudah digitalisasi tinggal diinstal sehingga pengguna bisa
langsung mengaksesnya. Namun di balik kemudahannya, harus hati-hati dalam
mengutip, dan menyadurnya tentunya harus mengedepankan validitasnya
sumbernya. Demikian pula dari pihak yang memproduksi kitab-kitab hadis
dalam format digital agar terjamin validitasnya. Hadirnya teknologi banyak
memberikan kemudahan dalam menjalankan segala aktivitas manusia. Dan bagi

10
Karima Nurul Huda dkk., “Perkembangan Kajian Hadis dalam Ranah Digital,” dalam Gunung
Djati Conference Series, vol. 29, 2023, hlm. 72,
http://conferences.uinsgd.ac.id/index.php/gdcs/article/view/1793.

10
pengguna, penguasaan teknologi menjadi sebuah kebutuhan, baik dalam hal
instalisasi dan operasional.11

Adanya digitalisasi hadis dan keilmuan-keilmuan lainnya memberikan


kemudahan kepada manusia dalam pemperoleh informasi. Akses yang digunakan
menjadi lebih efisien, lebih murah dalam hal biaya, serta meminimalisir tempat untuk
menyimpan buku-buku. Akan tetapi produk ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan
yang paling dominan adalah untuk mengakses hal-hal yang berhubungan dengan hadis
dalam bentuk digital, kita membutuhkan listrik sebagai sumber daya dan terkadang
membutuhkan jaringan internet. Hal ini sewaktu-waktu bisa menjadi hambatan dalam
mengakses hadis secara digital. Oleh karena itu dibutuhkan perpaduan antara hadis
dalam bentuk tulisan konvensional dan digital.

11
Wahyuningsih dan Istianah, “Kontribusi Digitalisasi Hadis bagi Perkembangan Studi Hadis di Era
Revolusi Industri 4.0,” hlm. 47-48.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Digitalisasi hadis dapat diartikan sebagai proses membuat hadis-hadis yang


awalnya berada dalam buku atau kitab ke dalam bentuk digital atau data yang bisa di
akses lewat bantukan teknologi informasi, atau web yang membutuhkan jaringan
internet. Proses ini menjadi salah satu langkah yang dilakukan manusia untuk
mempermudah akses mencari hadis dan sebagai respon terhadap revolusi industry dan
dampak dari globalisasi.

Adanya digitalisasi hadis dan keilmuan-keilmuan lainnya memberikan


kemudahan kepada manusia dalam pemperoleh informasi. Akses yang digunakan
menjadi lebih efisien, lebih murah dalam hal biaya, serta meminimalisir tempat untuk
menyimpan buku-buku. Akan tetapi produk ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan
yang paling dominan adalah untuk mengakses hal-hal yang berhubungan dengan hadis
dalam bentuk digital, kita membutuhkan listrik sebagai sumber daya dan terkadang
membutuhkan jaringan internet. Hal ini sewaktu-waktu bisa menjadi hambatan dalam
mengakses hadis secara digital. Oleh karena itu dibutuhkan perpaduan antara hadis
dalam bentuk tulisan konvensional dan digital.

B. Saran

Dalam tulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan serta minimnya data yang disajikan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang
membangun sangat dibutuhkan agar kedepannya makalah yang disusun lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alfatih Suryadilaga, Muhammad. Metodologi Syarah Hadis Dari Klasik Hingga


Kontemporer. Yogyakarta: Kalimedia, 2017.
Huda, Karima Nurul, Akhmad Hasan Saleh, Kholila Mukaromah, dan Ibnu Hajar
Ansori. “Perkembangan Kajian Hadis dalam Ranah Digital.” Dalam Gunung
Djati Conference Series, 29:69–75, 2023.
Makdis, Nasrul. “Penggunaan e-book pada era digital.” Al Maktabah 19, no. 1 (2020).
Setiawan, Wawan. “Era Digital dan Tantangannya. Seminar Pendidikan Indonesia.
ISBN,” 2017.
Sukmawati, Ellyzabeth, S. ST, M. Keb, Heri Fitriadi, Yudha Pradana, M. Pd Dumiyati,
S. Pd Arifin, M. Sahib Saleh, Hastin Trustisari, dan Pradika Adi Wijayanto.
Digitalisasi sebagai pengembangan model pembelajaran. Cendikia Mulia
Mandiri, 2022. Suryadilaga, Muhammad Alfatih, Saifuddin Zuhri Qudsy, dan
Inayatul Mustautina. “Digitalisasi Hadis Ala Pusat Kajian Hadis (PKH):
Distribusi, Ciri, dan Kontribusi dalam Kajian Hadis Indonesia.” Mashdar:
Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis 3, no. 2 (2021): 105–28.
Ummah, Siti Syamsiyatul. “Digitalisasi Hadis (Studi Hadis Di Era Digital).” Diroyah:
Jurnal Studi Ilmu Hadis 4, no. 1 (2019). Wahyuningsih, Sri, dan Istianah
Istianah. “Kontribusi Digitalisasi Hadis bagi Perkembangan Studi Hadis di Era
Revolusi Industri 4.0.” Diakses 31 Oktober 2023.
http://repository.iainkudus.ac.id/7939/1/buku%20monograf%20istianah.pdf.

13

Anda mungkin juga menyukai