Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah
Dasar-Dasar Teori dan Metodologi Sejarah
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
ridho-nya sehingga makalah ini dapat disusun dengan selesai. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita semua dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang
memenuhi tugas individu pada mata kuliah Dasar-Dasar Teori dan Metodologi
Sejarah.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan
penulis menghaturkan mohon maaf. Sebab, makalah ini tidak sempurna dan masih
memiliki banyak kelemahan, penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan fokus
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana sejarah diaplikasikan dalam website?
2) Mengapa digitalisasi sejarah dikatakan sebagai sumber-sumber
sejarah dan rekonstruksi sejarah?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1) Memberi penjelasan mengenai bagaimana sejarah diaplikasikan
ke dalam website.
2) Memberikan gambaran mengenai digitalisasi sejarah yang
dikatakan sebagai sumber-sumber sejarah dan rekonstruksi
sejarah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada salah satu bab dalam buku yang ditulis oleh Faye Sayer, ia
memaparkan bahwa tahun 1990-an merupakan era dikembangkannya
jaringan World Wide Web (WWW) di laboratorium fisika di Swiss (CERN)
hal ini dipelopori oleh proposal milik Tim Berners-Lee. Barulah pada 1992,
3
browser pertama lahir dengan nama Viola yang berfungsi sebagai editor situs
dan laman. Sedangkan web browser www dikenal dengan nama Nexus,
kemampuannya juga terbatas karena masih dalam tahap perkembangan di
masa itu yang mana saat itu Nexus tidak dapat menampilkan halaman web
dengan grafik atau gambar yang disematkan, namun penggunanya masih
tetap tersambung ke sambungan internet.
1
Sayer, F. (2017). Sejarah Publik: sebuah panduan praktis. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hal.
271.
4
mendatang. Versi awal setelah peluncuran situs ini memberikan informasi
dasar kepada bagi pengunjung dan perpustakaan online untuk mendukung
kepentingan pengguna web (berbasis web), tetapi tidak memungkinkan
terjadinya interaksi secara langsung dengan publik.
5
sejarah untuk menemukan materi sejarah dengan lebih mudah, karena sudah
tersusun sistematis oleh sistem.
6
Memasuki tahun 2000-an, perkembangan teknologi jauh lebih
berkembang lagi. Adanya berbagai sarana yang memadai untuk seorang
sejarawan publik dan masyarakat luas mengakses sejarah secara daring.
Munculnya aplikasi seperti Facebook, Twitter, Instagram, Wordpress,
Blogspot, dan Youtube serta masih banyak lagi aplikasi yang mendukung
tulisan untuk diakses di internet. Di tahun ini juga, arsip-arsip dan sumber-
sumber sejarah mulai di upload secara besar-besaran di Internet dan bisa
diakses secara gratis.
7
Selain Delpher, juga terdapat KITLV, singkatan dari Koninklijk Instituut voor
de Taal-, Land-en Volkenkunde atau Royal Netherlands Institute of Southeast
Asian and Caribbean Studies, Lembaga Studi Asia Tenggara dan Karibia
Kerajaan Belanda. Sejak tahun 2014 perpustakaan KITLV di Leiden
bergabung menjadi bagian dari Perpustakaan Universitas Leiden, situs ini
memuat berbagai sumber sejarah tentang Indonesia pada masa kolonial, situs
ini bisa dijangkau di halaman browser dengan link https://www.kitlv.nl/.
Sumber: Arsip Delpher. Collection Delpher, Digital Newspaper Library. (Diakses dari
https://www.delpher.nl/)
8
Kantor De Javasche Bank, 1887.
Sumber: KITLV A739. De Javasche Bank te Batavia. Indonesia: Jakarta
Raya. Handel, 2006
Diatas merupakan contoh dari sumber foto dan koran sejak era kolonial
yang bisa diakses di situs website yang menyediakan sumber-sumber mengenai
sejarah. Arsip-arsip yang diperoleh juga beberapa sebagian sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan Inggris serta diberi transkripsi.
9
Jambi dimana naskah ini tersimpan sebagai koleksi pusaka.2 Kesimpulannya dari
pengalaman penelitian Gallop menunjukkan manfaat yang didapatkan dari media
sosial yang berguna sebagai tempat bertukarnya banyak informasi dari berbagai
belahan dunia.
Kemudian sejarah sebagai kisah atau sejarah subjektif ini hanya bisa
direkonstruksi, apabila peristiwa tersebut meninggalkan jejak berupa sumber
sejarah. Ada empat jenis sumber sejarah, yakni tertulis, benda, visual dan lisan.
Sumber tertulis itu misalnya surat kabar, arsip dokumen, lembaran negara, surat,
laporan dan lainnya, Sumber benda, misalnya, foto-foto, bangunan-bangunan,
makam, dan tugu-tugu peringatan. Sumber visual, adalah rekaman-rekaman
gambar hidup, seperti, rekaman peristiwa, rekaman peringatan, dan rekaman berita-
berita televisi. Sumber lisan, yakni sumber sejarah yang berbentuk lisan atau
menghasilkan suara. Sumber lisan dapat dikategorikan dalam tiga kelompok besar,
tradisi lisan, rekaman suara (rekaman rapat, pidato, ceramah, dan sebagainya), dan
sejarah lisan.3
2
Annabel Teh Gallop. “Facebook Philology: The Contribution of Social Media to The Study of
Manuscripts From Indonesia and The Malay World”. In Simposium Internasional
Pernaskahan Nusantara XVI MANASSA, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta 26-29
September 2016
3
Dienaputra, R. D. (2012). Rekonstruksi Sejarah Seni Dalam Konstruk Sejarah
Visual. Panggung, 22(4). Hal. 3.
10
Sebelum menjadi suatu karya ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan,
rekonstruksi sejarah ini memiliki empat tahapan dengan menggunakan metode
sejarah, yakni heuristik (pengumpulan sumber), kritik (seleksi sumber), interpretasi
(penafsiran fakta sejarah), dan historiografi (penulisan sejarah). Hal yang dihasilkan
dari proses rekonstruksi sejarah ini mulai dari karya ilmiah, buku, skripsi, tesis,
disertasi, film dokumenter dan lainnya. Hasil dari rekonstruksi sejarah inilah yang
mendukung faktor berkembangnya ilmu pengetahuan sejarah, karya ilmiah yang
dihasilkan dimanfaatkan terus oleh para peneliti lainnya sebagai sumber sekunder
dan akademisi di dalam dunia pendidikan dalam mendapatkan pengetahuan
mengenai kesejarahan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah dalam website tidak bisa dilepaskan dari kehadiran
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang
dengan pesat sejak tahun 1990-an. Teknologi digital ini membantu proses
persebaran berbagai informasi apa saja yang dibutuhkan oleh manusia,
termasuk informasi mengenai sejarah. Informasi kesejarahan ini bisa dilihat
kapan saja dan diperoleh dimana saja tanpa perlu mendatangi tempat yang
menyimpan sumber sejarah tersebut. Dengan adanya digitalisasi sumber
sejarah yang kemudian disediakan secara online, maka sumber tersebut
lebih mudah dicari, diakses, diunduh oleh publik. Namun, tidak jarang juga
banyak orang memanipulasi sumber sejarah tersebut.
12
sumber yang valid, tulisan yang mudah dijiplak, hingga persebaran
informasi hoax secara cepat.
3.2 Saran
Demikian materi makalah yang penulis sampaikan, dari materi tersebut
kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dapat memahami bagaimana
sejarah dalam website dan digitalisasi sejarah sebagai sumber-sumber
sejarah dan rekonstruksi sejarah ini sebagai salah satu hal yang penting
dalam kemudahan dari proses digitalisasi untuk menghasilkan suatu karya
ilmiah dalam bidang sejarah.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Website
Muhammad, Devan. (2021). Digitalisasi Sejarah.
(https://www.kompasiana.com/devanmuh/61a4e0fe06310e29816a3fa2/digit
alisasi-dalam-sejarah, diakses pada tanggal 12 Juni 2022)
Novita, Fakhri. (2015). Kenalkah Anda dengan empat browser tertua dan
berpengaruh ini? (https://www.techno.id/how-to/kenalkah-anda-dengan-
empat-browser-tertua-dan-berpengaruh-ini-150331u.html, diakses pada
tanggal 13 Juni 2022)
15