Disusun Oleh:
Nama : Abdul Sarip Hidayat
Nim : 21224113001
Prodi : Teknik Mesin
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari seluruh
komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul
“SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DI INDONESIA”.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, khususnya para mahasiswa di Universitas
Islam Al-Ihya Kuningan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
dengan ARPANET. Kemudian pada akhir tahun 1994 tercatat sudah 2,2 juta
komputer yang terhubung dengan internet.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui
media lain (tulisan, oral, dan visual) • Martin, 1999 Teknologi Informasi
tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang
digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup
teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi • William & Sawyer,
2003 Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi
(komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data,
suara, dan video Berdasarkan beberapa definisi tersebut, sudah dapat disimpulkan
bahwa teknologi informasi dan teknologi komunikasi saling memiliki keterkaitan
satu sama lain.
A. Surat Kabar
Pada dasarnya, sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak
yakni babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara
tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat
berperan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama
adalah babak putih, yaitu saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh
kolonialisme Belanda. Disebut babak putih karena surat kabar pada waktu itu
mutlak milik orang-orang Eropa, berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi
pembaca berbahasa Belanda. Kontennya hanya seputar kehidupan orang-
orang Eropa dan tidak mempunyai kaitan kehidupan pribumi. Babak ini
berlangsung antara tahun 1745-1854. Babak kedua yang berlangsung antara
tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional secara kasar dapat dibagi dalam tiga
periode, yakni:
4
5
B. Radio
Radio mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa
lainnya. Radio bersifat auditif terbatas pada suara atau bunyi yang menerpa
pada indra. Karenanya tidak menuntut khalayak memiliki kemampuan
membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan hanya kemampuan
untuk mendengarkan. Frank Jefkins mengemukakan karakteristik media radio
yang menguntungkan (1996 : 101) yaitu: Murah, Waktu transmisi tidak
terbatas, Suara manusia dan music, Tidak memerlukan perhatian terfokus,
sekaligus menjadi Teman Setia.
Saat ini Radio tidak hanya dapat didengar melalui tape radio, tetapi juga
dapat diputar melalui streaming melalui jaringan internet ataupun mobile
phone. Saat ini sangat mudah dalam mengakses radio. Meskipun saat ini radio
bersaing dengan media televisi, namun radio masih memiliki keunggulan
tersendiri, sebab seseorang tetap dapat mendengarkan radio sambil melakukan
pekerjaan lainnya.
C. Televisi
Hingga saat ini tercatat ada 11 stasiun televisi yang mengudara secara
nasional, selain stasiun tersebut di atas ada Trans TV, Global TV, Lativi, Metro
Tv dan TV7. Dibukanya kebebasan pers dalam era reformasi ini bukan tidak
menimbulkan banyak tantangan, ketika dunia pertelevisian kita yang dinilai
oleh Garin Nugroho sebagai bayi yang langsung diajak menjadi dewasa dengan
berbagai permasalahan, khususnya sumber daya manusia. Percepatan
transformasi yang dipaksakan tersebut menjadikan kultur indutri televisi
bertumbuh setengah jadi yang berwajah dua. Pada satu wajah, percepatan
industri televisi melahirkan percepatan sumber daya manusia pada teknologi
dan manajemen produksi dalam pertumbuhan berskala deret ukur. Sementara,
pada wajah lain, kreativitas mengelola ide bertumbuh deret hitung.
D. Film
Perlu diketahui, bahwa awal mula film ditemukan film belum dianggap
sebagai sebuah tiruan dari sebuah kenyataan. Akan tetapi, film diakui sebagai
sebuah karya seni tentu diawali oleh sejarah panjang dengan bermunculan para
pembuat film di berbagai negara dan akhirnya film diakui sebagai bagian dari
karya seni.
Industry film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun
1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film Company bekerjasama dengan
Kruegers Film Bedrif di bandung dengan judul Atma de Vischer. Selama kurun
waktu itu (1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi.
Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong
adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada Tanggal 30 Maret -5 April 1955,
setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan
Perusahaan Film Indonesia). Film Jam Malam Karya Usmar Ismail tampil
sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili
Indonesia dalam festival film Asia II di singapura. Film ini dianggap karya
terbaik Usmar Ismail. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang
sangat tanjam mengenai para bekas pejuan setelah kemerdekaan.
Hal lain yang juga tak bisa dipungkiri turut berperan dalam terpuruknya
film nasional ini adalah impor dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak
swasta. Bioskop bahkan hanya memutar film-film produksi Hollywood saja,
tidak mau memutar film-film lokal. Akibatnya, di akhir tahun ‘80-an, kondisi
film nasional semakin parah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta
yang menghadirkan film-film impor dan sinema elektronik serta telenovela.
12
Kini, film Indonesia telah mulai berderak kembali. Beberapa film bahkan
booming dengan jumlah penonton yang sangat banyak. Sebut saja, Ada apa
dengan Cinta, yang membangkitkan kembali industri film Indonesia. Beberapa
film lain yang laris manis dan menggiring penonton ke bioskop seperti
Petualangan Sherina, Jelangkung, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih,
Laskar Pelangi maupun Naga Bonar Jadi 2. Genre film juga kian variatif, meski
tema-tema yang diusung terkadang latah, jika sedang ramai horor, banyak yang
mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah.
E. Komputer/ Internet
F. Kesimpulan
G. Saran
14
15
Untuk para orang tua harus selalu mengawasi anaknya pada saat bermain
smartphone karena di era sekarang ini sudah banyak sekali anak kecil yang
diberi hp oleh orang tua nya untuk menenangkan anak kecil tersebut agar tidak
menangis, maka dari itu untuk para orang tua harus selalu mengawasi dan tidak
boleh membiarkan anaknya terus terusan bermain hp dengan waktu yang cukup
lama.
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127386-RB13A44p-
Perilaku%20pencarian-Pendahuluan.pdf
Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna.Jakarta : Prenada Media
Group.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Fachrudin, Andi. 2014. Dasar Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Renol, dan Rasul, Juharis. 2010. Cerdas dan Terampil Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Sidoarjo: CV Adi Perkasa.
Setiadi, Julianto Arief dkk. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:
Ristek.
Severin, W. J., & Tankard, J. W. (2008). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa (5th ed.). Kencana.
16