(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Puisi, Prosa dan Drama)
Dosen Pengampu : Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengajaran Prosa, Puisi dan
Drama. Penulisberharap tugas ini dapat diterima dengan baik oleh para pembaca.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Fitriani Lubis,
S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing Penulis dalam mengerjakan makalah dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan sehingga tugas makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini bisa sesuai dengan
materi pembelajaran dalam RPS dan bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan era digital diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan
pembelajaran sastra Indonesia di lingkungan, baik di dalam dan di luar sekolah. Pembelajaran
sastra Indonesia melalui perkembangan digital diharapkan dapat meningkatkan semangat anak
muda untuk mengetahui, menulis dan berkreativitas. Untuk itu, di era digital ini kita harus
mampu menyikapi dengan baik yakni dengan melakukan upaya-upaya yang harus kita lakukan
agar era digital membawa manfaat bagi setiap aspek kehidupan. Saat ini, penulisan karya sastra
telah merambah dunia maya internet di mana ruang batas teks sudah tak dapat dilacak lagi.
Karya sastra di era baru ini menarik untuk dikaji lebih lanjut. Terutama pada tumbuhnya minat
menulis dan membaca sastra di kalangan anak muda. Tujuan pembahasan ini adalah untuk
menjelaskan makna sastra, makna era digital, dan pembelajaran sejarah sastra Indonesia di era
digital. Manfaat penulisan adalah supaya pembaca memahami pembelajaran sejarah sastra
indonesia di era digital.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sastra digital ?
2. Apa tujuan terciptanya sastra digital?
3. Apa manfaat dari perkembangan digital bagi pengajar?
4. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pengajarajan sastra di era digital?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami hakikat sastra digital
2. Untuk mengetahui tujuan terciptanya sastra digital
3. Untuk memahami manfaat dari perkembangan digital bagi pengajar
4. Untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan pengajarajan sastra di era digital
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Era digital merupakan suatu kondisi zaman ataupun kehidupan dimana keberadaan
teknologi canggih dapat mendorong segala aktivitas yang menunjang kehidupan kita. Selain itu,
era digital juga hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu dan menjadikannya lebih
modern dan praktis.
Istilah sastra digital sesungguhnya tak bisa dilepaskan dari munculnya sastra siber pada
awal tahun 2000-an. Kita ingat ketika itu di Indonesia hadir komunitas-komunitas (milis) di
dunia maya. Milis penyair adalah salah satu milis yang merupakan tonggak lahirnya sastra siber.
Demikianlah sastra siber sesungguhnya merupakan alternatif baru bagi para sastrawan
pemula yang kurang mendapatkan tempat di media cetak. Kriteria-kriteria yang ditetapkan pada
redaktur sastra tak selalu bisa mereka penuhi, sehingga sastra siber menjadi wadah penyalur bagi
aktivitas dan kreativitas mereka. Ia merupakan tonggak baru kehadiran dunia sastra yang tak
mengenal ruang, waktu, bahasa, bahkan melintasi batas-batas negara.
Penggunaan teknologi digital dalam karya sastra merupakan keniscayaan yang tidak
dapat dielakkan. Dengan teknologi digital para sastrawan dapat meningkatkan aktivitas dan
kreativitas mereka. Teknologi digital dapat meningkatkan kompetensi para sastrawan dalam
mengembangkan kreativitas mereka dengan secara lebih leluasa. Dalam sastra digital
memungkinkan para sastrawan membagikan foto dan video yang ditata bersama kutipan puisi
atau nukilan prosa, diperkaya dengan audio dan visual yang lebih mendukung.
B. SASTRA DIGITAL
Era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada era tersebut
menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-harinya. Dunia digital tidak hanya
menawarkan peluang dan manfaat besar bagi publik dan kepentingan bisnis. Namun juga
memberikan tantangan terhadap segala bidang kehidupan untuk meningkatkan kualitas dan
2
efisiensi dalam kehidupan. Penggunaan bermacam teknologi memang sangat memudahkan
kehidupan, namun gaya hidup digital pun akan makin bergantung pada penggunaan ponsel dan
komputer. Teknologi komunikasi dari media elektronik pada awalnya masih menggunakan
sistem analog, dan baru beralih ke sistem digital dengan ditandai hadirnya transformasi produk
media seperti e-book, internet, koran digital, e-library, e-shop dsb. Masa ini juga sering disebut
sebagai revolusi digital.
Di zaman modern ini semakin terbuka kesempatan untuk menerbitkan tulisan fiksi atau
non fiksi dalam bentuk prosa atau puisi bahkan lagu di dunia digital. Situs storial.co, tagar
fiksimini di Twitter, dan aplikasi Wattpad adalah beberapa contohnya. Berbeda dengan zaman
dulu, di zaman sekarang, seorang penulis bisa langsung mengunggah cerpen atau novelnya di
situs tersebut tanpa melalui penyuntingan ketat dewan redaksi. Semuanya dengan gamblang
langsung terpapar begitu saja untuk dinikmati warganet yang lain.
Namun kehadiran sastra “ringan dan cepat” ini tak lagi mengundang perdebatan di antara
kaum pemerhati sastra konvensional dengan generasi lebih muda yang mengusung kebebasan
berekspresi untuk mengangkat kehidupan dan pergumulan batin sehari-hari menjadi suatu karya
tulis. Sebagaimana dikatakan oleh Supriatin (2012), generasi lebih tua menganggap bahwa
karya sastra digital tidak akan menggerus sastra konvensional karena sifatnya yang hanya cepat
datang dan cepat pula pergi. Menurut Hari (2016), sastra digital dapat berfungsi sebagai
proses pembelajaran, dan perluasan apresiasi sastra dari lebih banyak kalangan.Sastra digital
bisa saja lebih bermutu daripada sastra konvensional, atau sebaliknya. Diperlukan telaah sastra
yang kini meluas ke sastra dengan medium baru ini.
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang begitu pesat sudah merubah segala
kehidupan yang ada di dunia. Era digital sudah membuat perubahan pada manusia memiliki gaya
hidup baru. Perkembangan teknologi digital yang begitu canggih membuat perubahan yang
begitu besar terhadap dunia. Manusia dimudahkan dalam mengakses informasi dengan berbagai
cara dan dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital secara leluasa.
Sastra digital (sastra siber) merupakan aktivitas sastra yang memanfaatkan komputer atau
internet (Septriani, 2016:3). Farahiba (dalam Pratamanti, 2016:302) menyatakan bahwa sastra
siber memanfaatkan kemampuan dan kemajuan teknologi komunikasi sebagai sarana dan
3
prasarana berkarya. Hal ini berarti penyebarluasan karya sastra melalui internet dapat dilakukan
melalui media sosial.
Terdapat tiga dimensi prinsip pembelajaran sastra digital (Siemens, n.d.), yakni:
a. Tradisi, Dimensi tradisi dimaknai sebagai adanya perubahan tradisi dari sebelumnya
offline (luring) menjadi online (daring). Sistem teknologi digital perlu dikuasai individu
agar dapat melaksanakan pembelajaran sastra digital.
b. Tekstualitas, Dimensi tekstualitas berkaitan dengan pemusatan perhatian. Dimana,
penentuan teks berdasarkan beberapa model (eksplisit atau implisit) dari bagian penting
teks dan struktur kerja teks yang mendahului aspek-aspek tertentu.
c. Metodologis. Dimensi metodologis berkaitan dengan model penjelajahan sastra digital
untuk mengakses dan memecahkan desain, tipikal ideal, pola dasar dalam sastra tersebut.
Aspek metodologis merupakan jembatan untuk memahami objek sastra digital,
mengapresiasi maknanya terutama yang terkait dengan cara-cara mengakses dan
memecahkan permasalahan.
Pembelajaran sastra digital mengacu pada teori belajar konstruktivisme. Teori tersebut
mengemukakan bahwa peserta didik membangun pengetahuan dan makna dari pengalaman
mereka (Henriksen, 2017; Smith, 2015). Karena peserta didik memiliki latar belakang,
pengalaman, dan keterampilan yang luas, pengetahuan dibangun secara individual saat peserta
didik bekerja untuk memahami masalah yang mereka hadapi. Tiga prinsip teori belajar
konstruktivisme, yakni: (1) pengalaman pribadi, (2) pembelajaran aktif, dan (3) interaksi sosial
(Henriksen, 2017; Smith, 2015; Richey, Klein, & Tracey 2011).
4
b. pembelajaran aktif; Dalam lingkungan belajar yang aktif, peserta didik lebih dari
sekadar penerima informasi pasif. Peserta didik secara aktif terlibat dalam pembelajaran
mereka dengan memecahkan masalah dan menganalisis pertanyaan yang kompleks
(Smith, 2015; Richey, Klein, & Tracey, 2011).
c. interaksi sosial. Proses berinteraksi dengan teman sebaya dan juga pendidik membantu
peserta didik membangun pemahaman baru atau memikirkan yang sudah ada
(Lunenburg, 1998).
Oleh karena penentuan jenis asesmen penting untuk dipilih maka selanjutnya yang perlu
diperhatikan adalah sastra digital sebagai sumber belajar maupun media belajar.
5
C. TUJUAN PEMBELAJARAN SASTRA DIGITAL
Tujuan pembelajaran sastra digital adalah mengembangkan potensi untuk aktif secara
intelektual dan menciptakan kesadaran untuk mengembangkan potensi dengan mempelajari
sastra digital dengan menggali kebenaran ilmiah. Tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai
jika pembelajaran diarahkan pada pembelajaran sepanjang hayat.
Di sisi lain, dipilihnya sastra digital sebagai pembelajaran untuk menjawab permasalahan
di era globalisasi. Dasar pertimbangan yang diambil, yakni :
6
3. Sastra digital mewakili dan membentuk topik global sebagai fenomena transkultural
berdasarkan perkembangan teoritis fenomenologi, hermeneutika dan praktik sosial
(Llamas, 2015).
4. Sastra digital dengan menampilkan kartografi memberikan pengalaman interaksi yang
dinamis melalui narasi prosa, puisi dan bentuk sastra lainnya dalam konteks sosial dan
budaya (Thomas, 2013).
5. Sastra digital sebagai media komunikasi budaya manusia melalui teks, gambar, video dan
suara (Belvage, 2012).
6. Sastra digital menjadi alternatif penting bagi penulis dan aktivis sastra di Indonesia
(Fitriani, n.d.).
Dengan demikian, pembelajaran sastra digital dalam kaitan ini bukan seperti
pembelajaran sastra, yakni memahami definisi, unsur dan makna melalui beragam pendekatan
karya sastra, tetapi lebih mengarah kepada pembelajaran multidisiplin terutama dalam kemasan
multimedia, multimodal dan estetika interaktif (Montoro, 2015).
a. Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam mengaksesnya.
b. Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang
memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
7
c. Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber
pengetahuan dan informasi masyarakat.
d. Meningkatnya kualitas daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi.
e. Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media pembelajaran
online,diskusi online yang dapat meningkatkan sumber.
f. Kualitas pendidikan.
g. Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang kebutuhan
dan memudahkan mendapatkannya.
8
menulis karya sastra. Di samping itu, sekolah lebih kreatif memanfaatkan potensi siswa dalam
menulis karya sastra. Tidak akan adil jika hanya menyalahkan guru dalam menurunnya minat
siswa dalam menulis karya sastra. Pihak sekolah pun juga ikut bertanggung jawab terhadap
perkembangan sastra terutama untuk meningkatkan keterampilan menulis karya sastra oleh
siswanya. Apabila sekolah lebih kreatif lagi untuk memanfaat potensi siswa dalam hal menulis
karya sastra maka perkembangan keterampilan menulis karya sastra siswa dapat terasah dengan
baik.
Upaya melestarikan karya sastra juga dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan hasil
tulisan karya sastra dan menampungnya ke dalam suatu wadah yang memang dikhususkan untuk
hasil karya sastra itu sendiri. Tidak hanya satu jenis wadah seperti majalah dan penerbit buku
saja, tetapi media seperti majalah baik majalah anak-anak sampai majalah orang dewasa juga
menampung hasil tulisan karya-karya sastra seperti cerpen, novel dan puisi. Jika dirasa siswa
kurang mampu dalam menulis sebuah cerpen atau novel, maka ia bisa menulis puisi yang tidak
memakan banyak waktu, bentuknya ringkas dan padat. Karena, jika suatu hasil tulisan karya
sastra hanya dibiarkan begitu saja tanpa di tampung dan di lestarikan dengan baik maka karya
sastra itu sendiri akan mati dan lekang tergeser oleh era globalisasi pada zaman sekarang ini.
Apabila siswa mau untuk menuliskan karya sastra ke dalam tulisan baik itu puisi, cerpen,
ataupun prosa maka potensi yang dimiliki dalam bidang sastra dapat terbaca oleh orang lain.
Biarkan orang lain yang menilai apakah karya sastra itu baik atau kurang baik yang terpenting di
sini dalam diri siswa sudah sadar bahwa mereka juga mempunyai jiwa seni yang patut untuk
dikembangkan.
Upaya berikutnya adalah sekolah disarankan untuk mengadakan Festival Bulan Bahasa
sebagai ajang kreativitas dalam menulis karya sastra. Dalam melestarikan karya sastra terlebih
untuk para siswa SMA, tidak lain adalah dukungan dari lingkungan sekolah. Di mana lingkungan
sekolah juga mempunyai peran penting dalam mendidik siswanya untuk terampil menghasilkan
karya sastra. Hal ini sangat penting karena dengan adanya fasilitas dan media dari sekolah yaitu
sebagai wadah atau tempat untuk menghasilkan karya sastra. Media tersebut tidak lain dapat
diadakan Festival Bulan Bahasa. Di mana dalam festival tersebut bertujuan untuk sebagai ajang
kreativitas dalam menulis karya sastra. Dengan diadakan festival tesebut dengan sendiriya siswa
akan termotivasi. Festival yang seperti itu mempunyai peran andil dalam melstarikan karya
9
sastra karena bukan hanya menyalurkan kreativitas siswa tetapi juga memberi dampak positif
bagi siwa untuk menghasilkan karya sastra dan terlebih untuk perkembangan karya sastra pada
umumnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa teknologi digital yang semakin canggih
saat ini telah merevolusi dunia dan melahirkan berbagai macam teknologi baru yang semakin
canggih. Agar era digital dapat bermanfaat, kita perlu menyikapi era digital secara serius agar
dapat menguasai dan mengontrol peran teknologi dengan baik. Pendidikan harus menjadi media
utama untuk memahami, menguasai, dan memperlakukan teknologi dengan baik dan benar.
Tujuan pembelajaran sastra digital adalah untuk mengembangkan potensi diri, untuk aktif secara
intelektual, dan untuk meningkatkan kesadaran mengembangkan potensi dengan mempelajari
sastra digital dengan menggali kebenaran ilmiah.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap
dunia, dan telah melahirkan berbagai macam teknologi baru yang semakin maju. Teknologi pada
era digital ini membawa banyak manfaat dari berbagai bidang seperti politik, eknomi, sosial
budaya, pertahanan atau keamanan serta teknologi informasi, namun tidak dipungkiri setiap
pemanfaatannya memiliki tantangan. Era digital harus disikapi dengan serius, agar bisa
menguasai, dan mengendalikan peran teknologi dengan baik agar era digital membawa manfaat
bagi kehidupan. Pendidikan harus menjadi media utama untuk memahami, mengusai, dan
memperlakukan teknologi denganbaik dan benar. Tujuan pembelajaran sastra digital yakni
menciptakan kesadaran dalam mengembangkan potensi diri untuk menjadi intelektual secara
aktif serta mengembangkan potensi melalui pembelajaran sastra digital dengan penelusuran
kebenaran ilmiah.
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami materi-materi tersebut, kita menjadi tahu bagaimana
pembelajaran sastra di era digital . Penulis juga menyarankan makalah ini agar dipergunakan
sebagai bahan referensi baik itu bagi kalangan umum maupun bagi mahasiswa. Semoga makalah
ini dapat membantu dan bermanfaat bagi banyak orang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Yuhdi. (2018). Desain Media Pembelajaran Berbasis Daring Memanfaatkan. Vol 7, No
1 (2018), 15-22.
Firmansyah, M. 2021. Bayu Konseptualisasi Pembelajaran Sastra Digital. Pasuruan. STIKIP
PGRI Pasuruan.
Nas Haryati, Setyaningsih. dkk. (2022). Desain Pembelajaran Virtual Mata Kuliah Apresiasi
Prosa dengan Model Team Based Project. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 8-16.
Nurhidayat, U. I. (2019, Desember 22). Mewujudkan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
Kreatif Di Era Digital. KRESKIT PBSI, pp. 38-41.
Ramdhan. (2022, Juni 22). Pembelajaran Sastra di Era Digital. KASKUS, pp. 11-12. Diunduh
dari https://m.kaskus.co.id/thread/62b25c6dd8d376516230936c/pembelajaran-sastra-di-era-
digital/?ref=threadlist-246&med=thread_list
12