Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN


PRODI S1 PBSI - FBS

SKOR NILAI

PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU DALAM MENINGKATKAN PROFESI


SEBAGAI GURU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6/REGULER F
NAMA MAHASISWA : FIKA SALSABILA AMAR (2211111018)
TATA AZWA FARADILLAH (2211111006)
PUTRI ULINA SITUMORANG (2213311050)
INDAH ROSA DAMANIK (2213111060)

DOSEN PENGAMPU : ELYA SISKA ANGGRAINI,S.Sn.,M.A


MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA,SASTRA INDONESIA & DAERAH


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
April 2022
ABSTRAK

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
di Indonesia salah satu faktor yang paling penting dan sangat mempengaruhi
adalah keprofesionalan guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Guru merupakan pekerjaan profesi, karenanya LPTK telah menerapkan kurikulum
yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi guru mencakup empat hal penting
yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan
kompetensi paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional
kependidikan, kompetensi guru sangat diperlukan untuk memenuhi spesifikasi
dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan yang mencakup karakteristik-
karakteristik prasyarat yang meliputi: relevan dengan pengajaran dan
berorientasi pada kualitas.

ABSTRACT
Education is a conscious and planned effort to create a learning
atmosphere and learning process so that students actively develop their
potential to have religious spiritual strength, self-control, personality,
intelligence, noble character, and skills needed by themselves, society, nation
and state. To realize the goals of education in Indonesia, one of the most
important and very influential factors is the professionalism of teachers in
carrying out learning activities. Teacher is a professional job, therefore LPTK has
implemented a competency-based curriculum. Teacher competence includes
four important things, namely personal competence, professional competence,
social competence, and pedagogic competence. In relation to educational
professionals, teacher competence is very much needed to meet specifications
in the implementation of educational tasks which include prerequisite
characteristics which include: relevant to teaching and quality-oriented.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya,yang memberikan kita berbagai macam
nikmat,sehingga aktivitas hidup yang kita jalani akan selalu membawa
keberkahan baik kehidupan di alam dunia ini,terlebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak.sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan Laporan
Rekayasa Ide Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
kami menyadari bahwa banyak kekurangan dari Laporan Rekayasa Ide
ini,baik dari materi maupun teknik penyajiannya,mengingat masih kurangnya
pemahaman dan pengalaman kami.oleh karena itu,kami mengharapkan kritik
dan saran yang sangat membangun.
Harapan kami paling besar dari penyususnan Laporan Rekayasa Ide
Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Meningkatkan Profesi Sebagai Guru
adalah,mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat baik untuk
pribadi,teman-teman,dan orang banyak.

Wassalamualaikum WR.WB

Medan, April 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................4
BAB I............................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................5
A. Rasionalisasi Permasalahan TRI....................................................5
B. Tujuan TRI.............................................................................5
C. Manfaat TRI............................................................................5
BAB II...........................................................................................6
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN.................................6
A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN.......................6
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESIONALISASI GURU......................7
BAB III.........................................................................................11
SOLUSI DAN PEMBAHASAN.................................................................11
BAB IV.........................................................................................14
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan TRI


Tugas Rekayasa Ide adalah tugas berupa penyusunan karya ilmiah atau
artikel ilmiah atau artikelpopuler secara tertulis tentang aplikasi muatan materi
perkuliahan (kurikulum) dengan daya dukungreferensi (buku, jurnal, karya
ilmiah) yang up to date. Rekayasa ide merupakan wahana mahasiswa
dalamberlatih menuliskan ide kreatif sebagai respons intelektual atas
persoalan aktual yang dihadapimasyarakat. Ide tersebut seharusnya unik,
kreatif dan bermanfaat sehingga idealisasi kampus sebagaipusat solusi dapat
menjadi kenyataan. Sebagai intelektual muda, mahasiswa umumnya cenderung
pandaimengungkapkan fakta sosial, namun melalui rekayasa ide, level nalar
mahasiswa tidak hanya dituntutsampai sebatas mengekspos fakta tetapi justru
harus mampu memberi atau menawarkan solusi.

B. Tujuan TRI
Tujuan dari kegiatan rekayasa ide adalah
1. Menumbuh kembangkan karya tulis mahasiswa dalam bentuk
penuangan gagasan atau ide kreatif.
2. Untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan.
3. Mengetahui bagaimana penerapan rekayasa ide ini dalam kehidupan
sehari hari sehingga dapatdiambil manfaatnya.

C. Manfaat TRI
1. Manfaat Bagi Penulis
Rekayasa ide ini ini diharapkan dapat melatih penulis dalam mengeluarkan
ide dan isi kreatifnyasehingga menyumbang suatu manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Rekayasa ide ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi dan
masukan bagi masyarakatpada umumnya.
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN

A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN


Dalam dunia pendidikan,keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu
faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses
belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal.
Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air,
guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi
mereka

Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi


dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang
telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut
tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai
ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik.
Bahkan tidak jarang. para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua
anak didik dalam proses pendidikan secara global.

Saat ini setidak-tidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi guru di indonesia, yaitu pertama, Persebaran Guru yang Tidak Merata,
yang kedua minimnya kesejahteraan guru, dan yang ketiga yaitu ada dua faktor
yaitu problem internal berkaitan bidang kognitif seperti penguasaan
bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi
kepribadian) dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil
belajar siswa (kompetensi pedagogik) dan lain-lain. dan eksternal yang
berkaitan dengan Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri
guru itu sendiri misalny karakteristik kelas dan karakteristik sekolah

Persebaran Guru yang Tidak Merata Usaha peningkatan kompetensi dan


profesionalisme guru di Indonesia rupanya masih berbenturan dengan faktor
persebaran guru yang tidak merata. Secara statistik mungkin ketersediaan guru
secara nasional dipandang sudah mencukupi kebutuhan guru di daerahdaerah
atau di berbagai jenjang pendidkan, tetapi secara faktual selalu dialami
kekurangan guru di sekolah-sekolah tertentu akibat persebarannya yang tidak
merata

minimnya kesejahteraan guru, terutama guru honorer. Ketua Umum Persatuan


Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo, menilai status kepegawaian guru
honorer tidak jelas. Bahkan, gaji yang diterima guru honorer menurutnya tidak
layak. Seharusnya guru honorer yang didahulukan untuk diseleksi menjadi CPNS.
Namun ditingkat Kabupaten/Kota data tersebut dimanipulasi.

faktor yaitu problem internal berkaitan bidang kognitif seperti penguasaan


bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi
kepribadian) dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil
belajar siswa (kompetensi pedagogik) dan lain-lain. dan eksternal yang
berkaitan dengan Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri
guru itu sendiri misalny karakteristik kelas dan karakteristik sekolah

B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESIONALISASI GURU


1. Persebaran Guru yang Tidak Merata

Usaha peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru di Indonesia rupanya


masih berbenturan dengan faktor persebaran guru yang tidak merata. Secara
statistik mungkin ketersediaan guru secara nasional dipandang sudah mencukupi
kebutuhan guru di daerahdaerah atau di berbagai jenjang pendidkan, tetapi
secara faktual selalu dialami kekurangan guru di sekolah-sekolah tertentu akibat
persebarannya yang tidak merata. Di satu pihak tampak adanya kondisi
kecukupan bahkan kelebihan jumlah guru, tetapi di pihak lain secara faktual
masih terdapat sekolah yang mengalami kekurangan guru. Setidaknya
argumentasi ini dapat didukung oleh data tentang keadaan jumlah guru
diIndonesia pada tahun 2015 yang lalu.

Setiap persoalan apapun dalam hidup harus dapat dipandang dan disikapi
sebagaisuatu tantangan yang harus dihadapi secara cerdas dan solutif, bukan
memilih untuk menghindar dari persoalan-persoalan yang ada. Jangan melihat
masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan
ketakutan dan kecemasan, tetapi lihatlah situasi dan persoalan di sekitar dengan
penuh kesadaran, hadapilah berbagai persoalan itu secara kreatif, solutif dan
bertanggung jawab.

2. minimnya kesejahteraan guru

Minimnya kesejahteraan guru, terutama guru honorer. Ketua Umum Persatuan


Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo, menilai status kepegawaian guru
honorer tidak jelas. Bahkan, gaji yang diterima guru honorer menurutnya tidak
layak. Seharusnya guru honorer yang didahulukan untuk diseleksi menjadi CPNS.
Namun ditingkat Kabupaten/Kota data tersebut dimanipulasi.33 Pemerintah
dalam pandangan PGRI tidak memiliki data akurat tentang jumlah guru di
Indonesia. Selama ini data yang disampaikan pemerintah, jumlah guru di
Indonesia sudah cukup. Namun menurut PGRI data tersebut dimanipulasi.
Sebagai contoh 6.000 guru honorer di Kabupaten Purwakarta tidak diangkat
menjadi pegawai negeri sipil (PNS), padahal mereka sudah mengabdi
bertahuntahun. Hal tersebut menurut Sang Bupati Dedi Mulyadi karena tidak
tersedianya alokasi APBD untuk menggaji mereka.34

Untuk lingkup Kementerian Agama juga terdapat problem yang tidak sedikit.
Mulai dari rendahnya kualitas guru, gaji guru honorer, dan kurangnya jumlah
guru di daerah. Salah satu daerah yang mengalami krisis guru agama adalah DIY.
Dari media online yang penulis kutip, jumlah guru agama di Kanwil Kemenag DIY
jauh dari cukup. Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kemenag DIY, Bardan
Usman mengatakan di seluruh DIY saat ini hanya terdapat 3.000 guru agama
Islam. Sedangkan jumlah sekolah negeri dan swasta di DIY mencapai lebih dari
3.000 sekolah dan memiliki banyak kelas pararel. Akibatnya, beban guru agama
Islam di DIY sangat berat. Mereka kelebihan jam mengajar.selain di DIY, problem
pendidik di lingkup Kementerian Agama juga terjadi di Cianjur. Ribuan guru non-
pegawai negeri sipil (PNS) belum menerima Tunjangan Profesi Guru (TPG)
selama delapan bulan terakhir. Keresahan para guru non PNS atau honorer
tersebut cukup beralasan mengingat honor mereka sebagai guru sangat minim
jauh dari jumlah TPG yang mereka harusnya terima.Secara terpisah, Kepala
Seksi (Kasi) Pendidikan Madrasah Kemenag Cianjur, Tavip Supriadi, tidak
menampik belum cairnya tunjangan sertifikasi menyebebkan keresahan di antara
para guru madrasah. Bahkan ada sejumlah guru yang harus hutang gara-gara
tunjangan sertifikasinya belum cair

3. 1) Problem Internal

(a) Menguasai Bahan/Materi

Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan bahan


ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan
ajar harus cermat, baik dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan
ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan
pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terarah dan efektif.
Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar disertai pula
dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan
segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta didik,

b) Mencintai Profesi Keguruan

Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan adanya
keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik, persoalan profesi guru di
sekolah terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan, dan menuntut untuk
dipecahkan, karena musih banyak guru yang punya anggapan bahwa mengajar
hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan faktor dominandalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan
teladan dan tokoh panutan Untuk itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan
kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh.
Peran guru adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior) oleh
masyarakat dari seseorang karena status yang disandangnya. Status yang tinggi
membuat seorang guru. mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat dari
penyandangnya. Dewasa ini masyarakat tetap mengharapkan perilaku yang
paling baik dan terhormat dari seorang guru.
c) Keterampilan Mengajar

Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses


pembelajaran dapat tercapai, di antaranya yaitu 10 kompetensi gura yang
merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Adapun 10 kompetensi
guru tersebut menurut Depdikbud. meliputi: (1)menguasai bahan, (2)mengelola
program belajar mengajar. (3)mengelola kelas, (4)penggunaan media atau
sumber, (5)mengelola interaksi belajar mengajar, (6)menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran. (7)mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
(BP). (8)mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah (9)memahami
prinsipprinsip, (10)menafsirkan hasil penelitian pendidikanguru untuk keperluan
pengajaran

d) Menilai Hasil Belajar Siswa

Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahuitingkat kemajuan yang telah


dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai. Evaluasi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali
data seperti tes perbuatan tes tertulis dan tes lisan.

3. 2) Problem Eksternal

Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri.
Kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik
sekolah.

a) Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar.fasilitas dan


sumber belajar yang tersedia.

b) Karakteristik sekolah yangdimaksud misalnya disiplin sekolah, perpustakaan


yang ada di sekolah memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan
teratur.
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan


Permasalahan pokok berkaitan dengan kompetensi dan profesionalisme
guru di Indonesia meliputi: a) rendahnya kompetensi guru; b) rendahnya motivasi
berusaha untuk mengembangkan mutu diri guru; c) persebaran guru yang tidak
merata; d) rendahnya kesadaran dan semangat untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman; e) mutasi dan penempatan guru yang dikaitkan dengan masalah
politik; f) rendahnya kemampuan guru untuk menulis dan melaksanakan PTK;
dan g) banyaknya guru yang bermental cari gampang. Problem pendidik di
Indonesia, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, mencakup problem
internal dan eksternal. Problem internal terletak pada diri pendidik itu sendiri
karena sering dijumpai pendidik yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai guru
atau dosen, sehingga dalam praktik mengajarnya menjadi kurang menarik dan
tidak inspiratif bagi anak didiknya. Kedua, problem eksternal. Dalam hal ini
pemerintah sebagai decision maker harus berbenah dan mengevaluasi sisi-sisi
pendidikan yang kurang. Secara spesifik problem internal yang kerap dihadapi
guru di antaranya:

1. Masih banyak guru di lembaga-lembaga pendidikan yang mengajar


tidak membuat perangkat pembelajaran (RPP) sebelumnya.
2. Tidak mampu mengintegrasikan materi dalam SK dan KD yang
diajarkan, sehingga pembelajaran kurang menarik bagi siswa
karena hanya menggunakan satu pendekatan (mono approach) dan
metode pembelajaran.
3. Terjadi ketimpangan kesejahteraan yang sangat signifikan antara
guru PNS dengan guru honor yang membuat kecemburuan sosial.
4. Niat yang luntur akibat minimnya kesejahteraan yang diterima oleh
guru, terutama guru tidak tetap atau guru honor. Dengan
pendapatan minim, mereka kurang antusias dalam mengajar,
sehingga kurang menikmati profesinya yang membuat mereka jadi
tidak profesional.
5. Kelebihan beban mengajar akibat minimnya jumlah guru, terutama
guru-guru di daerah tertinggal. Mereka juga banyak yang belum
memenuhi kualifikasi standar sebagai seorang pendidik dan
mengajar bukan di bidang keahliannya.

Selanjutnya, pemerintah sebagai decision maker dan LPTK sebagai


lembaga pencetak guru juga memiliki problem yang belum terselesaikan, di
antaranya:

6. Tumpang tindih kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah akibat


kepentingan politik dan golongan sekelompok elit penguasa.
7. Begitu menjamurnya lembaga pendidikan guru tanpa kualitas yang
dibuka setiap tahun dan mendapatkan ijin pemerintah.
8. Kurangnya pengawasan oleh pemerintah terhadap LPTK yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga banyak ditemukan
LPTK yang tidak memenuhi syarat perundang-undangan, seperti
meluluskan mahasiswa yang belum waktunya dan belum layak
menjadi calon guru.
9. Kurang selektifnya LPTK dalam menjaring mahasiswa, terutama
LPTK yang ada di daerah-daerah yang hanya mementingkan
kuantitas dari pada kualitas calon mahasiswanya.
10.Minimnya SDM dosen di LPTK setingkat doktor dan guru besar
(profesor) yang berkontribusi dalam meningkatkan research and
development.
11.Pola pendidikan guru yang instan yang tidak sesuai dengan prosedur
dan perundang-undangan. Banyak LPTK yang meluluskan
mahasiswanya tanpa melalui tri dharma perguruan tinggi
(pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) yang
benar dan sesuai kurikulum pendidikan tinggi.

Solusi terhadap berbagai persoalan itu dapat dilakukan melalui: a)


meningkatkan peran MGMP dan KKG serta mendorong guru untuk terlibat secara
aktif dalam berbagai kegiatan MGMP dan KKG atau kegiatan pelatihan lainnya; b)
mendorong organisasi profesi guru untuk memperhatikan dan memperjuangkan
nasib guru, termasuk dalam hal mutasi dan persebaran guru; c) meningkatkan
peran KKG dan MGMP sebagai wadah bagi guru untuk dapat berbagi ilmu dan
keterampilan; d) membuat jurnal guru; e) menyediakan perpustakaan guru; dan
f) pemerintah memfasilitasi dan menyediakan dana penelitian atau insentif bagi
guru yang kreatif dan aktif menulis karya ilmiah atau melakukan PTK, serta
mengadakan lomba menulis karya ilmiah bagi guru secara periodik.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa problem pendidik di Indonesia, baik pendidikan
umum maupun pendidikan agama, mencakup problem internal dan eksternal.
Problem internal terletak pada diri pendidik itu sendiri karena sering dijumpai
pendidik yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai guru atau dosen, sehingga
dalam praktik mengajarnya menjadi kurang menarik dan tidak inspiratif bagi
anak didiknya. Kedua, problem eksternal. Dalam hal ini pemerintah sebagai
decision maker harus berbenah dan mengevaluasi sisi-sisi pendidikan yang
kurang.

4.2 SARAN
Adapun saran yang saya dapat berikan dalam rekayasa ide Pentingnya
Profesionalisasi Guru dalam Meningkatkan Profesi Sebagai Guru ini adalah bagian
upaya guru terhadap pendidikan. Guru mempunyai peran besar terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari
berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Menguasai materi,
merancang dan menyiapkan bahan ajar merupakan faktor penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru terhadap anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Syadza, B. K. (2017). Problema dan Tantangan Profesi Guru. Jurnal , 01-
18.

Rohman, M. (2016). Problematika Guru dan Dosen Dalam Sistem Pendidikan


Nasional. Cendekia , 50-71.

Sennen, E. (2017). Problematika Kompetensi dan Profesionalisme Guru.


Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV , 16-21.

Anda mungkin juga menyukai