A. Subjek Hukum
Yang dimaksud dengan subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat
memiliki hak dan kewajiban.
1. Manusia(Persoon)
Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia
meninngal dunia, malahan dalam hal tertentu (perihal warisan) dapat dihitung
berlaku surut sejak yang bersangkutan masih dalam kandungan.
Dalam hal-hal tertentu perseorangan tidak diperolehkan bertindak sendiri dalam
melaksanakan atau mengatur hak-haknya, yaitu dalam hal yang bersangkutan belum
dewasa, atau sedang dalam keadaan "di bawah pengampuan".
a. belum dewasa
Menurut KUH perdata sesorang masih dikatakan di bawah umur (belum
dewasa) apabila dia belum mencapai usia 21 tahun, kecuali kalau dia sudah
menikah. sesorang yang telah menikah meskipun belum berusia 21 tahun tidak
akan menjadi "belum dewasa" lagi jika pernikahaannya bubar.
b. sedang dalam keadaan "berada" di bawah pengampuan(pengawasan).
Orang yang termsuk berada di bawah pengampuan adalah orang-orang berikut:
Orang gila
Pengusaha yang dalam keadaan pailit.
Pemabok dan pemboros.
Menurut kententuan Hukum Adat sesorang dapat sebagai subjek hukum, atau telah
dewasa apabila ia telah "kuat gawe" atau telah mampu mencari nafkah sendiri.
Menurut ketentuan hukum islam, sesorang sebagai subjek hukum, yang sudah dapat
dibebani hukum disebut dengan "mukallaf". Muklallaf adalah orang yang telah
mampu bertindak secara hukum, baik yang berhubungan dengan tuhan maupun
dalam kehidupanya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai mukllaf adalah
Baligh dan berakal sehat.
Kalau dilihat dari wujudnya (sifatnya) badan hukum dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam, yaitu: Korporasi dan Yayasan (stichting).
1) Korporasi merupakan badan hukum mempunyai hak dan kewajiban anggota-
anggotanya.
2) Dalam korporasi para anggota bersama-sama merupan organ yang memegang
kekusaan tertinggi: sedangkan dalam yayasan yang memegang kekuasaan
tersendiri adalah pengurusnya.
3) Dalam korporasi yang menentuka maksud dan tujuanya adalah para
anggotanya, sedangkan dalam yayasan yang menentukan maksud dan
tujuannya adalah orang-orang yang mendirikan.
4) Pada korporasi titik berat kekuasaannya dan kerjanya: sedangkan pada yayasan
titik berat pada suatu kejayaan yang ditunjukan untuk mencapai maksud
tertentu.
Badan hukum dapat pula dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu:(Badan hukum
publik, dan badan hukum privat.
1) Berdasarkan terjadinya : badan hukum privat didirikan oleh
perorangan,sedangkan badan hukum publik didirikan oleh pemerintah atau
negara.
2) Berdasarkan lapangan kerjanya : badan hukum privat lapangan pekerjaanya
untuk kepentingan perorangan, sedangkan badan hukum publik lapangan
pekerjaannya untuk kepentingan masyarakat umum.
B. Objek Hukum
Yang termasuk benda menurut hukum adalah segala sesuatu yang dapat dihaki, baik
benda-benda yang terlihat (nyata) maupun benda-benda yang tidak dapat dilihat. Hukum
membagi benda atas beberapa macam, namun yang terpenting adalah pembagian benda
atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Suatu benda dapat tergolong benda yang tak bergerak: karena sifatnya, karena tujuan
pemakaiannya, dan karena ditentukan sendiri oleh undang-undang. Sedangkan suatu
bend dapat tergolong benda bergerak: karena sifatnya atau karena ditentukan sendiri oleh
undang-undang.
C. Hubungan Hukum
Yang dimaksud dengan hubungan hukum adalah hubungan antara sesama subjek hukum
ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum dan
menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan kewajiban. Syarat untuk terjadinya hubungan
hukum :
1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan tersebut.
2. Persitiwa hukum, yaitu kejadian yang membawa akibat yang diatur oleh hukum,
yaitu perikatan.
Dengan adanya dasar hukum dan peristiwa hukum tersebut akan menimbulkan suatu
perikatan (hukum). Dalam suatu perikatan terkait unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya hubungan hukum
Hubungan yang diatur oleh hukum (hubungan hukum), biasanya disebut dengan
perikatan yang lahir karena undang-undang; karena memang perikatan tersebut
sudah diatur dan ditentukan sendiri oleh undang-undang tersebut. Sedangkan
hubungan yang diakui hukum, biasa disebut dengan perikatan karena perjanjian.
Dengan demikian, ada dua jenis perikatan: (1) Perikatan karena undang-undang,
dan (2) Perikatan karena perjanjian.
Dari unsur tersebut, telah dikemukakan bahwa perikatan itu terdiri atas dua jenis, yaitu
perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang lahir karena perjanjian.
Perikatan yang lahir karena undang-undang ini dapat pula dibagi menjadi undang-undang
saja dan juga karena undang-undang yang berhubungan dengan perbuatan manusia.
Seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yaitu perbuatan melawan hukum
(Onrechtmatigedad) serta yang ditentukan dengan Pasal 1354 KUH Perdata, yaitu yang
disebut dengan Zaakwaarneming.
2. Zaakwaarneming
Seseorang yang dengan sukarela dan tanpa diminta menguruskan kepentingan-
kepentingan orang lain yang meninggalkan rumah misalnya. Menjaga dan
memelihara rumah tersebut, memperbaiki segala kerusakan, membuat perjanjian-
perjanjian untuk kepentingan rumah tersebut, ini menimbulkan kewajiban bagi
orang tersebut untuk meneruskan pengurusannya sampai pemiliknya pulang
kembali, dan pemiliknya berkewajiban pula untuk mengganti segala biaya yang
dikeluarkan dalam pengurusan rumah tersebut. Inilah yang disebut
Zaakwaarneming.
Dalam kaitannya dengan hubungan hukum, jenis perikatan yang terpenting adalah
perikatan yang lahir karena perjanjian. Ada tiga unsur yang dapat ditarik dari perjanjian :
1. ada orang yang menuntut;
2. ada orang yang dituntut;
3. ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi.
Suatu perjanjian yang sah harus memenuhi empat syarat, yaitu: (Pasal 1320 KUH
Perdata)
a. perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikatkan diri;
b. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab (oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang.
Hubungan antara hubungan hukum dengan perikatan dapat dilihat pada bagan dibawah
ini:
D. Peristiwa Hukum
Adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai
akibat hukum. Peristiwa hukum ada 2 jenis, yaitu :
1. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum
2. Peristiwa hukum yang bukan merupakan perbuatan subjek hukum atau peristiwa
hukum lainnya
E. Hak dan Kewajiban
1. Pengertian tentang Hak
Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum. Menurut
Fitzgeralid Suatu hak memiliki 5 ciri, yaitu:
1. Diletakkan pada seseorang yang disebut sebagai pemilik atas subjek dari hak tersebut
2. Tertuju pada oranglain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban.
3. Hak yang ada pada seseorang
4. Commision yang menyangkut sesuatu yang disebut objek hak
5. Setiap hak menurut hukum mempunyai titel
Dalam berbagai kepustakaan ilmu hukum, dikenal dua teori atau ajaran untuk menjelaskan
keberadaan hak, yaitu:
a) Belangen theory (teori kepentingan) menyatakan bahwa hak adalah kepentingan yang
terlindungi.
b) Wilsmacht Theory (Teori Kehendak) yaitu hak adalah kehendak yang dilengkapi
dengan kekuatan.
Hak pada prinsip nya terdiri atas:
a. Hak Mutlak, yaitu kewenangan yang mutlak diberikan kepada subjek hukum
b. Hak Relatif, yaitu hak yang memberikan kewenangan kepada seseorang atau beberapa
orang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
2 . Saat Timbulnya dan Terhapusnya Hak
Maksudnya adalah sejak kapan seseorang itu mempunyai hak. Seseorang dikatakan
mempunyai hak sejak ia masih didalam kandungan sejak diberikan roh oleh Yang Maha
Kuasa .
3 . Pengertian tentang kewajiban
Kewajiban pada prinsipnya merupakan beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau
badan hukum. Secara umum dalam berbagai kepustakaan, kewajiban dibedakan menjadi
beberapa golongan, yaitu:
a . Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi
SUMBER HUKUM
Sumber hukum dikenal ada dua, yaitu sumber hukum materil din sumber hukum formal.
Kalau yang ditanyakan sumber hukum materiil maka jawabannya adalah «mengapa orang
harus taat dan/ atan menjalankan ketentuan hukum», sedangkan yang dimaksud denpan
sumber hukum formal adalah «di mana kita menemukan hukum».
A. Dalam arti sumber pengetahuan hukum, yakni semua tulisan, dokumen, dan sebagainya,
dari mana kita dapat belajar dan mengenal hukum sesuatu bangsa pada sesuatu waktu,
misalnys undang-undang, keputusan-keputusan hakim, piagam-piagan yang memuat
perbuatan hukum, tulisan-tulisan ahli hukum Demikian juga tulisan-tulisan yang bersifat
yuridis sepanjang memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum b.
Pertanyaan ini berdasarkan dugaan, bahwa memang harus ada ukuran yang demikian.
Menurut pandangan dahula yang sampai sekarang masih banyak dianut orang mengatakan,
bahwa, «Tuhan yang merupakan sumber isi hukum». Ini yang disebut dengan pandangan
hukum Teokratis. Pandangan ini srialan dengan anggapan bahwa pemerintah yang
menerapkan bukum bertindak sebagai pengganti Tuhan di dunia .
Sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum yang selalu akan mengingatkan kepada
pertanyaan: mengapa kita harus mentaati hukum.
Yang dimaksud dengan sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu
yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Dengan demikian, sumber hukum
formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh para penegak hukum. Adapun sumber-sumber hukum formal
adalah:
A. Undang-undang
B. Yurisprudensi
C. Kebiasaan
D.Traktat
E. Perjanjian.
F. Doktrin.
A. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk me- wujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: bahwa pembangunan perekonomian nasional
pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu
menghasilkan beraneka barang dan/atau jasa yang memiliki kandungan teknolog yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakar banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas
barang dan ataukerugian konsumen; jasa yang diperoleh dari perdaganga tanpa
mengakibatkan kerugian.
Keberlakuan Undang-undang
Yang dimaksudkan dengan keberlakuan suatu undang-undang adalah saat mulai berlakunya
undang-undang dan saat tidak berlakunya lagi suatu undang-undang. Mulai berlakunya
undang- undang dapat ditentukan dalam undang-undang itu, yaitu: a.
Mengenai ruang lingkup berlakunya suatu undang-undang dapat dilihat menurut tempat dan
orang. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu: a. Undang-undang berlaku bagi setiap
orang dalam wilayah negara tanpa membedakan kewarganegaraan orang yang ada dalam
wilayah negara tersebut. Jadi berlakunya suatu undang- undang didasari oleh teritorial suatu
negara. Contoh, ketentuan Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, «Aturan pidana
dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan
pidana di dalam wilayah Indonesia.» Dengan demikian, yang dipakai sebagai ukuran adalah
tindak pidana yang dilakukan dalam wilayah Indonesia, yaitu seluruh daratan, udara dan
perairan wilayah Indonesia, tanpamemerhatikan kewarganegaraan dari pelaku tindak pidana
Inilah yang disebut asas teritorial.
Dalam ilmu hukum dikenal beberapa asas hukum tentang herlakunya undang-undang, yaitu:
Undang-undang tidak berlaku surut. Asas ini tercantum dalam Pasal 3 AB yang pada intinya
menentukan, bahwa «undang- undang mengikat untuk masa yang akan dating dan tidak
mempunyai 4.
A.) kekuatan berlaku surut» Asas ini juga disebut asas Legalitas, tercantum dalam Pasal 1
KUHP yang menentukan, «tiada suatu perbuatan dapat dihukum, melainkan atas kekuatan
ketentuan pidana yang diatur dalam Undang-undang lehih dahulu». Maksudnya adalah
undang-undang hanya boleh dipergunakan terhadap perbuatan/tindak pidana yang dilakukan
setelah berlakunya undang-undang. Inilah yang dimaksudkan dengan adagium «Nullum
delictum noela poena sine praevia lege poenale».
B.) Asas lex superior derogate legi inferiori, yaitu undang-undang yang dibuat oleh penguasa
yang lebih tinggi, mempunyai derajat yang lebih tinggi. Apabila ada undang-undang yang
mengatur objek yang sama, maka undang-undang yang derajatnya lebih tinggi didahulukan
pemberlakuannya
C.) Asas lex posteriori derogate legi priori, yaitu undang-undang yang baru
mengesampingkan pemberlakuan undang-undang lama apabila mengatur objek yang sama.
D.) Asas lex spesialis derogate lex generalis, yaitu undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan pemberlakuan undang-undang yang bersifat umum. Artinya apabila ada
dua undang-undang yang mengatur hal yang sama dan isinya saling bertentangan, maka
hakim harus menerapkan undang-undang yang khusus mengatur hal tersebut. Misalnya pasal-
pasal KUH Pidana yang umum mengatur tentang penyalahhguna wewenang atau jabatannya ,
maka yang diberlakukan adalah UU.
B. YURISPRUDENSI
Secara umum yang dimaksud dengan jurisprudensi yaitu putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap,yang memutuskan sesuatu persoalan yang belum ada
pengaturannya pada sumber hukum yang lain.
C. KEBIASAAN
Merupakan perbuatan manusia yang dilakukan berulang ulang dalam hal dan keadaan yang
sama.Utrect (dalam soeroso 2006:152) menyatakan “Hukum kebiasaan adalah himpunan
kaidah kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh badan badan perundang undangan dalam
suasana(kenyataan) ditaati juga karena orang sanggup menerima kaidah kaidah itu sebagai
hukum dan ternyata kaidah kaidah tersebut dipertahankan oleh penguasa masyarakat lain
yang tidak termasuk lingkungan badan badan perundang undangan”.
Pasal 15 AB
Pasal 1339 KUH, Perdata
Pasal 1347 KUH, Perdata
Pasal 1346 KUH, Perdata
Pasal 1571 KUH, Perdata
Pasal 22AB
2. Perbandingan Antara Kebiasaan dan Undang-Undang
Persamaan adalah sebagai berikut :
Keduanya merupakan penegasan pandangan hukum yang hidup dalam
masyrakat
Keduanya merupakan perumusan kesadaran hukum suatu bangsa
Perbedaan adalah sebagai berikut :
Undang undang Kebiasaan
Keputusan pemerintah yang dibebankan kepada orang sebagai subjek hukum
Peraturan yang timbul dari pergaulan
Menjamin kepastian hukum karena merupakan hukum tertulis
Tidak dapat dirumuskan secara jelas,mempunyai sifat beraneka ragam
sehingga tidak menjamin kepastian hukum
3. Hubungan Kebiasaan Dengan Hukum Adat
Merupakan hukum tak tertulis yang hidup lahir dan melekat dalam kehidupan
bermasyarakat dan mempunyai sanksi hukum yang juga sudah menjadi kepribadian
masyarakat.Perbedaan diantara kebiasaan dan hukum adat adalah perbedaan
asal.Hukum adat bersumber agak sakral(suci) berhubungan dengan tradisi masyarakat
Indonesia secara turun temurun.Kebiasaan biasanya berlaku di kota kota belum
merupakan tradisi rakyat yang melembaga.
D. PERJANJIAN
Merupakan suatau peristiwa dimana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang lain
untuk melaksanakan atau tidak suatu hal sehingga pihak yang mengadakan perjanjian
tersebut terikat oleh isi perjanjian tersebut.
1. Syarat Sahnya Perjanjian
Tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu :
Kecakapan,yaitu dalam perjanjian para pihak harulas cakap haruslah
diperbolehkan oleh undang undang untuk membuat perjanjian
Kesepakatan,yaitu dalam perjanjian parah pihak harulas sepakat seia dan
sekata mengenai apa yang diperjanjikan
Suatu hal tertentu,yaitu isi perjanjian harus jelas dan nyata adanya
Sebab yang halal,yaitu yang diperjanjikan adalah hal yang tidak bertentangan
dengan undang undang ketertiban umum dan kesusilaan
2. Unsur Unsur Yang Terkandung Dalam Perjanjian
Ada beberapa unsur yang harus terkandung dalam perjanjian yaitu :
Essensialia yaitu unsur yang menyangkut syarat sahnya suatu perjanjian
Naturalia yaitu unsur yang melekat pada perjanjian itu
Accidentalia yaitu unsur yang harus tegas dimuat dalam perjanjian
3. Asas Asas Perjanjian
Ada juga asas asas perjanjian sebagai berikut :
Konsensualisme yaitu perjanjian terjadi apabila ada konsensus antara pihak
yang membuat perjanjian
Kebebasan berkontrak yaitu seseorang bebas untuk mengadak perjanjian
mengenai hal apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang undang
ketertiban umum dan kesusilaan
Pacta sunt servanda yaitu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang undang
E.PERJANJIAN INTERNASIONAL
Adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.Perjanjian ini mempunyai
kedudukan yang sama dengan undang undang karena perjanjian dengan negara lain hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat(DPR).
1. Pembuatan Traktat
Pendapat para ahli ini digunakan untuk memecahkan masalah masalah yang langsung atau
tidak langsung berkaitan satu sama lain karena pendapat para ahli ini mempunyai kekuatan
mengikat sebagai sumber hukum.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arief Rahman & Zaeni Asyhadie, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.