Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR DALAM NEGARA HUKUM

A. Subjek Hukum
Yang dimaksud dengan subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat
memiliki hak dan kewajiban.

1. Manusia(Persoon)
Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia
meninngal dunia, malahan dalam hal tertentu (perihal warisan) dapat dihitung
berlaku surut sejak yang bersangkutan masih dalam kandungan.
Dalam hal-hal tertentu perseorangan tidak diperolehkan bertindak sendiri dalam
melaksanakan atau mengatur hak-haknya, yaitu dalam hal yang bersangkutan belum
dewasa, atau sedang dalam keadaan "di bawah pengampuan".

a. belum dewasa
Menurut KUH perdata sesorang masih dikatakan di bawah umur (belum
dewasa) apabila dia belum mencapai usia 21 tahun, kecuali kalau dia sudah
menikah. sesorang yang telah menikah meskipun belum berusia 21 tahun tidak
akan menjadi "belum dewasa" lagi jika pernikahaannya bubar.
b. sedang dalam keadaan "berada" di bawah pengampuan(pengawasan).
Orang yang termsuk berada di bawah pengampuan adalah orang-orang berikut:
 Orang gila
 Pengusaha yang dalam keadaan pailit.
 Pemabok dan pemboros.

Menurut kententuan Hukum Adat sesorang dapat sebagai subjek hukum, atau telah
dewasa apabila ia telah "kuat gawe" atau telah mampu mencari nafkah sendiri.
Menurut ketentuan hukum islam, sesorang sebagai subjek hukum, yang sudah dapat
dibebani hukum disebut dengan "mukallaf". Muklallaf adalah orang yang telah
mampu bertindak secara hukum, baik yang berhubungan dengan tuhan maupun
dalam kehidupanya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai mukllaf adalah
Baligh dan berakal sehat.

2. Badan Hukum (Rechtpersoon)


Keberadaan badan hukum sebagai subjek hukum ditentukan oleh empat teori yang
menjadi syarat utama suatu badan untuk dapat dapat tergolong badan hukum (subjek
hukum). Keempat teori itu adalah sebagai berikut:
a. Teori ficte. Menurut teori ini badan hukum semata-mata buatan negara saja.
Badan hukum itu hanyalah fictie, tapi orang menghidupkanya dalam bayangan
sebagai subjek hukum, yang dapat melakukan perbuatan hukum, mempunyai
hak dan kewajiban sebagaimana layaknya manusia. Teori ini dikemukakan oleh
C. von Savigny (Jerman).
b. Teori kekayaan. Menurut teori hanya manusia yang menjadi subjek hukum,
tetapi ada kekayaan yang bukan kekayaan manusia yang terkait pada tujuan
tertentu. Harta kekayaan ini harus diuris oleh sesorang sebagai pengurusnya.
Adanya badan hukum yang diberi kedudukan sebagai sesorang (persoon) karena
badan ini mempunyai hak dan kewajiban, yang antara lain untuk mengurus harta
kekayannya. Teori ini dikemukakan dan dianut oleh Brinz.
c. Teori kepemilikan bersama, yaitu suatu kekayaan badan hukum menjadi melik
bersama para pengurus dan anggotanya. Teori ini di dukung oleh Rudolf von
Jhering.
d. Teori organ, yaitu badan hukum tersebut harus mempunyai organisasi atau alat
untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan agar mencapai tujuanya. Jadi suatu
badan hukum harus mempunyai pengurus dan modal yang di miliki. Penganut
teori ini adalah Otto van Gierke dan Z.E. Polano.
e. Teori kenyataan yuridis. Menurut teori ini badan hukum itu merupakan sesuatu
yang knkret, rill walaupun tidak dapat diraba, bukan haya, tetapi kenyataan
yuridis, yaitu fakta yang di ciptakan oleh hukum. Penganut teori ini adalah
Mejers.

a. Pembagian Badan Hukum


Menurut pasal 1635 KUH perdata badan hukum dapat di bagi menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
1) Badan hukum yang yang"didakan" oleh pemerintah/kekuasaan
umum,minsalnya pemerintahan provinsi,kabupaten,kotamadaya,dan lain lain.
2) Badan hukum yang"diakui" oleh pemerintah /kekuasaan umum, misalnya,
perkumpulan,organisasi-organisasi, dan lain lain.
3) Badan-badan hukum yang "didirikan" untuk sesuatu maksud tertentu, yang
tidak bertentangan dengan undang-undang , ketertiban umum, dan kesusilaan.
Misalnya perseroan terbatas, perusahaan-perusahaan.

Kalau dilihat dari wujudnya (sifatnya) badan hukum dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam, yaitu: Korporasi dan Yayasan (stichting).
1) Korporasi merupakan badan hukum mempunyai hak dan kewajiban anggota-
anggotanya.
2) Dalam korporasi para anggota bersama-sama merupan organ yang memegang
kekusaan tertinggi: sedangkan dalam yayasan yang memegang kekuasaan
tersendiri adalah pengurusnya.
3) Dalam korporasi yang menentuka maksud dan tujuanya adalah para
anggotanya, sedangkan dalam yayasan yang menentukan maksud dan
tujuannya adalah orang-orang yang mendirikan.
4) Pada korporasi titik berat kekuasaannya dan kerjanya: sedangkan pada yayasan
titik berat pada suatu kejayaan yang ditunjukan untuk mencapai maksud
tertentu.
Badan hukum dapat pula dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu:(Badan hukum
publik, dan badan hukum privat.
1) Berdasarkan terjadinya : badan hukum privat didirikan oleh
perorangan,sedangkan badan hukum publik didirikan oleh pemerintah atau
negara.
2) Berdasarkan lapangan kerjanya : badan hukum privat lapangan pekerjaanya
untuk kepentingan perorangan, sedangkan badan hukum publik lapangan
pekerjaannya untuk kepentingan masyarakat umum.

b. Syarat-syarat Badan Hukum

1) Adanya harta kekayaan yang terpisah


2) Mempunyai tujuan tertentu
3) Mempunyai kepentingan sendiri
4) Adanya organisasi yang teratur

B. Objek Hukum
Yang termasuk benda menurut hukum adalah segala sesuatu yang dapat dihaki, baik
benda-benda yang terlihat (nyata) maupun benda-benda yang tidak dapat dilihat. Hukum
membagi benda atas beberapa macam, namun yang terpenting adalah pembagian benda
atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Suatu benda dapat tergolong benda yang tak bergerak: karena sifatnya, karena tujuan
pemakaiannya, dan karena ditentukan sendiri oleh undang-undang. Sedangkan suatu
bend dapat tergolong benda bergerak: karena sifatnya atau karena ditentukan sendiri oleh
undang-undang.

C. Hubungan Hukum
Yang dimaksud dengan hubungan hukum adalah hubungan antara sesama subjek hukum
ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum dan
menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan kewajiban. Syarat untuk terjadinya hubungan
hukum :
1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan tersebut.
2. Persitiwa hukum, yaitu kejadian yang membawa akibat yang diatur oleh hukum,
yaitu perikatan.

Dengan adanya dasar hukum dan peristiwa hukum tersebut akan menimbulkan suatu
perikatan (hukum). Dalam suatu perikatan terkait unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya hubungan hukum
Hubungan yang diatur oleh hukum (hubungan hukum), biasanya disebut dengan
perikatan yang lahir karena undang-undang; karena memang perikatan tersebut
sudah diatur dan ditentukan sendiri oleh undang-undang tersebut. Sedangkan
hubungan yang diakui hukum, biasa disebut dengan perikatan karena perjanjian.
Dengan demikian, ada dua jenis perikatan: (1) Perikatan karena undang-undang,
dan (2) Perikatan karena perjanjian.

2. Antara seseorang dengan satu atau beberapa orang


Maksudnya adalah perikatan itu bisa berlaku terhadap seorang atau dengan satu
atau beberapa orang, yang dalam hal ini adalah para subjek hukum atau para
penyandang hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum.

3. Melakukan atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu


Melakukan atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu di dalam perikatan
disebut dengan prestasi, atau objek dari perikatan.

Dari unsur tersebut, telah dikemukakan bahwa perikatan itu terdiri atas dua jenis, yaitu
perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang lahir karena perjanjian.
Perikatan yang lahir karena undang-undang ini dapat pula dibagi menjadi undang-undang
saja dan juga karena undang-undang yang berhubungan dengan perbuatan manusia.
Seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yaitu perbuatan melawan hukum
(Onrechtmatigedad) serta yang ditentukan dengan Pasal 1354 KUH Perdata, yaitu yang
disebut dengan Zaakwaarneming.

1. Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedad)


Seseorang yang telah melakukan perbuatan melawan hukum mewajibkan orang
yang melakukan perbuatan itu, yang karena perbuatannya telah menimbulkan
kerugian pada orang lain, wajib untuk membayar ganti kerugian (sesuai Pasal 1365
KUH Perdata). Yang tergolong perbuatan melawan hukum, menurut Arrest Hoge
Raad (Mahkamah Agung) Belanda, berbeda cakupannya antara sebelum dan
sesudah tahun 1919, yaitu sebagai berikut:
a. Sebelum tahun 1919, sesuatu perbuatan yang digolongkan atau termasuk
perbuatan melawan hukum, apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum
tertulis (undang-undang)
b. Sesudah tahun 1919, sesuatu perbuatan yang digolongkan atau termasuk
perbuatan melawan hukum, apabila :
1)setiap perbuatan atau kealpaan yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran
terhadap haknya orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku.
2)melanggar, baik meliputi pelanggaran kesusilaan, keamanan dan ketertiban
umum dalam pergaulan masyarakat.

2. Zaakwaarneming
Seseorang yang dengan sukarela dan tanpa diminta menguruskan kepentingan-
kepentingan orang lain yang meninggalkan rumah misalnya. Menjaga dan
memelihara rumah tersebut, memperbaiki segala kerusakan, membuat perjanjian-
perjanjian untuk kepentingan rumah tersebut, ini menimbulkan kewajiban bagi
orang tersebut untuk meneruskan pengurusannya sampai pemiliknya pulang
kembali, dan pemiliknya berkewajiban pula untuk mengganti segala biaya yang
dikeluarkan dalam pengurusan rumah tersebut. Inilah yang disebut
Zaakwaarneming.

Dalam kaitannya dengan hubungan hukum, jenis perikatan yang terpenting adalah
perikatan yang lahir karena perjanjian. Ada tiga unsur yang dapat ditarik dari perjanjian :
1. ada orang yang menuntut;
2. ada orang yang dituntut;
3. ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi.

Suatu perjanjian yang sah harus memenuhi empat syarat, yaitu: (Pasal 1320 KUH
Perdata)
a. perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikatkan diri;
b. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab (oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang.

Hubungan antara hubungan hukum dengan perikatan dapat dilihat pada bagan dibawah
ini:

D. Peristiwa Hukum
Adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai
akibat hukum. Peristiwa hukum ada 2 jenis, yaitu :
1. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum
2. Peristiwa hukum yang bukan merupakan perbuatan subjek hukum atau peristiwa
hukum lainnya
E. Hak dan Kewajiban
1. Pengertian tentang Hak
Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum. Menurut
Fitzgeralid Suatu hak memiliki 5 ciri, yaitu:
1. Diletakkan pada seseorang yang disebut sebagai pemilik atas subjek dari hak tersebut
2. Tertuju pada oranglain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban.
3. Hak yang ada pada seseorang
4. Commision yang menyangkut sesuatu yang disebut objek hak
5. Setiap hak menurut hukum mempunyai titel
Dalam berbagai kepustakaan ilmu hukum, dikenal dua teori atau ajaran untuk menjelaskan
keberadaan hak, yaitu:
a) Belangen theory (teori kepentingan) menyatakan bahwa hak adalah kepentingan yang
terlindungi.
b) Wilsmacht Theory (Teori Kehendak) yaitu hak adalah kehendak yang dilengkapi
dengan kekuatan.
Hak pada prinsip nya terdiri atas:
a. Hak Mutlak, yaitu kewenangan yang mutlak diberikan kepada subjek hukum
b. Hak Relatif, yaitu hak yang memberikan kewenangan kepada seseorang atau beberapa
orang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
2 . Saat Timbulnya dan Terhapusnya Hak
Maksudnya adalah sejak kapan seseorang itu mempunyai hak. Seseorang dikatakan
mempunyai hak sejak ia masih didalam kandungan sejak diberikan roh oleh Yang Maha
Kuasa .
3 . Pengertian tentang kewajiban
Kewajiban pada prinsipnya merupakan beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau
badan hukum. Secara umum dalam berbagai kepustakaan, kewajiban dibedakan menjadi
beberapa golongan, yaitu:
a . Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi

 Kewajiban Mutlak adalah kewajiban yang tidak berpasangan dengan hak.


 Kewajiban Nisbi adalah kewajiban yang selalu diikuti dengan hak.
b . Kewajiban Publik dan Kewajiban Perdata

 Kewajiban Publik yaitu kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak publik


 Kewajiban Perdata adalah kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak keperdataan
BAB 4

SUMBER HUKUM

Sumber hukum dikenal ada dua, yaitu sumber hukum materil din sumber hukum formal.
Kalau yang ditanyakan sumber hukum materiil maka jawabannya adalah «mengapa orang
harus taat dan/ atan menjalankan ketentuan hukum», sedangkan yang dimaksud denpan
sumber hukum formal adalah «di mana kita menemukan hukum».

Sumber Hukum Historis

Para ahli historis/sejarah memakai perkataan sumber hukum.

A. Dalam arti sumber pengetahuan hukum, yakni semua tulisan, dokumen, dan sebagainya,
dari mana kita dapat belajar dan mengenal hukum sesuatu bangsa pada sesuatu waktu,
misalnys undang-undang, keputusan-keputusan hakim, piagam-piagan yang memuat
perbuatan hukum, tulisan-tulisan ahli hukum Demikian juga tulisan-tulisan yang bersifat
yuridis sepanjang memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum b.

Sumber Hukum Filosofis

Pertanyaan ini berdasarkan dugaan, bahwa memang harus ada ukuran yang demikian.
Menurut pandangan dahula yang sampai sekarang masih banyak dianut orang mengatakan,
bahwa, «Tuhan yang merupakan sumber isi hukum». Ini yang disebut dengan pandangan
hukum Teokratis. Pandangan ini srialan dengan anggapan bahwa pemerintah yang
menerapkan bukum bertindak sebagai pengganti Tuhan di dunia .

Sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum yang selalu akan mengingatkan kepada
pertanyaan: mengapa kita harus mentaati hukum.

Sumber Hukum Formal

Yang dimaksud dengan sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu
yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Dengan demikian, sumber hukum
formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh para penegak hukum. Adapun sumber-sumber hukum formal
adalah:
A. Undang-undang
B. Yurisprudensi
C. Kebiasaan
D.Traktat
E. Perjanjian.
F. Doktrin.

A. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk me- wujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: bahwa pembangunan perekonomian nasional
pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu
menghasilkan beraneka barang dan/atau jasa yang memiliki kandungan teknolog yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakar banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas
barang dan ataukerugian konsumen; jasa yang diperoleh dari perdaganga tanpa
mengakibatkan kerugian.

Keberlakuan Undang-undang

Yang dimaksudkan dengan keberlakuan suatu undang-undang adalah saat mulai berlakunya
undang-undang dan saat tidak berlakunya lagi suatu undang-undang. Mulai berlakunya
undang- undang dapat ditentukan dalam undang-undang itu, yaitu: a.

Ruang Lingkup Berlakunya Undang-undang

Mengenai ruang lingkup berlakunya suatu undang-undang dapat dilihat menurut tempat dan
orang. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu: a. Undang-undang berlaku bagi setiap
orang dalam wilayah negara tanpa membedakan kewarganegaraan orang yang ada dalam
wilayah negara tersebut. Jadi berlakunya suatu undang- undang didasari oleh teritorial suatu
negara. Contoh, ketentuan Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, «Aturan pidana
dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan
pidana di dalam wilayah Indonesia.» Dengan demikian, yang dipakai sebagai ukuran adalah
tindak pidana yang dilakukan dalam wilayah Indonesia, yaitu seluruh daratan, udara dan
perairan wilayah Indonesia, tanpamemerhatikan kewarganegaraan dari pelaku tindak pidana
Inilah yang disebut asas teritorial.

Hukum dalam Undang-undang

Dalam ilmu hukum dikenal beberapa asas hukum tentang herlakunya undang-undang, yaitu:
Undang-undang tidak berlaku surut. Asas ini tercantum dalam Pasal 3 AB yang pada intinya
menentukan, bahwa «undang- undang mengikat untuk masa yang akan dating dan tidak
mempunyai 4.

A.) kekuatan berlaku surut» Asas ini juga disebut asas Legalitas, tercantum dalam Pasal 1
KUHP yang menentukan, «tiada suatu perbuatan dapat dihukum, melainkan atas kekuatan
ketentuan pidana yang diatur dalam Undang-undang lehih dahulu». Maksudnya adalah
undang-undang hanya boleh dipergunakan terhadap perbuatan/tindak pidana yang dilakukan
setelah berlakunya undang-undang. Inilah yang dimaksudkan dengan adagium «Nullum
delictum noela poena sine praevia lege poenale».

B.) Asas lex superior derogate legi inferiori, yaitu undang-undang yang dibuat oleh penguasa
yang lebih tinggi, mempunyai derajat yang lebih tinggi. Apabila ada undang-undang yang
mengatur objek yang sama, maka undang-undang yang derajatnya lebih tinggi didahulukan
pemberlakuannya

C.) Asas lex posteriori derogate legi priori, yaitu undang-undang yang baru
mengesampingkan pemberlakuan undang-undang lama apabila mengatur objek yang sama.

D.) Asas lex spesialis derogate lex generalis, yaitu undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan pemberlakuan undang-undang yang bersifat umum. Artinya apabila ada
dua undang-undang yang mengatur hal yang sama dan isinya saling bertentangan, maka
hakim harus menerapkan undang-undang yang khusus mengatur hal tersebut. Misalnya pasal-
pasal KUH Pidana yang umum mengatur tentang penyalahhguna wewenang atau jabatannya ,
maka yang diberlakukan adalah UU.

B. YURISPRUDENSI

Secara umum yang dimaksud dengan jurisprudensi yaitu putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap,yang memutuskan sesuatu persoalan yang belum ada
pengaturannya pada sumber hukum yang lain.

Yurisprudensi menurut Marwan Ma,2004:67 terdiri dari empat jenis yaitu :

 Yuriprudensi tetap yaitu semua keputusan hakim yang telah berkekuatan


hukum tetap dan sifatnya yuridis murni.
 Yurisprudensi tidak tetap yaitu semua putusan hakim yang terdahulu yang
tidak didasarkan pada putusan hakim sebelumnya yang telah berkekuatan
hukum tetap.
 Yurisprudensi semi yuridis yaitu semua penetapan pengadilan berdasarkan
permohonan seseorang yang hanya berlaku khusus pada permohonan.
 Yurisprudensi administratif yaitu surat edaran mahkamah agung yang hanya
berlaku secara administratif dan mengikut intern pada lingkungan pengadilan
Yurisprudensi menurut Soeroso 2006:165 yaitu :
 Van Apeldoorn membenarkan bahwa yurisprudensi itu merupakan sumber
hukum.Putusan putusan hakim yang diikuti oleh hakim hakim lainnya adalah
faktor dalam pembentukan hukum.
 Bellefroid tidak sependapat dengan Van Apeldoorn.Penggunaan Arrest Hoge
oleh hakim bawahan yang dimaksud adalah karena terdesak (takut dikasasi)
bukan merupakan kebiasaan yang timbul.
 E.Utrect mengatakan bahwa apabila keputusan keputusan hakim yang memuat
peraturan sendiri kemudian dijadikan pedoman oleh hakim lain maka
keputusan hakim pertama menjadi sumber hukum bagi peradilan.
 Prif.Dr.Seopomo,bahwa yurisprudensi dari hakim atasan merupakan sumber
penting bagi hakim bawahan dalam menmukan hukum objektif.

Perbedaan yurisprudensi dengan undang undang :

 Yurisprudesni berisi peraturan yang bersifat konkret karean mengikat orang


orang tertentu saja,sedangkan undang undang bersifat abstrak karena mengikat
setiap orang.
 Yursiprudensi terdiri dari identitas parah pihak,konsideran,dan diktrum
sedangkan undang undang terdiri dari konsideran dan diktrum ditambah
penjelasannnya.

1. Dasar Hukum Yurisprudensi


Adalah segala yang menyebabkan yurisprudensi dapat digunakan sebagai
sumber hukum. Maka dasar hukum yurisprudensi adalah :
 Dasar historis,yaitu secara historis yurisprudensi itu diikuti oleh
umum.
 Adanya kekurangan daripada hukum yang ada,karena pembuat
undang undang tidak dapat muwujudkan segala sesuatu dalam
undang undang

2. Asas asas Yurisprudensi


Terdiri dari 2 yaitu :
 Asas precedent,yaitu hakim terikat kepada keputusan keputusan
yang terlebih dulu dari hakim yang sama derajatnya atau dari
hakim yang lebih tinggi.
 Asas Bebas,yaitu kebalikan dari precedent petugas peradilan
tidak terikat pada keputusan keputusan hakim sebelumnya baik
pada hakim tingkatan sejajar maupun hakim yang lebih tinggi.

C. KEBIASAAN

Merupakan perbuatan manusia yang dilakukan berulang ulang dalam hal dan keadaan yang
sama.Utrect (dalam soeroso 2006:152) menyatakan “Hukum kebiasaan adalah himpunan
kaidah kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh badan badan perundang undangan dalam
suasana(kenyataan) ditaati juga karena orang sanggup menerima kaidah kaidah itu sebagai
hukum dan ternyata kaidah kaidah tersebut dipertahankan oleh penguasa masyarakat lain
yang tidak termasuk lingkungan badan badan perundang undangan”.

1. Dasar Hukum Sebagai Sumber Hukum

Di Indonesia kebiasaan diatur dalam beberapa undang undang yaitu :

 Pasal 15 AB
 Pasal 1339 KUH, Perdata
 Pasal 1347 KUH, Perdata
 Pasal 1346 KUH, Perdata
 Pasal 1571 KUH, Perdata
 Pasal 22AB
2. Perbandingan Antara Kebiasaan dan Undang-Undang
Persamaan adalah sebagai berikut :
 Keduanya merupakan penegasan pandangan hukum yang hidup dalam
masyrakat
 Keduanya merupakan perumusan kesadaran hukum suatu bangsa
Perbedaan adalah sebagai berikut :
Undang undang Kebiasaan
 Keputusan pemerintah yang dibebankan kepada orang sebagai subjek hukum
 Peraturan yang timbul dari pergaulan
 Menjamin kepastian hukum karena merupakan hukum tertulis
 Tidak dapat dirumuskan secara jelas,mempunyai sifat beraneka ragam
sehingga tidak menjamin kepastian hukum
3. Hubungan Kebiasaan Dengan Hukum Adat
Merupakan hukum tak tertulis yang hidup lahir dan melekat dalam kehidupan
bermasyarakat dan mempunyai sanksi hukum yang juga sudah menjadi kepribadian
masyarakat.Perbedaan diantara kebiasaan dan hukum adat adalah perbedaan
asal.Hukum adat bersumber agak sakral(suci) berhubungan dengan tradisi masyarakat
Indonesia secara turun temurun.Kebiasaan biasanya berlaku di kota kota belum
merupakan tradisi rakyat yang melembaga.

D. PERJANJIAN
Merupakan suatau peristiwa dimana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang lain
untuk melaksanakan atau tidak suatu hal sehingga pihak yang mengadakan perjanjian
tersebut terikat oleh isi perjanjian tersebut.
1. Syarat Sahnya Perjanjian
Tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu :
 Kecakapan,yaitu dalam perjanjian para pihak harulas cakap haruslah
diperbolehkan oleh undang undang untuk membuat perjanjian
 Kesepakatan,yaitu dalam perjanjian parah pihak harulas sepakat seia dan
sekata mengenai apa yang diperjanjikan
 Suatu hal tertentu,yaitu isi perjanjian harus jelas dan nyata adanya
 Sebab yang halal,yaitu yang diperjanjikan adalah hal yang tidak bertentangan
dengan undang undang ketertiban umum dan kesusilaan
2. Unsur Unsur Yang Terkandung Dalam Perjanjian
Ada beberapa unsur yang harus terkandung dalam perjanjian yaitu :
 Essensialia yaitu unsur yang menyangkut syarat sahnya suatu perjanjian
 Naturalia yaitu unsur yang melekat pada perjanjian itu
 Accidentalia yaitu unsur yang harus tegas dimuat dalam perjanjian
3. Asas Asas Perjanjian
Ada juga asas asas perjanjian sebagai berikut :
 Konsensualisme yaitu perjanjian terjadi apabila ada konsensus antara pihak
yang membuat perjanjian
 Kebebasan berkontrak yaitu seseorang bebas untuk mengadak perjanjian
mengenai hal apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang undang
ketertiban umum dan kesusilaan
 Pacta sunt servanda yaitu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang undang

E.PERJANJIAN INTERNASIONAL

Adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.Perjanjian ini mempunyai
kedudukan yang sama dengan undang undang karena perjanjian dengan negara lain hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat(DPR).

Pasal 11 UUD 1945 menyatakan,”Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat


dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain”.

1. Pembuatan Traktat

Terbagi dalam 4 tahap yaitu :

 Perundingan,hal ini diperlukan untuk persiapan terlebih dahulu yang berkaitan


dengan hal hal yang akan dirundingkan
 Penutupan,setelah tercapainya persetujuan rumusan atau naskah naskah
kesepakatan yang biasanya disebut “piagam” maka perundingan ditutup
dengan menandatangani hasil perundingan oleh peserta konferensi
 Pengesahan/Ratifikasi,negara peserta konferensi akan menjadi terikat dengan
hasil perundingan apabila sudah disahkan/ratifikasi oleh yang berwenang
dinegaranya masing masing
 Pertukaran Piagam,terbagi dalam 2 fase yaitu : Pertama dalam naskah traktat
bilateral maka naskah piagam ysng telah diratifikasi dipertukarkan antara
kedua negara yang bersangkutan, Kedua traktat kolektif pertukaran piagam
diganti dengan peletakan surat surat piagam yang sudah diratifikasi oleh
masing masing negara

2. Dasar Hukum Kekuatan Mengikatnya Traktat


Merupakan perjanjian internasional antar negara yang karena itu maka sewajarnya
suatu negara yang ikut serta dalam konferensi antarnegara harus taat terhadap hasil
konfersnsi tersebut.Mengenai dasar kekuatan mengikatnya adalah sebagai berikut :
 Teori Kehendak,yaitu kekuatan mengikatnya perjanjian internasional adalah
karena kehendak negara itu sendiri
 Teori Hukum Alam,yaitu mempunyai pengaruh besar atas hukum
internasional
 Pacta Stunt Servanda,yaitu kaidah dasar hukum internasional
 Mazhab Prancis,yaitu kekuatan berlakunya hukum internasional ialah pada
faktor faktor biologis sosiologis dan sejarah kehidupan manusia yang mereka
namakan “fait social”

F. DOKTRIN/PENDAPAT PARA AHLI

Pendapat para ahli ini digunakan untuk memecahkan masalah masalah yang langsung atau
tidak langsung berkaitan satu sama lain karena pendapat para ahli ini mempunyai kekuatan
mengikat sebagai sumber hukum.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arief Rahman & Zaeni Asyhadie, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai