Anda di halaman 1dari 28

Multitafsir Penggunaan Bahasa Indonesia pada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009


tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Dra. Rati Riana, M.Pd.


Enggar Dhian Pratamanti, M.Hum.

Abstrak

Penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang hukum sampai saat ini masih jauh dari
harapan.Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan perundangan dan
berbagai putusan di bidang hukum sering multitafsir dan tidak lugas. Hal itu terjadi
karena para pembuat aturan dan penegak hukum tidak menguasai bahasa Indonesia
secara baik. Kesalahan pemaknaan bahasa atau multitafsir dalam peraturan
perundang-undangan menjadi penyebab penegakan hukum kurang maksimal karena
ada masyarakat yang dirugikan atas ketidakjelasan kata yang dipergunakan.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap
multitafsir penggunaan bahasa Indonesia pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penelitian ini akan
mengupas tentang bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
serta apakah terjadi multitafsir pemaknaan bahasa dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi instansi pemerintah
untuk melakukan evaluasi peraturan perundang-undangan yang telah dihasilkan
melalui proses legislasi dan menjadi bahan rujukan bagi legislator untuk digunakan
sebagai acuan dalam proses pembentukan aturan hukum. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah descriptive research
nonhypothesis(deskriptif tanpa menguji hipotesis). Analisis kualitatif dilakukan untuk
menjelaskan semua rumusan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu
multitafsir penggunaan bahasa Indonesia pada bahasa hukum.Berdasarkan temuan
hasil penelitian atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disimpulkan bahwa penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar menjadi instrumen wajib untuk diterapkan pada
undang-undang tersebut. Terjadinya hal-hal yang inkonsistensi penggunaan bahasa
Indonesia, terutama pemilihan kata yang multitafsir membuka peluang para penegak
hukum untuk menafsirkan makna kata sesuai dengan pemahamannya. Hal ini akan
berakibat pada penegakan hukum yang kurang maksimal.

Kata kunci: multitafsir, bahasa Indonesia, perturan perundang-undangan


PENDAHULUAN dan mempelajari syarat-syarat dan
Latar Belakang kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Indonesia Fenomena sering terjadinya
dalam bidang hukum sampai saat ini kesalahan atau multitafsir bahasa
masih jauh dari harapan.Bahasa menyebabkan penegakan hukum di
Indonesia yang dituangkan dalam Indonesia kurang maksimal, peneliti
peraturan perundangan dan berbagai tertarik melakukan penelitian yang
putusan di bidang hukum sering berjudul “Multitafsir Penggunaan
multitafsir dan tidak lugas. Hal itu Bahasa Indonesia padaUndang-
terjadi karena para pembuat aturan dan Undang Republik Indonesia Nomor 22
penegak hukum tidak menguasai Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
bahasa Indonesia secara baik. Di Angkutan Jalan”.
samping itu, minimnya padanan
kosakata bahasa Indonesia membuat Rumusan Masalah
berbagai dokumen hukum yang ada Berdasarkan latar belakang
masih menggunakan bahasa asing, tersebut, permasalahan dalam
seperti bahasa Inggris dan Belanda. penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hadikusuma (2006:3) 1. Bagaimanakahpenggunaan bahasa
mengatakan bahwa bahasa hukum Indonesia dalamUndang-Undang
yang kita pakai masih bergaya orde Republik Indonesia Nomor 22
lama dan kurang sempurna semantik Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
kata dan bentuk komposisi kalimatnya Angkutan Jalan?
juga masih terdapat istilah-istilah yang 2. Apakah terjadi multitafsir
tidak tetap dan kurang jelas.Hal mana pemaknaan bahasa dalamUndang-
karena para sarjana di masa dulu tidak Undang Republik Indonesia Nomor
mendapatkan pelajaran bahasa hukum 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
khusus dan tidak pula memperhatikan dan Angkutan Jalan?
Luaran Penelitian tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Melalui penelitian ini, luaran Jalan. Dengan demikian,
yang dicapai adalah dengan membuat penegakanhukum bisa diterapkan
artikel ilmiah dengan tujuan sebagai secara maksimal
sumber rujukan bagi instansi
pemerintah untuk melakukan evaluasi KAJIAN PUSTAKA
peraturan perundang-undangan yang Bahasa Indonesia Baku
telah dihasilkan melalui proses Penggunaan ragam bahasa baku
legislasi. Selain itu, bisa dipergunakan tulis diperlukan dalam situasi resmi,
sebagai bahan rujukan bagi legislator baik dalam buku-buku pelajaran, karya
sebagai acuan dalam proses ilmiah, maupun dalam peraturan
pembentukan aturan hukum dengan undang-undang. Hal ini dimaksudkan
mengacu pada kaidah bahasa agar apa yang disampaikan dapat
Indonesia yang baku. dimaknai atau ditafsirkan secara tepat.
Arifin dan Tasai (2000:20)
Target Temuan mengatakan bahwa ragam bahasa baku
Target yang dicapai yaitu bersifat seragam.
ditemukannya cara yang tepat dalam Dijelaskan lebih lanjut oleh
berbahasa untuk menghilangkan Arifin dan Tasai (2000:19-20) bahwa
keambiguan penafsiran pasal-pasal ragam bahasa baku mempunyai sifat-
atau ayat-ayat dan penggunaan bahasa sifat kemantapan dinamis,
yang tidak efektif dalam ilmu hukum. cendekia,dan seragam. Pembakuan
Penggunaan bahasa Indonesia yang bahasa adalah pencarian titik-titik
baku dengan kalimat yang efektif keseragaman. Pemerintah sekarang
dapat menghilangkan kesalahan mendahulukan ragam bahasa baku
penafsiran atau multitafsir pasal atau tulis secara nasional.Widjono
peraturan perundang-undangan, (2005:21) juga menjelaskan bahwa
khususnya Undang-Undang Republik bahasa baku tidak emosional.
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Maksudnya adalah hanya mempunyai
satu arti, tidak memakai kata kiasan, dibubuhkannya jeda dalam kalimat
sehingga pembaca tidak membuat tersebut.
tafsiran (interpretasi) sendiri-sendiri. Ketaksaan leksikal berupa
polisemi, homonim, dan homograf
Multitafir/Ambiguitas/Ketaksaan terjadi karena ketidakjelasan konteks
Ambiguitas/ketaksaan yang kalimatnya.Ketidakjelasan pembatasan
menyebabkan multitafsir menurut makna terjadi karena acuan yang
Kempson (dalam Djajasudarma terlalu luas.Ketaksaan penggunaan
2009:52) ada tiga, yaitu (a) ketaksaan preposisi terjadi karena penggunaan
fonetik, (b) ketaksaan gramatikal, dan jeda yang tidak tepat. Ketaksaan
(c) ketaksaan leksikal. Ketaksaan penggunaan gaya bahasa terjadi karena
fonetis terjadi karena adanya kekuranglengkapan kalimat,
penambahan fonem dan tidak jelasnya ketidaktepatan diksi, dan penggunaan
jeda pada waktu sebuah kata jeda. Gaya bahasa yang biasanya
dituturkan.Ketaksaan gramatikal menimbulkan ketaksaan adalah
terjadi pada pada tataran morfologi metafora, asosiasi, dan metonimi.
dan sintaksis. Multitafsir dipahami sebagai kata yang
Ketaksaan morfem akan hilang mempunyai banyak pemaknaan.
dengan sendirinya jika diletakkan
dalam kalimat yang benar. Ketaksaan Keberlakuan Bahasa Indonesia
kata terjadi karena kekuranglengkapan Hukum
kata, sehingga tidak logis.Ketaksaan Penggunaan bahasa Indonesia
frasa terjadi karena intonasi dan baku dalam bidang hukum jarang
kekuranglengkapan kata.Ketaksaan dilakukan sebagai alat untuk
klausa terjadi karena ketiadaan melakukan penguatan program
jeda.Ketaksaan kalimat yang meliputi legislasi nasional. Hal ini terlihat pada
ekuivokasi, amfiboli, aksentuasi, beberapa perundang-undangan yang
komposisi, dan devisi terjadi karena memiliki makna bias dan sering tidak
kekuranglengkapan kata dan tidak bernuansa keadilan.
Persoalan tersebut cukupserius. yang telah ditetapkan, yaitu multitafsir
Selain itu, ciri khas bahasa hukum penggunaan bahasa Indonesia pada
Indonesia,sering diterjemahkan oleh bahasa hukum.
aparat penegak hukum dengan
mengasumsikan bahwa keadilan ada Sumber dan Wujud Data
pada ruang normatifsesuai dengan teks Sumber data yang digunakan
naskah yang tertulis. untuk menelaah multitafsir
Hadikusuma (2006:3) penggunaan bahasa Indonesia pada
mengatakan bahwa bahasa hukum bahasahukum adalah dokumen
yang kita pakai kurang sempurna Undang-Undang Republik Indonesia
semantik kata dan bentuk komposisi Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
kalimatnya juga masih terdapat istilah- Lintas dan Angkutan Jalan.Analisis
istilah yang tidak tetap dan kurang dilakukan terhadap penggunaan bahasa
jelas.Hal mana karena para sarjana di dalam undang-undang tersebutapakah
masa dulu tidak mendapatkan terjadi multitafsir makna. Sementara
pelajaran bahasa hukum khusus dan itu, wujud data penelitian ini adalah
tidak pula memperhatikan dan pemakaian diksi yang digunakan
mempelajari syarat-syarat dan kaidah- dalam peratuan perundangan-
kaidah bahasa Indonesia. undangan tersebut. Diksi yang
digunakan dipakai untuk menganalisis
METODE PENELITIAN multitafsir penggunaan bahasa.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Metode Pengumpulan Data
penelitian kualitatif dengan metode Dalam kegiatan pengumpulan
yang digunakan adalah descriptive data dipergunakan metode penyimakan
research nonhypothesis (deskriptif dan pencatatan. Metode penyimakan
tanpa menguji hipotesis). Analisis dilakukan terhadap sumber data berupa
kualitatif dilakukan untuk menjelaskan dokumen peraturan perundang-
semua rumusan dan tujuan penelitian undangan sesuai dengan kriteria
dengan teknik pencatatan. Teknik 2009 tentang Lalu Lintas dan
pencatatan digunakan untuk mencatat Angkutan Jalan.
data dari sumber data yang diamati. Dalam kegiatan pengumpulan
Penelitian ini merupakan content data dipergunakan metode
of analysis (penelitian studi pustaka), penyimakandan pencatatan. Metode
yaitu penelitian yang mengamati dan penyimakan dilakukan terhadap
mempelajari bahasa yang digunakan sumber data berupa dokumenUndang-
dalam bahasa Undang-Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalansesuai dengan kriteria
Angkutan Jalan. Dalam penelitian ini dengan teknik pencatatan. Teknik
juga dianalisis apakah bahasa yang pencatatan digunakan untuk mencatat
digunakan dalam undang-undang data dari sumber data yang diamati.
tersebut multitafsir Kriteria yang dimaksud adalah
ketaksaan leksikal dan ketaksaan
Metode Analisis Data gramatikal. Data penelitian ini adalah
Analisis kualitatif akan penggunaan bahasa yang taksa/ambigu
dilakukan terhadap multitafsir yang menyebabkan multitafsir yang
penggunaan bahasa Indonesia pada diukur melalui indikator (a) ketaksaan
Undang-Undang Republik Indonesia leksikal dan (b) ketaksaan gramatikal.
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.Analisis Pemaparan Hasil Penelitian
dilakukan terhadap dokumen undang- Pemaparan hasil penelitian ini
undang tersebut.Penelitian kualitatif menggunakan metode penyajian
ini bersifat deskriptif dengan formal dan informal. Penyajian formal
memaparkan multitafsir pemaknaan untuk mendeskripsi data penggunaan
bahasa dalam Undang-Undang bahasa Indonesia pada bahasa hukum
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun dalam dokumenUndang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Ketaksaan
Angkutan Jalan. Penyajian informal Ambiguitas/ketaksaan yang
dilakukan karena bentuk paparannya menyebabkan multitafsir menurut
berupa deskripsi dengan kata-kata Kempson (dalam Djajasudarma
biasa. 2009:52) ada tiga, yaitu (a) ketaksaan
Hal ini sesuai dengan pendapat fonetik, (b) ketaksaan gramatikal, dan
Sudaryanto (2001:145) bahwa metode (c) ketaksaan leksikal. Ketaksaan
penyajian informal adalah perumusan fonetis terjadi karena adanya
dengan kata-kata biasa walaupun penambahan fonem dan tidak jelasnya
dengan terminologi yang teknis jeda pada waktu sebuah kata
sifatnya. Dengan demikian, pemaparan dituturkan.
hasil penelitian ini dilakukan dengan Pada penelitian ini tidak
menyajikan deskripsi verbal dengan dianalisis ketaksaan fonetis karena
kata-kata tanpa lambang-lambang. tidak menganalisis ketaksaan bahasa
ujaran, tetapi analisis dokumen/ragam
tulis dalam Undang-Undang Republik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Ketaksaan Bahasa dalam Undang-
tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Undang Republik Indonesia Nomor
Jalan. Pada penelitian ini tidak
22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dianalisis ketaksaan fonetis karena
dan Angkutan Jalan
tidak menganalisis ketaksaan bahasa
Berdasarkan temuan hasil
ujaran, tetapi analisis dokumen/ragam
penelitian ketaksaan berbahasa
tulis dalam Undang-Undang Republik
dalamUndang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
Jalan ditemukan kata, frasa, maupun
Ketaksaan Gramatikal
kalimat yang taksa/ambigu, sehingga
Ketaksaan gramatikal terjadi
maknanya kurang jelas.
pada tataran morfologi dan sintaksis.
Ketaksaan morfem akan hilang dengan IXLALU LINTAS Pasal 108 ayat (3)
sendirinya jika diletakkan dalam yang berbunyi sebagai berikut.
kalimat yang benar. Ketaksaan kata (3) Sepeda Bermotor, Kendaraan
Bermotor yang kecepatannya
terjadi karena kekuranglengkapan kata
lebih rendah, mobil barang, dan
sehingga tidak logis.Ketaksaan frasa kendaraan Tidak Bermotor
berada pada lajur kiri Jalan.
terjadi karena intonasi dan
kekuranglengkapan kata.Ketaksaan
Pada kalimat tersebut terdapat
klausa terjadi karena ketiadaan
kata lajur.Dalam KBBI (2016:297)
jeda.Ketaksaan kalimat yang meliputi
bahwa lajur berarti deret beberapa
ekuivokasi, amfiboli, aksentuasi,
benda (orang dan sebagainya) yang
komposisi, dan devisi terjadi karena
merupakan baris atau banjar.
kekuranglengkapan kata dan tidak
Berdasarkan pengertian tersebut, yang
dibubuhkannya jeda dalam kalimat
disebut lajur adalah kumpulan benda
tersebut.
yang berbaris.
Berdasarkan temuan hasil
Penggunaan katalajurpada pasal
penelitian ditemukan ketaksaan
tersebut kurang sesuai dengan konteks
gramatikal dalam Undang-Undang
kalimat tersebut karena dalam konteks
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
kalimat tersebutlajur dimaksudkan
2009 tentang Lalu Lintas dan
sebagai tempat dan bukan sebagai
Angkutan Jalan.Ketaksaan gramatikal
kumpulan benda yang berderet.
ini disebabkan oleh ketidakjelasan
Kata yang sesuai dengan konteks
penggunaan kata, klausa, dan kalimat.
kalimat pada BAB IXPasal 108 ayat
(3) adalah jalur.Kata jalur dalam
Ketaksaan Kata
KBBI (2016:281) adalah kolom yang
Ketaksaan kata terjadi karena
lurus, garis lebar, setrip lebar; ruang di
adanya penggunaan kata yang tidak
antara dua garis pada permukaan yang
tepat, sehingga menimbulkan
luas; ruang memanjang di antara dua
kerancuan dan salah penafsiran.
deret.
Ketaksaan kata terdapat dalam BAB
Berdasarkan pengertian ini, kata UMUMPasal 1 ayat (36) yang
jalur dapat digunakan pada kalimat berbunyi sebagai berikut.
dalam BAB IXPasal 108 ayat (3) yang (36) Penyidik Pembantu adalah
pejabat Kepolisisan Negara
dimaksudkan sebagai ruang jalan yang
Republik Indonesia yang karena
dapat dilalui kendaraan bermotor diberi wewenang tertentu dapat
melakukan tugas penyidikan
yang terbagi menjadi dua bagian di
yang diatur dalam Undang-
sebelah kanan dan kiri.Selain Undang ini.
pemilihan diksi yang tidak tepat, juga
Dalam KBBI (2006:212) bahwa
penulisan huruf kapital tidak sesuai
katakarena merupakan kata
pedoman ejaan, yaitu pada kata
penghubung untuk menandai sebab
Bermotor dan Kendaraan Bermotor,
atau alasan.Pada kalimat tersebut
TidakBermotor, dan Jalan. Kata-kata
setelah kata karena terdapat kata
tersebut tidak diawali dengan huruf
diberi yang merupakan kata kerja pasif
capital karena bukan nama diri.
yang mampu menerangkan makna
Berdasarkan argumentasi
bahwa subjek Penyidik Pembantu
tersebut, perbaikan BAB IXLALU
adalah pejabat Kepolisisan Negara
LINTAS Pasal 108 ayat (3) adalah
Republik Indonesiayang mendapat
sebagai berikut.
wewenang tertentu.Oleh karena itu,
(3) Sepeda bermotor, kendaraan
bermotor yang kecepatannya lebih penggunaan konjungsi karena tidak
rendah, mobil barang, dan
diperlukan dan menyebabkan
kendaraan tidak bermotor berada
pada jalur kiri jalan. pemborosan kata.
Sebelum kata dapatdiperlukan
Ketaksaan Klausa
konjungsi sehingga agar menjadi
Ketaksaan klausa dapat terjadi
kalimat efektif, sehingga dapat
karena tidak adanya jeda atau adanya
menjelaskan makna kalimat
jeda yang tidak tepat, sehingga
tersebut.Selain itu, penulisan huruf u
menimbulkan bias makna.Hal ini
kata Undang-Undang kurang tepat
terlihat pada BAB IKETENTUAN
karena bukan nama diri. Berdasarkan
argumentasi tersebut, pembetulan dapat pula menyebabkan kalimat
kalimat pada BAB I KETENTUAN menjadi boros kata dan tidak efektif.
UMUM Pasal 1 ayat (36) adalah Ada pula kesalahan komposisi yang
sebagai berikut. disebabkan oleh penggabungan dua
(36) Penyidik Pembantu adalah kata yang mempunyai makna sama,
pejabat Kepolisisan Negara
sehingga tidak memenuhi prinsip
Republik Indonesia yang diberi
wewenang tertentu, sehingga kehematan. Kesalahan komposisi
dapat melakukan tugas
dalam Undang-Undang Republik
penyidikan yang diatur dalam
undang-undang ini. Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Ketaksaan Kalimat
Jalan di antaranya terdapat pada BAB
Ketaksaan kalimat dapat
IXLALU LINTASPasal 109 ayat (1)
disebabkan oleh amfiboli yang
yang berbunyi sebagai berikut.
menyebabkan kesesatan penalaran atau
(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor
pemahaman bercabang, sehingga yang akan melewati Kendaraan
lain harus menggunakan lajur atau
maksud yang disampaikan tidak dapat
jalurJalan sebelah kanan dari
diterima dengan tepat oleh pembaca. kendaraan yang akan dilewati,
mempunyai jarak pandang yang
Selain itu, ketaksaan kalimat
bebas, dan tersedia ruang yang
dapat pula disebabkan oleh kesalahan cukup.
komposisi, yaitu penggabungan kata
Kalimat tersebut menggunakan
yang tidak tepat.Hal ini seringkali
kata jalur dan lajur yang jika dilihat
terjadi, tetapi lazim digunakan oleh
dalam konteks kalimat mempunyai
masyarakat karena telah menjadi
maksud sama. Seharusnya, kata yang
kesalahan massal yang disebabkan
digunakan adalah jalur yang mengacu
oleh kekurangpahaman penggunaan
pada ruang jalan dan tidak
bahasa Indonesia yang baik dan benar
menggunakan kata lajur yang
oleh masyarakat pengguna bahasa.
mengacu pada deretan benda berupa
Ketaksaan kalimat yang
kendaraan bermotor.
disebabkan oleh kesalahan komposisi
Penggunaan dua kata yang karena itu, tidak perlu dijelaskan lagi
berbeda tersebut merupakan komposisi bahwa menggunakan jalur sebelah
yang tidak benar sekaligus kanan tentu melewati kendaraan
menyebabkan kalimat menjadi tidak lainatau melewati kendaraan lain tentu
efektif. menggunakan jalur kanan.Selain itu,
Susunan kalimat pada BAB ditemukan pula penulisan huruf k dan
IXPasal 109 ayat (1) juga tidak b pada frasa Kendaraan Bermotor serta
memenuhi prinsip kesepadanan bentuk huruf pada kata Jalan tidak sesuai
karena terdiri atas tiga predikat yang dengan kaidahnya.
tidak menggunakan bentuk imbuhan Berdasarkan argumentasi
sepadan, yaitu predikat menggunakan, tersebut, perbaikan kalimat pada BAB
mempunyai, dan tersedia.Penggunaan IXLALU LINTASPasal 109 ayat (1)
kata tersedia seharusnya diganti adalah sebagai berikut.
dengan kata menyediakan yang (1) Pengemudi kendaraan bermotor
yang akan melewati kendaraan
merupakan predikat dari subjek jalur
lain harus menggunakan jalur
dan diikuti oleh objek ruang yang jalan di sebelah kanan yang
mempunyai jarak pandang bebas
cukup.
dan menyediakan ruang yang
Penulisan frasa jalur jalan cukup.
sebelah kanan dari kendaraan yang
Ketaksaan Leksikal
akan dilewatijuga menyebabkan
Ketaksaan leksikal berupa
kalimat menjadi tidak efektif karena
polisemi, homonim, dan homograf
mengulang makna yang telah
terjadi karena ketidakjelasan konteks
dijelaskan.
kalimatnya.Ketidakjelasan pembatasan
Dalam pembahasan di pasal-
makna terjadi karena acuan yang
pasal sebelumnya dalam undang-
terlalu luas.Ketaksaan penggunaan
undang ini telah diterangkan bahwa
preposisi terjadi karena penggunaan
kendaraan bermotor yang akan
jeda yang tidak tepat. Ketaksaan
melewati kendaraan lain harus
penggunaan gaya bahasa terjadi karena
menggunakan jalur kanan. Oleh
kekuranglengkapan kalimat, a. Pengemudi bermaksud akan
melewati Kendaraan di
ketidaktepatan diksi, dan penggunaan
depannya; atau
jeda. Gaya bahasa yang biasanya b. Diperintahkan oleh petugas
Kepolisian Negara Republik
menimbulkan ketaksaan adalah
Indonesia untuk digunakan
metafora, asosiasi, dan metonimi. sementara sebagai jalur kiri.
Berdasarkan hasil penelitian
Dalam Pasal 108 ayat (2)
ditemukan ketaksaan leksikal yang
tersebut, terdapat beberapa
disebabkan oleh ketidaktepatan
kesalahan.Pertama, penggunaan kata
penggunaan diksi.Berikut ini
penggunaan dan
dipaparkan beberapa
dilakukanmenimbulkan korelasi
ketaksaan/multitafsir leksikal dalam
makna yang rancu dan kurang
Undang-Undang Republik Indonesia
tepat.Sesuai dengan konteks
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
kalimatnya, penggunaan kata
Lintas dan Angkutan Jalan.
dilakukan sebaiknya diganti dengan
kata digunakan agar lebih
Ketidaktepatan Diksi
tepat.Susunan kalimat juga diubah
Penggunaan pilihan kata/diksi
agar kalimat menjadi lebih
yang tidak tepat akan menimbulkan
efektif.Kedua,kesalahan penggunaan
makna yang berbeda. Penggunaan
ejaan, yaitu tanda baca (:).Tanda baca
diksi yang tidak tepat secara otomatis
(:) dipergunakan untuk pernyataan
akan mengubah makna, sehingga tidak
yang sudah lengkap yang diikuti
sesuai dengan konteks yang dimaksud.
dengan rincian.Sementara itu,
Hal ini akan menimbulkan salah tafsir.
pernyataan pada Pasal 108 ayat (2)
Penggunaan pilihan kata/diksi yang
tersebutbelum lengkap, sehingga tidak
tidak tepat terlihat padaBAB IX LALU
tepat kalau diikuti dengan tanda baca
LINTAS Pasal 108 ayat (2) yang
(;).Ketiga, rincian tidak diawali dengan
berbunyi sebagai berikut.
huruf kapital karena merupakan bagian
(2) Penggunaan jalur jalan sebelah
kanan hanya dapat dilakukan jika: dari pernyataan sebelumnya.Keempat,
penempatan tanda baca (;) juga tidak Pengemudi, Pemilik, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum
diperlukan karena sudah menggunakan
wajib memberikan bantuan
kata atau. Kelima, pemborosan kata kepada ahli waris korban berupa
biaya pengobatan dan/atau biaya
bermaksud akan dan sebagai.
pemakaman dengan tidak
Berdasarkan argumentasi menggugurkan tuntutan perkara
pidana.
tersebut, perbaikan kalimat dalam
BAB IX Pasal 108 adalah sebagai
Pada kalimat tersebut terdapat
berikut.
kata menggugurkan.Dalam KBBI
(108) Penggunaan jalur jalan sebelah
2014:464) menggugurkanberarti
kanan hanya dapat digunakan
jika sengaja mengeluarkan janin pada
a. pengemudi melewati
waktunya; proses cara mengguguran;
kendaraan di depannya atau
b. diperintahkan oleh petugas aborsi. Berdasarkan pengertian
Kepolisian Negara Republik
tersebut yang disebut menggugurkan
Indonesia untuk digunakan
sementara jalur kiri. adalah aborsi. Penggunaan kata
atau
menggugurkan kurang sesuai dengan
(108) Jalur jalan sebelah kanan hanya
dapat digunakanjika konteks kalimat tersebut karena dalam
a. pengemudi melewati
konteks kalimat tersebut
kendaraan di depannya atau
b. diperintahkan oleh petugas menggugurkan dimaksudkan sebagai
Kepolisian Negara Republik
tidak membantu atau menyantuni
Indonesia untuk digunakan
sementara jalur kiri. korban kecelakaan. Kata yang sesuai
dengan konteks kalimat tersebut
Temuan lain dalam penelitian ini
adalah menghilangkan/mengapuskan.
terdapat dalam BAB XIV
Kata menghilangkan/menghapuskan
KECELAKAAN LALU LINTAS
dalam KBBI (2014:481) adalah
Pasal 235 ayat (1) yang berbunyi
meniadakan. Berdasarkan pengertian
sebagai berikut.
tersebut kata menghilangkan/
(1) Jika korban meninggal dunia
mengapuskan dapat digunakan pada
akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam kalimat dalam Pasal235 ayat (1) yang
Pasal 229 ayat (1) huruf c,
dimaksudkan sebagai meniadakan. anak buah pesawat terbang.
Selain itu, ada beberapa penulisan Berdasarkan pengertian tersebut yang
huruf kapital yang tidak sesuai. disebut dengan awak adalah orang
Berdasarkan argumentasi yang menjadi anak buah.
tersebut, perbaikan BAB XIV Pasal Penggunaan kata awak kurang
235 ayat (1) adalah sebagai berikut. sesuai dengan konteks kalimat tersebut
(1) Jika korban meninggal dunia karena dalam konteks kalimat di atas
akibat kecelakaan lalu lintas
awak dimaksudkan sebagai badan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (1) huruf c, kendaraan.Pilihan kata yang sesuai
pengemudi, pemilik, dan/atau
dengan konteks kalimat tersebut
perusahaan angkutan umum wajib
memberikan bantuan kepada ahli adalah pengemudi. Kata pengemudi
waris korban berupa biaya
dalam KBBI (2014:665) adalah
pengobatan dan/atau biaya
pemakaman dengan tidak pekerja pada kendaraan. Berdasarkan
menghapuskan tuntutan perkara
pengertian tersebut, kata pekerja
pidana
kendaran dapat digunakan pada
Ketidaktepatan pemilihan diksi kalimat dalam Pasal237ayat (2).
sehingga menimbulkan kerancuan dan Selain itu, kalimat tersebut tidak
salah penafsiran terdapat pula pada logis karena Perusahaan Angkutan
BAB XIV KECELAKAAN LALU Umum tidak bisa mengasuransikan
LINTAS Pasal 237 ayat (2) yang pekerja.Yang bisa melakukan
berbunyi sebagai berikut. pekerjaan asuransi adalah orang.
(2) Perusahaan Angkutan Umum Selain itu, ada beberapa penulisan
wajib mengasuransikan orang
huruf kapital yang tidak sesuai dengan
yang dipekerjakan sebagai awak
kendaraan. pedomannya.
Berdasarkan argumentasi
Pemilihan kata awak pada
tersebut, kalimat yang benar pada
kalimat tersebut kurang tepat.Dalam
BAB IV Pasal 237 ayat (2) adalah
KBBI (2014:102) bahwa awak berarti
sebagai berikut.
tubuh; badan; orang yang menjadi
(1) Pemilik perusahaan angkutan pengadilan kurang sesuai dengan
umum wajib mengasuransikan
konteks kalimat pada pasal tersebut
orang yang dipekerjakan sebagai
pengemudi kendaraan. karena dalam konteks kalimat
tersebutluar pengadilan dimaksudkan
Temuan kesalahan pemilihan
sebagai masalah penyelesaian secara
kata, sehingga menimbulkan
kekeluargaan.
kerancuan dan salah penafsiran juga
Kata yang sesuai dengan konteks
terdapat padaBAB XIV
kalimat tersebut adalah secara
KECELAKAAN LALU LINTAS
kekeluargaan.Kata secara
Pasal236 ayat (2). Berikut ini bunyi
kekeluargaandalam KBBI (2016:536)
pasal yang dimaksud.
adalah diselesaikan dengan cara yang
(2) Kewajiban mengganti kerugian
bersifat (keluarga). Berdasarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pada Kecelakaan Lalu Lintas pengertian ini kata secara
sebagaimana dimaksud dalam
kekeluargaan dapat digunakan pada
Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan
di luar pengadilan jika terjadi kalimat dalam pasal yang
kesepakan damai diantara para
dimaksudkan sebagai damai. Selain
pihak yang terlibat.
itu, perbaikan ejaan perlu dilakukan
Pada kalimat tersebut terdapat sehingga sesuai dengan kaidahnya.
kata luar pengadilan. Menurut KBBI Berdasarkan argumentasi
(2016: 685) luar pengadilan berarti tersebut, perbaikan BAB XIV Pasal
luar (daerah, tempat, dan sebagainya 235 ayat (1), perbaikan kalimatnya
yang tidak merupakan bagian dari adalah sebagai berikut.
sesuatu itu sendiri) dan (2) Kewajiban mengganti kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat
pengadilanadalah rumah atau
(1) pada kecelakaan lalu lintas
bangunan tempat menghadiri perkara. sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan
Berdasarkan pengertian tersebut,
di secara kekeluargaan jika terjadi
yang disebut luar pengadilan adalah kesepakan damai diantara para
pihak yang terlibat.
tempat atau bangunan yang berada di
luar pengadilan. Penggunaan kata luar
Ketaksaan pemilihan kata pada yang sesuai dengan konteks kalimat
juga terdapat pada kalimatBAB XIV tersebut adalah luka.Kata luka dalam
Pasal273ayat (1) yang berbunyi KBBI (2016:867) adalah menderita
sebagai berikut. luka.
(1) Setiap pengendara Jalan yang Berdasar pengertian ini kata
tidak dengan segera dan patut
lukadapat digunakan pada kalimat
memperbaiki Jalan yang rusak
yang mengakibatkan Kecelakaan dalam BAB XIV Pasal 273 ayat (1)
Lalu Lintas sebagaimana
yang dimaksudkan dengan kecelakaan
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
sehingga menimbulkan korban yang menyebabkan luka yang tidak
luka ringan dan/atau kerusakan
parah. Hal ini juga sebagai cara untuk
Kendaraan dan/atau barang
dipidana dengan penjara paling menghemat bahasa, Selain itu, perlu
lama 6 (enam) bulan atau denda
perbaikan ejaan yang tidak sesuai
paling banyak Rp. 12.000.000,00
(dua belas juta rupiah). dengan kaidahnya.
Berdasarkan argumentasi
Pada kalimat tersebut terdapat
tersebut, perbaikan kalimat pada BAB
kata luka ringan.Menurut KBBI
XIV Pasal 273 ayat (1) adalah sebagai
(2016:687) luka berarti menderita
berikut.
luka, sedangkan kata ringan berarti
(1) Setiap pengendara jalan yang
dapat diangkat dengan mudah.
tidak dengan segera dan patut
Berdasarkan pengertian tersebut maka memperbaiki jalan yang rusak
yang mengakibatkan kecelakaan
yang disebut luka ringanjika diartikan
lalu lintas sebagaimana dimaksud
secara per kata merupakan penderita dalam Pasal 24 ayat (1) sehingga
menimbulkan korban luka
luka yang dapat diangkat dengan
dan/atau kerusakan kendaraan
mudah. dan/atau barang dipidana dengan
penjara paling lama 6 (enam)
Penggunaan kata luka ringan
bulan atau denda paling banyak
kurang sesuai dengan konteks kalimat Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).
tersebut karena dalam konteks kalimat
tersebut luka ringan dimaksudkan
Temuan lain ketaksaan
sebagai luka yang tidak parah. Kata
pemilihan kata, yaitupada BAB XIV
Pasal 273 ayat (2) yang berbunyi tertolong). Berdasar pengertian ini kata
sebagai berikut. luka parah atau luka seriusdapat
(2) Dalam hal perbuatan sebagimana digunakan pada kalimat dalam BAB
dimaksud pada ayat (1)
XIV Pasal 273 ayat (2) yang
mengakibatkan luka berat, pelaku
dipidana dengan pidana penjara dimaksudkan luka terasa teramat berat
paling lama 1 (satu) tahun atau
atau serius dan kemungkinan tidak
denda paling banyak Rp.
24.000.000,00 (dua puluh empat tertolong. Selain itu, perlu perbaikan
juta rupiah).
penulisan ejaan yang tidak sesuai
dengan kaidahnya.
Pada kalimat terssebut terdapat
Berdasarkan argumentasi
kata luka berat.Menurut KBBI
tersebut, perbaikan kalimat pada BAB
(2016:867) luka berarti menderita
XIV Pasal 273 ayat (2) adalah sebagai
luka, sedangkan kata berat berarti
berikut.
besar ukurannya (di antara jenisnya
(2) Dalam hal perbuatan sebagimana
atau benda yang serupa).Berdasarkan
dimaksud pada ayat (1)
pengertian tersebut, yang disebut luka mengakibatkan luka parah, pelaku
dipidana dengan pidana penjara
berat jika diartikan secara per kata
paling lama 1 (satu) tahun atau
merupakan penderita luka yang besar denda paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh
ukurannya.
empat juta rupiah).
Penggunaan kata luka berat
kurang sesuai dengan konteks kalimat Temuan ketaksaan pemilihan
tersebut karena luka berat kata yang lain, yaitu kalimatyang
dimaksudkan sebagai luka yang parah terdapat dalam pada BAB XIV
dan bisa meninggal dunia.Kata yang Pasal277 yang berbunyi sebagai
sesuai dengan konteks kalimat tersebut berikut.
adalah luka parah atau luka serius. Setiap orang yang memasukkan
Kendaraan Bermotor, kereta
Kata luka parah atau luka serius
gandengan, dan kereta tempelan
dalam KBBI (2016:867) adalah luka ke dalam wilayah Republik
Indonesia, membuat, merakit,
yang sangat berat (serasa hampir tidak
atau memodifikasi Kendaraan
Bermotor yang menyebabkan (2016:1212) adalah suatu alat yang
perubahan tipe, kereta
digunakan untuk mengangkut barang
gandengan, kereta tempelan, dan
kendaraan khusus yang yang dirancang untuk diratik dan
dioperasikan di dalam negeri
sebagian bebannya ditumpu oleh
yang tidak memenuhi kewajiban
uji tipe sebagaimana dimaksud lendaraan bermotor penariknya.
dalam pasal 50 ayat (1) dipidana
Berdasar pengertian ini kata truk dan
dengan pidana banyak Rp.
24.000.000,00 (dua puluh empat kontainerdapat digunakan pada
juta rupiah).
kalimat dalam Pasal277 yang
dimaksudkan adalah suatu alat yang
Pada kalimat tersebut terdapat
digunakan untuk mengangkut barang
kata kereta tempelan. Menurut KBBI
yang dirancang untuk ditarik dan
(2016:552) kata kereta berarti
sebagian bebannya ditumpu oleh
kendaraan yang beroda dua (biasanya
kendaraan bermotor penariknya.
ditarik oleh kuda), sedangkan kata
Selain itu, penggunaan frasa
tempelan berarti tempat menempelkan
kereta gandengan kurang tepat.Dalam
(iklan dan sebagainya); barang yang
KBBI (2016) kata keretaberarti
ditempelkan; orang yang ditempeli.
kendaraan yang beroda dua (biasanya
Berdasarkan pengertian tersebut, yang
diratik oleh kuda), sedangkan kata
disebut kereta tempelanjika diartikan
gandengan berarti barang yang
tidak bisa atau bisa,tetapi bukan
digandeng; hasil menggandeng.
bahasa yang benar.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang
Penggunaan kata kereta
disebut kereta gandengan adalahtruk/
tempelan kurang sesuai dengan
kontainer.
konteks kalimat tersebut karena kereta
Berdasarkan argumentasi
tempelan dimaksudkan sebagai
tersebut, pembetulan kalimat pada
kendaraan truk, kontainer, poso.Kata
BAB XIV Pasal 277 adalah sebagai
yang sesuai dengan konteks kalimat
berikut.
tersebut adalah truk/kontainer. Kata
Setiap orang yang memasukkan
truk/kontainer dalam KBBI
kendaraan bermoto dan
truk/kontainer ke dalam wilayah Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal
Republik Indonesia, membuat, 48 (2) dipidana dengan pidana
merakit, atau memodifikasi kurungan paling lama 2 (dua)
kendaraan bermotor yang bulan atau denda paling banyak
menyebabkan perubahan tipe, Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu
kereta gandengan, truk/ rupiah).
kontainer, dan kendaraan khusus
yang dioperasikan di dalam
Pada kalimat tersebut terdapat
negeri yang tidak memenuhi
kewajiban uji tipe sebagaimana penggunaan pilihan kata dalam
dimaksud dalam Pasal 50 ayat
penyusunan kalimat yang dapat
(1) dipidana dengan pidana
banyak Rp24.000.000,00 (dua membuat rancu pembacanya. Kata
puluh empat juta rupiah).
dalam kalimat tersebuat, yaitu
kata lampu munduryang
Kesalahan lain yang ditemukan
bermakna ambigu karena terjadi dua
adalahpengabungankata yang tidak
makna ganda, yaitu lampu yang
tepat, sehingga menimbulkan
mundur dan lampu untuk mundur.
kerancuan dan salah penafsiran.
Dalam kamus KBBI (2016),
Ketaksaan penggabungan katater dapat
penggunakan kedua kata tersebut tidak
dalam BAB XIV Pasal 285ayat (2)
bisa digabungkan karena bermakna
yang berbunyi sebagai berikut.
berbeda. Dalam kalimat pada Pasal
(2) Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan 285 ayat (2), pemilihan kata lampu
Bermotor beroda empat atau
mundur bisa diganti dengan kata
lebih di Jalan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis lampu tanda mundur, sehingga
yang meliputi kaca spion,
pembaca bisa dengan jelas memahami
klakson, lampu utama, lampu
mundur, lampu tanda batas maksud dari pilihan kata pada kalimat
dimensi kendaraan, lampu
tersebut.
gandengan, lampu rem, lampu
penunjuk arah, alat pemantul Selain itu, pada Pasal 285 ayat
cahaya, alat pengukur kecepatan,
(2) juga masih terdapat kesalahan
kedalaman alur ban, kaca depan,
spakbor, bumper, bahasa lainnya, yaitu penggunan kata
penggandengan, penempelan,
lampu gandengan. Lampu gandengan
atau penghapus kaca
sebagaimana dimaksud dalam dapat bermakna ganda atau multitafsir,
yaitu lampu yang digandeng sejajar (2)dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
atau lampu yang bergandeng. Dalam
bulan atau denda paling banyak
KBBI (2016), penggunan kata lampu Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah).
gandengan tidak bisa diartikan secara
bersama karena bermakna rancu. Oleh
Kesalahan Ejaan
kerena itu, pemilihan kata pada lampu
Kesalahan penggunaan ejaan
ganden gbisa diganti dengan lampu
dalam penulisan kalimat dapat
sen sejajar. Dengan demikian,
menyebabkan keambiguan atau
penggunaan bahasa Indonesia yang
multitafsir terlebih jika dibaca oleh
benar dapat memperjelas makna dan
pembaca yang memahami tata bahasa
tidak membuat rancu atau salah
Indonesia dengan baik. Hal ini
mengartikan pada pembacanya.Selain
disebabkan ragam bahasa tulis resmi
itu, perbaikan penulisan yang salah
harus ditulis sesuai dengan kaidah
perlu diperbaiki.
bahasa Indonesia yang baik dan benar
Berdasarkan argumentasi
serta sesuai dengan Pedoman Umum
tersebut, perbaikan kalimat pada BAB
Ejaan Bahasa Indonesia. Kesalahan
XIV Pasal 285 ayat (2) adalah sebagai
penulisan ejaan akan menyebabkan
berikut.
pemahaman yang berbeda.
(2) Setiap orang yang mengemudikan
Penulisan ejaan yang tidak tepat
kendaraan bermotor beroda empat
atau lebih di jalan yang tidak terlihat di beberapa kalimat, antara lain
memenuhi persyaratan teknis yang
penggunaan huruf kapital yang tidak
meliputi kaca spion, klakson,
lampu utama, lampu tanda tepat.
mundur, lampu tanda batas
Penulisan kalimat dalam
dimensi kendaraan,lampu sen
sejajar, lampu rem, lampu Undang-Undang Republik Indonesia
penunjuk arah, alat pemantul
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
cahaya, alat pengukur kecepatan,
kedalaman alur ban, kaca depan, Lintas dan Angkutan Jalan seringkali
spakbor, bumper, penggandengan,
menggunakan huruf kapital yang tidak
penempelan, atau penghapus kaca
sebagaimana dimaksud dalam sesuai, misalnya dalam menulis nama
Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48
jabatan yang tidak diikuti nama orang, jalan, jaringan lalu lintas dan
angkutan jalan, prasarana lalu
nama instansi yang tidak diikuti nama
lintas, dan angkutan jalan,
orang atau daerah, serta nama tempat kendaraan, pengemudi, pengguna
jalan, serta pengelolaannya.
yang tidak menunjukkan secara
spesifik nama tempat tertentu. Kesalahan serupa terdapat pula
Kesalahan ini dapat ditemukan mulai pada BAB I KETENTUAN UMUM
awal hingga akhir bagian undang- Pasal 1 ayat (20) yang berbunyi
undang Kesalahan tersebut, antara lain sebagai berikut.
dapat ditemukan pada bagian-bagian (20) Sepeda Motor adalah Kendaraan
Bermotor beroda dua dengan
berikut.
atau tanpa rumah-rumah dan
BAB I KETENTUAN UMUM dengan atau tanpa kereta
Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi sebagai samping atau Kendaraan
berikut. Bermotor beroda tiga tanpa
(1) Lalu lintas dan Angkutan Jalan rumah-rumah.
adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan
Pada kalimat tersebut terdapat
Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Prasarana Lalu beberapa ketidaktepatan penggunaan
Lintas, dan Angkutan Jalan,
huruf kapital.Penggunaan huruf yang
Kendaraan, Pengemudi, Pengguna
Jalan, serta Pengelolaannya. benar Pada BAB I Pasal 1 ayat (20)
adalah sebagai berikut.
BerdasarkanPedoman Umum
(20) Sepeda motor adalah kendaraan
Ejaan Bahasa Indonesia(2016:8-11) bermotor beroda dua dengan
atau tanpa rumah-rumah dan
dijelaskan secara terperinci bahwa
dengan atau tanpa kereta
penulisan huruf kapital tidak dipakai samping atau kendaraan
bermotor beroda tiga tanpa
untuk menuliskan nama tempat atau
rumah-rumah.
hal yang bukan nama diri. Berdasarkan
argumentasi tersebut, penulisan huruf Pada buku Pedoman Umum
yang benar adalah sebagai berikut.. Ejaan Bahasa Indonesia (2016:8-11)
(1) Lalu lintas dan angkutan jalan juga dijelaskan secara terperinci bahwa
adalah satu kesatuan sistem yang
penulisan huruf kapital tidak dipakai
terdiri atas lalu lintas, angkutan
untuk menuliskan namagelar atau Angkutan Jalan seringkali digunakan
jabatan yang bukan nama diri. secara bersamaan. Hal ini tentu akan
Kesalahan dalam hal ini tampak pada menimbulkan kerancuan yang
BAB V PENYELENGGARAAN berimbas pada kesalahpahaman
Pasal 7 ayat (1). Berikut ini kalimat makna.
yang dimaksud. Pada BAB I KETENTUAN
(1) Penyelenggaraan Lalu Lintas UMUM Pasal 1 ayat (3), (4), dan (5)
dan Angkutan Jalan dalam kegiatan
disebutkan sebagai berikut.
pelayanan langsung kepada
masyarakat dilakukan oleh (3) Angkutan adalah perpindahan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang dan/atau barang dari satu
badan hukum, dan/atau masyarakat. tempat ke tempat lain dengan
menggunakan Kendaraan di
Ruang Lalu Lintas Jalan.
Penulisan penggunaan huruf
yang benar pada ayat tersebut adalah (4) Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan adalah
sebagai berikut.
serangkaian Simpul dan/atau
(1) Penyelenggaraan lalu lintas dan ruang kegiatan yang saling
angkutan jalan dalam kegiatan terhubungkan untuk
pelayanan langsung kepada penyelenggaraan Lalu Lintas dan
masyarakat dilakukan oleh Angkutan Jalan.
pemerintah, pemerintah daerah,
badan hukum, dan/atau (5) Simpul adalah tempat yang
masyarakat. diperuntukkan bagi pergantian
antarmoda dan intermodal yang
berupa Terminal, stasiun kereta
Ketaksaan Penggunaan Konjungsi
api, pelbuhan laut, pelabuhan
Kesalahan penggunaan sungai dan danau, dan/atau
bandar udara.
konjungsi yang seringkali ditemui
adalah penggunaan konjungsi
Dalam KBBI (2016:209)
dan/atau. Konjungsi dan serta atau
dijelaskan bahwa makna dan adalah
memiliki arti yang sangat berbeda
penghubung satuan bahasa (kata,
namun dalam Undang-Undang
frasa, klausa, dan kalimat yang setara,
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
termasuk tipe yang sama serta
2009 tentang Lalu Lintas dan
memiliki fungsi yang tidak berbeda.
Sementara itu, makna atau adalah kata dimaksud pada ayat(3) tersebut,
penghubung untuk menandai pilihan di sehingga masyarakat seringkali merasa
antara beberapa hal (pilihan) (KBBI masa bodoh dengan hal yang tertera
2016:98). Selain itu, pada ayat (3), (4), dalam undang-undang.
dan (5) ditemukan kesalahan penulisan Selain pada BAB I
huruf bukan nama diri ditulis dengan KETENTUAN UMUM Pasa1 1 ayat
huruf kapital. 3, 4, dan 5 masih banyak penggunaan
Dengan demikian, makna kata konjungsi dan/atau yang salah,
dan/atau dalam ayat(3) dan sehingga menimbulkan multitafsir dan
pembetulan huruf tersebut adalah kesalahpahaman. Multitafsir ini juga
sebagai berikut. terdapat pada BAB V
(3)1 Angkutan adalah perpindahan PENYELENGGARAAN Pasal 7 ayat
orang dan barang dari satu tempat
(1).Selain itu, penulisan huruf kapital
ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang juga tidak sesuai dengan kaidah
lalu lintas jalan.
penggunaan ejaan.
(3)2 Angkutan adalah perpindahan (1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan
orang atau barang dari satu tempat Angkutan Jalan dalam kegiatan
ke tempat laindengan pelayanan langsung kepada
menggunakan kendaraan di ruang masyarakat dilakukan oleh
lalu lintas jalan. Pemerintah, Pemerintah Daerah,
badan hukum, dan/atau
masyarakat.
Makna kalimat (a) penggunaan
kata penghubung dan merupakan hal
Makna dan/ataupada ayat (1)
yang harus ada (dilakukan), sedangkan
tersebut serta penulisan ejaan yang
kalimat (b) penggunaan kata atau
benar adalah sebagai berikut.
merupakan pilihan, boleh dilakukan
(1)1 Penyelenggaraan lalu lintas dan
atau tidak dilakukan.Bagi masyarakat angkutan jalan dalam kegiatan
pelayanan langsung kepada
luas yang awam hukum dan benar-
masyarakat dilakukan oleh
benar membutuhkan pedoman akan pemerintah, pemerintah daerah,
badan hukum, dan masyarakat.
kurang mengerti makna yang
atau
(1)2 Penyelenggaraan lalu lintas dan Pasal 76 ayat (1) yang berbunyi
angkutan jalan dalam kegiatan
sebagai berikut.
pelayanan langsung kepada
masyarakat dilakukan oleh (1) Setiap orang yang melanggar
pemerintah, pemerintah daerah, ketentuan pasal 53 ayat (1), Pasal
badan hukum, atau masyarakat. 54 ayat (2) atau ayat (3), atau
Pasal 60 ayat (3) dikenai sanksi
administratif berupa:
Makna kalimat (1)1 penggunaan
a. peringatan tertulis;
kata penghubung dan merupakan hal b. pembayaran denda;
c. pembekuan izin; dan/atau
yang harus ada (dilibatkan/disertakan),
d. pencabutan izin.
sedangkan kalimat (1)2 penggunaan
kata atau merupakan pilihan (boleh Makna Pasal 76 ayat (1) tersebut
dilibatkan atau tidak dilibatkan). adalah sebagai berikut.
Dengan demikian, ada dua tafsiran, (1)1 Bahwa orang yang melanggar
dikenai sanksi administratif
apakah masyarakat dilibatkan atau
berupa
tidak dalam penyelenggaraan lalu a. peringatan tertulis,
b. pembayaran denda,
lintas dan angkutan jalan. Hal ini dapat
c. pembekuan izin, dan
menjadikan multitafsir yang berimbas d. pencabutan izin.
pada kepedulian dan peran serta
(1)2 Bahwa orang yang melanggar
masyarakat dalam pelayanan dikenai sanksi administratif
berupa
penyelenggaraan lalu lintas dan
a. peringatan tertulis,
angkutan jalan. b. pembayaran denda,
c. pembekuan izin, atau
Multitafsir dapat pula
d. pencabutan izin.
mempengaruhi keputusan penegak
hukum dan pemberian sanksi terhadap Multitafsir yang disebabkan oleh
pelaku pelanggaran karena kalimat penggunaan dan/atau tersebut
yang tertera dalam undang-undang menyebabkan kerancuan penetapan
tidak dapat dipahami dengan baik dan sanksi yang diberikan pada oraang
memiliki acuan yang bersifat ganda. yang melanggar undang-undang.Pada
Hal ini di antaranya terdapat pada akhirnya, penegak hukum di
lapanganlah yang memutuskan Angkutan Jalan disimpulkan bahwa
pemberian sanksi. penggunaan bahasa Indonesia yang
Kasus tersebut menunjukkan baik dan benar menjadi instrumen
bahwa kesalahan pemaknaan bahasa wajib untuk diterapkan pada undang-
atau multitafsir dalam peraturan undang tersebut. Terjadinya hal-hal
perundang-undangan menjadi salah yang inkonsistensi penggunaan bahasa
satu penyebab penegakan hukum Indonesia, terutama pemilihan kata
kurang maksimal karena ada yang multitafsir membuka peluang
masyarakat yang dirugikan atas para penegak hukum untuk
ketidakjelasan makna kata yang menafsirkan makna kata sesuai dengan
dipergunakan. pemahamannya. Hal ini akan berakibat
Dalam Undang-Undang pada penegakan hukum yang kurang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun maksimal.
2009 tentang Lalu Lintas dan Temuan hasil penelitian
Angkutan Jalan banyak sekali menunjukkan bahwa masih banyak
ditemukan kesalahan penulisan ejaan, ditemukan kesalahan penggunaan
yaitu kesalahan penulisan huruf bahasa, baik pemilihan kata yang taksa
kapital, penggunaan tanda baca (:), sehingga multitafsir, maupun
penulisan rupiah, penggunaan kata kesalahan penulisan ejaannya, yaitu
sambung dan, penggunaan tanda baca kesalahan penulisan huruf kapital,
(;). penggunaan tanda baca (:), penulisan
rupiah, penggunaan kata sambung dan,
penggunaan tanda baca (;).Kesalahan-
SIMPULAN DAN SARAN kesalahan penggunaan bahasa ini bisa
Simpulan membingungkan masyarakat yang
Berdasarkan temuan hasil berusan dengan hukum.
penelitian atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Saran DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2009. Semantik: Pengantar
Saran yang menjadi bahan
Studi tentang Makna.
rekomendasi kepada para legislator Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
(pembuat undang-undang) adalah ada
upaya dari pemerintah, terutama Arifin. E. Zaenal dan s. Amran Tasai.
2000. Cermat Berbahasa
legislator, dalam membuat Undang-
Indonesia untuk Perguruan
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tinggi.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan memperhatikan Djajasudarma, Fatima. 2009. Semantik
I: Makna Leksikal dan
penggunaan bahasa Indonesia dengan
Gramatikal. Bandung: Refika
benar, sehingga apa yang maksud Aditama.
dalam setiap pasal jelas, tidak
Departemen Pendidikan
multtafsir. Penggunaan bahasa yang Nasional.2016. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat
jelas juga akan membantu para pakar
Bahasa. Jakarta: Gramedia
hukum dalam menegakan kebenaran Pustaka Utama.
dan keadilan, serta tidak ada
Effendi, S., Djoko Kentjono, dan
masyarakat yang dirugikan. Basuki Suhardi.2015. Tata
Bahasa Dasar Bahasa
Pemerintah dalam merumuskan
Indonesia. Bandung: Remaja
setiap produk undang-undang bisa Rosdakarya.
melibatkan pakar bahasa apabila ada
Hadikusuma, Hilman. 2006. Bahasa
kata atau istilah yang kurang dipahami Hukum Indonesia. Bandung:
Alumni.
agar produk yang akan dihasilkan bisa
sesuai dengan yang diharapkan. Selain Hartini, Lilis. 2014. Bahasa dan
Produk Hukum. Bandung:
itu, pemerintah, terutama para pembuat
Refika Aditama.
undang-undang sebaiknya juga
Hukumline.com. 2016.“Penggunaan
memahami kaidah bahasa Indonesia
dan Penafsiran “dan/atau”
yang baku. dalam Peraturan Perundang-
undangan”. (Online),
(http://www.hukumonline.com/
, diunduh 6 April 2016).
Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: Gramedia.

-------. 2008. Komposisi: Suatu


Pengantar Kemahiran
Berbahasa. Ende-Flores: Nusa
Indah.

Matanggui, Junaiyah H. 2013. Bahasa


Indonesia untuk Bidang Hukum
dan Peraturan Perundang-
undangan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Undang-Undang Nomor 11 tahun


2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektroni.(Online),
(hubdat.dephub.go.id/uu/288-
uu-nomor-22...lintas-dan-
angkutan-jalan/download//4
Maret 2017).

Widjono Hs. 2005.Berbahasa


Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta:
Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai