ABSTRAK
Bahasa Indonesia adalah bahasa negara dan bahasa persatuan. Munculnya
versi baru yang mengancam kelestarian bahasa Indonesia menjadi alasan
dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mendeksripsikan bentuk
kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia laras hukum dalam rancangan
undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Penelitian
merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat dokumentatif atau
penelitian pustaka (library research). Data yang dihasilkan da;am penelitian ini
ialah penggunaan bahasa Indonesia laras hukum pada rancangan undang-undang
republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Pengumpulan data
dilakukan melalui teknik dokumentasi, dengan menelaah beberapa referensi tentang
penguaan bahasa hukum, baik yang berupa buku, jurnal, laporan hasil penelitian,
maupun dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti. Hasil analisis data ini terdapat beberapa ejaan dan bahasa yang kurang tepat
dalam perumussan rancangan undang-undang republik Indonesia tentang
kesejahteraan ibu dan anak digolongkan dalam dua jenis, yakni:(1) kesalahan
penggunaan bahasa; dan (2) kesederhanaan kalimat;
Kata kunci: Penggunaan, Bahasa laras hukum, Analis
ABSTRACT
Indonesian is the state language and the language of unity. The emergence
of a new version that threatens the preservation of the Indonesian language is the
reason for conducting this research. This study aims to describe the forms of errors
in the use of legal Indonesian in the draft law of the Republic of Indonesia
concerning the welfare of mothers and children. This research is aqualitative
descriptive research that is documentary in nature or library research. The data
generated in this study is the use of legal Indonesian in the draft law of the Republic
of Indonesia concerning the welfare of mothers and children. Data collection was
carried out through documentation techniques, by examining several references
regarding mastery of legal language, whether in the form of books, journals,
research reports, or legal documents that are relevant to the issues being studied.
The results of this data analysis show that there are several spelling and language
errors in the formulation of the draft law of the Republic of Indonesia concerning
the welfare of mothers and children classified into two types, namely: (1) errors in
the use of language; and (2) sentence simplicity;
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi suku dan budaya di Indonesia. Karena bahasa Indonesia dijadikan alat
komunikasi antar suku dengan berbagai bahasa daerah yang berbeda-beda, bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Menurut Sudaryanto (2018:6-7). Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai
bahasa pemersatu oleh para pemuda yang menghadiri Kongres Pemuda ke-2 di
Batavia (sekarang Jakarta). 27-28 Oktober 1928. Saat itu para pemuda dari berbagai
organisasi daerah membuat janji yang disebut Sumpah Pemuda. Poin ketiga dari
janji sumpah pemuda itu menjadi dasar pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Makna dalam bahasa persatuan menjadi alat untuk menghubungkan
semua elemen sebuah negara.
Bertolak dari latar belakang tersebut, objek yang diteliti adalah kesalahan
penggunaan bahasa Indonesia pada dokumen tertulis yang berupa rancangan
undang-undang republik Indonesiatentang kesejahteraan ibu dan anak. Rancangan
undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak untuk
mengetahui dan mendalami makna tentang hak kesejahteraan seorang anak dan
seorang ibu. Kedua komponen ini harus benar-benar diketahui, karena dalam
kehidupan bernegara perlu hak asasi manusia dengan memberikan kesejahteraan
dan kenyamanan dalam bernegara.
Pada bagian ini diuraikan data yang diperoleh tentang kesalahan struktur
kalimat bahasa Indonesia laras hukum dalam rancangan undang-undang republik
Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Adapun kesalahan struktur kalimat
dapat diuraikan seperti tampak pada data berikut:
Data 1
Pasal 2 huruf a
Dalam data (1) ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semua pihak
(pengamat dan pengatur bahasa) mematuhi peraturan yang lebih ketat di
kementerian terkait. pemerhati Bahasa mematuhi UU No. 24 Tahun 2009 dan
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku UU No
12 Tahun 2011. Untuk itu diperlukan kerjasama antara lembaga bahasa dan
legislator dan peraturan sehingga salah satu pendapat tersebut dapat dipecah
menjadi begitu untuk mendukung upaya pemerintah dalam memasyarakatkan
bahasa Indonesia melalui lembaga bahasa.
Data 2
Pasal 2 huruf b
“Asas Keadilan”
Berdasarkan data (2) dapat kita ketahui bahwa isi dalam data (2) ini
memiliki variabel untuk memberikan penjelasan rumusan dan memiliki
indikator tidak adanya kalimat ambiguitas dan multi tafsir akan tetapi perlu
adanya penjelasan makna dalam kalimat isi (2) ini. Pada data (2) , isi kalimat
asas keadilan memilki penjelasan dan makna asas keadilan diperlukan dalam
penyelenggaraan ibu dan anak harus menekankan pada aspek
pemerataan,kesetaraan gender,tidk diksriminatif dan proposional sehingga dapat
memastikan kesejahteraan secara fisik,psikis,sosial,ekonomi dan spritual ibu dan
anakterpenuhinya secara aktif dan optimal. Pada data (2) tidak adanya kata-kata
ambiguitas dan multi tafsir,sangat lugas dan jelas akan tetapi kurangnya
penjelasan makna dalam kalimat yang ada pada data (2). Data (1) dan data (2)
memiliki persamaan dalam sistematika penulisan ejaannya. Penulisan ejaan
yang terdapat dari dua data ini memiliki ejaan yang lugas dan perlu
memahaminya dengan cermat.
Data 3
Pasal 2 huruf c
“Asas Pelindungan”
Berdasarkan data (3) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (3) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (3) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (3) yaitu yang
berbunyi: Asas perlindungan yaitu upaya penyelenggaraan kesejahteraan ibu dan
anak harus menjamin pemenuhan hak ibu dan anak secara aktif dan optimal.
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (3) ini bahwasannya asas
perlindungan memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan
dapat memperjelas isi dari data (3) ini.
Data 4
Pasal 2 huruf d
“Asas kemanfaatan”
Berdasarkan data (4) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (4) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (4) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (4) yaitu yang
berbunyi: Asas kemanfaatan yaitu bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Ibu dan
Anak memberikan kemandirian, keberdayaan, dan ketahanan sehingga lebih
meningkat kesejahteraan dan kualitas hidup Ibu dan Anak maupun lingkungannya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (4) ini bahwasannya asas kemanfaatan
memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan dapat memperjelas
isi dari data (4) ini.
Data 5
Pasal 2 huruf e
“Asas pemberdayaan”
Berdasarkan data (5) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (5) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (5) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (5) yaitu yang
berbunyi: Asas pemberdayaan yaitu bahwa dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan
Ibu dan Anak harus mampu mengembangkan kemampuan dan potensi ibu dan
anak, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Oleh karena itu dapat
disimpulkan pada data (5) ini bahwasannya asas pemberdayaan memiliki makna
luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan dapat memperjelas isi dari data (5)
ini.
Data 6
Pasal 2 huruf f
“Asas keterpaduan”
Berdasarkan data (6) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (6) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (6) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (6) yaitu yang
berbunyi: Asas keterpaduan yaitu bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Ibu dan
Anak harus mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat
berjalan secara sinergis. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (6) ini
bahwasannya asas keterpaduan memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah
diuraikan dapat memperjelas isi dari data (6) ini.
KESIMPULAN
REFERENSI
Chaer, A. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta.
Jumadi. 2016. Makna Istilah dan Bahasa Hukum dalam Konteks Keadilan.
Jurisprudentie, Volume 3 N, 51–62.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar (Pertama). Gajah Mada
University Press.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa (Panduan ke Arah Kemahiran
Berbahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunendar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Udin, S.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010. 2, 71–81.
UU No.12 2011. (n.d.). Lampiran II Undang–Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–Undangan. DPR RI.
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/alamwal/index