Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA LARAS HUKUM PADA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG


KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK
1Muhammad Fijri Nurfadilah
1
Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Islam Nusantara
Jl. Soekarno Hatta No. 530, Sekajati, Kec. Buahbatu, Kota Bandung
1
e-mail: fijrinurfadillah@gmail.com

ABSTRAK
Bahasa Indonesia adalah bahasa negara dan bahasa persatuan. Munculnya
versi baru yang mengancam kelestarian bahasa Indonesia menjadi alasan
dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mendeksripsikan bentuk
kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia laras hukum dalam rancangan
undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Penelitian
merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat dokumentatif atau
penelitian pustaka (library research). Data yang dihasilkan da;am penelitian ini
ialah penggunaan bahasa Indonesia laras hukum pada rancangan undang-undang
republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Pengumpulan data
dilakukan melalui teknik dokumentasi, dengan menelaah beberapa referensi tentang
penguaan bahasa hukum, baik yang berupa buku, jurnal, laporan hasil penelitian,
maupun dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti. Hasil analisis data ini terdapat beberapa ejaan dan bahasa yang kurang tepat
dalam perumussan rancangan undang-undang republik Indonesia tentang
kesejahteraan ibu dan anak digolongkan dalam dua jenis, yakni:(1) kesalahan
penggunaan bahasa; dan (2) kesederhanaan kalimat;
Kata kunci: Penggunaan, Bahasa laras hukum, Analis
ABSTRACT
Indonesian is the state language and the language of unity. The emergence
of a new version that threatens the preservation of the Indonesian language is the
reason for conducting this research. This study aims to describe the forms of errors
in the use of legal Indonesian in the draft law of the Republic of Indonesia
concerning the welfare of mothers and children. This research is aqualitative
descriptive research that is documentary in nature or library research. The data
generated in this study is the use of legal Indonesian in the draft law of the Republic
of Indonesia concerning the welfare of mothers and children. Data collection was
carried out through documentation techniques, by examining several references
regarding mastery of legal language, whether in the form of books, journals,
research reports, or legal documents that are relevant to the issues being studied.
The results of this data analysis show that there are several spelling and language
errors in the formulation of the draft law of the Republic of Indonesia concerning
the welfare of mothers and children classified into two types, namely: (1) errors in
the use of language; and (2) sentence simplicity;

Keywords: Usage, Legal language, Analyst

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi suku dan budaya di Indonesia. Karena bahasa Indonesia dijadikan alat
komunikasi antar suku dengan berbagai bahasa daerah yang berbeda-beda, bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Menurut Sudaryanto (2018:6-7). Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai
bahasa pemersatu oleh para pemuda yang menghadiri Kongres Pemuda ke-2 di
Batavia (sekarang Jakarta). 27-28 Oktober 1928. Saat itu para pemuda dari berbagai
organisasi daerah membuat janji yang disebut Sumpah Pemuda. Poin ketiga dari
janji sumpah pemuda itu menjadi dasar pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Makna dalam bahasa persatuan menjadi alat untuk menghubungkan
semua elemen sebuah negara.

Bahasa Indonesia pada dasarnya sebagai alat komunikasi yang dapat


menghubungkan adat istiadat dan suku daerah yang berbeda-beda yang berada di
Indonesia. Suku daerah dan adat istiadat Indonesia sangat beragam dan disetiap
daerahnya memiliki bahasa daerah masing-masing. Dengan adanya bahasa daerah
disetiap daerah yang ada di Indonesia tidak dapat berkomunikasi apabila tidak ada
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan penghubung
antar daerah dan suku.

Adanya bahasa Indonesia ini untuk membedakan antara bahasa persatuan


dengan bahasa melayu. Bahasa Indonesia dengan bahasa melayu awalnya tidak
berbeda. Namun, pada saat ini bahasa melayu dan bahasa Indonesia tidak lagi sama
disebabkan oleh perkembangan zaman dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
masyarakat. Bahasa Indonesia dengan bahasa melayu adalah bahasa yang
serumpun, akan tetapi bahasa Indonesia lebih banyak kosa katanya dibandingkan
dengan bahasa melayu.
Didalam bahasa Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa, salah satunya
bahasa laras hukum. Bahasa hukum Indonesia pada dasarnya hanyalah sebuah
bahasa salah satu ragam bahasa yang tidak banyak berbeda dengan bahasa lainnya.
Perbedaan ragam bahasa ini dengan bahasa yang lain yaitu (1) dalam bentuk
presentasi yang khas dan (2) penggunaan kata/istilah tertentu dan terminologinya,
sedangkan aturan lain,Artinya, sifat gramatikal kalimat dan ejaannya harus tetap
sesuai kaidah. Bahasa yang digunakan dalam undang-undang harus menggunakan
beberapa bahasa baku atau bahasa standar yang dapat dijadikan referensi atau
benchmark dan berkaitan dengan tata bahasa kalimat, termasuk struktur dan bentuk
kalimat dan pemilihan kata dan tulisan.

Sebagai bagian dari bahasa Indonesia, bahasa hukum selayaknya juga


mengikuti bahasa Indonesia secara umum dan juga tidak membuka peluang
terjadinya kesalahan struktur kalimat yang menyebab-kan kalimat tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bertolak dari latar belakang tersebut, objek yang diteliti adalah kesalahan
penggunaan bahasa Indonesia pada dokumen tertulis yang berupa rancangan
undang-undang republik Indonesiatentang kesejahteraan ibu dan anak. Rancangan
undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak untuk
mengetahui dan mendalami makna tentang hak kesejahteraan seorang anak dan
seorang ibu. Kedua komponen ini harus benar-benar diketahui, karena dalam
kehidupan bernegara perlu hak asasi manusia dengan memberikan kesejahteraan
dan kenyamanan dalam bernegara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan kesalahan kesalahan dalam


penggunaan kalimat dan pemaknaan kalimat pada rancangan undang-undang
republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Manfaat yang diharapkan
pada hasil penelitian ini, dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
bahasa Indonesia laras hukum. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
kesalahan dalam bahasa laras hukum. Sebagai bahan refensi bagi calon peneliti
yang ingin memperdalam kajan bahasa hukum.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengacu pada penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini


bersifat dokumentatif atau penelitian pustaka (library research). Oleh karena itu,
peneliti mendokumentasikan kesalahan pengunaan kalimat bahasa Indonesia laras
hukum. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Oleh
karena itu, desain yang digunakan berdasarkan prinsip metode deskriptif kualitatif,
yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data secara
objektif.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumentasi,


penelitian kepustakaan (library research) dilakukan dengan menelaah beberapa
referensi tentang penguaan bahasa hukum, baik yang berupa buku, jurnal, laporan
hasil penelitian, maupun dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Pencatatan yaitu penulis mencatat semua hal yang
berhubungan dengan fenomena pengunaan bahasa hukum, yang diperoleh dari
rancangan undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak
dokumen-dokumen yang relevan, ke dalam buku catatan yang telah dipersiapkan
(Korpus).

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini, yaitu (1)


Mengidentifikasi kalimat bahasa hukum yang mengalami kesalahan, (2)
Mengklasifikasi bentuk kesalahan penulisan kalimat dalam rancangan undang-
undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak, (3) Menganalisis
bentuk kesalahan pengunaan bahasa Indonesia yang berbentuk kalimat dalam
rancangan undang-undang republik Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak,
(4) Mendeskripsikan setiap bentuk kesalahan penggunaan bahasa yang disertai
uraian-uraian atau penjelasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan data yang diperoleh tentang kesalahan struktur
kalimat bahasa Indonesia laras hukum dalam rancangan undang-undang republik
Indonesia tentang kesejahteraan ibu dan anak. Adapun kesalahan struktur kalimat
dapat diuraikan seperti tampak pada data berikut:

1. Penggunaan bahasa yang singkat

Data 1

Pasal 2 huruf a

“ Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa”

Berdasarkan data (1) dapat kita ketahui bahwa variabelnya memberikan


penjelasan rumusan dan adanya indikator yang menunjukan tidak adanya
ambiguitas dan multi tafsir, hal ini dapat dlihat dari penggunaan kalimat yang
lugas. Pada data (1) ini juga dapat di maknai asas keimanan kepada tuhan
yang maha esa adalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan ibu dan anak harus
berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa sesuai
agama dan kepercayaan yang diyakini, sehngga terwujud kehidupan ibu dan
anak yang seimbang jasmani dan rohaninya. Pada data (1) dapat disimpulkan
tidak adanya kata yang ambiguitas dan multi tafsir akan tetapi kurangnya
kalimat yang dapat memahami isi dari data (1) ini.

Ragam Bahasa hukum yang kebanyakan menggunakan bahasa baku


yang menyebabkan sulit dipahami dari makna yang ada dalam perundang-
undangan. Pada data 1 ini salah satu contoh yang menggunakan bahasa
baku,singkat,padat dan jelas yang perlu dipahami dengan mengetahui isi dalam
data (1) tersebut.

Dalam data (1) ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semua pihak
(pengamat dan pengatur bahasa) mematuhi peraturan yang lebih ketat di
kementerian terkait. pemerhati Bahasa mematuhi UU No. 24 Tahun 2009 dan
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku UU No
12 Tahun 2011. Untuk itu diperlukan kerjasama antara lembaga bahasa dan
legislator dan peraturan sehingga salah satu pendapat tersebut dapat dipecah
menjadi begitu untuk mendukung upaya pemerintah dalam memasyarakatkan
bahasa Indonesia melalui lembaga bahasa.

Data 2

Pasal 2 huruf b

“Asas Keadilan”

Berdasarkan data (2) dapat kita ketahui bahwa isi dalam data (2) ini
memiliki variabel untuk memberikan penjelasan rumusan dan memiliki
indikator tidak adanya kalimat ambiguitas dan multi tafsir akan tetapi perlu
adanya penjelasan makna dalam kalimat isi (2) ini. Pada data (2) , isi kalimat
asas keadilan memilki penjelasan dan makna asas keadilan diperlukan dalam
penyelenggaraan ibu dan anak harus menekankan pada aspek
pemerataan,kesetaraan gender,tidk diksriminatif dan proposional sehingga dapat
memastikan kesejahteraan secara fisik,psikis,sosial,ekonomi dan spritual ibu dan
anakterpenuhinya secara aktif dan optimal. Pada data (2) tidak adanya kata-kata
ambiguitas dan multi tafsir,sangat lugas dan jelas akan tetapi kurangnya
penjelasan makna dalam kalimat yang ada pada data (2). Data (1) dan data (2)
memiliki persamaan dalam sistematika penulisan ejaannya. Penulisan ejaan
yang terdapat dari dua data ini memiliki ejaan yang lugas dan perlu
memahaminya dengan cermat.

Data 3

Pasal 2 huruf c

“Asas Pelindungan”

Berdasarkan data (3) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (3) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (3) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (3) yaitu yang
berbunyi: Asas perlindungan yaitu upaya penyelenggaraan kesejahteraan ibu dan
anak harus menjamin pemenuhan hak ibu dan anak secara aktif dan optimal.
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (3) ini bahwasannya asas
perlindungan memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan
dapat memperjelas isi dari data (3) ini.

Data 4

Pasal 2 huruf d

“Asas kemanfaatan”

Berdasarkan data (4) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (4) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (4) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (4) yaitu yang
berbunyi: Asas kemanfaatan yaitu bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Ibu dan
Anak memberikan kemandirian, keberdayaan, dan ketahanan sehingga lebih
meningkat kesejahteraan dan kualitas hidup Ibu dan Anak maupun lingkungannya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (4) ini bahwasannya asas kemanfaatan
memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan dapat memperjelas
isi dari data (4) ini.

Data 5

Pasal 2 huruf e

“Asas pemberdayaan”

Berdasarkan data (5) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (5) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (5) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (5) yaitu yang
berbunyi: Asas pemberdayaan yaitu bahwa dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan
Ibu dan Anak harus mampu mengembangkan kemampuan dan potensi ibu dan
anak, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Oleh karena itu dapat
disimpulkan pada data (5) ini bahwasannya asas pemberdayaan memiliki makna
luas dan dari penjelasan yang telah diuraikan dapat memperjelas isi dari data (5)
ini.

Data 6

Pasal 2 huruf f

“Asas keterpaduan”

Berdasarkan data (6) dapat kita ketahui bahwa dalam isi data (6) memiliki
kesamaan dengan data sebelumnya dan memiliki variabel yang sama yaitu
menjelaskan rumusan masalah dengan memiliki indikator yang tidak memiliki
ambiguitas dan multi tafsir pada data ini. Pada data (6) ini memiliki ejaan yang
singkat dan dapat memperjelas makna dalam data ini. Pada data (6) yaitu yang
berbunyi: Asas keterpaduan yaitu bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Ibu dan
Anak harus mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat
berjalan secara sinergis. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada data (6) ini
bahwasannya asas keterpaduan memiliki makna luas dan dari penjelasan yang telah
diuraikan dapat memperjelas isi dari data (6) ini.

2. Kesalahan penggunaan ejaan


Data 7

Pasal 4 ayat (2) huruf a


“Mendapatkan cuti melahirkan dalam 6 bulan”
Berdasarkan data (7) dapat kita ketahui bahwa variabelnya ialah aspek
efektifitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Indikator dari ejaan ini
ialah peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas dalam
pelaksanaanya serta memperhatikan perkembangan kondisi lapangan. Pada
ejaan yang terdapat pada data (7) ini kurang tepat dalam pelaksanaanya
dikarenakan ejaanya kurang jelas. Penggunaan ejaan yang terdapat pada data ini
menyebabkan tidak sesuainya makna kalimat dengan kondisi pelaksanaan
dilapangan. hal ini harus diperbaiki dengan ejaan yang tepat dan tidak
ambiguitas. Pada data (7) ini juga perlu diketahui bahwa ejaan ini perlu
diperbaiki karena banyak ejaan yang ambiguitas. Pertanyaan ataupun kesalahan
ejaan pada data ini yaitu bagaimana intansi atau perusahaan membatyarkan gaji?
Hal ini perlu perbaikan agar makna ejaan tersebut relevan dengan kondisi daan
situasi yang terjadi dilapangan. Pada data (7) dapat disimpulkan perlu adanya
perbaikan dalam ejaan kalimat yang terdapat pada data ini.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian secara studi pustaka maka analisis penggunaan


bahasa laras hukum pada rancangan undang-undang republik Indonesia tentang
kesejahteraan ibu dan anak dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dapat menghubungkan satu


sama lain yang berada di Indonesia.
2. Bahasa laras hukum adalah suatu Bahasa yang mengandung kalimat dan
ejaan yang baku dan tidak mudah dipahami oleh orang-orang awam
tentang hukum.
3. Analisis penggunaan bahasa laras hukum pada rancangan undang-
undang tentang kesejahteraan ibu dan anak, terdapat kesalahan dalam
penggunaan ejaan dan bahasa yang menyebabkan kurang dipahaminya
isi dalam perundang-undangan tersebut dan bahasanya yang ambiguitas
dan multi tafsir
4. Penggunaan Bahasa laras hukum yang terdapat pada data ini,
menghasilkan tentang penggunaan Bahasa laras hukum yang bahasanya
lugas akan tetapi susah dipahami dan dapat dipahami oleh orang yang
berkompeten pada bahasa laras hukum.

REFERENSI
Chaer, A. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta.
Jumadi. 2016. Makna Istilah dan Bahasa Hukum dalam Konteks Keadilan.
Jurisprudentie, Volume 3 N, 51–62.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar (Pertama). Gajah Mada
University Press.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa (Panduan ke Arah Kemahiran
Berbahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunendar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Udin, S.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010. 2, 71–81.
UU No.12 2011. (n.d.). Lampiran II Undang–Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–Undangan. DPR RI.
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/alamwal/index

Anda mungkin juga menyukai