Anda di halaman 1dari 9

BAHASA INDONESIA KEILMUAN |1

BAGIAN 2
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai penggunaan bahasa Indonesia, hal ini sangat penting
untuk dibahas karena bahasa Indonesia menjadi penghubung untuk masyarakat Indonesia saling
berhubungan dan berkomunikasi. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
menciptakan timbal balik yang baik saat berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ragam bahasa Indonesia memuat 4 macam diantaranya ragam bahasa lisan, tertulis, lisan tertulis,
dan tulis terlisan. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar membutuhkan bahasa baku
sebagai pendampingnya. Selain penggunaan bahasa yang baik dan benar, etika dan kesopanan
dalam berbahasa juga harus diperhatikan agar terciptanya hubungan komunikasi yang baik.

BAHASA TULIS, LISAN, LISAN TERTULIS, DAN TULIS TERLISAN


Ada 4 ragam bahasa, yang pertama adalah ragam bahasa tulis. Ragam bahasa tulis
menggunakan huruf sebagai unsur dasarnya. Bahasa tulis bersifat tak taksa yang artinya tidak
memiliki makna lebih dari satu. Karena bahasa tulis ini harus memiliki makna yang jelas, memiliki
ejaan yang benar dalam pemilihan setiap kosa katanya agar menghasilkan susunan kalimat yang baik
dan benar pula. Yang kedua merupakan ragam lisan, yang memiliki definisi yaitu merupakan bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi altar sesame manusia. Ragam lisan ada yang harus memenuhi
standar ada juga yang tidak. Contoh ragam lisan yang harus memenuhi standar adalah pembacaan
pidato, sambutan, ataupun semua ragam lisan yang diucapkan pada acara formal. Adapun ragam
lisan yang tidak perlu memenuhi standar adalah seperti pada saat kita melakukan percakapan sehari-
hari dengan orang lain. Yang ketiga yaitu lisan terulis. Contoh bahasa lisan tertulis adalah pada saat
kita mengirim pesan kepada seseorang baik melalui surat maupun media sosial. Ragam lisan tetulis
merupakan bahasa lisan yang tertulis yang terikat unsur non bahasa tetapi dalam praduga lawan
bicara. Ragam bahasa lisan tertulis cenderung menimbulkan miskomunikasi karena pemaknaan
bahasa lisan yang tertulis ini bergantung pada pembacanya. Terakhir adalah ragam bahasa tulis
terlisan. Ragam tulis terlisan ini bersifat tak taksa, terpisah konteks, memiliki makna yang jelas, dan
dapat di dukung oleh unsur non bahasa untuk memperkuat penerimaan makna. Contoh dari ragam
tulis terlisan ini adalah pada saat seseorang membacakan sebuah teks pesan atau surat. Maka ragam
tulis terlisan merupakan sesuatu yang ditulis dan memiliki struktur bahasa yang baku, baik, dan
benar yang kemudian di lisankan.
PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA
Pembakuan bahasa ialah penetapan pijakan yang dianggap biasa. Permasalahan kebijakan
memudahkan dalm mengetahui pandagan, pandangan melingkupi suasana, area dan teman
berbincang, alat, kapasitas pencerita, era, dan sebagainya. Pandangan-pandangan itu sebutan dari
kedudukan. Kedudukan ini mewajibkan berbagai macam bahasa. Pengimplementasian macam
bahasa mencangkup permasalahan fungsi bahasa sebagai alat komunikasisosial. Bahasa menurut
kedudukannya tidak menampakkan keadaan suatu tumpuan yang digunakan untuk berinteraksi
bermacam fungsi. Masing-masing tumpuan mengarah keaneka macam fungsi tumpuan yang telah
ada disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Permasalahan pembakuan bahsa
meliputi dua macam diantaranya keutamaan bahasa dan persiapan bahasa. Keutamaan bahasa
ditetapkan dengan bermacam bahsa yang telah ditemtuakan sebagai bahsa nasional atau bahasa
resmi. Persiapan bahasa dipertimbangkan dai macam-macam ragam yang telah ada untuk di
gunakan sebagai ragam buku atau ragam standar bahasa (Erlinawati & Wicaksono, t.t.). Keduanya
2|BAHASA INDONESIA

mempunyai angaka yang komunikatif yang sangat melambung tinggi, juga digunakan dalam
kepentingan nasional. Dalam keadaan yang resmi bahasabaku ini merupakan jenis yang
berkesinambungan. Jenis ini dikelompokkan dengan kerangka rujukan bahasa dalam
penggunaannya.
Bahasa baku tidak memerlukan wujud yang tambak karena memiliki banyak arti : seseorang
dan karakter yang sering mengikuti jejak disebut pelanggan dan orang yang berlangganan karakter
disebut pelanggan dan yang kedua adalah kecerdasan rasionalitas (Jamilah, 2017). Vieritas standar
diajarkan karena digunakan ditempat umum oleh banyak ornag yang terpelajar. Selain itu, varian
standar menjadi perantara terhadap pengguna, sehingga tidak memungkinkan terjadi
kesalahpahaman dalam berproses. Varian standar menggambarkan kejadian yang terjadi didalam
otak pembicra dan lawan pembicara. Contoh teks tak ilmiah : (1) dokter kandungan berada di jalan.
(2) membeli buku sejarah baru. (3) masalah ini duangkat berkali-kali. Susunan dokter kandungan dan
buku sejarah yang baru dikalimat. (1) & (2) memiliki makna banyak. Kalimat yang pertama dapat
memilki dua makna, yaitu dokter kandungan yang melahirkan dijalan dan dokter kandunagan
berprofesi sebagai bidan tradisioanal di jalan. Kalimay yang kedua mempunyai banyak arti, arti dari
frasa tersebut bisa berupa buku atau cerita terbaru. Pada kalimat ketiga terdapat ketidaktepatan
menentukan pasangan kata yang bersesuaian. Koreksi perkata yang tidak tepat diulang atau
diualang berkali-kali. Yang ketiga adalah kosistensi. Standarisasi bahasa pada hakikatnya berarti
penyatuan bahasa. Dengan kata lain standarisasi bahasa berarti menemukan dan memutuskan suatu
kesatuan. Misalnya kami merekomendasikan penggunaan istillah pramugara untuk pria dan
pramugari untuk wanita. Jika seseorang menggunakan kata pramugara/pramugari dan
penyerapannya konsisten, kata-kata itu akan menjadi kata standar. Namun pada kenyataannya kita
belum pernah menggunakan kedua kata tersebut dalam konteks bahasa Indonesia selama ini. Selain
berfungsi sebagai bahasa nasioanal dan bahasa resmi juga mempunyai kegunaan bahasa lain
(Chaer : 252).
Bahasa baku bersifat sosio-politik artinya bingkai kesatuan, pembagian, harga diri, dan
kegunaan referensi. Alwi, dkk. (1998:14-20) menyatakan bahasa baku menyuport empat kegunaan,
tiga diantaranya bersifat simbolis, simbolik, dan objektif. Kegunaan- kegunaan tersebuat diantaranya
: (1) kegunaan integrasi, (2) kegunaan identifikasi, (3) kegunaan otoritas, dan (4) kegunaan referensi.
Kridalaksana (1975) memiliki empat kegunaan bahasa yang memrlukan jenis standar penggunaan
diantaranya : (1) perbincangan formal, (2) rencana teknis, (3) berbicara dihalayak umum, dan (4)
berbicara bersama selebriti. Dari kempat ciri bahasa memerlukan keragaman standar. dua terakhir
berhubungan langsung dengan perbincangan linguistik. Dengan kata lain, ketika berbincang
dihalayak umum seperti perkuliahan, ceramah, khutbah, pidato, dll. Anda harus menggunakan
bahasa standar ataupun pengucapan dengan orang yang di hormati. Seperti percakapan dengan bos,
guru, ataupun dengan orang baru. Kita telah melihat bahwa keragaman bahasa baku adalah ukuran
penggunaan bahasa yang benar dan dianggap sebagai keragaman bahasa yang sangat baik dan
dihormati dan sesuai untuk kebutuhan komunikasi verbal yang berwibawa dan penting. Sehubungan
dengan kegunaan sosial dalam bahasa baku Moeliono (1975) memiliki empat kegunaan utama,
diantaranya (1) kegunaan integrasi, (2) kegunaan penandaan, (3) kegunaan penandaan otoritas, dan
(4) kegunaan sebagai kerangka acuan. Dengan demikian kata baku merupakan perwujudan bahasa
baku secara fenotis. Mempunyai kegunaan sosial sebagai : (1) kegunaan pemersatu artinya
pemersatu bangsa dari keadaan bangsa Indonesia dari segi kemenarikan bahasa. Bahsa daerah di
Indonesia beraneka banyak macam bahasa. Penentuan bahsa yang dipergunakan dilihat saat
berjumpa. Bahasa baku menjadi rujuakan utama bagi penutur bahasa antar daerah, (2) patokan
kepribadian, artinya menjadi tanda penutur jati diri masyarakat Indonesiamelalui bahsa Indonesia,
(3) patokan kewibawaan, artinya menunjukkan bangsa kita lebih berwibawa dibandingkan dengan
bangsa lain yang tidak mempunai bahsa yang resmi, dan (4) kerangka patokan, artiya bahasa baku
sebagai dasar kesadaran bangsa Indonesia.

A. Pemilihan Ragam Baku


BAHASA INDONESIA KEILMUAN |3

Moeliono (1972 : 2) menyatakan bahwa ucapan dan tulisan yang digunakan oleh kelompok
masyarakat yang berpengaruh luas dan berwibawa besar. Ini tergolong para pejabat negara,
pengajar (guru), netizen, kyai, dan intelektualnya. Macam standar kegunaannya meliputi
komunikasi antar lembaga, laporan keuangan, makalah ilmiah, aplikasi, undang-undang, catatan
resmi, rapat resmi , pidato resmi, diskusi, ketentuan pendidik dll.
B. Bahasa Indonesia Baku
Misal kita mempunyai salah satu macam bahasa untuk dipakai sebagai macam bahasa
baku, maka pembakuan tersebut wajib ditetapkan disemua jenjang. Secara umum dilihat dari
pengucapan yang sudah diperbaiki, abjad-abjad bahasa Indonesia telah ditetapkan. Namun,
berkaitan atau singkron dalam pengucapan akan tetapi masih tidak pernah pernah diterapkan
pembakuannya. Menurut konsensus sesorang bisa dikatkan sudah memakai bahasa dengan
pengucaoan yang baku apabila sudah memperlihatkan ciri-ciri bahasa daerahnya. Dengan
pengucapan yang baku tersut, maka seseorang akan sulit diketahui Farrah asalnya kakrena telah
menggunakan bahasa baku yang umumu dipakai oleh masyarakat tanpa memandang daerah.
Secara sederhana dapat disimpulkan pada saat berbahasa baku mereka tidak terpengaruh
dengan bahasa yang mereka kuasai.
Berikut ini merupakan contoh lafal baku dan lafal tidak baku.
lafal baku lafal tidak baku
arang areng
analisis analisa
bewok brewok
cokelat coklat
besok esok
atlet atlit
aktivitas aktifitas
cedera cidera
Dalam pelafalan pembakuan sudah lama dilaksankan dan telak melalui proses yang
berlanjut. Mulai dari penetapan pelafalan Van Ophuijsen pada tahun 1901, dialnjut dengan
pelafalan Swandi atau pelafalan republic pada tahun 1947, dialnjutkan dengan pelafalan yang
telah disempurnakan. EYD juga berlaku untuk bahasa melayu Malaysia dan bahasa melayu
Brunei Darussalam.
Dibawah ini penyajian dalam EYD. Pelafalan lampau yang sudah di sempurnakan
Ejaan lama Yang di sempurnakan
Dj→ Djadi j→ jadi
J →Saja y → Saya
Nj → Njanji Ny → Nyanyi
Sj →Asjik Sj →Asyik
Tj → Batja C → Baca

Dalam penatan bahasa, pembakuan sudah dilaksanakan dengan penerbitan buku penataan
bahasa baku Indonesia yang saat ini edisinya sudah ketiga kalinya. Pembakuan bahasa
Indonesia dalam pengelompokan kosa kata dan istilahnya sudah lama dilaksanakan. Pembakuan
ini dapat ditinjau dari : (1) pengejaannya, (2) pelafalannya, (3) wujudnya, (4) pengambilan
sumbernya. Dalam pengelompokan istilanya bahasa Indonesia memiliki peraturan sendiri. Dari
sumber-sumber istilah yang dapat kita kutip bersumber dari : (1) kosa kata yang baik ataupun
tidak, (2) kosa kata serumpun, (3) kosa kata bahasa asing. Untuk informasi selanjutnya
mengenai asal usul istilah ini, lihat uraian berikut ini :
1. Kosa kata bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia digunakan sebagai istilah umum dan tidak umum. Kosa kata ini harus
memenuhi persyaratan. Kata yang sanagt akurat menggambarkan makna dari konsep,
4|BAHASA INDONESIA

proses, keadaan ataupun keberadaan yang dimaksud stabil, meresap, rapi (simulasi). Kata-
kata lbeih pendek dari kata alain yang mempunyai makna yang sama seperti gulma vs
ilalang, suaka (politik) vs shalter (politik). Tidak enak (makna) kata yang mudah didengar
(euphonic), dll. Plumlee vs orang rumah, menganggur vs menganggur. Salain itu, istilah
dapat berupa kata umum yang memiliki arti khusus dengan memeperkecil atau
memperbesar arti sebelumnya.
2. Kosa kata bahsa serumpun
Jika dalam berbahasa Indonesia tidak menemukan pengistilahan yang tepat dapat
menuturkan konsep, prosesnya, keadaan, mauput sifat yang dikutip, dari istilah tadi dapat
dicari dalam bahasa serumpun.
3. Kosa kata bahasa asing
Dalam berbahsa Indonesia yang baik ataupun bahasa serumpun tidak ditemukannya
pengistilahan yang benar, maka dari itu jalan yang kita lakukan menggunakan bahasa asiing
yang dapat dijadikan sumber istilah dalam bahas Indonesia. Istilah yang terbaru data
diwujudkan dengan menerjemahkan bahasa Asing ke bahasa Indonesia..

C. Ragam Baku Tulis Dan Baku Lisan


Kehidupan berbahasa pasti kita mengetahui apa itu ragam ltulis dan ragam lisan, ragam
baku serta ragam yang tidak baku, maka dari itu timbullah ragam baku tulis dan ragam baku
lisan. Ragam baku tulis merupakan ragam yang digunakan secra formal dalam buku mapel
maupun buku ilmiah. Pada saat ini pemerintahan memprioritaskan ragam baku tulis secar
nasionalis. Upaya ini dilaksanakan untuk menerbitkan buku. Pedoman pengejaan bahasa
Indonesia yang sudah disempurnakan. (Arifin , 1996 : 19-20). Dengan berjalannya waktu
perubahan pun terjadi yang awalnya budaya dengan pengucapan (bicara) menjadi budaya
membaca (tulis), yang tidak bisa terletak pada era globalisasi saat ini. Selaian ragam baku
tertulis, ragam lisan disosialisasikan . raga mini berbeda dengan ragam batu tertulis, ragam baku
lisan ini sanagt sulit untuk ditangani. Kesulitannya ragam ini karena sebagian besar pengucapan
bahasa Indonesia menggunakan bhasa Indonesia sebagai bahsa yang kedua mereka. Oleh
karena itu bahasa pertama seperti aksen dan morfologi dapat muncul ketika berbicara bahasa
Indonesia. Keragaman standar bahasa yang diakatakan orang orang mungkin meminimalkan
atau menghilangkan bahsa daerah. Jadi ketika mereka berbicara, orang lain tidak dapat secara
langsung mengetahui dari mana dia berasal.
Bahasa baku tertulis ataupun bahsa baku lisan di asosiasikan dalam bahsa di sekolah dan
dikenal juga dengan keaneka ragaman yang tinggi. Keragaman bahsa yang tinggi ini
dipergunakan orang-orang yang menganggap dirinya sangat mampu. Dari sudut pandang
pengucapan, ini merupakan salah satu ciri-ciri bahasa orang-orang terpelajar ini adalah bahwa
sistem suara mereka lebih akurat atau kompleks dari pada orang – orang ang tidak mampu atau
tidak berpendidikan. Bahasa orang terpelajar cenderung memiliki repertoar bunyi yang besar.
Bahasa orang yang berpendidikan cenderung memiliki kaidah fonotktis yang lebih sulit. Bahasa
berpendidikan juga cenderung memiliki pengaturan fonem yang lebih kompleks. Orang-orang
terpelajar menyebut kumpulan bangunan serupa disatu tempatkompleks, perilaku mahasiswa
mencari reformasi sebagai demonstrasi, dan olahraga kompleks dimainkan seperti golf dibekas
perkebunan teh dan sawah rakyat. Namun, kelompok yang tidak berpendidikan cenderung
berkonsentrasi, dan diatas itu semua, setidaknya dalam bahasa lisan, masing-masing disebut
kompleks, demonstrasi, dan gorop. Selain aturan fonotaktik yang mewakili repertoar suara yang
lebih besar da kombinasi suara kompleks, bahasa berpendidikan cenderung berbeda karena
memiliki aturan yang lebih terurut dan mendasr dibandingkan dengan bahsa yang tidak terdidik
(Puspitasari, 2017).
BAHASA YANG BAIK DAN BENAR
BAHASA INDONESIA KEILMUAN |5

Bahasa Indonesia yang baik memiliki arti bahwa bahasa tersebut digunakan setara dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahasa yang baik memiliki
aturan yang tepat untuk ditetapkan sebagai patokan dalam berkomunikasi antar sesama. Baik
komunikasi lisan maupun tertulis. Pada situasi yang tidak formal seperti percakapan didalam pasar,
warung kopi, warung makan, rumah, mengirim pesan kepada teman, maka kita tidak perlu
menerapkan bahasa Indonesia yang terlalu terikat dengan kaidah bahasa Indonesia. Namun pada
situasi yang formal seperti seminar, rapat, pidato, penulisan artikel, hendaknya kita memakai bahasa
Indonesia yang resmi dan formal. Maka kesimpulan dari penjelasan tersebut ialah bahwa bahasa
yang baik dan benar adalah bahasa yang dapat menyesuaikan kondisi komunikasi (formal dan
nonformal)(Madina, 2019). Artinya pada saat menggunakan bahasa, seseorang wajib menyesuaikan
dengan siapa dan pada situasi apa dia berada. Hal ini bisa disebut dasar dari sebuah penerapan
kesopanan dan kesantunan berbahasa.
Sedan untuk pengertian bahasa yang benar merupakan bahasa yang diterapkan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang ditetapkan. Kaidah bahasa mencakup kaidah ejaan, kaidah
penyusunan paragraf, penyusunan kalimat, pembentukan kata, serta penataan penalaran. Kaidah ini
berlaku baik pada penggunaan bahasa secara lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa yang tidak
sesuai dengan kaidah pasti akan memiliki mamma yang terkesan ambigu. Misal saja kita buat contoh
yang sederhana seperti penggunaan tanda baca pada kalimat :
 “Ibu, aku sudah pulang!”
 “Ibu aku sudah pulang”
Kedua kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda. Kalimat pertama menunjukkan bahwa
seorang anak sedang berkata kepada ibunya bahwa ia sudah pulang. Sedangkan kalimat kedua
menunjukkan bahwa ibu dari seorang anak sudah pulang. Dari contoh tersebut dapat disimulkan
bahwa kaidah penggunaan bahasa Indonesia sangatlah penting untuk di perhatikan. Di kutip dari
Jurnal pengabdian masyarakat dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”
menyebutkan bahwa masih banyak kesalahan-kesalahan yang umum terjadi di mayarakat pada saat
menggunakan bahasa Indonesia. Misal saja kesalahan pada pembentukan kata berikut. Contoh
kesalahan umumnya adalah missal pada kalimat “Presiden lantik lima duta besar” sedangkan yang
dianjurkan adalah “Presiden melantik lima dut besar”. Contoh lagi “Amerika Serikat luncurkan
pesawat ke Columbia” yang dianjurkan adalah “Amerika Serikat meluncurkan pesawat ke Columbia”.
Maka dari itu, apakah hal itu berarti bahwa kita harus selalu berbahasa dengan fomal?
Jawabannya adalah tidak. Pada beberapa situasi tertentu, kita Tidak diwajibkan menggunakan
bahasa yang formal. Contoh saat kita berkomunikasi dengan teman, kita tentu tidak perlu
menggunakan ragam formal. Alan tetapi apakah pada saat berbahasa nonformal, kita harus tetap
memperhatikan kaidah berbahasa? Jawabannya ialah ya! Menerapkan kaidah dalam ragam bahasa
nonformal memiliki Arti bahwa kita tetap memperhatikan pemilihan kata yang tepat serta
menggunakan kaidah bahasa yang benar. Contoh saat memesan minuman jangan menggunakan
kalimat “Pak, saya kopi dua.” Kalimat tersebut bukan merupakan kalimat yang benar karena
membuat makna yang ambigu. Kalimat yang benar adalah “Pak, saya beli kopi dua.”

BAHASA ILMIAH
A. Pengertian Bahasa Ilmiah
Keanekaragaman bahasa adalah macam bahasa yang disebabkan oleh penggunaan bahasa,
dan keanekaragaman bahasa dapat dibagi menjadi dua kelompok: keanekaragaman bahasa
berdasarkan bahasa pengantar dan keanekaragaman bahasa berdasarkan penggunaannya.
[Azahari, Azril. 1998]. Kelompok terpelajar biasanya menggunakan bahasa ilmiah sebagai
aktivitas ilmiah. [Nazar (2004:8)]. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang dapat membedakan ide dan
pemahaman dengan standar yang berbeda dan struktur yang akurat, dan karakteristik ini
memungkinkan ide untuk diungkapkan dengan hati-hati tanpa kesalahpahaman makna
penerima.[ suwignyo (2008: 11) ]
6|BAHASA INDONESIA

B. Ciri – Ciri Bahasa Ilmiah


Bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing Nazar (2004:9), Ciri ragam ilmiah sendiri harus
benar dan sesuai dengan menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik, benar dan rapi. Ide
yang diungkapkan wajib sempurna serta hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung
ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan efektif.
Selanjutnya istilah yang dipilih harus makna nyata. Pandangan baru disampaikan dengan padat
isi, maka penggunaan istilah hanya seperlunya dan harus tepat. Penyampaian dalam setiap
pandangan baru yang meliputi kalimat disampaikan dengan runtut. Unsur pandangan baru
dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis yang terakhir yaitu
inspirasi yang diungkapkan pada kalimat harus kentara sehingga tidak menimbulkan keliru
tafsir.
Selain karakteristik, ragam Bahasa Indonesia yang dipergunakan sebagai kegiatan keilmuan
ada cir-cirinya juga. Menurut Suwignyo (2008: 11), Bahasa Indonesia memiliki karakteristik
untuk setiap kegiatan keilmuan. Karakteristik bahasa ilmiah yang pertama artinya objektif, pada
kata yang dipergunakan harus netral dan tidak memihak dan berorientasi di gagasan.
Karakteristik yang kedua artinya ringkas dan sangat jelas. Komunikasi keilmuan adalah
komunikasi yang langsung pada intinya. Maka dari itu unsur bahasanya tegas dengan
menghindari kata konotatif. Komunikasi keilmuan harus pribadi pada inti informasi dengan cara
memakai unsur Bahasa. Ciri yang ketiga yaitu cendekia. Artinya, disini penulis harus mampu
menentukan kata dengan cermat sehingga terbentuk menggunakan sempurna, cermat, logis,
dan tak berbentuk. Ciri yang keempat merupakan formal yang artinya, Bahasa Indonesia yg
digunakan untuk kegiatan keilmuan haruslah bersifat formal. Ciri yang terakhir yaitu harus
konsisten. Penggunaan unsur Bahasaharus digunakan secra konsisten dalam pembuatan karya.
Unsur ke Bahasaan yang dimaksud adalah kosakata/ istilah,bentukan kata, serta penggunaan
singkatan. Penggunaan istilah atau kata digunakan dalam karya ilmiah harus digunakan secara
konsisten.

C. Fungsi Bahasa Ilmiah


Mengenai kajian bahasa di SD 1- 7 hal itu, Santoso, dkk.(2004) bahwa bahasa menjadi
sebuah indera komunikasi yang mempunyai beberapa fungsi .Fungsi gosip, yaitu memberikan
sebuah pesan gosip antar individu dengan individu atau individu dengan kelompok . Fungsi
ekspresi diri, yaitu memberikan sebuah ungkapan dalam bentuk ekspresi sebuah perasaan,
emosi, gagasan atau tekanan perasaan pembaca. Bahasa juga sebagai ungkapan diri dalam
bentuk berkomunikasi mencari relasi dalam mengekspresikan sebuah perasaan baik senang
maupun sedih dan sebagai alat untuk menarik perhatian orang. Fungsi adaptasi dan integrasi,
yaitu bahasa juga sebagai penyesuaian adaptasi dalam kehidupan bermasyarakat , melalui
bahasa seseorang akan terbiasa dengan norma adat, kebudayaan, pola hayati, perilaku, dan
etika masyarakatnya. Mereka mengikuti keadaan dengan seluruh ketentuan yg berlaku pada
rakyat melalui bahasa. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manusia ialah makhluk sosial
yang saling bergantung dengan sesama manusia di sekeliling . Fungsi kontrol sosial. Bahasa
sebagai alat kontrol sosial dalam mempengaruhi perilaku maupun pola pikir manusia. Jika fungsi
ini berjalan dengan baik akan berdampak pada kegiatan sosial yang berlansung dengan baik .
dengan bahasa juga kita bisa bertukar pendapat akan sesama sehingga berkembangnya pola
pikir manusia yang lebih baik. Sejalan dengan penjelasan di atas, Hallyday (1992) menjelaskan
fungsi bahasa menjadi alat komunikasi, yang pertama bahasa dijadikan bahan memperoleh
sesuatu merupakan fungsi bahasa secara instrumental, . Fungsi regulatoris, yaitu bahasa
dipergunakan buat mengendalikan prilaku orang lain. Kedua fungsi intraksional, bahasa
digunakan buat berinteraksi menggunakan orang lain. Ketiga fungsi personal, yaitu bahasa bisa
digunakan buat berinteraksi dengan orang lain. Keempat ungsi heuristik, yakni bahasa dapat
digunakan buat belajar serta menemukan sesuatu. Kelima fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat
BAHASA INDONESIA KEILMUAN |7

difungsikan buat menciptakan global imajinasi. Keenam yaitu fungsi representasional, bahasa
difungsikan buat menyampaikan informasi.

D. Laras Bahasa Ilmiah


Laras bahasa merupakan kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Hal ini kita
mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang
masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Menurut Brotowidjojo tahun 2002, persyaratan lain bagi sebuah goresan pena buat
mengkategorikan menjadi karya ilmiah ialah karya ilmiah harus menyajikan kabar objektif
secarasistematis atau menyajikan perangkat lunak hukum alam padasituasi tertentu . sebuah
hasil Karya laras bahasa ilmiah yang ditulis secara cermat, tepat, benar, amanah dan tidak
bersifat tuduhan. dalam pengertian amanah terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni
penulisan kata bhasa dalam kutipan harus sesuai rujukan yang jelas . Penyusunan karya ilmiah
harus secara tepat dan benar dengan sistematis di setiap tahap perencanaan sesuai dengan
kopseptual dan prosedural. Rangkaian dalam sebuah karya ilmiah harus ada sebab akibat dalam
pemahamaan secara indusif yang mendorong sebuah pendengar atau pembaca menarik
konklusi Penulisan karya tulis ilmiah harus mengandung gambaran yang jelas sesuai fakta
pembuktisn sebuah hipotesis .karya tulis ilmiah harus ditulis dengan rasa yang tulus dengan
kesesuain rasa penulisan dalam membuat sebuah karya tulis . Hal itu berarti bahwa karya ilmiah
hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang
bernada keraguan(Rahmanto dkk., 2021). Ekspositoris merupakan sifat dasar pada sebuah karya
tulis ilmiah dengan akhirnya muncul kesan secara argmentatif serta persuasif, hal itu muncul
dalam penyusunan sebuah karangan yang didalam menggunakan kata bahasa yang cermat
dalam berfikir. Dengan demikian isi dari sebuah karya tulis berpedoman dari sebuah rujukan
dan disimpulkan oleh penulis dengan pembenaran serta keyakinan karya ilmiah tersebut
Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa karya tulis mempunyai sebuah karakteristik
diantaranya : sebuah karya tulis harus utuh dan sempurna secara menafsiran makna bahasa,
tidak buta akal atau tafsiran ganda dalam sebuah penulisan karya tulis ilmiah.jelas dalam
menggunaan sebuah kata, sifat dan pengertian dalam karya tulis ilmiah sehingga tidak terdapat
keraguan dalam isi di dalam karya tulis ilmiah. Singkat dan berdasarkan ekonomi bahasa yang
jelas.

ETIKA DAN KESOPANAN DALAM BERBAHASA


A. Etika Berbahasa
Menurut Masinambow dalam Chaer dan Agustina (2010:172) Sistem bahasa berfungsi
sebagai wahana berjalannya hubungan antar manusia satu dengan manusia lain, oleh karena itu
alangkah baiknya agar kita menggunakan tata cara yang berlaku dalam budaya tersebut. Sistem
berbahasa budaya ini disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa ialah
bagian dari kebudayaan, hal ini dapat dibuktikan menggunakan kemampuan seorang pada
berbahasa diukur dari pengetahuannya tentang suatu budaya tertentu pada suatu rakyat
daerah dimana dia tinggal. Melalui budaya yang di pelajari seseorang akan dapat dengan mudah
memakai bahasa sesuai adat istiadat atau etika berbahasa yg diterapkan pada masyarakat.
Etika berbahasa sangatlah erat kaitannya menggunakan eksistensi suatu gerombolan
warga , maka dari itu seharusnya etika berbahasa harus dikuasai oleh seorang maupun
kelompok masyarakat tersebut, dikarenakan dengan bahasa seseorang akan dapat mengerti
status sosial serta kultur pada masyarakat tersebut sehingga dapat mempermudah orang
tersebut saat memilih atau memakai bahasa dengan sempurna di tempatnya (Kardiana dkk.,
2021). Disaat menerapkan etika berbahasa healangkah baiknya seseorang ataupun masyarakat
diasupi pengetahuan tentang aturan-aturan sosial berbahasa, seperti contoh : siapa yang diajak
berbicara, dengan bahasa apa ia seharusnya berbicara, kepada siapa ia berbicara, tentang apa
pembicaraan tersebut berjalan, dimana, kapan, serta dengan tujuan apakah pembicaraan
8|BAHASA INDONESIA

tersebut dilakukan. Dengan mengerti aturan/ norma yang berlaku masyarakat jadi jauh labih
mengerti etika berbahasa.
Hal tersebut cocok dengan pendapat Hymes dalam Chaer dan Agustina (2010:172) yang
menyatakan bahwasanya pada peristiwa tutur harus memperhatikan delapan komponen, yang
apabila huruf-huruf pertamanya digabungkan membentuk akronim SPEAKING. Kedelapan
komponen tersebut merupakan: Setting and scane yang bersambungan dengan waktu dan
tempat tutur dilakukan. Participant merupakan orang-orang yang terkait dalam pertuturan. 
Genre yang artinya jenis bentuk penyampaian. Selanjutnya Ends yang merupakan maksud
tujuan pertuturan. Act sequence yang berarti suatu ujaran serta isi ujaran. Key yang berarti
nada,cara pesan atau penuturan tersebut disampaikan. Instrumentalities yang berarti jalur
bahasa yang digunakan.
Aspek sosial budaya didalam menentukan kata sapaan jua wajib diperhatikan pada etika
berbahasa misalnya: orang yang disapa memuliki usia yang lebih tua, seumuran, lebih muda,
atau masih kecil; status sosialnya lebih baik, sama saja, atau mungkin tidak lebih baik; kondisi
yang dihadapi formal ataukah tak formal; hubungannya dekat atau tidak dekat; perempuan
atau laki-laki; begum kenal atau sudah kenal serta yang lainnya. Selain aspek sosial yg wajib
dicermati dalam etika berbahasa ialah ketepatan saat, ialah mengetahui kapan waktunya
seseorang berbicara dan memperrhatikan orang yang berbicara. Memperhatikan hal-hal kecil
seperti ini sama artinya seseorang sudah menjaga ketentraman dan sikap saling menghargai
saat berkomunikasi.
Gestur tubuh dan volume suara juga sangat berpengaruh terhadap Erika kita saat
berbahasa. Misalnya saja, untuk kualitas volume suara kita harus memperhatikan dimana kita
berbicara untuk menentukan seberapa besar volume kita harms dikeluarkan sesuai norma yang
berlaku didaerah tersebut. Contoh untuk orang Sumatra yang kebanyakan masyarakatnya
memakai volume yang tinggi saat berbicara. Maka dari itu penting untuk menelaah terlebih
dahulu kebudayaan norma serta kode bahasa yang ada pada masyarakat tersebut ketika
menerapkan etika berbahasa.
Kesantunan berbahasa ialah adab atau tata krama yang membedakanseberapa besar
kecendikiaan seseorang dalam berbahasa, karena orang yang santun pasti adalah orang yang
pintar. Fungsi kesantunan berbahasa ada lima bagian, yaitu deklaratif, interogratif, imperatif,
meminta maaf, dan mengeritik. Fungsi deklaratif (menyatakan), yaitu yang artinya erfungsi
sebagai penjelas yang dilembut menggunakan kata “maaf”, fungsi deklaratif ucapan selamat
yang ditandai pada pemakaian istilah “selamat” mengungkapkan sebuah peringatan yang
diperlembut dengan kata “coba”. Fungsi interogatif (menanyakan), yang artinya fungsi meminta
pengakuan yang diperhalus menggunakan pemakaian kalimat yang tidak langsung, fungsi
meminta isa yang diperlembu dengan memberikan opsi, serta fungsi meminta alasan
diperlembut menggunakan istilah “sayang”. Fungsi imperatif (memerintah), yang artinya fungsi
melarang diperlembut memakai kalimat pujian, serta fungsi minta tolong yg diperlembut
dengan kata “tolong”. Fungsi meminta maaf bisa dicermati dari pemakaian istilah maaf dan
bentuk interjeksi (ekspresi penutur). Fungsi mengeritik, yang artinya fungsi tidak menerima
jawaban, fungsi menjelaskan kekurangan, dan fungsi menyebutkan kesalahan. Asal ketiga fungsi
ini diperlembut menggunakan kalimat pujian.

B. Kesopanan dalam Berbahasa


Kespanan berbahasa merupakan dasar bagi pembicara untuk mencapai komunikasi yang
baik dengan orang yang diajak berbicara dan untuk dapat menyampaikan apa yang ingin
disampaikan dengan benar. Nadar (2013:251) menyatakan bahwa kesopanan berbahasa dapat
didefinisikan sebagai kesantunan berbahasa untuk mengurangi perasaan dendam, tidak
nyaman, atau luka yang diucapkan oleh seseorang dalam berbicara. Dengan kata lain,Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman ataupun perselisihan saat berkomunikasi. Seperti
yang dinyatakan Chaer (2010:10), kesantunan bahasa dalam bertutur harus mengikuti tiga
BAHASA INDONESIA KEILMUAN |9

aturan: Formal, komunitas, dan bimbang. Aturan bentuk berarti bahwa tidak ada paksaan
dalam ucapan, aturan kesamaan berarti bahwa pembicara dan lawan bicara adalah sama, dan
aturan tidak tegas berarti bahwa lawan bicara berbicara dalam pidatonya yang dimediasi. untuk
merespon.(Achmad, t.t.).
Penerapan prinsip kesantunan dalam bertutur berupa kepatuhan terhadap kesantunan yang
maksimal dalam kegiatan komunikasi sangatlah penting. Setiap maksim memiliki paran yang
berbeda: B. (1) Dengan mengikuti maksim kebijaksanaan, penutur dapat terhindar dari rasa iri,
dengki, dan sikap lain yang tidak santun kepada orang lain. (2) Dengan mengikuti maksim
kedermawanan, penutur dapat menghargai orang lain. Ucapan pujian memungkinkan
pembicara sebagai bentuk rasa terima lasih kepaa orang lain. (4) Dengan mengikuti maksim
kerendahan hati, pembicara menjadi rendah hati dengan mengurangi pujiannya sendiri. (6)
Dengan mengikuti empati yang maksimal, peserta tutur dapat memaksimalkan sikap empati
antara satu pihak dengan pihak lainnya dengan cara tersenyum, mengangguk, dan:
SUMBER RUJUKAN
Achmad, S. (t.t.). STRATEGI KESOPANAN BERBAHASA MASYARAKAT BUGIS PINRANG PROVINSI

SULAWESI SELATAN. 13.

Erlinawati, M., & Wicaksono, T. G. (t.t.). STRATEGI DALAM MENINGKATKAN PEMBAKUAN BAHASA

INDONESIA BAGI MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA DI UNIVERSITAS WIDYA DARMA

KLATEN. 9.

Jamilah, J. (2017). Penggunaan Bahasa Baku dalam Karya Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Tarbiyah : Jurnal

Ilmiah Kependidikan, 6(2). https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v6i2.1603

Kardiana, G. T., Zahwa, M. N., Istifayza, N., Aprilia, V., Devi, W. T., Sari, D. M., & Yuniar, A. D. (2021).

Kesadaran mahasiswa terhadap etika berbahasa. Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-

Ilmu Sosial, 1(5), 605–613. https://doi.org/10.17977/um063v1i5p605-613

Madina, L. ode. (2019). PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DALAM

BERKOMUNIKASI. Journal of Dedication to Papua Community, 2(2).

https://doi.org/10.34124/jpkm.v2i2.47

Puspitasari, A. (2017). Menumbuhkan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam Pendidikan Dan

Pengajaran. Tamaddun, 16(2), 81–87. https://doi.org/10.33096/tamaddun.v16i2.55

Rahmanto, Y., Alfian, J., Damayanti, D., & Borman, R. I. (2021). Penerapan Algoritma Sequential

Search pada Aplikasi Kamus Bahasa Ilmiah Tumbuhan. Jurnal Buana Informatika, 12(1), 21.

https://doi.org/10.24002/jbi.v12i1.4367

Anda mungkin juga menyukai