BAB II
KAJIAN TEORI
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia yang ditandai dengan
interaksi individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Menurut
Susanto (2016: 1-3) belajar dapat didefinisikan sebagi suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pengertian belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman)
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu antara lain: (a) faktor keluarga
berupa cacat orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan; (b) faktor sekolah berupa
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, tugas rumah; dan (c) faktor masyarakat berupa kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010: 54-
72)
Menurut Jihad (2013: 14-15) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Menurut Soegeng (2016: 2) nilai adalah suatu sifat atau kualitas dari sesuatu, baik
benda maupun manusia. Sifat atau kualitas itulah yang membuat sesuatu (benda atau manusia)
berharga, yang diinginkan atau dikehendaki, yang dicitacitakan, dipuji, dihormati, dicari,
diupayakan, oleh hampir semua orang.
Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari tanpa kecuali dalam
menghadapi kemajuan IPTEK. Oleh karena itu, banyak disiplin ilmu lain yang menggunakan
matematika sebagai ilmu penunjang yang menjadi pijakan berkembangnya disiplin-disiplin
ilmu tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah contoh dari
disiplin ilmu yang menggunakan ilmu matematika sebagai ilmu penunjang. Fungsi yang
dominan dari matematika membuat matematika tidak hanya diterapkan dalam kehidupan
seorang ahli matematika, namun matematika juga kerap digunakan oleh para ahli di luar
bidang matematika.
Menurut Herdiansyah (2016: 123) ada asumsi umum yang mengatakan bahwa dalam
hal akademik di dalam kelas, anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki, sementara
anak laki laki berprestasi lebih baik dalam hal olahraga ataupun kegiatan luar kelas terutama
yang berkaitan dengan ketangkasan dan kekuatan fisik. Setiap semester atau setiap kenaikan
kelas ada syarat untuk naik kelas, yaitu serangkaian nilai sepanjang semester dan nilai ujian
akhir yang dijadikan patokan untuk mengukur prestasi akademik siswa yang pada akhirnya
prestasi akademik siswa perempuan lebih baik ketimbang prestasi siswa laki-laki.
Menurut Santrock (2017: 192) terdapat beberapa pandangan mengenai adanya kelas
bias terhadap perempuan, yaitu: 1. Ketika di kelas biasanya anak perempuan lebih patuh,
lebih diam, dan sabar dalam menunggu giliran. Sedangkan anak laki-laki lebih ribut dan lebih
meminta perhatian. 2. Banyak kelas, guru menghabiskan lebih banyak waktu untuk
memperhatikan dan berinteraksi dengan anak laki-laki, sedangkan anak perempuan dibiarkan
mengerjakan sendiri. Kebanyakan guru secara tidak sadar dan tidak sengaja lebih
menguntungkan siswa laki-laki dengan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka. 3.
Dibandingkan anak perempuan, anak laki-laki mendapat lebih banyak instruksi dan menerima
lebih banyak bantuan ketika mereka mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
Seringkali guru memberi waktu yang lebih lama kepada laki-laki untuk menjawab pertanyaan,
memberi lebih banyak petunjuk agar jawabannya benar, dan memberi kesempatan menjawab
lagi hingga jawabannya benar.
Perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan merupakan prinsip universal. Dari
perbedaan yang timbul antara keduanya dapat menyebabkan adanya kebiasaan belajar yang
berbeda sehingga bisa menyebabkan pencapaian prestasi belajar yang berbeda pula. Laki-laki
dan perempuan memang terlihat berbeda dan memiliki organ yang berbeda. Setiap siswa
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda saat proses belajar di sekolah, ada siswa yang
senang dengan pembelajaran berlari di kelas, ada juga yang senang dengan pembelajaran yang
dilakukan dengan cara visual, ada yang senang dengan mendengarkan guru menjelaskan atau
ada juga yang senang mengkuti pelajaran dengan cara bergerak dan bermain. Adanya guru
sering menasehati, lebih memperhatikan atau memberi pujian kepada siswa laki-laki hal ini
dikarenakan seringnya siswa laki-laki yang tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan
materi di kelas.
Sedangkan perbedaan jenis kelamin dalam pendidikan dapat terjadi dalam perolehan
prestasi belajar. Prestasi belajar adalah “taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Oleh karena itu, perbedaan jenis kelamin bisa
mempengaruhi hasil belajar siswa.