Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Bahasa Indonesia

a. pengertian bahasa Indonesia baku

Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan seseorang


dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua pengertian dari bahasa
yaitu pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer. Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu
bahasa baku dan bahasa tidak baku.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam
bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan
oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague
School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian
bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas.

Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Berdasarkan
teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan
yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian
sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada
penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada saat proses belajar mengajar
di dalam dunia pendidikan , pada urusan resmi pekerjaan misalnya saat rapat besar,
dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari
lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.

Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya
telah ditentukan oleh negara. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman.
Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa
standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku
mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa
tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem
pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi.
Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan
bahasa tidak baku dan sesuka hati.

1
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau
pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan
dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif,
baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan
diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar
karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku ialah bahasa standar yang benar
dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa Indonesia baku
adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi,
diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia
secara luas.

Ada beberapa pengertian bahasa baku menurut para ahli (Chaer, 1995: 251—
252):

1). Halim (1980) berpendapat bahwa bahasa baku adalah bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian kelompok pemakainya sebagai bahasa
resmi dan kerangka rujukan norma bahasa serta penggunaannya. Bahasa baku
sebagai kerangka rujukan memiliki norma dan kaidah yang dijadikan tolok
ukur benar atau tidaknya penggunaan bahasa. Sedangkan, bahasa tidak baku
adalah bahasa yang tidak dilembagakan dan cenderung menyimpang dari
norma bahasa baku.

2).Dittmar (1976) mendefisikan bahasa baku sebagai ragam ujaran dari


satu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi
pergaulan sosial atau kepentingan dari berbagai pihak yang dominan dalam
masyarakat itu. pengesahan ragam tersebut dilakukandengan
mempertimbangkan nilai yang didorong oleh sosiolpolitik.

3).Hartman dan Stork (1972) memberikan pengertian bahasa baku


sebagai ragam bahasa yang secara sosial lebih sering diinginkan dan dikaitkan
pada ujaran pihak-pihak yang berpendidikan baik di dalam maupun di sekitar
pusat kebudayaan atau politik masyarakat tersebut.

4).Pie dan Geynor (1954) mendefinisikan bahwa bahasa baku adalah


dialek suatu bahasa yang istimewa dalam hal sastra dan budaya dibandingkan
dengan dialek-dialek lainnya dan disepakati sebagai bahasa yang paling
sempurna oleh masyarakat penutur dialek-dialek lain.

Perbedaan bahasa baku dan nonbaku menyangkut semua komponen bahasa,


yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosakata dan tata kalimat (Sumarsono, 2004: 33).

2
b. Pengertian Bahasa Indonesia Nonbaku

Bahasa nonbaku ialah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku
dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku
harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai
dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa Indonesia nonbaku
adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan
tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh
masyarakat secara khusus.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku


adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa
yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan
yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).

3
2. Pengertian Pembakuan Bahasa

Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, sebab bahasa merupakan alat
bagi manusia untuk berinteraksi. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang
baku dalam penggunaanya, namun dalam prakteknya kita sering menggunakan kata
non baku. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan
daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun
bahasa yang digunakan sama yaitu bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan
bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. Pembakuan bahasa juga
dibutuhkan masyarakat. Usaha pembakuan bahasa tersebut bertujuan agar tercapai
pemakaian bahasa yang cermat, cepat, dan efisien dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat.

Pembakuan disebut juga standardisasi. Menurut J.S. Badudu pembakuan atau


standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-norma bahasa. Berdasarkan
bahasa yang dipakai oleh masyarakat, ditetapkan pola-pola yang berlaku pada bahasa
itu. Pola yang dipilih itulah yang dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata
atau menyusun kalimat, maka bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang
sudah ditetapkan.
Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan, perbendaharaan
kata, pembentukan istilah, dan penyusunan tata bahasa. Pembakuan bahasa dapat
dilakuan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :
a. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa
Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai oleh sekolah-
sekolah sebelum Perang Dunia ke-2,
b. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan suatu
sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan penerapan
istilah-istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.

Pada intinya pembakuan bahasa adalah proses pemilihan salah satu ragam
bahasa menjadi ragam bahasa resmi sebagai tolok ukur (norma) penggunaan bahasa
yang baik dan benar dengan usaha dan pengembangan yang tiada henti (selama
bahasa itu masih digunakan). Pembakuan bahasa memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Efesiensi dan efektivitas komunikasi
Bahasa baku memungkinkan adanya komunikasi yang lebih lancar, efektif,
dan efisien. Kesatuan dan kesamaan aturan bahasa maupun konsep-konsep bahasa
memudahkan untuk saling memahami antaranggota masyarakat pemakai bahasa.

b. Integrasi masyarakat budaya.


Perbedaan kebudayaan selalu diikuti dengan perbedaan konsep dan kata
sehingga sering ada anggapan bahwa kata yang ada dalam suatu bahasa tidak terdapat
dalam bahasa lain. Dilihat dari integrasi dalam suatu masyarakat, pembakuan konsep
dan kata maupun kesamaan atursan bahasa adalah syarat mutlak.

4
3. Pengertian Pemilihan Ragam Baku

Meolino (1975:2) mengatakan, bahwa pada umumnya yang layak di anggap


baku adalah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang paling
luas pengaruhnya dan paling besar kewibawaannya. Termasuk didalamnya para
pejabat negara, para guru, warga media massa,alim ulama dan cendekiawan.
Sebenarnya banyak dasar atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan atau
memilih sebuah ragam menjadi ragam bahasa baku. Dasar atau kriteri itu, antara lain;
a. otoritas
b. bahasa penilis-penulis terkenal
c. demokrasi
d. logika
e. bahasa orang-orang yang terkemuka dalam masyarakat.

Dasar otoritas, maksudnya, penentuan baku atau tidak baku berdasar pada
kewenangan orang yang di anggap ahli, atau pada kewenangan buku tata bahasa atau
kamus. Kalau dasar bahasa para penulis terkenal yang di jadikan bahasa baku, maka
akan terlihat adanya tiga macam kelemahan. Pertama, bahwa bahasa itu bukanlah
hanya bahasa tulis saja, tetapi ada juga bahasa lisan. Kedua, siapa yang bisa
menjamin bahwa penulus-penulis terkenal telah menguasai aturan tata bahasa dengan
baik. Ketiga, karena penulis-penulis terkenal itu berbeda pada zaman yang lalu,
makapertanyaan kita untuk menyatakan keberatan, apakah bahasa penulis-penulis
terkenal itu bahasanya masih sesuai keadaan sekarang.

Dasar demokrasi, maksudnya, untuk menentukan bentuk bahasa yang benar


dan tidak benar atau baku dan tidak baku, tentunya kita harus menggunakan data
statistic. Setiap bentuk satuan bahasa harus di selidiki, dicatat, lalu di hitung frekuensi
penggunaannya. Mana yang terbanyak itulah yang dianggap benar; yang frekuensinya
sedikit tidak dianggap benar.
Dasar logika, maksudnya, dalam penentuan baku dan tidak baku digunakan
pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak. Tampaknya dasar logika tidak dapat
digunakan untuk menentukan kebakuan bahasa, sebab seringkali benar dan tidak
benar struktur bahasa tidak sesuai dengan pemikiran logika.

Dasar logika, maksudnya adalah dalam penentuan baku ataupun tidak baku
digunakan pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak. Tampaknya dasar logika
tidak dapat digunakan untuk menentukan kebakuan bahasa, sebab seringkali benar
dan tidak benar struktur bahasa tidak sesuai dengan pemikiran logika.

Dasar bahasa orang-orang terkemuka dalam masyarat. Maksudnya penentuan


baku atau tidaknya suatu bentuk bahasa didasarkan pada bahasa orang-orang
terkemuka seperti pemipin, wartawan, pengarang, guru dan sebagainya. Menurut
Baradja penentuan baku atau tidaknya suatu bentuk bahasa indonesia, barangkali

5
dapat menggunakan dasar kelima ini yang digabungkan dengan dasar pertama yaitu
dasar otoritas.

Dalam menetapkan suatu ragam bahasa menjadi bahasa baku, ada tiga hal
yang menjadi pedoman, yaitu;
a. Dasar keserasian: bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi,baik
tulis maupun lisan.
b. Dasar keilmuan: bahasa yang digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.
c. Dasar kesastraan: bahasa yang digunakan dalam berbagai karya sastra.

Masalah pembakuan bahasa terkait dengan dua hal, yakni kebijaksanaan


bahasa dan perencanaan bahasa. Melalui kebijaksanaan bahasa, bahasa dipilih dan
ditentukan salah satu dari sejumlah bahasa yang ada untuk dijadikan bahasa nasional
atau bahasa resmi kenegaraan. Sedangkan melalui perencanaan bahasa, bahasa dipilih
dan ditentukan sebuah ragam bahasa dari ragam-ragam yang ada untuk dijadikan
ragam baku atau ragam standar bahasa tersebut.

Usaha pembakuan bahasa, sebagai salah satu usaha pembinaan dan


pengembangan bahasa, tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai
sarana, yaitu
a. Pendidikan : pendidikan sebagai situasi formal bukan hanya membutuhkan
penggunaan bahasa baku, tetapi juga merupakan tempat untuk menyebarluaskan
pengembangan dan penyebaran bahasa baku.
b. Industri Buku : industri buku juga sangat penting dalam penyebaran dan
pengembangan bahasa baku, sebab melalui bukulah ragam bahasa baku dapat
ditampilkan
c. Perpustakaan : adanya perpustakaan dengan jumlah buku yang tersedia
cukup banyak akan mempercepat proses pembakuan bahasa. penyebaran dan
pengembangan bahasa baku tidak dapat dilepaskan dari keberadaan perpustakaan.
d. Administrasi Negara : kelangsungan eksistensi bahasa baku dapat terjamain
dengan adanya administrasi negara yang rapi, tertib dan teratur. Admistrasi negara
yang tidak teratur akan merusak kelangsungan eksistensi bahasa baku.
e. Media massa : tersedianya media massa baik tulis maupun elektronik akan
menjamin tercapainya pembakuan bahasa dengan lebih luas.
f. Tenaga : pembakuan bahasa juga memerlukan tenaga-tenaga terlatih dan
terdidik dalam bidang kebahasaan. Tiadanya atau kurangnya tenaga kebahasaan ini
akan menyulitkan proses pembakuan bahasa.
g.Penelitian : tanpa adanya penelitian yang terus menerus di bidang
kebahasaan, usaha pengembangan dan pembakuan bahasa tidak akan mencapai
kemajuan.

Adanya ragam baku, termasuk lafal baku, dalam bahasa Indonesia merupakan
tuntutan Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa Melayu sebagai bahasa

6
persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk bisa
berkomunikasi satu sama lain baik secara lisan maupun tertulis dalam bahasa
persatuan. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala
bentuk kegiatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
dilakukan dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa
Indonesia itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil yang baik
jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama–dalam hal ini ragam baku bahasa
Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan tentu saja dibutuhkan lafal baku. Upaya
pembakuan lafal bahasa Indonesia pada dasarnya dapat dilaksanakan dengan dua
jalur, yaitu jalur sekolah dan jalur luar sekolah.

7
4.Ciri-ciri Bahasa Indonesia

a. ciri-ciri bahasa Indonesia baku


Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti
halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa
orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolak
ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan. Pengembangan ragam
bahasa baku memiliki ciri atau arah, yaitu:

1) tidak terpengaruh bahasa daerah;


2) tidak dipengaruhi bahasa asing;
3) bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
4) pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
5) pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
6) tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

Adapun ciri-ciri bahasa baku menurut Hasan Alwi (2003:14) ciri-ciri bahasa baku
terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa


kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah
setiap saat.
2) Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf,
dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran
atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
3) Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses
pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah,
bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

b. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Nonbaku

Bahasa nonbaku juga memiliki ciri yaitu sebagai berikut:

1) Umumnya digunakan dalam percakapan sehari-hari


2) Dipengaruhi oleh bahasa daerah dan asing
3) walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti
yang sama;
4) dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman;
5) dapat terpengaruh oleh bahasa asing;
6) digunakan pada situasi santai/tidak resmi;

8
5. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

a. bahasa Indonesia sebagai pemesatu bangsa

Sejak awal pembentukannya, Bahasa Indonesia menunjukan proses sosial,


budaya, dan politik yang menjadi sikap bersama sebagai bangsa Indonesia. Karena itu
Bahasa Indonesia juga dapat dianggap sebagai cerminan sikap kebangsaan untuk
memajukan Bhineka Tunggal Ika. Sebagai sebuah produk sosial-budaya yang
bhineka. Pada kenyataanya hampir semua penduduk di Indonesia mengerti Bahasa
Indonesia dan bahasa ini juga sudah diikrarkan menjadi bahasa nasional ketika
Sumpah Pemuda dikumandangkan tahun 1928. Meskipun pada kenyataanya bahasa
Indonesia berasal dari bahasa minoritas yaitu bahasa Melayu, namun kekuatannya
dalam mempersatukan bangsa Indonesia sudah tak bisa diremehkan lagi. Sebagai
bukti dilihat dari semangat para pejuang saat mengupayakan kemerdekaan Indonesia.
Mereka dengan lantang menyuarakan semboyan “Merdeka atau Mati !”. Semboyan
ini secara merta membangkitkan semangat rakyat untuk terus berjuang demi kesatuan
bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa kekuatan bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa tidak bisa dianggap sebagai hal yang remeh.

Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat
menggunakan bahasa daerahnya, maka kemungkinan terbesar masyarakat tersebut
tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian,
bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa
Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek
bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat
bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan
bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa
Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional
yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya
sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.

b. bahasa Indonesia sebagai kekhasan bangsa

Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan


bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat
perasaan kepribadian masyarakat Indonesia. Hal itu terlihat pada penutur bahasa
Indonesia. Yang meragukan sebagian orang ialah apakah perasaan itu bertalian lebih
erat dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa baku. Yang jelas
ialah pendapat orang banyak bahwa bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Malaysia
atau dari bahasa Melayu di Singapura dan Brunei Darussalam. Bahkan bahasa
Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau- Johor yang menjadi

9
induknya. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Pembakuan
kata memberikan bahasa khas dari suatu bangsa. Oleh karena itu, penerapan kata
baku pada Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat memperkuat rasa
nasionalisme masyarakat kita.

Penggunaan bahasa baku sanggup menjadi ciri khas bagi setiap penggunanya,
baik itu individu maupun kelompok. Dengan digunakannya bahasa baku dalam
keseharian, maka individu ataupun kelompok tersebut akan menjadi pembeda
diantara individu atau kelompok lainnya.

c. bahasa Indonesia sebagai kewibawa bangsa

Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai


kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku
sendiri. Ahli bahasa dari beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya berpendapat
bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di
Asia Tenggara ( dan mungkin juga di Afrika) yang juga memerlukan bahasa yang
modern. Di sini pun harus dikemukakan bahwa prestise itu mungkin lebih dimiliki
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional daripada sebagai bahasa baku. Dapat juga
dikatakan bahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa baku
yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun
begitu, menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan di beberapa tempat bahwa
penutur yang mahir bebahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa
di mata orang lain.

Hal ini dikarenakan bahasa baku identik dengan formalitas dan kesantunan.
Selain itu, orang atau kelompok yang memakai bahasa baku juga identik sebagai
orang yang memahami dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia yang baik juga benar.
Oleh karenanya, bahasa Indonesia yang baku sanggup membawa kewibawaan bagi
siapapun yang menggunakannya, baik individu maupun kelompok.

d. bahasa Indonesia sebagai kerangka acuan bangsa

fungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma
dan kaidah yang (dikodifikasi) secara jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur
bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan. Dengan
demikian, penyimpangan norma dan kaidah dapat dinilai. Bahasa baku juga menjadi
kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang
susastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian
karena bentuknya yang khas, seperti di dalam permaianan kata, iklan, dan tajuk
berita. Fungsi ini di dalam bahasa Indonesia baku belum berjalan dengan baik.

10
Bahasa baku sanggup menjadi contoh seseorang dalam berbahasa. Hal ini
sebab bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia,
sehingga layak untuk menjadi contoh berbahasa seseorang. Bila seseorang bisa
memakai bahasa baku dengan baik, maka orang tersebut dianggap sudah memakai
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitu pun sebaliknya, orang yang belum bisa
memakai bahasa baku dengan baik, akan dianggap belum menguasai bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Bahasa Indonesia bukanlah sebuah sistem yang tunggal. Sebagai bahasa yang
hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi yang masing-masing mempunyai
fungsi tersendiri dalam proses komunikasi. Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam
pengertian tidak ada yang lebih baik atau lebih tinggi daripada yang lain. Salah satu
variasi tersebut diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut
dinamakan bahasa standar atau bahasa baku.

Bahasa Indonesia baku memiliki bidang pemakaian tersendiri, tidak setiap saat atau
waktu dapat dipakai. Bahasa Indonesia baku dapat dipakai dalam situasi berbahasa
sebagai berikut :

1).Untuk komunikasi resmi, seperti upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat


dinas, pengumuman resmi dan sebagainya.

2).Untuk wacana teknis, misalnya laporan kegiatan, makalah ilmiah (skripsi,


tesis, disertasi) dan sebagainya.

3).Pembicaraan di depan umum, seperti pidato, ceramah, seminar, dan


sebagainya.

4).Berbicara dengan orang yang patut dihormati, misalnya pejabat


pemerintahan, atasan, guru, dan sebagainya.

11
6. Karakteristik Bahasa Baku Indonesia

a. Bersifat inklusif dan terbuka

Berbagai bahasa daerah dan bahasa asing menjadi bahasa serapan dan
kemudian menjadi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menunjukan proses
komunikasi dan pergaulan masyarakat yang inklusif, termasuk pergaulan dengan
bangsa lain. Karena itu, ide “pemurnian bahasa’’ bertentangan dengan prinsip inklusif
yang menjadi roh dari Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
hidup karena inklusivismenya.

b. Bersifat pluralis.

Menerima perbedaan dan keragaman sebagai sebuah kekayaan bangsa. Kamus


Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah cerminan dari Bhineka Tungal Ika—
keberagaman yang menjadi legasi bangsa. Bahasa Indonesia akan terus berkembang
karena pluralisme menjadi roh dari bahasa tersebut. Tanpa plurlisme Bahasa
Indonesia ibarat badan tanpa jiwa.

c. Bersifat demokratis dan egaliter

Semua orang dari berbagai status sosial, latar belakang, suku dan agama dapat
berkomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa yang sama. Tidak ada hirarki
sosial dalam penggunan Bahasa Indonesia. Karena itu Bahasa Indonesia dengan cepat
dapat menjadi “bahasa kemanusiaan” dimana semua manusia menjadi setara
dihadapan Bahasa Indonesia.

d. Bersifat pemersatu bangsa

Bahasa Indonesia kehadirannya dapat diterima disemua daerah, wilayah,


lintas agama dan lintas etnis, orang desa dan orang kota, perempuan maupun laki-
laki. Kehadiranya sebagai pemersatu sudah berumur lebih tua dari Republik
Indonesia sendiri. Dengan karakter tersebut maka sikap anti pluralis, anti inklusivitas,
anti kesetaraan dan pemecah belah persatuan bangsa, dapat dianggap ancaman bagi
keberlanjutan bahasa Indonesia.Oleh karena itu, inklusivisme, egalitarisme dan
pluralisme yang melekat pada Bahasa di Indonesia perlu dikelola untuk kebutuhan
pembangunan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia. Kebijakan memasukkan
Bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing dalam pendidikan harus dapat
meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai peneguh identitas bangsa yang
menyatukan keberagaman suku bangsa di Indonesia

12
7. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu Dalam
Kehidupan Masyarakat

Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi


sosial merupakan hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok manusia,
maupun antara orang dengan kelompok manusia. Efek interaksi sosial di arus
globalisasi membuat masyarakat di Indonesia melupakan kaidah tata bahasa dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena faktor penyebab yaitu
dengan menggunakan bahasa gaul menjadi sebuah hal yang kerap ditemui di ruang
kelas, baik di atas lembar jawaban ulangan, dalam tugas mahasiswa dan dalam
presentasi di depan kelas.
Di dalam masyarakat kita saat ini masih banyak orang yang tidak
menggunakan bahasa baku, mereka cenderung menggunakan bahasa gaul. Namun
terkadang mereka juga berbicara dengan menggunakan logat daerahnya masing-
masing. Kebanyakan orang yang menggunakan bahasa baku ialah kalangan terpelajar
yang sopan dan beretika. Mereka berbicara kepada orang yang lebih tua, atau pejabat
dengan menggunakan bahasa yang baik, bahasa yang baku dan tidak menggunakan
bahasa gaul. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap
manusia yang lain .
Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai
sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam praktiknya kehidupan
sehari-hari sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kita
mempergunakan bahasa Indonesia perlu di perhatikan waktu dan kesempatan,
misalnya kapan kita menggunakan bahasa baku pada situasi resmi dan ilmiah .
Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat
Indonesia , dapat kita ambil contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa
baku hanya nampak dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit
per hari. Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi
periklanan,pemilihan nama acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu
sendiri.

13
8. Menurunnya Minat Generasi Muda Menggunakan Bahasa Indonesia

Kita tahu bahwa Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu
yang merupakan kekuatan di dalam dan tampak di luar sebagai gerak – gerik. Dalam
menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan.
Manusia memberi corak dan menentukan sesudah memilih dan mengambil
keputusan. Perubahan minat memilih dan mengambil keputusan disebut keputusan
kata hati. Minat berbahasa berarti bagaimana keinginan yang timbul dari dalam hati
kita dalam menguasai bahasa dalam artian apa saja bahasa yang disukai dan
bagaimana kita untuk menguasainya. Bahasa sebagai alat vital dalam penyampaian
pesan, maksud, dan tujuan menjadi wadah paling mudah untuk menyebarluaskan
segala unsur-unsur populer dalam lingkungan masyarakat. Dalam pengertian ilmiah,
bahasa dimaknai sebagai sebuah sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manunisiawi. Secara tradisional, bahasa merupakan alat untuk
berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti sebagai alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, pada hakikatnya merupakan sebuah
sistem yang terdiri atas beberapa unsur yang saling mendukung. Fungsi tersebut
mencakup lima fungsi dasar yang disebut expretion, information, exploration,
persuation, dan entertaiment.

Dalam komunikasi, peranan bahasa sungguh sangat penting. Segala informasi


yang disampaikan memerlukan bahasa. Bahasa Indonesia sebagai media komunikasi
utama di Indonesia semakin menunjukkan kedewasaan dan kematangannya. Makna
yang disampaikan dalam sebuah bahasa tidak hanya terkait dengan pilihan kata, tetapi
juga cara penyampaiannya. Kridalaksana mengemukakan, bahwa ragam bahasa
adalah “variasi bahasa menurut pemakaiannya yang dibedakan menurut topik,
hubungan pelaku, dan medium pembicaraan.” Remaja masa kini lebih sering dan
senang menggunakan bahasa gaul dari pada bahasa resmi. Menurut mereka bahasa
gaul lebih nyaman, dan cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari, remaja masa
kini menganggap penggunaan bahasa resmi terlalu kaku dan monoton, serta tidak
menampakkan kebaruan yang mencolok.

14
9. Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan
sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang
dewasa.

Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari


kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat
disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah
bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake).

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan


pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua.
Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan
tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat
pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan
(1988), antara lain:

a.Taksonomi Kategori Linguistik

Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik


atau unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan
bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa
lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan
imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa,
dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.

b.Taksonomi Siasat Permukaan

Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar


bahasa berubah. Para penutur bahasa mungkin saja :

1) Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)


2) Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
3) Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
4) Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)

15
Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir
yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan
ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik
dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang
salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau
kelompok morfem.

c.Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada


perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan
tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi
komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang
belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar
yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang
dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.

Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat


sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-
frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy)
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).

Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat


dibedakan menjadi:

1) Kesalahan Perkembangan (Development Errors)


Kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-
anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama
Contoh:
Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata
nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada
contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau
tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
2) Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-
mata mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan
struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-
proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang

16
menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan
yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang
berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar.
Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan
interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari
pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Contoh:
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo
yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau
urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari
berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi
karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda
karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila
tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan
pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan
terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa
Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t
matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam
Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh
tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata
tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

3) Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)


Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan
sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa.
Contoh:
Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya
Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
mereka.
a) Menulis saya (Saya menulis)
b) Tidur dia (Dia tidur)
c) Pergi kami (Kami pergi)
d) Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri
di depan kakak / ibu)

4) Kesalahan Lain (Other Errors)


Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis
komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan
unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para
pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa
yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari

17
bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang
mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan
(kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa
pertama maupun bahasa kedua.
Contoh;
Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa
yang digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi
gak papa gin.

d.Taksonomi Efek Komunikatif

Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan


itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi
kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau
pembaca.Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-
kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

1)Kesalahan Global (Global Errors)


Kesalahan Global adalah kesalahan yang
mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-
benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan
sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan
Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt
Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
Salah menyusun unsur pokok
Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya :
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya :
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita
sekarang

Hilangnya ciri kalimat pasif


Misalnya :
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya :
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

18
2).Kesalahan Lokal (Local Errors)

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah


unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu
komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya
terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan
Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”. Dalam bahasa
Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai
berikut.

Misalnya

Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh


semangat.

Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.

19
10. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Berdasarkan Nilai Kepastian Hukum

Sejak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang- Undangandiundang, peran peraturan Perundang-undangan
sebagai salah satu sumber hukum masih mengalami dilema dalam implementasinya.
Salah satu dilema yang terjadi adalah pembentukan peraturan Perundangan dalam
mendukung asas kepastian hukum. Banyak tata bahasa yang masih multitafsir,
sehingga Perundang-undangan dianggap tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Persoalan tersebut inilah yang semestinya perlu ditinjau dari sudut pandang tata
bahasa baku sebagai salah satu instrumen pembentukan peraturan Perundang-
undangan yang bernilai kepastian hukum. Dalam kajian yang dilakukan digunakan
metode penelitian secara kualitatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa bahasa
Indonesia baku menjadi salah satu instrumen yang tepat untuk mewujudkan nilai
kepastian hukum dalam proses pembentukan peraturan Perundang-undangan. Namun,
secara normatif, hal ini bisa digunakan apabila syarat dalam pembentukan peraturan
Perundangan, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menjadikannya sebagai
instrumen formil bahwa bahasa Indonesia baku, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan
benar menjadi acuan pembentukan peraturan Perundang-undangan.

20
11. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku yang Baik dan Benar

Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa


konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Pada suatu kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa
Indonesia yang benar menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa.

Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang
dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan
demikian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya pemakaian bahasa
Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti
kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku, melainkan kaidah gramatikal bahasa
nonbaku.

Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian
bahasa Indonesia nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang
sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia nonbaku. Konsep baik dan benar
dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung
saling berkait. Konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga
merupakan pemakaian bahasa yang benar.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Kita


harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh karena
itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang khalayak sasaran kita tidak boleh diabaikan.

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa.
Ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu: tata bahasa, pilihan kata, tanda baca,
dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam
penggunaan bahasa lisan dan tulisan. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus
dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang
memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar:

a. Tata bunyi (fonologi), misalnya bunyi f,v,dan z. contoh kata-kata yang


benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin,devaluasi, zakat, izin, bukan pajar,
motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalh lafal juga termasuk
aspek tata bunyi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan
komplek, tranmigrasi, ekspot.

21
b. Tata bahasa (kata dan kalimat) misalnya, bentuk kata yang benar adalah
ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawabkan, bukan obah,
rubah, robah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban.

c. Aspek kosa kata (termasuk istilah), kata-kata seperti bilang, kasih, entar,
dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar dan
sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam peristilahan, istilah dampak
(impact), bandar udara, keluaran (output) dipilih sebagai istilah yang benar daripada
istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil.

d. Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, system, objek,
jadwal, kualitas, dan hierarki.

e. Dari segi maknanya, penggunaan bahas ayang benar bertalian dengan


ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam
bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan).

22
12. Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku

Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut
ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.

No Kata Baku Kata Nonbaku


1. Aktif aktip, active
2. Alquran Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
3. Apotek Apotik
4. Azan Adzan
5. Cabai cabe, cabay
6. Daftar Daptar
7. Doa do’a
8. efektif efektip, efektive, epektip, epektif
9. Elite Elit
10. e-mail email, imel
11. Februari Pebruari, February
12. Foto Photo
13. fotokopi foto copy, photo copy, photo kopi
14. hakikat Hakekat
15. Ijazah ijasah, izajah
16. Izin Ijin
17. jadwal Jadual
18. Jumat Jum’at
19. karena Karna
20. karismatik Kharismatik
21. kreatif kreatip, creative
22. lembap Lembab
23. lubang Lobang
24. Maaf ma’af
25. makhluk Mahluk
26. mukjizat mu’jizat
27. Napas Nafas
28. nasihat Nasehat
29. Objek Obyek
30. Provinsi propinsi, profinsi

23
Berikut di bawah ini beberapa kalimat bahasa Indonesia baku dan nonbaku

a.kalimat Baku

1) Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.


2) Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3) Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4) Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5) Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.Kita
memerlukan
6) pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengembangan kota.

b.kalimat Tidak Baku

1) Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.


2) Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3) Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan
dengan tuntas.
4) Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5) Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu
B.
6) Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.

24
BAB III

PENUTUP

SIMPUL

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan. Dengan


bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa
terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa baku
merupakan bahasa standar atau pokok yang digunakan oleh masyarakat pada suatu
negara. Sedangkan bahasa nonbaku adalah bahasa yang berbeda dengan struktur atau
gaya baku, dan biasanya digunakan pada lingkungan atau keadaan tidak resmi.

Menurut Hasan Alwi (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu;

1.Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah.
Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian,
bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa.

2.Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian
nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.

3.Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta


wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan
bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.

4.Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa


dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah
itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau
golongan.

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan,
yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif,
baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan
diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar
karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

25
Hasil penelitian ditemukan bahwa bahasa Indonesia baku menjadi salah satu
instrumen yang tepat untuk mewujudkan nilai kepastian hukum dalam proses
pembentukan peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian, bahasa baku
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Namun
pada kenyataan di dalam kehidupan bermasyarakat saat ini banyak orang lebih suka
menggunakan bahasa gaul atau bahasa daerahnya sendiri. Alasan mereka jarang
menggunakan bahasa Indonesia yang baku ialah karena tidak bernilai jual, tidak gaul,
tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca.
Bahasa Indonesia juga memiliki bahasa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku
pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya dipelajari di sekolah dan
digunakan pada lingkungan dan keadaan yang resmi. Masing-masing bahasa baku
dan nonbaku memiliki fungsi dan ciri yang berbeda. Baik itu bahasa Indonesia baku
dan nonbaku sebaiknya digunakan dan dipakai dengan benar.

SARAN

1. Bagi Pembaca

Agar dengan adanya makalah ini lebih menyadari bahwa pentingnya bahasa
Indonesia yang baku sebegai alat komunikasi antar individu maupun kelompok.
Pembaca diharapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia baku di
dalam kehidupan sosialnya di dalam masyarakat, dengan mengurangi penggunaan
bahasa gaul yang perkembangannya semakin meningkat. Setelah membaca karya tulis
ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman agar pembuatan
makalah kedepannya lebih baik. Dan kami mengharapkan agar kiranya bahasa
indonesia baku dan non baku sebaiknya digunakan dan dipakai dengan benar.

Masyarakat di harapkan untuk mengurangi sedikit demi sedikit penggunaan


bahasa gaul ataupun bahasa daerah , ini agar fungsi dari bahasa Indonesia baku
sebagai pemersatu tidak lenyap begitu saja.

Saya diharapakan agar tidak hanya membuata makalah ini sebagai


penambahan nilai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia. Namun juga menjadi
bahan referensi diri untuk lebih sadar akan penggunaan bahasa Indonesia yang baku
di dalam kehidupan saya sehari-hari , terlebih lagi dalam situasi resmi, saat
presentasi, pidato, sambutan , dan dalam proses perkuliahan.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://ahmadinati.blogspot.com/2012/11/penggunaan-bahasa-baku .html
https://aliseptiansyah.wordpress.com/2014/10/08/penggunaan-bahasa-indonesia-
dengan-baik-dan-benar/
http://brianunyu.blogspot.com/2015/11/makalah-bahasa-baku.html

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/2756/bahasa-sebagai-
pemersatu-bangsa
https://bahasa-indonesia-non-baku.html&usg=AOvVaw2ivvli8iy_pm0rLgZjwjpo

https://bahasa-sebagai-pemersatu-bangsa_584837c25eafbd1d2465d9cc&usg=AOvVaw3-
JeFecdbVX3eHUVb0aCL5

https://coursehero.com/file/p1qdsj8/Fungsi-pemberi-kekhasan-yang-diemban-oleh-bahasa-
baku-memperbedakan-bahasa-itu/

http://ebahasaindonesia.com/2014/11/definisi-fungsi-dan-ciri-ciri-bahasa.html
https://intisarinews.co.id/bahasa-sebagai-pemersatu-bangsa/

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_baku
https://kompasiana.com/nurul_hikmah/552cb8b56ea834246a8b45a1/menurunnya-minat-
generasi-muda-menggunakan-bahasa-indonesia

https://kompasiana.com/muhamadihrom/5cd02f823ba7f71d74180d62/penggunaan-
bahasa-dalam-interaksi-sosial?page=all

http://materi-pelajaran-smk.blogspot.com/2015/04/pembahasan-lengkap-bahasa-
baku-dan-contohnya.html
https://neliti.com/id/publications/173682/penggunaan-bahasa-indonesia-baku-untuk-
mendukung-pembentukan-peraturan-perundang

https://peranan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html&usg=AOvVaw0FAtZkB7ZFcYQnG5zokn4x
http://riosaputraa.blogspot.com/2012/10/bahasa-sebagai-lambang-pemersatu.html 26
https://rukanahep.wordpress.com/2016/04/05/makalah-penggunaan-kata-baku-dan-
tidak-baku-dalam-bahasa-indonesia/
http://shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-dan-tidak-baku/
#ixzz2LAFl0NSl

27
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiwg8
_V2cPlAhWo4nMBHVdYCbgQFjACegQIDBAJ&url=https%3A%2F
%2Fwww.edutafsi.com%2F2015%2F09%2Fciri-ciri-bahasa-
baku.html&usg=AOvVaw2pOF1nIs88IaDTZEltV_Rc
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwii44y
s2cPlAhU563MBHfFpAAEQFjADegQIAxAG&url=https%3A%2F
%2Fblog.typoonline.com%2Fperbedaan-antara-bahasa-yang-baik-dan-bahasa-yang-
benar%2F&usg=AOvVaw3nk4twXeHRvje3X6Y98m_M
http://zona-mania.blogspot.com/2011/11/pembakuan-bahasa.html
http://zainalnusyirwan.blogspot.com/2013/04/bahasa-baku-dan-non-baku-dalam-
bahasa.html

28

Anda mungkin juga menyukai