KULIAH TUGAS 1
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
1. Polisi menangkap sekumpulan penyebar berita hoax yang meresahkan masyarakat.
Polisi mengatakan kalau tindakannya tersebut melanggar hukum. Pelaku bersikukuh
kalau hal tersebut dilakukan hanya untuk becanda saja dan tidak tahu kalau
merugikan negara. Apapun yang menjadi alasan, aparat penegak hukum tetap
melakukan penahanan dengan berbagai cara.
Analisis kasus di atas menggunakan kerangka berpikir konsep negara menurut Max
Webber dan Robert Mac Iver !
Jawaban:
Kerangka berpikir konsep negara menurut Max Webber:
Negara adalah satu-satunya lembaga yang memiliki keabsahan untuk melakukan
tindakan kekerasan terhadap warga negaranya (The state is a human society that
(successfully) claims the monopoly of the legitimate use of a physical force within a
given territory) (Cholisin, 2007: 6).
Berdasarkan dari konsep negara menurut Max Webber bahwa negara merupakan
lembaga yang memiliki keabsahan untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap
warga negaranya, jika dikaitkan dengan kasus penangkapan sekumpulan penyebar
berita hoax yang mersahkan masyarakat maka negara boleh melakukan tindakan
kekerasan fisik pada pelaku penyebar berita hoax, karena negara memiliki keabsahan
dalam mengambil tindakan tersebut. Seperti halnya dalam kasusu tersebut, negara
melalui lembaga negaranya yaitu polisi menangkap pelaku penyebar berita hoax,
walaupun pelakunya bersikukuh kalau hal tersebut dibuat hanya untuk bercanda dan
tidak tahu kalau merugikan negara. Hoax telah menimbulkan keresahan dan
membuat sebagian masyarakat merasa terancam dan bahkan memunculkan
ancaman perpecahan bangsa. Oleh karena itu, negara harus bertindak tegas bagi
pelaku penyebar berita Hoax.
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
which, acting through law as promulgated by a government endowed to this end with
coercive power, maintains withina community territorially demarcated the universal
external conditions of social order) (Huda, 2012: 12). Dari definisi ini dapat dikatakan
bahwa Mac Iver memahami negara sebagai organisasi yang berada dalam suatu
wilayah, memiliki kekuasaan memaksa sesuai dengan tata hukum yang berlaku.
Pengertian negara yang dikemukakan Mac Iver mendekati pengertian suatu negara
hukum materiil.
Berdasarkan dari konsep negara menurut Robert Mac Iver bahwa negara merupakan
asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat berdasarkan
sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan memaksa. Konsep ini sudah sejalan dengan apa yang
dilakukan oleh polisi sebagai bagian dari lembaga negara pada kasus berita
penyebaran hoax tersebut. Dimana negara untuk menyelenggarakan ketertiban dalam
masyarakat bedasarkan Sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pada
kasus tersebut, negara melalui aparat penegak hukum melakukan penangkapan
sekumpulan penyebar berita hoax yang meresahkan masyarakat dan polisi
mengatakan jika tindakan tersebut melanggar hukum. Hoax merupakan sebuah berita
bohong yang dibuat dengan tujuan mengolok-olok maupun menipu individu atau
kelompok. Penyebar berita hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apapun,
dan oleh siapapun. Salah satu alat penyebar berita hoax yang sedang marak saat ini
adalah media sosial. Upaya negara dalam menanggulangi penyebaran hoax
diperlukan hukum yang represif dan preventif. Langkah pemerintah dalam
menanggulangi adalah menerbitkan UU. Pengaturan UU ITE tersebut merupakan
langkah yang diharapkan menyelesaikan permasalahan tersebut di Indonesia.
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
lingkup Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, salah satunya bidang
keimigrasian.
Dalam pertemuan ini, Menkumham dan Duta Besar membahas terkait rancangan
kerja sama Mutual Legal Assisstance (MLA) dan ekstradisi antar kedua negara.
Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM memiliki Nota Kesepahaman (MoU)
dengan Kementerian Kehakiman, namun kerja sama tersebut, yang sudah
berlangsung selama 5 (lima) tahun, berakhir pada tahun 2018 dan belum
diperpanjang kembali. "Tujuan kunjungan ini untuk memperoleh tindak lanjut terkait
kelangsungan kerja sama ini, apakah Kementerian Hukum dan HAM tertarik untuk
melanjutkan perjanjian dan menandatangani beberapa kesepakatan atau tidak," Ujar
Dubes Belarusia.
Didampingi oleh Kepala Biro Humas, Hukum, dan Kerja Sama, perwakilan bagian
Kerja Sama Luar Negeri, dan Linggawaty Hakim selaku penasehat Menteri,
Menkumham juga membahas terkait kerja sama dalam bidang perdagangan (trade)
dengan Belarusia terutama dalam bidang traditional market yang saat ini sedang
berkembang. Dubes Belarusia mengatakan beberapa tahun terakhir jumlah turis dari
Belarusia ke Indonesia semakin meningkat, bahkan mencapai 5.000 orang. "Hal ini
merupakan hasil dari kerja sama Indonesia dan Belarusia dalam hal Bebas Visa
Kunjungan (BVK)," Ujar Dubes Belarusia.
Hubungan baik yang sudah terjalin selama kurang lebih 27 tahun antara Indonesia-
Belarusia, diharap mampu terus dipertahankan. "Saya berharap kerja sama dalam
bidang hukum antar negara dapat menjadi solusi atas permasalahan kejahatan antar
negara (transnational crime dan crossborder crime)," ujar Menkumham. Selain itu,
Menkumham dan Dubes berharap bahwa kerja sama bilateral Indonesia– Belarusia
terus ditingkatkan dalam beberapa aspek, misalnya dalam bidang Keimigrasian,
capacity building, dan kerja sama dalam bidang politik, budaya, dan ekonomi antar
negara. (Gusti, Kiki, foto : Komar)
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
Sumber: https://www.kemenkumham.go.id/berita/pertemuan-indonesia-belarusia-
tingkatkan-kerja-sama- bilateral
Berikan analisis anda mengenai kasus di atas ditinjau dari sudut pandang unsur de
leer van de rechtsbetrekking!
Jawaban:
Menurut Logemann, salah satu unsur-unsur negara secara Yuridis yaitu de leer van
de rechtsbetrekking (Hubungan Hukum). Maksudnya adalah hubungan hukum antara
penguasa dan dikuasai termasuk hubungan hukum ke luar dengan negara lainnya
secara internasional.
Kerja sama internasional telah menjadi salah satu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dalam penyelenggaraan negara beserta hubungan hukum dengan negara
lain, seperti pertemuan Indonesia-Belarusia dalam meningkatkan kerja sama bilateral
terkait ekonomi, politik, hukum dan khususnya kerja sama dalam ruang lingkup
Kementerian Hukum dan HAM, salah satunya bidang keimigrasian. Hubungan baik
antara Indonesia dengan Belarusia selama 27 tahun terus dipertahankan dan
ditingkatkan dalam beberapa aspek, misalnya dalam bidang Keimigrasian, capacity
building, dan kerja sama dalam bidang politik, budaya, dan ekonomi antar negara.
Jadi, ditinjau dari sudut pandang unsur de leer van de rechtsbetrekking (Hubungan
Hukum) antara Indonesia dengan Belarusia sudah berjalan 27 tahun. Hubungan
Hukum kerja sama internasioanal dituangkan dalam bentuk perjanjian. Perjanjian
Internasional adalah salah satu sumber utama hukum internasional. Negara
mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri kedalam sebuah internasional melalui
Pemerintah Pusat, begitu juga apa yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM RI
pada pertemuan antara Indonesia dengan Belarusia terkait hubungan hukum secara
internasional. Hal ini dilakukan karena suatu negara membutuhkan negara lain
sehingga diperlukannya hubungan hukum ke luar negara lain secara internasional.
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
3. Pada negara 'Y' masyarakatnya patuh terhadap semua titah yang diucapkan raja. Hal
ini berbeda dengan yang ada pada negara 'X' yang masyarakatnya patuh terhadap
pemuka agama/pastur yang ada di negaranya. Kekuasaan tokoh agama di negara 'X'
lebih tinggi dari seorang raja.
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
b. Teori Ketuhanan Thomas Aquinas:
Sebenarnya kedudukan Raja dan tokoh agama/pastur adalah sama tinggi,
keduanya wakil Tuhan yang masing-masing mempunyai Tugas berlainan yaitu
Raja mempunyai tugas di bidang keduniawian yaitu mengusahakan agar rakyatnya
hidup bahagia dan sejahtera di dalam negara, sedangkan Tokoh agama/Pastur
mempunyai tugas di bidang kerohanian yaitu membimbing rakyatnya agar kelak
dapat hidup bahagia di akhirat. Berdasarkan pernyataan pada soal, negara ‘Y’
menganut teori Ketuhanan Thomas Aquinas, dimana pada negara 'Y'
masyarakatnya patuh terhadap semua titah yang diucapkan raja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teori Ketuhanan Santo Augustinus
memposisikan kedudukan tokoh agama/pastur lebih tinggi dari kedudukan negara
(raja), sedangkan Teori Ketuhanan Thomas Aquinas memposisikan kedudukan tokoh
agama/pastur sejajar dari kedudukan negara (raja) karena masing-masing memiliki
tugas yang berbeda, tokoh agama/pastur dibidang kerohanian (akhirat) dan raja
dibidang keduniawian.
Sumber:
Amito. (2021). Ilmu Negara. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Putra, Widodo Dwi dkk. (2020). Menemukan Kebenaran Hukum dalam Era Post-Truth.
Mataram: Sanabil
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/27/150000469/pengertian-negara-menurut-
para-ahli?page=all
This study source was downloaded by 100000866106367 from CourseHero.com on 04-26-2023 22:11:47 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/156614101/TMK-1-HKUM4209-ILMU-NEGARApdf/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)