Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : I Kadek Satya Arta Dwipa

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 049579763

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/Ilmu Negara

Kode/Nama UPBJJ : 082/Palu

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA

1. Polisi menangkap sekumpulan penyebar berita hoax yang meresahkan masyarakat. Polisi
mengatakan kalau tindakannya tersebut melanggar hukum. Pelaku bersikukuh kalau hal
tersebut dilakukan hanya untuk becanda saja dan tidak tahu kalau merugikan negara.
Apapun yang menjadi alasan, aparat penegak hukum tetap melakukan penahanan dengan
berbagai cara. Analisis kasus di atas menggunakan kerangka berpikir konsep negara
menurut Max Webber dan Robert Mac Iver!
Jawaban:
Dalam kerangka berpikir konsep negara menurut Max Weber, negara adalah suatu institusi yang
memiliki monopoli atas penggunaan kekerasan fisik yang sah di dalam suatu wilayah tertentu. Negara
juga memiliki kekuasaan untuk membuat aturan-aturan yang mengikat seluruh warga negaranya,
termasuk aturan hukum yang harus dipatuhi oleh seluruh warga negara. Pada kasus di atas, polisi
sebagai aparat negara menggunakan kekuasaan dan kekerasan fisik yang sah untuk menegakkan
aturan hukum dan melindungi masyarakat dari penyebaran berita hoax yang meresahkan. Polisi
menahan para pelaku karena tindakan mereka melanggar aturan hukum yang berlaku.

Sedangkan dalam kerangka berpikir konsep negara menurut Robert Mac Iver, negara merupakan
suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur seperti pemerintahan, wilayah, masyarakat, dan
kebudayaan. Seluruh unsur-unsur tersebut saling terkait dan berpengaruh terhadap pembentukan
suatu negara. Untuk kasus ini, polisi bertindak atas dasar menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat yang merupakan salah satu tugas dari unsur pemerintahan dalam sistem negara.
Penahanan para pelaku juga dilakukan untuk menunjukkan bahwa tindakan melanggar hukum tidak
dapat diterima dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang menghargai aturan hukum.

2. Indonesia-Belarusia Tingkatkan Kerja Sama Bilateral


Jakarta - Dalam rangka membahas kerja sama antar negara, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Yasonna H. Laoly, menerima kunjungan duta besar Belarusia, H.E. Dr Valery
Kolesnik, Rabu (29/01). Bertempat di Gedung Ex-Sentra Mulia, kunjungan kehormatan
dilakukan untuk membahas kerja sama antara Indonesia dengan Belarusia terkait ekonomi,
politik, hukum, dan khususnya kerja sama dalam ruang lingkup Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia, salah satunya bidang keimigrasian. Dalam pertemuan ini, Menkumham
dan Duta Besar membahas terkait rancangan kerja sama Mutual Legal Assisstance (MLA)
dan ekstradisi antar kedua negara. Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM memiliki
Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Kehakiman, namun kerja sama tersebut,
yang sudah berlangsung selama 5 (lima) tahun, berakhir pada tahun 2018 dan belum
diperpanjang kembali. "Tujuan kunjungan ini untuk memperoleh tindak lanjut terkait
kelangsungan kerja sama ini, apakah Kementerian Hukum dan HAM tertarik untuk
melanjutkan perjanjian dan menandatangani beberapa kesepakatan atau tidak," Ujar
Dubes Belarusia. Didampingi oleh Kepala Biro Humas, Hukum, dan Kerja Sama, perwakilan
bagian Kerja Sama Luar Negeri, dan Linggawaty Hakim selaku penasehat Menteri,
Menkumham juga membahas terkait kerja sama dalam bidang perdagangan (trade) dengan
Belarusia terutama dalam bidang traditional market yang saat ini sedang berkembang.
Dubes Belarusia mengatakan beberapa tahun terakhir jumlah turis dari Belarusia ke
Indonesia semakin meningkat, bahkan mencapai 5.000 orang. "Hal ini merupakan hasil dari
kerja sama Indonesia dan Belarusia dalam hal Bebas Visa Kunjungan (BVK)," Ujar Dubes
Belarusia.
Hubungan baik yang sudah terjalin selama kurang lebih 27 tahun antara Indonesia-
Belarusia, diharap mampu terus dipertahankan. "Saya berharap kerja sama dalam bidang
hukum antar negara dapat menjadi solusi atas permasalahan kejahatan antar negara
(transnational crime dan crossborder crime)," ujar Menkumham. Selain itu, Menkumham
dan Dubes berharap bahwa kerja sama bilateral Indonesia–Belarusia terus ditingkatkan
dalam beberapa aspek, misalnya dalam bidang Keimigrasian, capacity building, dan kerja
sama dalam bidang politik, budaya, dan ekonomi antar negara. (Gusti, Kiki, foto : Komar)
Sumber: https://www.kemenkumham.go.id/berita/pertemuan-indonesia-belarusia-
tingkatkan-kerja-samabilateral
Berikan analisis anda mengenai kasus di atas ditinjau dari sudut pandang unsur de leer van
de rechtsbetrekking!
Jawaban:
Dari sudut pandang unsur de leer van de rechtsbetrekking, jika kerja sama antara indonesia dan
Belarusia diperpanjang akan berdampak positif bagi Indonesia karena akan meningkatkan
pembangunan dalam negeri, berkembangnya budaya, meningkatkan perekonomian antar negara
terutama di bidang Traditional Market , serta mengurangi tindakan kriminalitas. Dengan adannya
hubungaan penguasa dan yang dikuasai akan lebih mudah menjalakan kerja sama tersebut karena
suara masyarakat bisa didengar oleh pimpinan.

3. Pada negara 'Y' masyarakatnya patuh terhadap semua titah yang diucapkan raja. Hal ini
berbeda dengan yang ada pada negara 'X' yang masyarakatnya patuh terhadap pemuka
agama/pastur yang ada di negaranya. Kekuasaan tokoh agama di negara 'X' lebih tinggi dari
seorang raja.
Dari dua pernyataan di atas, buatlah perbandingan terbentuknya negara menurut kerangka
berpikir teori Ketuhanan Santo Augustinus dan Thomas Aquinas!
Jawaban:
Dari kerangka berpikir teori Santo Augustinus, negera ‘Y’ yang patuh terhadap titah yang diucapkan
raja akan terbentuk negara yang didasarkan ideologi negara daripada agama jadi masyarakat
mengutamakan ketertiban dan kepentingan umum
sehingga dianggap negara merupakan penjelmaan yang tidak sempurna. Sedangkan negara ‘X’ sesuai
dengan teori tersebut yaitu negara yang patuh terhadap pemuka agama/pastur yang ada di
negaranya. Jadi seluruh program, kegiatan, dan lain lain berdasarkan gereja yang dipimpin Sri Paus,
membimbing masyarakat di bidang kerohanian agar kehidupan masyarakat makmur dan sejahtera
serta kelak dapat hidup di bagian akhirat.

Kemudian dari kerangka berpikir teori Thomas Aquinas, negara ‘Y’ akan terbentuk negara yang
berideologi dari kehendak raja dimana kesepakatan dari raja dan pihak agama karena kedudukan raja
dan Sri Paus sama tinggi. Sedangkan negara ‘X’ bertolak belakang dengan teori tersebut karena
masyarakat patuh terhadap pemuka agama daripada rajanya. Jadi negara akan terbentuk seperti dua
dasar negara yaitu dari pihak kerohanian dan rajanya sehingga negara tidak sempurna.

Anda mungkin juga menyukai