Anda di halaman 1dari 13

SUMBER-SUMBER HUKUM

Inisiasi Tuton Ke-4


PIH/PTHI
Program Studi Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
DEFINISI

• Perkataan sumber hukum menunjuk kepada pengertian tempat dari mana asal-muasal suatu
nilai atau norma tertentu berasal. Sumber hukum dijadikan bahan untuk penyusunan
peraturan perundang-undangan.
• Hans Kelsen, sumber hukum adalah ekspresi yang figuratif dan ambigu, istilah tersebut tidak
hanya digunakan untuk menyebut metode pembuatan hukum, yaitu kebiasaan dan legislasi,
tetapi juga untuk mengkarakteristikkan alasan validitas hukum, khususnya alasan paling
akhir, norma dasar menjadi sumber hukum.
• C.S.T Kansil, sumber hukum merupakan segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan
yang mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
• Secara garis besar, pada hakikatnya digolongkan menjadi dua, yaitu sumber-sumber hukum
materiil yaitu perasaan hukum-hukum atau keyakinan hukum individu dan pendapat umum,
yang menjadi faktor penentu dari isi hukum. Sedangkan, sumber hukum formil sumber
hukum yang ditinjau dari segi pembentukannya. Sumber-sumber hukum tidak terlepas dari
perkembangan masyarakat itu sendiri.
Sumber Hukum Materiil (Welbron)

• Menurut Utrecht, sumber-sumber hukum materiil yaitu perasaan hukum-hukum atau keyakinan hukum
individu dan pendapat umum (public opinion), yang menjadi faktor penentu dari isi hukum (determinant
materiil).
• Menurut Algra, dikutip oleh Sudikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa sumber Hukum Materiil adalah
tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum. Sumber hukum materiil adalah beberapa faktor yang dianggap dapat menentukan isi
hukum.
• Faktor-faktor yang dimaksud yaitu:
1) Faktor idiil: beberapa patokan yang tetap tentang keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk undang-
undang ataupun para pembentuk hukum lainnya dalam melaksanakan tugasnya.
2) Faktor riil: Hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan merupakan petunjuk hidup bagi
masyarakat yang bersangkutan. Yang termasuk faktor riil antara lain: Struktur ekonomi dan kebutuhan
masyarakat; Adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan menjadi pola tingkah laku
yang tetap; Keyakinan tentang agama dan kesusilaan; Berbagai gejala dalam masyarakat.
• Marhaenis mengemukakan bahwa sumber hukum materiil, ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya
misalnya, KUHP segi materiilnya ialah mengatur tentang pidana umum, kejahatan, dan pelanggaran. Sedangkan,
KUH Perdata, dari segi materiilnya mengatur tentang masalah orang sebagai subyek hukum, barang sebagai
obyek hukum, perikatan, perjanjian, pembuktian, dan kadaluwarsa.
• Sumber hukum materiil pun dapat dimaknai yaitu sumber hukum yang menentukan isi hukum atau sumber dari
mana materi hukum itu diambil. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
menjadi sumber hukum materiil peraturan perundang-undangan di Indonesia.
• Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dalam arti materiil karena:
1) Pancasila merupakan isi dari sumber hukum
2) Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah negara
3) Pancasila merupakan jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan, segala peraturan perundang-
undangan atau hukum apapun yang bertentangan dengan jiwa Pancasila harus dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
• Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm atau kaidah Negara yang fundamentil pertama kali disampaikan oleh
Notonegoro. Pancasila suatu kesusilaan positif, suatu etika kenegaraan, yang menjadi dasar dari negara
Indonesia. Suatu peraturan Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat.
Sumber Hukum Materiil (Welbron)

• Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang ditinjau dari segi pembentukannya. Dalam sumber hukum
formil terdapat rumusan berbagai aturan yang merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan agar ditaati
masyarakat dan para penegak hukum. Singkatnya, sumber hukum merupakan causa efficient dari hukum
• Algra, dikutip oleh Sudikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa sumber hukum formil, ialah tempat atau
sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal.
• Utrecht menyatakan bahwa sumber-sumber hukum formal yaitu yang menjadi determinant formal membentuk
hukum (formele determinanten van de rechtsvorming) menentukan berlakunya hukum.
• Dalam sumber hukum formil, terdapat sumber hukum penting yang berada di bidang hukum tata negara, yaitu
proklamasi dan revolusi kemerdekaan, coup d’etat yang berhasil, serta takluknya suatu negara kepada negara
lain. Sanusi mengatakan bahwa sumber hukum yang umum disebut sumber hukum yang normal, sedangkan
proklamasi, revolusi, coup d’etat dan takluknya suatu negara kepada negara lain disebut sebagai sumber hukum
abnormal. Selain itu, Utrecht menambahkan agama sebagai hukum firmal.
• Sumber hukum formil terdapat yang tertulis maupun tidak tertulis. Selain itu, sumber hukum formal terdiri dari
Undang-Undang, Kebiasaan dan Adat, Traktat, Yurisprudensi, dan Doktrin. Selanjutnya, Utrecht menambahkan
agama sebagai sumber hukum formil. Hal ini disebabkan daerah-daerah di Indonesia pandangan hidup
penduduknya sangat terikat oleh agama, sehingga menjadi sumber hukum yang penting sekali.
Undang-undang
• Dalam ilmu hukum, Undang-Undang terbagi menjadi Undang-Undang dalam arti materiil
(wet in materiele zin) dan Undang-Undang dalam arti formal (wet in formele zin).
Pembagian tersebut pertama kali dikemukakan oleh Paul Laband, seorang pakar hukum
Jerman. Paul mengemukakan bahwa Undang-Undang dalam arti materiil adalah penetapan
kaidah hukum dengan tegas, sehingga kaidah hukum itu menurut sifatnya mengikat.
Sedangkan, Buys menamakan Undang-Undang dalam arti materiil sebagai setiap keputusan
pemerintah (penguasa) yang menurut isinya (materinya) mengikat langsung setiap
penduduk suatu daerah tertentu.
• Undang-Undang dalam arti formal adalah setiap keputusan tertulis sebagai hasil kerjasama
antara pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif yang berisi aturan tingkah laku yang
mengikat secara umum. Undang-Undang dalam arti formal adalah setiap peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh alat kelengkapan negara yang berwenang melalui
tata cara dan prosedur yang berlaku. Dapat dilihat bahwa perbedaan antara Undang-
Undang dalam arti materiil dan formal terletak pada sudut tinjauannya, dimana Undang-
Undang dalam arti materiil dilihat dari segi mengikat umum, sedangkan dalam arti formal
dilihat dari segi pembuatan dan pembentukannya.
Kebiasaan dan Adat
• Kebiasaan dan adat atau custom, merupakan sumber hukum. Namun, kebiasaan dan adat itu tidak sama. Tata
hukum yang bersumber pada kebiasaan disebut hukum kebiasaan, sedangkan yang bersumber pada adat istiadat
disebut hukum adat. Tidak melupakan bahwa masyarakat asli Indonesia tunduk pada adatrecht atau hukum adat.
• Terdapat perbedaan pula antara hukum kebiasaan dan hukum adat, sebagai berikut:
1) Hukum Adat. Hukum adat adalah bagian dari tata hukum Indonesia yang berasal dari adat istiadat. Adat
istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada, telah merupakan tradisi dalam
masyarakat, dan bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Secara substantif, konsep hukum adat adalah
sinonim dengan konsep hukum kebiasaan (customary law), sedangkan secara objektif, Soepomo
mendefinisikan hukum adat sebagai hukum non-statutair yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan
sebagian kecil hukum Islam.
2) Hukum kebiasaan. Keberadaan kebiasaan sering dikaitkan dengan masyarakat primitif. Hal tersebut tercermin
dari penggambaran yang dilakukan oleh Paton dalam pembahasannya tentang asal usul dan batasan dari
kebiasaan. Sebagai sumber hukum, kebiasaan memiliki fungsi yang tidak berbeda dengan peraturan
perundang-undangan, yaitu menimbulkan kewajiban hukum bagi setiap subjek hukum. Kebiasaan merupakan
kaidah hukum yang bersifat abstrak, umum, seperti kaidah dalam peraturan perundang-undangan.
Traktat
• Traktat atau treaty, adalah perjanjian antar negara. Apabila perjanjian itu diadakan oleh dua
negara, maka disebut traktat bilateral, sedangkan apabila perjanjian itu diadakan oleh lebih
dari dua negara maka disebut traktat multilateral. Traktat multilateral terbagi atas dua:
1) Traktat bersifat terbuka: adalah suatu perjanjian yang masih memungkinkan menerima
peserta negara lain, walaupun traktat tersebut telah berlaku dan negara lain itu tidak ikut
serta dalam pembentukannya.
2) Traktat bersifat tertutup: adalah suatu perjanjian yang sudah tidak mungkin lagi diikuti
oleh negara lain yang tidak ikut serta dalam pembentukannya.
• Traktat memuat hukum yang berlaku di wilayah masing-masing negara bersangkutan. Maka
dari itu, untuk tata hukum nasional, traktat merupakan sumber hukum yang formil. Mochtar
Kusumaatmadja berpendapat bahwa kesulitan yang ditemui dalam mempelajari perjanjian
internasional disebabkan banyaknya istilah yang digunakan, seperti traktat, pakta, konvensi,
piagam, charter, protokol, arrangement, accord, modus vivendi, covenant, dan sebagainya.
Namun, secara yuridis semuanya merupakan perjanjian internasional.
Yurisprudensi
• Yurisprudensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata jurisprudentia yang berarti
pengetahuan hukum. Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis peradilan sama artinya
dengan kata jurisprudentie dalam bahasa Belanda dan jurisprudence dalam bahasa Perancis.
Subekti mengemukakan bahwa yurisprudensi adalah putusan Hakim atau Pengadilan yang
tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Kasasi atau putusan
Mahkamah Agung sendiri yang sudah tetap.
• Suatu putusan hakim dapat disebut Yurisprudensi apabila putusan itu sekurang-kurangnya
memiliki lima unsur pokok, yaitu:
1) Keputusan atas sesuatu peristiwa apa hukumnya apabila belum jelas pengaturan
perundang-undangan
2) Keputusan tersebut harus sudah merupakan keputusan tetap
3) Telah berulang kali diputus dengan keputusan yang sama dalam kasus yang sama
4) Memenuhi rasa keadilan
5) Keputusan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung
• Yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum paling penting dalam sistem
hukum di samping peraturan perundang-undangan. Yurisprudensi menjadi sumber
hukum yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam artian yurisprudensi ini
telah mencipta hukum, tanpa memperhatikan apakah putusan pengadilan itu
diikuti atau tidak oleh hakim selanjutnya dalam perkara yang sama. Terdapat dua
asas yang dianut dalam setiap yurisprudensi, yaitu asas preseden dan asas bebas.
• Paton juga mengemukakan tentang adanya tiga golongan yurisprudensi, yaitu Pure
science of law, mengonsentrasikan penyelidikannya pada teori-teori hukum yang
bersifat abstrak, yaitu berusaha untuk menemukan elemen-elemen dari ilmu
hukum murni berupa faktor-faktor yang diakui kebenarannya secara universal,
terlep-as dari preferensi, pandangan yang etis dan sosiologis; Functional
jurisprudence, menganggap pandangan ini pandangan yang terbatas dikaitkan
dengan kehadiran hukum itu, sesungguhnya berfungsi untuk menyelesaikan
berbagai masalah sosial; dan Theological jurisprudence, menganggap lingkup
penyelidikan yurisprudensi bahwa hukum itu merupakan produk dari pemikiran
manusia yang berkaitan erat dengan tujuannya.
Doktrin
• Pendapat ahli hukum terkenal atau doktrin secara umum disamakan dengan
anggapan atau pendapat, para ahli hukum terkenal. Fockema Andreae yang
menyatakan bahwa doktrin adalah ajaran kaum sarjana hukum yang khusus
dipakai sebagai kebalikan dari peradilan, yurisprudensi atau ajaran hukum yang
dibentuk dan dipertahankan oleh pengadilan atau ajaran yang dimajukan dan
dikembangkan oleh pengarang dan buku pelajar.
• Kedudukan doktrin dalam prakteknya sangatlah penting dalam mempengaruhi
pengambilan keputusan hukum oleh hakim. Dalam mengambil keputusan, hakim
seringkali mengutip pendapat atau teori dari seorang atau beberapa orang ahli
hukum mengenai kasus yang dihadapinya, apalagi jika ahli hukum tersebut juga
menyatakan mengenai bagaimana penyelesaian suatu kasus sampai dengan
selesai. Jadi dengan kata lain kedudukan doktrin merupakan sebuah sumber
hukum yang sangat berpengaruh bagi keputusan-keputusan hakim selain undang-
undang.
PEMBAGIAN HUKUM MENURUT BENTUKNYA

• Menurut bentuknya hukum dibedakan atas dua macam hukum tertulis dan tidak tertulis. Hukum tertulis
(State law = written law), adalah hukum yang dicantumkan dalam pelbagai peraturan perundangan.
Penggunaan hukum tertulis telah menjadi hal yang sangat umum, tetapi ia tidak sekaligus bisa disamakan
dengan meningkatnya kualitas keadilan, tetapi hanya menyangkut bentuk saja.
• Hukum tertulis dibagi menjadi:
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan. Hukum yang disusun secara lengkap, sistematis, teratur dan
dibubuhkan, sehingga tidak memerlukan lagi peraturan pelaksanaan. Hukum tertulis Indonesia yang
dikodifikasikan yaitu:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Hukum tertulis di Eropa, misalnya:
• Corpus Iuris Civilis (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh kaisar Justianus dari kerajaan
Romawi Timur dalam tahun 527-565.
• Code Civil (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di Perancis dalam tahun
1604
b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan. Hukum yang meskipun tertulis tetapi tidak disusun secara
sistematis, lengkap dan masih terpisah-pisah, sehingga seringkali masih memerlukan peraturan
pelaksanaan dalam penerapannya, seperti:
• Undang-Undang
• Peraturan Pemerintah
• Keputusan Presiden; dan sebagainya
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai