Snouck Hurgronye :
Ia menentang dengan keras terhadap teori ini, dengan mengatakan bahwa
tidak semua Hukum Agama diterima dalam hukum adat. Hukum agama
hanya memberikan pengaruh pada kehidupan manusia yang sifatnya sangat
pribadi yang erat kaitannya dengan kepercayaan dan hidup batin, bagian-
bagian itu adalah hukum keluarga, hukum perkawinan, dan hukum waris.
Terhaar berpendapat :
Membantah pendapat Snouck Hurgrunye, menurut Terhaar
hukum waris bukan berasal dari hukum agama, tapi
merupakan hukum adat yang asli tidak dipengaruhi oleh
hukum Islam, sedangkan hukum waris disesuaikan dengan
struktur dan susunan masyarakat.
Teori Reception in Complexu ini sebenarnya bertentangan
dengan kenyataan dalam masyarakat, karena hukum adat
terdiri atas hukum asli (Melayu Polenesia) dengan
ditambah dari ketentuan-ketentuan dari hukum Agama
demikian dikatakan oleh Van Vollen Hoven.
Perbedaan Hukum adat dengan Adat
Perbedaan antara adat dengan hukum adat yaitu :
a) Dari Terhaar ;
Suatu adat akan menjadi hukum adat, apabila ada keputusan dari
kepala adat dan apabila tidak ada keputusan maka itu tetap
merupakan tingkah laku/ adat.
b) Van Vollen Hoven :
Suatu kebiasaan/ adat akan menjadi hukum adat, apabila kebiasaan
itu diberi sanksi.
c)Van Dijk :
Perbedaan antara hukum adat dengan adat terletak pada sumber dan
bentuknya. Hukum Adat bersumber dari alat-alat perlengkapan
masyarakat dan tidak tertulis dan ada juga yang tertulis, sedangkan
adat bersumber dari masyarakat sendiri dan tidak tertulis.
RIDDLER TIMES.
BAGAIMANA SEJARAH HUKUM ADAT
INDONESIA PADA MASA HINDIA BELANDA
SAMPAI KE MASA REFORMASI?
Apa landasan yang telah digunakan untuk
menetapkan hukum adat dapat digunakan oleh
masyarakat? Apa dasar yuridis berlakunya hukum
adat di Indonesia?
Masa Hindia Belanda
Berawal dari zaman penjajahan, hukum adat
sangat kental di dalam diri tiap pribumi. Karena
belum terbiasa dengan hukum barat yang telah
ditetapkan oleh Belanda, maka dibuatlah sistem
hukum pluralisme atau Indische Staatsregeling (IS)
agar penduduk golongan eropa, timur asing, dan
pribumi dapat menyesuaikan dengan hukum
masing-masing.
Dalam Indische Staatsregeling, salah satu dasar hukum yang
menjelaskan berlakunya hukum adat terdapat pada Pasal 131
ayat (2) huruf a menjelaskan hukum yang berlaku bagi golongan
eropa, bahwa untuk hukum perdata materiil bagi golongan
eropa berlaku asas konkordansi, artinya bagi orang eropa pada
asasnya hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda akan
dipakai sebagai pedoman dengan kemungkinan penyimpangan-
penyimpangan berhubung keadaan yang istimewa, dan juga
pada Pasal 131 ayat (2) huruf b yang menjelaskan hukum yang
berlaku bagi golongan Indonesia asli atau pribumi dan golongan
timur asing, yang pada intinya menjelaskan bagi golongan
pribumi dan timur asing berlaku hukum adat masing-masing
dengan kemungkinan penyimpangan dalam hal:
Kebutuhan masyarakat menghendakinya, maka akan
ditundukan pada perundang-undangan yang berlaku bagi
golongan eropa.
Kebutuhan masyarakat menghendaki atau berdasarkan