Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN HUKUM ADAT DAN SIFAT HUKUM ADAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Hukum Adat

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

1. Alfina Damayanti (1720102033)


2. Althaf Qosamah putri desky (1730102040)
3. Andi (1730102044)

Dosen Pengampuh : Ramiah Lubis S.H, MH

PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2019
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum Adat, jika kita mendengar kata itu yang terlintas di pikiran kita mungkin
adalah suatu Corak kedaerahan yang begitu kental didalamnya. Karena sifatnya yang
tidak tertulis, majemuk antara lingkungan masyarakat satu dengan lainnya, maka
sangat perlu dikaji perkembangannya. Pemahaman ini akan diketahui apakah hukum
adat masih hidup , apakah sudah berubah, dan ke arah mana perubahan itu.

Di era Modern ini terkadang kita lupa akan latar belakang lahirnya hukum yang
kita kenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara asia
asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok.1 Hukum adat adalah hukum asli
bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula
masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum
adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat
tinggal ataupun atas dasar keturunan

Ada banyak istilah yang dipakai untuk menamai hukum lokal: hukum tradisional,
hukum adat, hukum asli, hukum rakyat, dan khusus di Indonesia – hukum “adat“.
Bagaimana tempat dan bagaimana perkembangannya hukum adat dalam masyarakat
tergantung kesadaran, paradigma hukum, politik hukum dan pemahaman para
pengembannya- politisi, hakim, pengacara, birokrat dan masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Adat?
2. Apa Saja Sifat Hukum Adat?

1
Keebet von Benda-Beckmann: Pluraisme Hukum, Sebuah Sketsa Genealogis dan Perdebatan Teoritis,
dalam: Pluralisme Hukum, Sebuah Pendekatan Interdisipliner, Ford Fondation, Huma, Jakarta, 2006
hal 21

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Adat

Istilah hukum adat dikemukakan pertama kali oleh Prof.Dr.Christian Snouck


Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Accheers”(Orang-orang Aceh), yang
kemudian diikuti oleh Prof. Mr. Cornelis Van Vollen Hoven dalam bukunya yang
berjudul “Het Adat Recht Van Nederland Indie”.

Dengan adanya istilah ini, maka pemerintah kolonial Belanda pada akhir tahun
1929 mulai menggunakan secara resmi dalam peraturan perundangan Belanda.
Hukum adat pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat. Adat
istiadat mencakup konsep yang sangat luas.

Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir yang berarti Hukum Adat pada
umumnya memang belum/tidak tertulis.2 Oleh karena itu dilihat dari mata seorang
ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum adatnya dengan pikiran juga dengan
perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka akan ditemukan peraturan-
peraturan dalam hukum adat yang mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang tidak
boleh dilanggar dan apabila dilanggar maka akan dapat dituntut dan kemudian
dihukum.

Definisi dari hukum adat sendiri adalah suatu hukum yang hidup karena dia
menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri,
hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu
sendiri.

Prof. Mr. B. TerHaar BZN menyebutkan bahwa hukum adat ialah keseluruhan aturan
yang menjelma dalam keputusan para fungsionaris hukum yang mempunyai wibawa
dan pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku secara spontan dan dipatuhi
dengan sepenuh hati.

Prof. Dr. Mr. Sukanto menyatakan bahwa hukum adat adalah komplek adat-istiadat
yang kebanyakan tidak dikodifikasikan dan bersifat memaksa, mempunyai sanksi atau
akibat hukum.

2
Bushar Muhammad.Asas-Asas Hukum Adat (suatu pengantar). (Jakarta; Pradnya Paramitha,1981) hal
60

2
Prof. Dr. Mr. R. Supomo, Hukum adat adalah hukum yang non statuter, yang sebagian
besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah hukum islam.

Prof. Mr. Kusumadi Pujosewoyo, hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku
yang “adat” dan sekaligus “hukum” pula.3

Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven, hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah
laku positip yang disatu pihak mempunyai sanksi (hukum) dan dipihak lain dalam
keadaan tidak dikodifikasi (adat).4

Dari beberapa pendapat para ahli hukum mengenai pengertian Hukum Adat,
dapat disimpulkan bahwa Hukum Adat ialah Norma-norma yang bersumber pada
perasaan peradilan rakyat yang meliputi aturan tingkah laku dan perbuatan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, yang sebagian besar tidak tertulis, tetapi senantiasa
ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai sanksi atau akibat tertentu.

B. Sifat Hukum Adat

Dr. Holleman, dalam pidato inagurasinya yang berjudul De Commune trek in


Indonsische rechtsieven, menyimpulkan adanya empat sifat umum hukum adat
Indonesia, yang hendaknya dipandang juga sebagai suatu kesatuan. yaitu sifat religio-
magis., sifat komunal, sifat contant dan sifat konkret. "Religio-magis" itu sebenarnya
adalah pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau
cara berpikir seperti prelogis, animisme, pantangan, ilmu gaib, dan lain-lain.
Koentjaraningrat dalam tesisnya menulis bahwa alam pikiran religio-magis itu
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 5

a. Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus, roh-roh dan hantu-hantu yang


menempati seluruh alam semesta dan khusus.
b. Gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda- benda;
c. Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta
dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa, binatang yang luar
biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, tubuh manusia yang luar biasa, benda-
benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa;

3
Prof. H.A.M. Effendy, S.H, Pengantar Tata Hukum Indonesia,(Mahdi Offset,1994)hal 115-116
4
Id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat
5
Sri Warjiyati. Memahami Hukum Adat. (Surabaya;IAIN Surabaya,2006) hlm.17

3
d. Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai magische
kracht dalam berbagai perbuatan-perbuatan ilmu gaib untuk mencapai kemauan
manusia atau untuk menolak bahaya gaib;
e. Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan
krisis, menyebabkan timhulnya berbagai macam bahaya yang hanya dapat
dihindari dengan berbagai macam pantangan.

Dr. Holleman, juga memberikan uraian yang menjelaskan tentang sifat-sifat Hukum
Adat yaitu :6
a. Sifat Commune, kepentingan indibvidu dalam hukum selalu diimbangi
dengan kepentingan umum.
b. Sifat Concreet, yang menjadi objek dalam hukum adat itu harus konkret atau
harus jelas
c. Sifat Constant, penyerahan masalah transaksi harus dilakukan dengan
konstan
d. Sifat Magisch, hukum adat mengandung hal-hal yang gaib yang apabila
dilanggar akan menimbulkan bencana terhadap masyarakat.

6
Soepomo. 1993. Hukum Adat. 1993 Jakarta: PT Pradnya Paramita hal 3

4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejak awal manusia diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang
ketiga hal ini mendorong timbulnya “kebiasaan pribadi “, dan apabila kebiasaan ini
ditiru oleh orang lain, maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya
sampai kebiasaan itu menjadi adat, jadi adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus
dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan.

Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga terkesan sangat lokal,
ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan lain-lainnya. Hal ini dapat
dimaklumi karena “adat” adalah suatu aturan tanpa adanya sanksi riil (hukuman) di
masyarakat kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan dengan soal-soal
pantangan untuk dilakukan (tabu dan kualat). Terlebih lagi muncul istilah-istilah adat
budaya, adat istiadat, dll.

Hukum Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi
suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat, yang sebagian besar tidak
tertulis, tetapi senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai sanksi
atau akibat tertentu.

5
DAFTAR PUSTAKA

Bushar, Muhammad. 1981. Asas-Asas Hukum Adat (suatu pengantar). Jakarta:


_______Pradnya Paramitha.

H.A.M. Effendy. 1994. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Mahdi Offset.

Id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat

Keebet von Benda-Beckmann. 2006. Pluraisme Hukum. Jakarta: Ford Fondation.

Lukito, Ratno. 1998. Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat Di Indonesia.
______Jakarta: INIS.

Soekanto. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesoia. Jakarta: CV.Rajawali.

Soepomo. 1993. Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Sudiyat, Imam. 1978. Asas-asas Hukum Adat, sebagai Bekal Pengantar.


________Yogyakarta: Liberty.

Wignjodipoero, Soerojo. 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta:


_____________CV. Haji Masagung.

Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. Surabaya: IAIN Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai