Anda di halaman 1dari 11

CORAK DAN SISTEM HUKUM ADAT

DISUSUN OLEH :

1. ADITYA PRATAMA S ( 210106107 )

2. MUHAMMAD FAHRIZAL ( 210106130 )

3. RISKIA ULFA ( 210106014 )

DOSEN PENGAMPU :

ERHA SAUFAN HADANA, M.Ag

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2022M/1442H
A. CORAK - CORAK HUKUM ADAT DI INDONESIA

Hukum adat mempunyai corak-corak tertentu, yaitu :


1. Bercorak Religius Magis
Masyarakat mempercayai kekuatan gaib yang harus dipelihara agar
masyarakat tetap aman, tentram dan bahagia. Mereka melakukan pemujaan
kepada alam arwah-arwah nenek moyang dan kehidupan makhluk-makhluk
lainnya. Kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama, seperti membuka tanah,
membangun rumah, menanam dan peristiwa-peristiwa penting lainnya selalu
diadakan upacaraupacara religius yang bertujuan mendapat berkah serta tidak
ada halangan dan selalu berhasil dengan baik. Pada dasarnya, masyarakat
berpikir, merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan (religi ) kepada
tenaga tenaga gaib (magis) yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta
(dunia kosmos) dan yang terdapat pada orang, binatang, tumbuh-tubuhan
besar dan kecil, benda-benda, dan semua tenaga itu membawa seluruh alam
semesta dalam suatu keadaan keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan
bagian dari kosmos, dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rokhaniah
“participatie”, dan keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan
terjaga, dan apabila terganggu harus dipulihkan. Memulihkan keadaan
keseimbangan itu berwujud dalam beberapa upacara, pantangan atau ritus
(rites de passage). Religius Magis adalah bersifat kesatuan batin, ada
kesatuan dunia lahir dan dunia gaib, ada hubungan dengan arwah-arwah
nenek moyang dan makluk-makluk halus lainnya, percaya adanya kekuatan
gaib, pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, setiap kegiatan selalu
diadakan upacara-upacara relegius, percaya adnya roh-roh halus, hantu-hantu
yang menempati alam semesta seperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh-
tumbuhan, binatang, batu dan lain sebagainya, percaya adanya kekuatan sakti
dan adanya beberapa pantangan-pantangan.
2. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan
Kehidupam masyarakat hukum adat selalu dalam wujud kelompok, sebagai
satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidak dapat
hidup sendiri, manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidup
bermasyarakatan, kepentingan bersama lebih diutamakan daripada
kepentingan perseorangan. Komunal artinya, yaitu:
a. Manusia terikat pada kemasyarakatan tidak bebas dari segala
perbuatannya.
b. Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya
c. Hak subyektif berfungsi social
d. Kepentingan bersama lebih diutamakan
e. Bersifat gotong royong
f. Sopan santun dan sabra
g. Sangka baik
h. Saling hormat menghormati.
3. Bercorak Demokrasi
Dalam kehidupan masyarakat segala hal selalu diselesaikan dengan rasa
kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan-
kepentingan pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan
sebagai sistem pemerintahan. Adanya musyawarah di Balai Desa, setiap
tindakan pamong desa berdasarkan hasil musyawarah dan lain sebagainya.
4. Bercorak Kontan atau Tunai
Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada saat
yang bersamaan, yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan
secara serentak, hal ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan di dalam
pergaulan bermasyarakat. Asas kontan atau tunai mengandung pengertian
bahwa dengan suatu perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu
pengucapan, tindakan hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga,
dengan serentak bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang
diharuskan oleh adat. Contohnya, perbuatan hukum dalam Hukum Adat
tentang suatu perbuatan yang kontan adalah jual-beli lepas, perkawinan jujur,
melepaskan hak atas tanah, adopsi dan lain-lain.
5. Bercorak Konkrit
Tiap-tiap perbuatan atau keinginan dalam hubunganhubungan hukum tertentu
harus dinyatakan dengan benda benda yang berwujud. Tidak ada janji yang
dibayar dengan janji, semuanya harus disertai tindakan nyata, tidak ada saling
mencurigai satu dengan yang lainnya. Pada umumnya, masyarakat Indonesia
dalam melakukan perbuatan hukum selalu konkrit (nyata). Contohnya, dalam
perjanjian jual beli, si pembeli menyerahkan uang atau uang panjar, itu suatu
bentuk konkrit diberi tanda yang kelihatan, terhadap obyek yang dikehendaki
akan dibeli.

B. SISTEM HUKUM DUNIA

Manusia yang hidup di dunia memerlukan hukum, sebab hukum selain dapat
mencegah terjadinya konflik juga dapat menanggulanginya apabila konflik itu telah
terjadi. Berdasarkan itulah masing-masing negara di dunia memiliki sistem hukum yang
disesuaikan dengan karakter masyarakatnya. Berikut beberapa sistem hukum yang
berlaku di dunia, yaitu:

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental


Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman,
Belanda, Perancis, Italia, Amerika Latin, dan Asia (termasuk Indonesai pada
masa penjajahan Belanda). Istilah lain untuk menyebut sistem hukum Eropa
Kontinental adalah Civil Law/Rechtaat atau Romawi Jerman.
Sistem hukum Eropa Kontinental ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku
di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus. Kemudian
Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa
Yustianus) dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di
negara-negara Eropa Daratan.
Prinsip utamanya bahwa hukum itu memperoleh kekuatan mengikat karena
berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis
dalam kodifikasi. Sumber hukum utamanya adalah undang-undang yang dibentuk
oleh badan legislatif. Dalam sistem hukum Eropa Kontinental hakim tidak bebas
dalam mencipatakan hukum baru, karena hakim hanya menerapkan dan
menafsirkan peraturan yang ada padanya. Putusan hakim tidak mengikat umum
tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.

2. Sistem Hukum Anglo-Saxon (Anglo Amerika)


Sistem hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika) mula-mula berkembang di negara
Inggris, dan dikenal dengan istilah Rule of Law atau Common Law atau
Unwritten Law (Hukum tidak tertulis) atau sering disebut juga dengan istilah
Case Law. Sistem hukum ini dianut di negara-negara anggota persemakmuran
Inggris, Amerika Utara, Kanada, dan Amerika Serikat.
Sistem hukum Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Dalam sistem hukum Anglo
Saxon, hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan-
peraturan hukum dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang berguna
sebagai pegangan bagi hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis.
Sistem hukum Anglo Saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama
pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan
perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol
digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.

3. Sistem Hukum Adat


Sistem Hukum Adat terdapat dan berkembang di lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia, Cina, India, Jepang, dan negara lain. Di Indonesia sistem hukum adat
diadopsi dalam bentuk subsistem hukum, yaitu hukum adat. Asal mula istilah
hukum adat adalah dari istilah Adatrech yang dikemukakan oleh Snouck
Hurgronye.
Sumber utama sistem hukum adat adalah hukum tidak tertulis atau kebiasaan.
Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek
moyang. Tolak ukurnya dalah kehendak suci dari nenek moyangnya. Yang
berperang dalam menjalankan sistem hukum adat adalah pemuka adat (pengetua-
pengetua adat) karena ia adalah pemimpin yang disegani oleh masyarakat.
Sistem Hukum Adat juga bisa diartikan sebagai seperangkat norma dan aturan
adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. misalnya di perkampungan
pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat dan memiliki sanksi sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku di wilayah tertentu.
4. Sistem Hukum Islam
Sistem Hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-negara
Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara kelompok. Sistem
Hukum Islam bersumber pada:
a. Al-Qur’an merupakan kita suci agama Islam;
b. Sunnah merupakan cerita atau cara hidup nabi;
c. Ijma merupakan kesepakatan para ulama besar;
d. Qiyas merupakan analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan
antara 2 (dua) kejadian.
Berikut beberapa ciri khas Sistem Hukum Islam yang membedakan dengan
sistem hukum yang lain, yakni:
a. Bersumber pada wahyu Allah (Al-Qur’an), Sunnah Rasul, dan Ijtihad;
b. Ketentuan-ketentuannya didasarkan pada akhlak dan agama;
c. Sanksi terhadap pelanggarannya adalah rangkap, yakni sanksi di dunia dan
sanksi di akhirat;
d. Tujuannya agar masyarakat tenteram dunia dan akhirat.

5. Sistem Hukum Kanonik


Sistem Hukum Kanonik adalah sistem hukum yang dianut oleh negara-negara
yang tunduk kepada peraturan-peraturan gereja. Kitab Hukum Kanonik terdiri
dari 7 (tujuh) buku, yaitu:
a. Buku I memuat tentang norma-norma umum;
b. Buku II memuat tentang umat Allah;
c. Buku III memuat tentang tugas mengajar gereja;
d. Buku IV memuat tentang tugas gereja menguduskan;
e. Bab V memuat tentang harta benda duniawi gereja;
f. Buku VI memuat tentang hukuman-hukuman dalam gereja atau sanksi dalam
gereja;
g. Buku VII memuat tentang proses atau hukum acara.

Dalam Kitab Hukum Kanonik terbagi menjadi dalam tujuh buku dan setiap buku
dibagi dalam bagian, seksi, judul, bab, dan artikel. Nomor-nomor ketentuan
hukum disebut kanon.

6. Sistem Hukum Sosialis


Sistem Hukum Sosialis adalah nama resmi untuk sistem hukum di negara-negara
komunis. Sistem Hukum Sosialis berasal dari hukum Uni Soviet yang
dikembangkan sejak 1971. Quigley menggambarkan Sistem Hukum Sosialis
sebagai hukum negara-negara yang pemerintahnya secara resmi melihat negara
sebagai salah satu sosialis atau bergerak dari kapitalisme ke sosialisme dan yang
memegang teguh masyarakat komunistik sebagai sebuah tujuan akhir.
Pokok ajaran sistem hukum sosialis adalah hukum yang dijiwai ajaran “Marxist-
Leninist” yang dianut oleh para pakar hukum di Uni Soviet serta ajaran
materialisme dan teori evolusi yang berpendapat bahwa materi merupakan satu-
satunya benda nyata di dunia ini. Negara-negara yang menganut Sistem Hukum
Sosialis ini hanya mengenal konsep hukum publik sedangkan konsep hukum
privat tidak ada.
Sumber hukum dalam Sistem Hukum Sosialis adalah keputusan tertinggi para
penguasa berupa produk kebijaksanaan pemerintah atau negara. Dengan kata lain
tidak ada sumber hukum yang resmi, melainkan hukum adalah penguasa negara
dan hukum membela rakyat proletar (masyarakat kelas sosial rendah). Hukum
sosialis lebih bersifat prerogatif ketimbang normatif.

Setelah memahami berbagai macam sistem hukum yang ada di dunia, dapat
disimpulkan bahwa sistem hukum yang ideal bagi sebuah negara adalah sistem
hukum yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dari negara
tersebut.

C. CIVIL LAW SYSTEM DAN COMMON LAW SYSTEM

a. Sejarah Civil Law System dan Common Law System

Sejak awal abad pertengahan sampai pertengahan XII, hukum Inggris dan
Hukum Eropa Kontinental masuk ke dalam bilangan sistem hukum yang sama
yaitu hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat feodal baik substansinya maupun
prosedurnya. Satu abad kemudian terjadi perubahan situasi, Hukum Romawi
yang merupakan hukum materiil dan hukum Kanonik yang merupakan hukum
acara telah mengubah kehidupan di Eropa Kontinental, sedangkan di Inggris
terluput dari pengaruh tersebut, dimana masih berlaku hukum asli rakyat Inggris
(Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 261).
Pembentukan suatu hukum yang baru di Eropa Kontinental dan di Inggris
memang melalui proses yang panjang dan kompleks. Sejarah perkembangannya
tidak dapat dilepaskan dari sejarah ekonomi, politik, dan intelektual Eropa Barat.
Hukum yang baru terbangun dari jalinan berbagai unsur, yaitu kebiasaan-
kebiasaan dan praktik-praktik yang ada, kebiasaan-kebiasaan para saudagar,
hukum kanonik, hukum Romawi, dan pada tahap yang paling akhir filsafat
hukum alam. Banyak pihak yang mempunyai saham dalam pembentukan hukum
baru tersebut, yaitu para praktisi, hakim, administrator, akademisi, pengguna
hukum, kaum gerejani, dan filosof (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 266).
Sistem hukum yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental tersebut,
yang didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem civil law, disebut
demikian karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung
Kaisar Iustinianus Corpus Iuris Civilis. Sedangkan sistem yang dikembangkan di
Inggris, karena didasarkan atas hukum asli rakyat Inggris, maka disebut sistem
commonlaw, dikarenakan sistem common law dianut oleh suku-suku Anglika
dan Saksa yang mendiami sebagian Inggris, sehingga disebut juga sebagai
sistem Anglo-Saxon (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 262).
Negara-negara jajahan biasanya menganut sistem hukum yang dibawa oleh
negara penjajahnya, seperti halnya negara Indonesia yang dijajah oleh Belanda,
dimana sistem hukum yang dianut Belanda adalah civil law, maka dengan
demikian secara garis besar Indonesia juga menganut sistem civil law. Berbeda
dengan negara Singapura yang merupakan negara jajahan Inggris menganut
sistem hukum yang berbeda dengan Indonesia, yaitu sistem hukum common
law.

D. KARAKTERISTIK CIVIL LAW SYSTEM DAN COMMON LAW SYSTEM


1. Karakteristik Civil Law System
Civil Law System dapat dikemukakan karakterisknya sebagai berikut :
a. Adanya sistem kodifikasi
b. Hakim tidak terikat pada preseden atau doktrin stare decisis,
sehingga undang-undang menjadi rujukan hukumnya yang utama
Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial.
2. Karakteristik Common Law System
Jika pada Civil Law System mempunyai tiga karakteristik, maka pada
Common Law System juga ditemukan mempunyai tiga karakteristik, sebagai
berikut :
a. Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Utama
b. Dianutnya Doktrin Stare Decisis/SistemPrecedent
c. Adversary System Dalam Proses Peradilan

E. KAWANISASI NEGARA PENGANUT SISTEM HUKUM DUNIA

a. Negara-Negara Penganut Civil Law System


Negara di kawasan dunia ini yang menganut Civil Law System, dengan kata
lain keluarga hukum Eropa Kontinental sekurang-kurangnya terdapat delapan
puluh negara sebagai berikut:
o Albania
o Estonia
o Aljazair
o Ethiopia
o Angola
o Finlandia
o Argentina
o Gabon

b. Negara-Negara Penganut Common LawSystem


Kawasan Negara-Negara di dunia yang menganut Common LawSystem
atau Anglo Saxon, setelah dilakukan diinventarisasi terdapat sebanyak tiga
puluh delapan negara sebagai berikut :
 Afganistan
 Antigua & Barbuda
 Australia
 Bahama
 Bahrain
 Bangladesh

F. SISTEM HUKUM ADAT


Sistem Hukum Adat Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam
lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang,
India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
Peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Penegak hukum adat adalah pemuka adat sebagai
pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat
untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.

Istilah hukum adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh C. Snouck Hurgronje,
Kemudian pada tahun 1893, C. Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul "De
Atjehers" menyebutkan istilah hukum adat sebagai adat recht (bahasa Belanda) yaitu untuk
memberi nama pada satu sistem pengendalian sosial (social control).

Hukum adat ini didasarkan pada nilainilai yang hidup dalam setiap masyarakat hukum
adat, apabila didasarkan pada perwilayahan lingkungan masyarakat adat, sebagaimana
dikemukakan oleh Cornelis van Vollenhoven maka akan memiliki nilai-nilai hukum adat pada
setiap masyarakat adat di 23 (dua puluh tiga) lingkungan wilayah adat, sedangkan menurut
Gezt maka akan memiliki nilai-nilai hukum adat pada setiap masyarakat adat di 350
lingkungan wilayah adat beserta budayanya.

Hukum adat di Indonesia terdiri dari berbagai macam hukum adat, menurut Puchta (1798-
1846) murid von Savigny hukum adat yang semacam ini tidak dapat dijadikan hukum secara
nasional hanya sebagai keyakinan bagi masyarakatnya masing-masing, nilai-nilainya juga
tidak dapat dimasukkan di dalam sistem hukum nasional, keculai hukum adat yang di miliki,
diyakini dan diamalkan secara terusmenerus oleh bangsa atau masyarakat nasional dapat
dijadikan hukum secara nasional setelah melalui proses pengesahan di lembaga legislatif dan
atau eksekutif, dan nilai-nilainya dapat dimasukkan ke dalam sistem hukum nasional.

Menurut Terhaar, Hukum Adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam
keputusan keputusan adat dan berlaku secara spontan. Dapat disimpulkan Hukum Adat adalah
suatu norma atau peraturan tidak tertulis yang dibuat untuk mengatur tingkah laku masyarakat
dan memeliki sanksi. Proses Pembentukan Hukum Adat adalah proses bagaimana bisa muncul
dan berkembang sebuah peraturan yang dia anut oleh sekelompok masyarakat yang
kebanyakan hukum tersebut tidak tertulis namun masyrakat tersebut bisa tunduk dan patuh
terhadap peraturan tersebut.

a. Sumber Hukum :

a. Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum masyarakatnya.
b. Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.
c. Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih berganti.
d. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan situasi
sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku
dan mudah menyesuaikan diri. Sistem hukum adat di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu :

1) Hukum adat mengenai tata negara, yaitu tatanan yang mengatur susunan dan ketertiban dalam
persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan lingkungan kerja alatalat perlengkapan,
jabatan-jabatan, dan penjabatnya.
2) Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari :
 Hukum pertalian sanak (kekerabatan)
 Hukum tanah
 Hukum perutangan
3) Hukum adat mengenai delik (hukum pidana) Yang berperan dalam menjalankan sistem
hukum adat adalah pemuka adat (pengetuapengetua adat), karena ia adalah pimpinan yang
disegani oleh masyarakat.
Contoh Hukum Adat itu seperti apa;

1.Hukum Adat potong jari (Papua)

2.Hukum Adat Berjenjang (Aceh)

3.Hukum Adat warisan (Bali)


Aceh Juga memeliki Hukum Adat

Hukum Adat Di Aceh telah menjadi perekat dan pemersatu di dalam kehidupan
bermasyarakat,sehingga menjadi modal dalam pembangunan ,Oleh karena itu, Nilai nilai
adat dan adat istiadat tersebut perlu dilestarikan, direvitalisasikan dan di kembankan di
tengah tengah kehidupan masyarakat.

Bagaimana Hukum Adat Di Aceh?

Hukum Adat di Aceh selalu berpedoman kepada Alquran dan assunnah. Hal ini
juga sesuai dengan qanun NAD Nomor 7 tahun 2000 bab ii pasal 2. Lahirnya UU no.11
tahun 2006 memperlihatkan pemerintah Indonesia telah mulai berpihak kepada rakyat
Aceh.

Hukum Adat muncul di ACEH

Hukum Adat di aceh pertama kali muncul pada abad ke -13 M. Hukum adat aceh
muncul diawali dengan berdirinya kerajaan islam besar di aceh yaitu samudera pasai,
Dalam Berjayanya Kerajaan samudera pasai banyak lahir ulama ulama yang akhirnya
membuat raja samudera pasau yaitu syech ismail bertekat untuk menyeberkan agama
islam. Dasar Hukum pelaksaan syariat islam di aceh adalah diundangkan UU no. 44 tahun 1999
dan UU no 18 tahun 2001. Dalam undang undang nomor 44 syariat islam didefinisikan sebagai
semua aspek ajaran islam.

Apakah Hukum pidana berlaku di Aceh?

 Aceh adalah satu satunya provinsi di Indonesia yang memberlakukan hukum pidana
bedasarkan syariah atau hukum islam.

Bagaimana Hukumnya Tentang Orang Islam Yang Tidak Menjalankan Syariat Islam

Bahkan Hukum menolak dan tidak mau menjalankan syariat ini bisa mengarah kepda
murtad atau keluar syariat islam. Salah satu syariat adalah memerintahkan umat islam
menutup aurat, yang hukumnya wajib berdadarkan Al-quran, Assunnah dan Ijma’ ulama.

Anda mungkin juga menyukai