DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Manusia yang hidup di dunia memerlukan hukum, sebab hukum selain dapat
mencegah terjadinya konflik juga dapat menanggulanginya apabila konflik itu telah
terjadi. Berdasarkan itulah masing-masing negara di dunia memiliki sistem hukum yang
disesuaikan dengan karakter masyarakatnya. Berikut beberapa sistem hukum yang
berlaku di dunia, yaitu:
Dalam Kitab Hukum Kanonik terbagi menjadi dalam tujuh buku dan setiap buku
dibagi dalam bagian, seksi, judul, bab, dan artikel. Nomor-nomor ketentuan
hukum disebut kanon.
Setelah memahami berbagai macam sistem hukum yang ada di dunia, dapat
disimpulkan bahwa sistem hukum yang ideal bagi sebuah negara adalah sistem
hukum yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dari negara
tersebut.
Sejak awal abad pertengahan sampai pertengahan XII, hukum Inggris dan
Hukum Eropa Kontinental masuk ke dalam bilangan sistem hukum yang sama
yaitu hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat feodal baik substansinya maupun
prosedurnya. Satu abad kemudian terjadi perubahan situasi, Hukum Romawi
yang merupakan hukum materiil dan hukum Kanonik yang merupakan hukum
acara telah mengubah kehidupan di Eropa Kontinental, sedangkan di Inggris
terluput dari pengaruh tersebut, dimana masih berlaku hukum asli rakyat Inggris
(Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 261).
Pembentukan suatu hukum yang baru di Eropa Kontinental dan di Inggris
memang melalui proses yang panjang dan kompleks. Sejarah perkembangannya
tidak dapat dilepaskan dari sejarah ekonomi, politik, dan intelektual Eropa Barat.
Hukum yang baru terbangun dari jalinan berbagai unsur, yaitu kebiasaan-
kebiasaan dan praktik-praktik yang ada, kebiasaan-kebiasaan para saudagar,
hukum kanonik, hukum Romawi, dan pada tahap yang paling akhir filsafat
hukum alam. Banyak pihak yang mempunyai saham dalam pembentukan hukum
baru tersebut, yaitu para praktisi, hakim, administrator, akademisi, pengguna
hukum, kaum gerejani, dan filosof (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 266).
Sistem hukum yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental tersebut,
yang didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem civil law, disebut
demikian karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung
Kaisar Iustinianus Corpus Iuris Civilis. Sedangkan sistem yang dikembangkan di
Inggris, karena didasarkan atas hukum asli rakyat Inggris, maka disebut sistem
commonlaw, dikarenakan sistem common law dianut oleh suku-suku Anglika
dan Saksa yang mendiami sebagian Inggris, sehingga disebut juga sebagai
sistem Anglo-Saxon (Peter Mahmud Marzuki, 2009 : 262).
Negara-negara jajahan biasanya menganut sistem hukum yang dibawa oleh
negara penjajahnya, seperti halnya negara Indonesia yang dijajah oleh Belanda,
dimana sistem hukum yang dianut Belanda adalah civil law, maka dengan
demikian secara garis besar Indonesia juga menganut sistem civil law. Berbeda
dengan negara Singapura yang merupakan negara jajahan Inggris menganut
sistem hukum yang berbeda dengan Indonesia, yaitu sistem hukum common
law.
Istilah hukum adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh C. Snouck Hurgronje,
Kemudian pada tahun 1893, C. Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul "De
Atjehers" menyebutkan istilah hukum adat sebagai adat recht (bahasa Belanda) yaitu untuk
memberi nama pada satu sistem pengendalian sosial (social control).
Hukum adat ini didasarkan pada nilainilai yang hidup dalam setiap masyarakat hukum
adat, apabila didasarkan pada perwilayahan lingkungan masyarakat adat, sebagaimana
dikemukakan oleh Cornelis van Vollenhoven maka akan memiliki nilai-nilai hukum adat pada
setiap masyarakat adat di 23 (dua puluh tiga) lingkungan wilayah adat, sedangkan menurut
Gezt maka akan memiliki nilai-nilai hukum adat pada setiap masyarakat adat di 350
lingkungan wilayah adat beserta budayanya.
Hukum adat di Indonesia terdiri dari berbagai macam hukum adat, menurut Puchta (1798-
1846) murid von Savigny hukum adat yang semacam ini tidak dapat dijadikan hukum secara
nasional hanya sebagai keyakinan bagi masyarakatnya masing-masing, nilai-nilainya juga
tidak dapat dimasukkan di dalam sistem hukum nasional, keculai hukum adat yang di miliki,
diyakini dan diamalkan secara terusmenerus oleh bangsa atau masyarakat nasional dapat
dijadikan hukum secara nasional setelah melalui proses pengesahan di lembaga legislatif dan
atau eksekutif, dan nilai-nilainya dapat dimasukkan ke dalam sistem hukum nasional.
Menurut Terhaar, Hukum Adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam
keputusan keputusan adat dan berlaku secara spontan. Dapat disimpulkan Hukum Adat adalah
suatu norma atau peraturan tidak tertulis yang dibuat untuk mengatur tingkah laku masyarakat
dan memeliki sanksi. Proses Pembentukan Hukum Adat adalah proses bagaimana bisa muncul
dan berkembang sebuah peraturan yang dia anut oleh sekelompok masyarakat yang
kebanyakan hukum tersebut tidak tertulis namun masyrakat tersebut bisa tunduk dan patuh
terhadap peraturan tersebut.
a. Sumber Hukum :
a. Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum masyarakatnya.
b. Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.
c. Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih berganti.
d. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan situasi
sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku
dan mudah menyesuaikan diri. Sistem hukum adat di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu :
1) Hukum adat mengenai tata negara, yaitu tatanan yang mengatur susunan dan ketertiban dalam
persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan lingkungan kerja alatalat perlengkapan,
jabatan-jabatan, dan penjabatnya.
2) Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari :
Hukum pertalian sanak (kekerabatan)
Hukum tanah
Hukum perutangan
3) Hukum adat mengenai delik (hukum pidana) Yang berperan dalam menjalankan sistem
hukum adat adalah pemuka adat (pengetuapengetua adat), karena ia adalah pimpinan yang
disegani oleh masyarakat.
Contoh Hukum Adat itu seperti apa;
Hukum Adat Di Aceh telah menjadi perekat dan pemersatu di dalam kehidupan
bermasyarakat,sehingga menjadi modal dalam pembangunan ,Oleh karena itu, Nilai nilai
adat dan adat istiadat tersebut perlu dilestarikan, direvitalisasikan dan di kembankan di
tengah tengah kehidupan masyarakat.
Hukum Adat di Aceh selalu berpedoman kepada Alquran dan assunnah. Hal ini
juga sesuai dengan qanun NAD Nomor 7 tahun 2000 bab ii pasal 2. Lahirnya UU no.11
tahun 2006 memperlihatkan pemerintah Indonesia telah mulai berpihak kepada rakyat
Aceh.
Hukum Adat di aceh pertama kali muncul pada abad ke -13 M. Hukum adat aceh
muncul diawali dengan berdirinya kerajaan islam besar di aceh yaitu samudera pasai,
Dalam Berjayanya Kerajaan samudera pasai banyak lahir ulama ulama yang akhirnya
membuat raja samudera pasau yaitu syech ismail bertekat untuk menyeberkan agama
islam. Dasar Hukum pelaksaan syariat islam di aceh adalah diundangkan UU no. 44 tahun 1999
dan UU no 18 tahun 2001. Dalam undang undang nomor 44 syariat islam didefinisikan sebagai
semua aspek ajaran islam.
Aceh adalah satu satunya provinsi di Indonesia yang memberlakukan hukum pidana
bedasarkan syariah atau hukum islam.
Bagaimana Hukumnya Tentang Orang Islam Yang Tidak Menjalankan Syariat Islam
Bahkan Hukum menolak dan tidak mau menjalankan syariat ini bisa mengarah kepda
murtad atau keluar syariat islam. Salah satu syariat adalah memerintahkan umat islam
menutup aurat, yang hukumnya wajib berdadarkan Al-quran, Assunnah dan Ijma’ ulama.