• Van Vallenhoven menurut dia hukum adat merupakan suatu aturan tingkah laku positif yang mempunyai sanksi dan yang lainnya dalam keadaan tidak dikofikasi • Ter Haar mengatakan bahwa hukum adat adalah hukum yang mencakup seluruh peraturan yang menjelma dalam keputusan para pejabat hukum yang berwibawa dan berpengaruh dalam pelaksanaannya berlaku secara serta merta dan dipatuhi dengan sepenuh hati • Menurut Soepomo Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum 2. Perbedaan Hukum Barat dan Hukum Adat • Hukum Adat Memiliki 3 Corak yaitu Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, mempunyai corak religio-magis, dan hukum adaat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit • Hukum barat Terdapat 3 hal yang menonjol yakni Hukum Barat mengenak “Zakelijke Rechten” dan “Persoonlijke Rechten”, Hukum barat mengenal perbedaan hukum publik dan privat, dan Dunia Barat itu terkenal bersifat Liberal 3. Ciri dan Contoh Hukum Adat • Kontan/Tunai Sifat ini mempunyai makna bahwa suatu perbuatan selalu diliputi oleh suasana yang serba konkret, terutama dalam hal pemenuhan prestasi. Bahwa setiap pemenuhan prestasi selalu diiringi dengan kontra prestasi yang diberikan secara serta merta. Contohnya Transaksi tunai dilakukan saat itu juga, disaksikan oleh banyak orang, penyerahannya saat itu juga. Terang/Konkrit Sifat yang Konkret artinya jelas, nyata, berwujud, dan visual, artinya dapat terlihat, tampak, terbuka, tidak tersembunyi. Hal ini mengartikan bahwa setiap hubungan hukum Indonesia yang terjadi dalam masyarakat tidak dilakukan secara diam-diam Contoh jual beli, selalu memperlihatkan adanya perbuatan nyata yakni dengan pemindahan benda objek perjanjian. • Dipengaruhi Oleh Agama/Religius Magis Artinya masyarakat mempercayai kekuatan gaib yang harus senantiasa dipelihara agar hidup aman, tentram, serta damai. Masyarakat hukum adat melakukan pemujaan kepada nenek moyang atau kehidupan makhluk lainnya • Sesuai dengan pasal 3 UUPA bahwa Hukum adat tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi maka Hukum Nasional dulu di gunakan 4. Masyarakat Hukum Adat serta Peraturan yang terkait Masyarakat Hukum adat yaitu sekumpulan orang yang di ikat oleh tatanan hukum/ peraturan adat sebagai warga bersama dalams satu persekutuan hukum yang tumbuh karena dasar keturunan ataupun kesamaan lokasi tempat tinggal. Dalam Pasal 18B ayat 2 menyatakan bahwa syarat Masyarakat Hukum Adat yaitu Sepanjang hidup, sesuai dengan perkembangan masyarakat, prinsip negara kesatuan republik Indonesia dan diatur dalam undang-undang. Peraturan yang terkait yaitu UU No. 5 Tahun 1960 UUPA, uud 18B (2) 1945, Pasal 3 UUPA, UU No 32 tahun 2009 5. Eksitensi Hukum Perkawinan adat Pasal ini menjelaskan bahwa tujuan perkawinan bukan hanya untuk melahirkan keturunan melainkan untuk membentuk keluarga Bahagia dan saling melengkapi, pasal ini juga mengatakan bahwa perkawinan sah jika sesuai menurut agama dan kepercayaan. Pasal ini mengandung Asas Monogami. 6. Perkawinan Nyeburin Perkawinan nyeburin adalah nama jenis atau bentuk perkawinan menurut adat dan agama Hindu di Bali dimana si wanita berstatus sebagai purusa yang ditetapkan sebagai sentana rajeg dan si pria selaku predana keluar dari rumpun keluarga asalnya dan melakukan (mecebur) atau masuk kedalam lingkungan keluarga istrinya. Konsekuensinya, hanya keturunan berstatus kapurusa (Patrilineal) sajalah yang memiliki swadikara (hak) terhadap harta warisan 7. Hukum Waris • Patrilineal Anak yang berhak mendapat waris pada garis ini yaitu si Ayah lalu menurunkan ke Husin dan Ke Endy. Sultan bisa saja mendapat warisan jika kedudukannya di sama ratakan dengan anak kandung, akan tetapi bagi Wulan ia tidak mendapat harta warisan. • Matrilineal Yang mendapat warisan yaitu Bunda dan Wulan saja, sedangkan ayah, Endy, Husin dan Sultan tidak mendapatkannya