Apa itu Tunadaksa ? Menurut Sutjihati Somantri, bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal menurut Mohammad Efendi, bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna Perkembangan Fisik Anak Tunadaksa secara umum perkembangan fisik anak tunadaksa dapat dikatakan hampir sama dengan orang-orang normal pada umumnya kecuali pada anggota tubuh yang mengalami kegagalan fungsi. Klasifikasi Anak Tunadaksa menurut France G. Koening yang dikutip oleh Sutjihati Somantri menyebutkan klasifikasi untuk anak tunadaksa antara lain: 1. club-foot (kaki seperti tongkat), club-hand (tangan seperti tongkat) 2. polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing masing tangan atau kaki) 3. syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan lainnya) 4. torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka) 5. spina-bifida (sebagian dari sum-sum tulang belakang tidak tertutup
6. Cretinism (kerdil)
7. mycrocephalus (kepala yang kecil atau tidak normal)
8. hydrocephalus (kepala yang besar karena berisi cairan)
9. clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
10.herelip (gangguan pada bibir dan mulut)
11.congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha) 12.congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu) 13.fredresich ataxia (gangguan pada sum-sum tulang belakang) 14.coxa valga (gangguan pada sendi paha terlalu besar) 15.syphilis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis) Perkembangan Kognitif Anak Tunadaksa menurut Gunarsa yang dikutip oleh Mohammad Efendi bahwa: “ada empat aspek yang turut mewarnai perkembangan kognitif anak tunadaksa”, yakni: 1. Kematangan, kematangan ini merupakan perkembangan susunan saraf,Misalnya kemampuan mendengar disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan saraf tersebut. 2. Pengalaman, yaitu hubungan timbak balik antara organism dengan lingkungan dan dunianya. 3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial. 4. Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak,agar ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya Ketunadaksaan dan Dampaknya Efek yang ditimbulkan dapat berupa penolakan terhadap lingkungan, selalu menyendiri, merasa dikucilkan dan efek yang lainnya. Akibat dari ketunaan yang dialami oleh seseorang maka mereka juga mempunyai keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Semakin lama anak tunadaksa beristirahat di dalam rumah, maka mereka akan semakin terisolasi dari teman temannya Kebutuhan Anak Tunadaksa 1. Kebutuhan Komunikasi : Kebutuhan komunikasi secara lisan, tulisan, maupun menggunakan isyarat merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan anak tunadaksa. Untuk hal ini diperlukan pelatihan dari ahli terapi bicara agar anak tunadaksa dapat berkomunikasi dengan orang lain 2. Kebutuhan Mobilisasi : Kebutuhan mobilisasi meliputi serangkaian gerakan dari berguling, telungkup, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan menempuh jarak tertentu, dan berpindah tempat Kebutuhan Anak Tunadaksa 3. Kebutuhan ADL : Kebutuhan memelihara diri sendiri erat dengan hubungannya dengan kemampuan fungsi tangan. Hilangnya bagian tangan baik akibat cacat lahir atau diperoleh akan diganti dengan prothesa dan kelemahan yang permanen akan dibantu dengan alat pembantu seperti orthosis/splint, sehingga lebih kuat atau mendekati normal. usaha mengembalikan fungsi baik untuk aktivitas kehidupan sehari-hari maupun untuk keterampilan dibutuhkan penanganan okupasi terapi Kebutuhan Anak Tunadaksa 4. Kebutuhan Sosial : Kebutuhan sosial berupa sikap dan perhatian dari keluarga dan lingkungan terhadap anak tunadaksa yang dapat mendorong yang bersangkutan untuk berusaha meningkatkan kemampuannya 5. Kebutuhan Psikologis :Efek dari ketunadaksaan kadang menimbulkan sikap yang berlebihan pada keluarga dan juga trauma phikis yang dialami seorang tunadaksa. Konsltasi dengan seorang psikolog merupakan usaha untuk mengubah sikap tersebut Kebutuhan Anak Tunadaksa 6. Kebutuhan Pendidikan : Bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan mengikuti pendidikan, penyaluruan ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha memenuhi kebutuhan akan pendidikan
bagi tunadaksa meliputi yang belum maupun sudah pernah bekerja. Bagi yang pernah bekerja mengembalikan secara maksimal kepada fungsi tugas seperti semula atau memodifikasi pekerjaan. Untuk yang belum pernah bekerja diberikan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuan untuk berwirausaha atau bekerja di instansi pemerintah atau swasta