BAB I
PENDAHULUAN
Setelah masa perang dunia ke-2, perkembangan ruang lingkup dalam ilmu Hubungan
Internasional menjadi semakin luas dan kompleks. Munculnya isu-isu baru seperti isu
lingkungan telah menjadi sebuah fokus baru dalam politik global abad 20. Isu lingkungan
kini menjadi komponen penting dalam politik global, hal ini dikarenakan krisis lingkungan
yang terjadi di satu wilayah akan menyebabkan bencana di wilayah lainnya, maka dari itu isu
lingkungan menjadi sangat penting untuk dibicarakan pada tingkat global. Adapun salah satu
isu penting dalam lingkungan yang mendapat perhatian khusus, khususnya di Indonesia ialah
masalah penggundulan hutan (deforestation). Deforestasi merupakan bentuk konversi hutan
yang dilakukan untuk mengubah fungsi lahan menjadi fungsi lahan non-hutan, seperti
pertanian, perkebunan, peternakan, atau pembangunan perkotaan (Susetyo, 2022).
Indonesia sendiri memiliki luas lahan berhutan seluas 96 juta hektar, setara dengan
51,2% luas daratannya (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, 2023). Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan hujan tropis
terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Kongo. Namun ironisnya, Indonesia juga masuk
ke dalam daftar 10 negara teratas dengan kehilangan hutan primer tropis tertinggi yaitu
sebesar 202.905 hektar pada tahun 2021, yang menempatkan Indonesia berada di urutan
keempat setelah Brazil (1,54 juta hektar), Kongo (499 ribu hektar), dan Bolivia (291.379
hektar) (Global Forest Watch, 2022).
Kasus deforestasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari semakin
berkembangnya industri perkebunan kelapa sawit. Mengutip artikel yang dirilis oleh
Greenpeace, ditemukan bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan faktor utama dalam
kerusakan hutan di Indonesia. Industri kelapa sawit memproduksi minyak sawit dan minyak
nabati murah, yang banyak digunakan dalam produk kecantikan dan makanan olahan.
Ekspansi industri kelapa sawit yang pesat di seluruh Indonesia dalam satu dekade terakhir,
kini telah menyita 10,5 juta hektar lahan hutan, yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan yang sangat besar (Syarifuddin et al., 2020). Perluasan perkebunan kelapa sawit
sering kali terjadi dengan mengorbankan hutan primer dan sekunder serta perambahan lahan
gambut, yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dalam jumlah besar dan
berdampak buruk pada masyarakat lokal yang mata pencahariannya bergantung pada hutan.
Hal ini juga berdampak buruk terhadap perubahan iklim di Indonesia dan dunia. Seperti yang
terjadi pada tahun 2007, dimana deforestasi di Indonesia diakui sebagai masalah global
karena dampaknya terhadap iklim menyebar ke beberapa negara.
Di tengah permasalahan lingkungan (environmental issue) yang terjadi serta pesatnya
industrialisasi dan kekhawatiran masyarakat akan isu lingkungan hidup diperlukan sebuah
gerakan yang bisa menyuarakan permasalahan lingkungan di dunia. Dalam hal ini peran
negara saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, melainkan juga
dibutuhkan peran serta dari aktor non-negara contohnya Non-Governmental Organizations
(NGOs). Sebagai aktor transnasional, NGOs telah mengambil peran penting dalam mengatasi
permasalahan lingkungan global. Organisasi ini didorong oleh komitmen bersama untuk
menjaga ekosistem dan sumber daya alam bumi, serta telah berperan penting dalam
mengadvokasi perubahan positif pada skala lokal, nasional, dan global.
Salah satu Non-Governmental Organizations (NGOs) yang berfokus pada isu
lingkungan adalah Greenpeace. Greenpeace merupakan organisasi independen yang
berkampanye menggunakan konfrontasi kreatif tanpa kekerasan dalam mengungkapkan
permasalahan lingkungan global. Greenpeace hadir di lebih dari 40 negara di seluruh dunia
mulai dari Amerika, Eropa, Afrika, Asia, hingga Pasifik. Sebagai organisasi internasional,
Greenpeace memiliki visi untuk menjaga bumi yang makin rapuh ini agar tetap hijau, sehat,
dan mampu menopang kehidupan untuk generasi mendatang. Maka dari itu, untuk mencapai
hal tersebut Greenpeace selalu menggelorakan kampanye untuk menghentikan dan
menentang berbagai macam bentuk perusakan lingkungan dan menawarkan solusi dari
perusakan lingkungan tersebut (Greenpeace Indonesia).
Greenpeace sebagai salah satu NGOs yang berfokus pada isu lingkungan memiliki
tujuan untuk menghentikan laju deforestasi hutan termasuk salah satunya hutan Indonesia
yang disebabkan oleh masifnya industri kelapa sawit. Greenpeace menganggap bahwa
deforestasi merusak ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup makhluk yang tinggal di
dalamnya. Dampak negatif dari deforestasi mencakup berbagai bencana alam, seperti banjir,
longsor, dan kekeringan, yang juga berdampak pada kehidupan manusia. Bahkan deforestasi
bisa berpotensi menyebabkan krisis iklim. Menyikapi hal tersebut, Greenpeace Indonesia
telah melakukan beberapa metode advokasi yang dimulai dari publikasi laporan terhadap
suatu isu hingga konfrontasi langsung terhadap aktor targetnya. Berdasarkan permasalahan
tersebut, isu lingkungan dan peran Greenpeace dalam mengurangi deforestasi di Indonesia
merupakan topik yang penting untuk disoroti dan dipelajari oleh para penulis, dengan
harapan bahwa hal ini akan meningkatkan pemahaman tentang kontribusi Greenpeace dalam
mengatasi masalah deforestasi di Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Peran Greenpeace dalam Melindungi Hutan
Hujan di Indonesia?”.
BAB II Teori
BAB III
PENJELASAN
Dengan fokus khusus di Indonesia, Greenpeace terlibat aktif dalam melindungi hutan
hujan, khususnya di wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti Kalimantan dan
Papua. Namun, untuk pada tulisan ini, kami akan mempelajari lebih dalam upaya Greenpeace
dalam menjaga hutan hujan di Indonesia, khususnya di Kalimantan, dengan menelusuri
langkah-langkah mereka, dampak yang dihasilkan, dan tantangan yang mereka hadapi. Saat
kita mendalami topik ini, salah satu studi kasus yang perlu diperhatikan adalah peran penting
Greenpeace dalam mengurangi deforestasi di Kalimantan.
Salah satu gambaran konkrit tentang bagaimana organisasi lingkungan hidup
non-pemerintah dapat memberikan dampak signifikan dalam menjaga hutan hujan dapat
dicontohkan oleh upaya Greenpeace dalam membatasi deforestasi di Kalimantan. Dengan
menerapkan berbagai strategi seperti advokasi, melakukan penelitian menyeluruh, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye, Greenpeace secara efektif berhasil
mengubah perilaku perusahaan dan memberikan pengaruh terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam upaya mengurangi deforestasi ilegal yang ada di Kalimantan Selatan, Greenpeace
telah melakukan beberapa cara seperti berikut,
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia ialah melakukan
pemantauan intensif terhadap aktivitas deforestasi di Kalimantan Selatan. Teknologi
yang mungkin akan mereka gunakan adalah alat atau teknologi yang berfungsi untuk
pemantauan seperti citra satelit dan drone untuk memantau area hutan hujan dan
memeriksa potensi kegiatan ilegal.
Masyarakat berperan penting dalam menjaga dan melestarikan hutan hujan yang ada
disana, oleh karena itu Greenpeace mengadakan kampanye dengan tujuan untuk
menyadarkan masyarakat untuk mulai sadar dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya pelestarian hutan hujan dan dampak negatif dari deforestasi. Kegiatan
tersebut dapat mencakup seminar, pameran, lokakarya, dan kampanye media sosial.
3) Advokasi Kebijakan
Jika terdapat kasus pelanggaran hukum terkait deforestasi, Greenpeace atau organisasi
serupa mungkin terlibat dalam upaya hukum atau meminta penegakan hukum yang
lebih ketat.
6) Kolaborasi Internasional
8) Kampanye Konsumen
9) Evaluasi Dampak
Harap diingat bahwa ini adalah contoh umum dan mungkin tidak mencakup semua tindakan
atau strategi yang Greenpeace atau organisasi lingkungan lainnya telah atau akan lakukan di
Kalimantan Selatan atau wilayah lain di Indonesia.
Karena adanya kenaikan tingkat tekanan dari Greenpeace dan masyarakat sipil,
beberapa perusahaan besar yang terkait dengan deforestasi ilegal di Kalimantan telah
mengambil tindakan tegas dengan mengakhiri kontrak dengan pemasok yang
diketahui melakukan aktivitas ilegal
Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk mengadvokasi pengawasan yang lebih
kuat dan ketat oleh pemerintah Indonesia, serta penegakan hukum terkait aktivitas
ilegal yang terjadi di dalam hutan hujan
Meskipun telah berhasil meraih sejumlah pencapaian seperti yang sudah dibahas pada bagian
sebelumnya, Greenpeace tidak luput dari tantangan yang datang dan harus menghadapinya
dalam upaya melindungi hutan hujan di Indonesia
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Greenpeace sebagai organisasi internasional memiliki cita-cita utama agarmenjaga bumi yang
makin rapuh ini tetap mempunyai kemampuan untuk menopang kehidupan seluruh mahluk
hidup. Untuk mencapai hal itu, Greenpeace berkampanye untuk menghentikan dan
menentang perusakan-perusakan lingkungan yang sedang terjadi, dan menawarkan solusi
terhadap praktek perusakan lingkungan itu. (Greenpeace Indonesia). Greenpeace, sebuah
organisasi nirlaba global, berdedikasi untuk mengadvokasi perdamaian, mengatasi masalah
lingkungan, dan menjaga sumber daya alam dalam skala dunia. Tujuan utama mereka adalah
menghentikan deforestasi, memberantas perburuan ilegal dengan cara non kekerasan, dan
mendorong praktik berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam. Hal-hal tersebut
dilakukan untuk menjaga bumi agar tetap terjaga hingga masa yang akan datang. Greenpeace
sebagai organiasi internasional melihat deforestasi lingkungan sebagai sesuatu yang merusak
ekosistem dan keberlangsungan makhluk hidup yang ada didalamnya. Kasus deforestasi yang
terjadi di Indonesia tidak terlepas dari semakin berkembangnya industri perkebunan kelapa
sawit. Mengutip artikel yang dirilis oleh Greenpeace, ditemukan bahwa perkebunan kelapa
sawit merupakan faktor utama dalam kerusakan hutan di Indonesia. Industri kelapa sawit
memproduksi minyak sawit dan minyak nabati murah, yang banyak digunakan dalam produk
kecantikan dan makanan olahan. Ekspansi industri kelapa sawit yang pesat di seluruh
Indonesia dalam satu dekade terakhir, kini telah menyita 10,5 juta hektar lahan hutan, yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar. Deforestasi menimbulkan
dampak buruk bagi kehidupan manusia, seperti berbagai bencana alam, seperti banjir, tanah
longsor, dan kekeringan. Untuk dampak lebih besarnya deforestasi dapat menyebabkan
terjadinya krisis iklim. Oleh sebab itu, permasalahan mengenai lingkungan dan keikutsertaan
Greenpeace menjadi hal yang penting untuk dibahas dan dikaji oleh penulis, sehingga
diharapkan hal tersebut dapat menambah wawasan terkait Peran Greenpeace dalam
mengurangi deforestasi di Kalimantan Selatan.
Daftar Pustaka:
Syarifuddin, E. A., Cangara, A. R., Rahman, I., Baharuddin, A., & Apriliani, A. (2020,
October). The market campaign strategy of Greenpeace in decreasing rainforest
deforestation in Indonesia: a case study of the usage of palm oil in Nestlé’s products.
In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 575, No. 1, p.
012071). IOP Publishing.
Virgy, M. A., Djuyandi, Y., & Darmawan, W. B. (2020). Strategi Jaringan Advokasi
Transnasional Greenpeace Indonesia Terkait Isu Deforestasi Hutan Indonesia oleh
Wilmar International. Journal of Political Issues, 1(2), 74-91.