Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hubungan Internasional pada masa lampau berfokus pada kajian

mengenai perang dan damai serta kemudian meluas untuk mempelajari

perkembangan, perubahan, dan kesinambungan yang berlangsung dalam

hubungan antar negara atau antar bangsa dalam konteks sistem global

tetapi masih bertitik berat pada hubungan politik yang lazim disebut

sebagai “high politics”. Sedangkan hubungan internasional kontemporer

selain tidak lagi hanya memfokuskan perhatian dan kajiannya kepada

hubungan politik yang berlangsung antar negara atau antar bangsa yang

ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara, juga telah

mencakup peran dan kegiatan yang dilakukan oleh aktor-aktor bukan

negara (non-state actors).1


Topik tentang lingkungan hidup semakin sering muncul dalam

agenda internasional. Semakin meningkatnya jumlah masyarakat dunia

kemudian meyakinkan kita bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan

manusia baik aktivitas sosial maupun aktivitas ekonomi semakin

mengancam lingkungan hidup.


Dalam hal ini, isu yang membicarakan tentang lingkungan hidup

saat ini tidak hanya menjadi konsentrasi maupun kuasa dari satu atau

beberapa negara saja ataupun juga menjadi konsentrasi dari satu kawasan.

1 May Rudy, T. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global.


(Bandung.2003) hal 1

1
2

Melainkan menjadi isu utama dan harus diperhatikan oleh seluruh umat

manusia di dunia. Isu lingkungan hidup ini tidak akan hanya menjadi

tanggung jawab negara sebagai aktornya namun juga memerlukan

partisipasi aktif dari aktor-aktor internasional lainnya, termasuk individu,

perusahaan multinasional, maupun organisasi-organisasi internasional

yang bersifat negara maupun non-negara. Hal ini mengingat bahwa efek

dari kerusakan lingkungan hidup ini tidak hanya dirasakan sebagian orang

saja tapi seluruh umat manusia akan merasakan dampak dari kerusakan

lingkungan ini.
Eksploitasi terhadap alam disebut-sebut sebagai bentuk

ketidakadilan dan ancaman bagi keberlangsungan mahluk hidup di bumi

maupun lingkungan itu sendiri. Maka dari itu, rezim-rezim internasional

dibentuk sebagai wadah untuk membuat program-program pengendalian

dan pencegahan kerusakan lingkungan.


Konferensi Lingkungan Hidup Manusia yang pertama kali

diadakan oleh PBB adalah pada tahun 1972 di Stockholm. Kemudian ada

pertemuan besar yang diselenggarakan di Rio de Janiero pada tahun 1992,

pertemuan berskala konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan

Pembangunan, merupakan yang pertama kalinya diadakan dalam tingkat

global dalam sejarah dunia. Konferensi ini merupakan usaha PBB dalam

mempertemukan kepentingan lingkungan dan pembangunan, dinamai

United Nations Conference on Environment and Development (UNCED).


Pada tahun 1982, pertemuan kedua dilakukan di Nairobi Kenya

dengan tetap menggunakan nama UNCHE. Pertemuan ini menghasilkan

Deklarasi Nairobi yang pada intinya menegaskan bahwa prinsip-prinsip


3

dalam Deklarasi Stockholm masih sangat urgen untuk diimplementasikan,

meskipun implementasinya dinilai masih belum sepenuhnya.


United Nations Conference of Environment and

Development (UNCED) dilaksanakan pada tanggal 3 -14 Juni 1992 di Rio

De Jeneiro, Brasil yang juga dikenal sebagai KTT Bumi. Karya Komisi

Brundtland menginspirasi KTT ini sehingga fokus lingkungan meluas

pada isu-isu kemiskinan dan penduduk. KTT Bumi ini dianggap

merupakan sebuah konferensi yang banyak menghasilkan keberhasilan

terutama yang berkaitan dengan UNFCCC dan CBD, yang diterima

sebagai ketentuan yang mengikat. UNFCCC dimaksudkan

untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat

yang akan mencegah gangguan antropogenik yangmembahayakan sistem

iklim, yang kemudian mendorong dilaksanakan Conference of

Parties (COP) tentang perubahan iklim.


Pada tahun 1995, diselenggarakan konferensi pertama para pihak

(Conference of the Parties) konvensi iklim di Berlin. Pertemuan ini

diselenggarakan guna membangun protokol, termasuk legal binding

pengurangan gas rumah kaca. Pada tahun 1997, diselenggarakan

pertemuan di Kyoto, Jepang, dan menghasilkan apa yang kemudian

dikenal sebagai Protokol Kyoto. Protokol Kyoto ini berisi komitmen

hukum mengikat bagi negara-negara industri maju untuk mengurangi

emisi gas rumah kaca.2 Sistem ini membedakan “jatah” gas emisi yang

2 Budi Winarno. Isu-isu Global Kontemporer (Yogyakarta: Caps Publishing, 2011). hal 161.
4

boleh dihasilkan negara berkembang dan negara maju di mana setiap

kelebihan harus dibayarkan untuk rehabilitasi lingkungan.3


World Summit on Sustainable Development (WSSD) dilaksanakan

pada tanggal 26 Agustus sampai 4 September 2002 di Johannesburg Afrika

Selatan. Dari pembahasan pada konferensi sebelumnya, beberapa faktor

muncul sebagai prasyarat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan:

pengentasan kemiskinan, perencanaan pertumbuhan populasi,

pengendalian pencemaran, perbaikan kebijakan dan pasar, tata kelola yang

baik, dan pengelolaan bencana.


UNCSD (United Nations Conference on Sustainable

Development) – KTT Rio De Jeneiro 2012. KTT ini juga disebut dengan

KTT Rio+20. Rio+20 ini menghasilkan lebih dari US$ 513 Milyar yang

dialokasikan dalam komitmen untuk pembangunan berkelanjutan,

termasuk di bidang energi, transportasi, ekonomi hijau, pengurangan

bencana, kekeringan, air, hutan dan pertanian. Selain itu terbangun

sebanyak 719 komitmen sukarela untuk pembangunan berkelanjutan oleh

pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, universitas dan lain-

lain.
Masalah lingkungan hidup dapat juga memberikan tekanan pada

negara untuk terlibat dalam kerjasama internasional yang lebih besar.

Alasannya, bahwa degradasi lingkungan hidup dapat dikatakan membuat

sejenis “ancaman” khusus yang bukan ancaman bagi negara tetapi pada

manusia keseluruhan. Degradasi lingkungan hidup merupakan ancaman

terhadap lingkungan global – yaitu samudera, laut, lapisan ozon, dan


3 Atika Wardah. Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Hijau. http://atika-wardah-
fisip12.web.unair.ac.id, diakses pada 10 juni 2016 13:45.
5

sistem iklim, yang merupakan sistem pendukung kehidupan bagi manusia

keseluruhan. 4
Kerjasama dalam hubungan internasional kontemporer tidak hanya

melibatkan negara-negara saja sebagai aktor utamanya. Sebagian besar

interaksi antarnegara dalam sistem internasional saat ini hampir bersifat

bebas dari konflik. Segala jenis masalah baik di lingkup nasonal, regional

maupun global yang bermunculan akan mengakibatkan timbulnya

perhatian dari negara-negara lain di dunia. Berbagai masalah yang terjadi

di dunia ini pada umumnya pemerintah yang bersangkutan akan

membicarakan dan menggali akar masalah tersebut kemudian berdiskusi

untuk memberikan berbagai alternatif untuk pemecahannya. Hal ini biasa

disebut dengan kerjasama.


Kerjasama internasional dapat berlangsung di dalam berbagai

konteks yang berbeda. Kebanyakan dalam kerjasama yang berlangsung

akan melibatkan negara atau pihak yang menghadapi permasalahan atau

memiliki kepentingan-kepentingan yang serupa satu sama lain. Aspek

kehidupan yang dapat dibahas dalam kerjasama internaional ini dapt

berupa kerjasama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan,

lingkungan hidup, pendidikan, keamanan, maupun aspek lainnya. Dengan

adanya interaksi antar negara seperti ini diharapkan akan dapat

menghasilkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan baik

kepada negara-negara atapun pihak-pihak yang melakukan kerjasama, dan

juga masyarakat masyarakat internasional pada umumnya.

4 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional . (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005) hal 327
6

Semua bangsa dan negara diharapkan dapat menjaga keseimbangan

antara kegiatan pembangunan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya

alam dengan daya dukung lingkungan hidup yang terbatas. Setelah

terjadinya keseimbangan akan mendorong semua bangsa dan negara bahu

membahu melestarikan lingkungan hidup demi generasi mendatang.5


Pemerintah sebagai penggerak berjalannya suatu bangsa dan

negara harus mempunyai peran dalam menjaga kelestarian lingkungan

hidup negaranya terutama perannya dalam membuat kebijakan baik yang

berlaku di tingkat nasional maupun internasional meskipun dalam

pelaksanaannya nanti akan membutuhkan lembaga-lembaga pemerintahan

dalam menjalankan kerjasamanya dengan pemerintahan negara lain.


Dalam rangka memperkuat kerjasama bilateral di bidang

lingkungan hidup antara Indonesia dan Amerika Serikat, Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia dengan Environmental

Protection Agency Amerika Serikat menandatangani sebuah nota

kesepahaman. Nota kesepahaman ini mebahas kerjasama dua negara

dalam pelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam

yang berkesinambungan.
Kerjasama Komprehensif AS – Indonesia adalah sebuah komitmen

jangka panjang dari Presiden Obama dan Presiden Yudhoyono untuk

memperluas, memperdalam dan meningkatkan kerjasama bilateral antara

Amerika Serikat dan Indonesia. Kerjasama ini menggarisbawahi

kepentingan global dari meningkatnya kerjasama antara negara demokratis

5 Afriyanti Rinfi, Kerjasama Indonesia dan Gesellschaft Fur Internationale Zusammenarbeit


(GIZ) dalam Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim (paklim)
periode 2009-2012. (Cimahi: FISIP UNJANI 2010) Hal. 3
7

kedua dan ketiga terbesar di dunia, manfaat-manfaat besar yang dapat

diperoleh dari kerjasama di bidang ekonomi dan pembangunan, serta

pentingnya memupuk pertukaran dan pengertian antara kedua negara

dengan penduduk yang paling beragam di dunia.


Nota kesepahaman tersebut merupakan perwujudan semakin

eratnya ikatan kemitraan antara AS dan Indonesia dalam kerangka

prakarsa Comprehensive Partnership (Kemitraan Komprehensif). MoU ini

secara langsung mendukung sasaran-sasaran yang dicanangkan dalam

prakarsa tersebut terutama dalam bidang lingkungan hidup.6

Pada dasarnya negara melakukan kerjasama dengan membawa

kepentingan nasionalnya masing-masing. Begitu pula dengan kerjasama

yang dijalankan oleh Indonesia dengan Amerika Serikat di bidang

lingkungan hidup. Menurut bapak Dodi Sumardi, Kepala Sub Bagian

Amerika Eropa bagian Bilateral – Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tanggal 4 Agustus 2016, “Indonesia

melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat mengingat dana kegiatan

pembangunan lingkungan hidup yang berasal dari APBN tidak mencukupi

untuk melaksanakan semua kegiatan pembangunan. Untuk itu

dilaksanakanlah kerjasama pembangunan dalam bidang lingkungan hidup.”7


Begitu pula dengan Amerika Serikat, bekerjasama dengan Indonesia

dalam bidang lingkungan hidup untuk mendapatkan keuntungan seperti citra

pemerintahnya yang kemudian dikenal oleh dunia internasional sebagai


6 Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM. AS dan Indonesia Perkuat Kerjasama Bidang
Lingkungan Hidup. PSLH UGM, diakses pada 25 februari 2016 19.53. http://pslh.ugm.ac.id/id/as-
dan-indonesia-perkuat-kerjasama-bidang-lingkungan-hidup/
7 Hasil wawancara dengan Bapak Dodi Sumardi, Kepala Sub Bagian Amerika Eropa bagian
Bilateral – Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tanggal
4 Agustus 2016
8

salah satu negara yang peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup

tidak hanya di negaranya tapi juga di negara lain, termasuk negara

berkembang, salah satunya Indonesia.


Kedua negara sepakat untuk menjalin kerjasama lingkungan hidup

dengan menandatangani memorandum saling pengertian (memorandum of

understanding) pada tanggal 27 Juni 2011 di Jakarta. MoU ini disepakati

sebagai tanda bahwa Indonesia dan Amerika Serikat sama-sama mempunyai

kepedulian yang sangat tinggi dalam bidang lingkungan hidup. Dan

berkomitmen untuk saling membantu terkait bidang-bidang kerjasama yang

disepakati.
Dalam rangka memperkuat kerjasama di bidang lingkungan hidup

antara Indonesia dengan Amerika Serikat, kementerian lingkungan hidup

dan kehutanan dengan Environmental Protection Agency menandatangani

nota kesepahaman. Melalui MoU ini, kementerian lingkungan hidup dan

kehutanan dan Environmental Protection Agency akan bekerjasama dalam

pelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang

berkesinambungan. Dalam penandatanganan MoU ini, menteri lingkungan

hidup Indonesia diwakili oleh Gusti Muhammad Hatta sementara dari pihak

Amerika Serikat diwakili oleh kepala Environmental Protection Agency,

Lisa P. Jackson.
MoU ini merupakan sebuah langkah positif dalam usaha untuk

menghadapi tantangan-tantangan besar dalam upaya melindungi lingkungan

hidup Indonesia. Dalam hal ini Environmental Protection Agency telah

memiliki pengalaman dalam hal menangani berbagai masalah lingkungan


9

seperti menciptakan kerjasama dengan negara-negara lain dan rehabilitasi

kawasan dengan tingkat polusi tinggi.


Amerika Serikat berkomitmen untuk melakukan kerjasama dengan

Indonesia dalam menjawab berbagai tantangan lingkungan hidup yang

dihadapi oleh kedua negara dan kemudian bisa menjadi mitra dalam usaha

internasional dalam upaya melindungi lingkungan.


Penulis menggunakan mata kuliah rujukan dalam penulisan skripsi

ini, yaitu mata kuliah Seminar Isu-Isu Hubungan Internasional, Teori Ilmu

Hubungan Internasional, dan Metodologi Ilmu Hubungan Internasional.


Dari penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul

“Kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam Bidang

Lingkungan Hidup.”

1.2. Fokus Masalah

Mengingat luasnya masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi

ini maka penulis memberikan pembatasan pada bidang yang akan diteliti

sekaligus pembatasan waktu yang dimaksudkan agar penulis terfokus pada

satu pokok permasalahan.

Masalah yang dibahas dalam penulisan ini menyangkut tentang

implementasi kerjasama yang dijalankan oleh dua negara yaitu Indonesia

dengan Amerika Serikat. Hal kedua yang menjadi permasalahan adalah

mengenai faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya kerjasama

Indonesia dengan Amerika Serikat di bidang lingkungan hidup. Mengingat

bahwa perkembangan industri di negara berkembangpun semakin pesat


10

dan aturan yang membatasi tentang permasalahan lingkungan hidup ini

belum terlaksana sepenuhnya.

1.2.1. Batasan Bidang


Agar penelitian ini terfokus pada satu hal maka penulis

membatasi bidang permasalahan yang diambil terbatas pada

bagaimana implementasi dari kerjasama bilateral antara Indonesia

dengan Amerika Serikat di bidang lingkungan hidup. Dalam

penelitian ini tidak membahas bidang-bidang kerjasama lain antara

pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat seperti

bidang politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.

1.2.2. Batasan Waktu


Penulis memberikas batasan pada lingkup penelitian ini

yaitu dari periode 2011 hingga 2016. Dimana 2011 adalah tahun

ditandatanganinya nota kesepahaman antara Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia dengan

Environmental Protection Agency Amerika Serikat, sedangkan

2016 terhitung waktu berakhirnya nota kesepahaman yang

ditandatangani oleh kedua negara.

1.2.3. Batasan Lokasi


Sementara pembatasan lokasi dimaksudkan agar penelitian

ini terfokus pada satu lokasi penelitian saja. Penulis memilih


11

batasan lokasi di Indonesia. Karena implementasi kerjasama yang

dilakukan dua negara lebih berkonsentrasi di wilayah Indonesia.


1.3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan hasil penelusuran pustaka atau

literatur yang mengupas topik yang relevan dengan penelitian yang sedang

dilakukan baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan yang

dilakukan peneliti. Untuk mendukung hasil penelitian yang ditulis, penulis

melakukan tinjauan pustaka pada beberapa tulisan dan hasil penelitian lain

yang dianggap relevan dengan topik yang penulis teliti baik dari buku,

dokumen, jurnal, ataupun artikel ilmiah yang dapat diakses di melalui

internet.
1.3.1. Peran Kajian Hubungan Internasional Terhadap Upaya

Pelestarian Lingkungan Hidup8

Ilmu HI yang berkembang dengan sifat dinamis dan

interdisiplinernya di satu sisi memang dianggap sebagai sesuatu

yang negatif. Sungguhpun demikian, anggapan seperti itu ternyata

tidaklah selamanya benar. Sifat itu memiliki nilai tambah tersendiri

dan telah memicu terbukanya peluang bagi masuknya berbagai isu

baru dalam kajian HI yang sangat penting untuk dibahas. Kondisi

ini juga lah yang turut menjadi penyebab berkembangnya isu HI

yang kontemporer.

Masuknya lingkungan hidup dalam kajian HI di tengah

kebimbangan dunia terhadap kondisi lingkungan hidup yang

8 Yusran. Peran Kajian Hubungan Internasionalterhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup.


Academia. (1 Juni 2016). Www.Academia.Edu
12

semakin memprihatinkan, memberikan kontribusi positif bagi

upaya pelestarian lingkungan itu sendiri. Kajian HI ternyata bisa

memainkan peran dan memberikan kontribusi terhadap upaya

pelestarian lingkungan hidup. Dari tulisan ini dapat disimpulkan

bahwa peranan kajian HI terhadap upaya pelestarian lingkungan

hidup sangatlah komprehensif. Di level sistem internasional, peran

kajian HI dapat mendorong munculnya kerjasama internasional di

tingkat global. Pada level negara, kajian HI berperan mendorong

konstruksi regulasi pemerintah suatu negara. Di level yang lebih

rendah, yaitu kelompok masyarakat, kajian HI dapat berperan

untuk menghimpun partisipasi masyarakat lokal agar pelestarian

lingkungan hidup menjadi pergerakan yang transnasional.

Selanjutnya terhadap MNC-MNC yang memberikan sumbangan

besar terhadap kerusakan lingkungan, kajian HI dapat berperan

dalam menstimulasi implementasi CSR. Dengan demikian,

masuknya lingkungan hidup sebagai objek kajian HI memberikan

peranan yang penting dan signifikan bagi upaya pelestarian

lingkungan hidup di lingkungan global.


Dalam penulisan jurnal ini disebutkan bagaimana peran

hubungan internasional pada perkembangan isu-isu global, salah

satunya isu lingkungan hidup. Dalam pembahasan lingkungan

hidup, ilmu hubungan internasional mampu memberikan

kontribusinya. Salah satunya adalah dengan kerjasama. Kerjasama

dianggap penting karena dengan peran berbagai macam aktor baik


13

negara maupun non-negara, kerusakan lingkungan hidup dapat

diatasi.

1.3.2. Skripsi Implementasi Program United Nations Framework

Convention on Climate Change (UNFCCC) di Indonesia (Studi

Kasus Kota Cimahi).9

Isu hubungan internasional mengenai masalah low politic

menjadi perhatian dunia, contohnya masalah lingkungan

(pemanasan global). Pemanasan global telah memicu terjadinya

perubahan iklim (climate change) yang berdampak buruk bagi

manusia. Pemicu pemanasan global utamanya adalah

meningkatnya emisi karbon akibat penggunaan energi fosil (baha

bakar minyak, batubara dan sejenisnya). Penggunaan energi fosil

menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) yang merupakan sumber

utama meningkatnya emisi karbon di udara.

United Nations Environment Programme adalah organisai

utama PBB di bidang lingkungan hidup yang pada dasarnya

melakukan pemantauan dan penelitian ilmiah pada tingkat global

dan regional serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada

PBB. UNEP bersama WMO serta CSO atau dewan internasional

serikat ilmiah menyepakati diadakannya Konvensi Kerangka Kerja

Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim (United

9 Azizah Nur Rachmi Paulain, “Skripsi Implementasi Program United Nations Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC) di Indonesia (Studi Kasus Kota Cimahi)”, skripsi.,
Universitas Jenderal Achmad Yani, 2015.
14

Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC),

ini merupakan asosiasi para negara menjaga konsistensi upaya

internasional mencapai tujuan utama konvensi yang ditandatangani

pada bulan Juni 1992 di Rio de JaneiroBrazil dalam KTT Bumi.

Tujuan paling utama pembentukan konvensi tersebut adalah

mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga konsentrasi gas

tersebut tidak melampaui batas aman dan tidak membahayakan

iklim.

Indonesia mempunyai peranan strategis dalam struktur

geografi dunia, yaitu negara tropis ekuator yang mempunyai hutan

tropis basah terbesar di dunia dan negara kepulauan yang memiliki

laut terluas, mempunyai fungsi sebagai penyerap gas rumah kaca

yang besar. Selain itu dengan meratifikasi konvensi ini, Indonesia

memperoleh manfaat menambah lagi perangkat hukum yang lebih

menjamin terselenggaranya pembangunan berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan. Manfaat lain, lebih terbuka kesempatan

Indonesia untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan negara

lain dan organisasi internasional melalui komunikasi informasi

yang dilembagakan oleh konvensi.

Salah satu kota di Indonesia yang berperan aktif

melaksanakan kegiatan ramah lingkungan yaitu kota Cimahi, kota

Cimahi merupakan kota yang aktif mensosialisasikan dan

melaksanakan kegiatan earth hour, dalam hal ini organisasi


15

intenasional WWF selalu memantau kota-kota di dunia yang aktif

dalam kegiatan lingkungan khususnya earth hour, dan Cimahi

merupakan salah satunya. Selain itu dalam usaha pencegahan

perubahan iklim, pemerintah kota Cimahi melakukan beberapa

kebijakan dan program.

Meskipun masih terdapat banyak kendala seperti

pemeliharaan oleh masyarakat yang belum menyadari secara luas

implikasi pemanasan dan perubahan iklim global terhadap habitat

dan kehidupan mereka sehari-hari, selain itu kesenjangan informasi

dan kelemahan koordinasi antar aparat tingkat atas dan

bawahdalam respon pemanasan dan perubahan iklim global masih

terjadi, tetapi masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal ini

yang penulis teliti telah memberikan angin segar untuk

memperbaiki kondisi akam yang dinilai sudah mulai rusak, hal ini

sangat erat kaitannya dengan green theory, dimana masalah

lingkungan memang disepakati internasional tetapi prakteknya

lebih baik diselesaikan lokal, karena mereka akan memberikan

penjagaan, perawatan dengan perhatian lebih besar terhadap

lingkungan. Para pengambil keputusan dalam UNFCCC sebagai

pihak yang mengontrol iklim dunia dan membuat keputusan yang

dilakukan dari negosiasi dan analisis, hasilnya mempengaruhi

kebijakan suatu negara atau bahkan daerah di dalam negara, maka

dalam hal ini aktor non negara menjadi aktor penting dalam
16

hubungan internasional disamping negara, salah satunya yaitu

UNFCCC sebagai konvensi internasional.

Penelitian ini ditulis menggunakan pendekatan pluralisme,

green theory, dan menggunakan konsep globalisasi serta

pembangunan berkelanjutan. Pembahasan dalam penelitian ini

menjelaskan mengenai implementasi program UNFCCC di kota

Cimahi. Kota Cimahi dijelaskan membuat peraturan daerah yang

mendukung program pelestarian lingkungan. Selain itu juga

dijelaskan mengenai kendala-kendala yang terjadi selama proses

berlangsungnya program yang dilakukan oleh pemerintah sendiri.

Persamaan penelitian ini adalah bahasan utama yang

membahas tentang masalah lingkungan hidup. Perbedaannya

adalah penelitian ini lebih memfokuskan program yang

dicanangkan oleh UNFCCC, sedangkan penulis mengambil

kerangka kerja dari kerjasama bilateral antara Indonesia dengan

Amerika Serikat.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, fokus masalah, dan tinjauan pustaka

yang telah diuraikan tersebut diatas, maka peneliti meneliti implementasi

kerjasama bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat dalam bidang

lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh kementerian lingkungan hidup


17

dan kehutanan Indonesia dengan environmental protection agency

Amerika Serikat. Dan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

“Bagaimana Implementasi Kerjasama Indonesia dengan Amerika

Serikat dalam Bidang Lingkungan Hidup?”

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan penelitian ini mencakup dua maksud yaitu,

tujuan umum dan tujuan khusus.


1.5.1. Tujuan Umum
Penelitian ini ditujukan secara umum adalah untuk

menggambarkan kerjasama bilateral yang dilakukan oleh Indonesia

dengan Amerika Serikat dalam bidang lingkungan hidup di

Indonesia.

1.5.2. Tujuan Khusus


Penelitian ini ditujukan secara khusus untuk mengetahui

dan mendeskripsikan kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan dengan Environmental Protection Agency dalam

bidang lingkungan hidup.

1.6. Kerangka Teoritis


Kerangka teoritis sangat dibutuhkan untuk menganalisis sebuah

permasalahan sehingga hasil dari analisis akan bersifat valid, logis, dan

obyektif. Kerangka teoritis akan menuntun peneliti untuk terfokus dan

terarah pada analisis yang tajam dan ilmiah. Demikian pula dengan skripsi

ini yang sangat diperlukan sebuah kerangka teoritis.


1.6.1. Paradigma
Paradigma berfungsi untuk menentukan masalah-masalah

mana yang penting untuk diteliti, menunjukkan cara bagaimana


18

masalah itu harus dikonseptualisasikan, metode apa yang cocok

untuk penelitian dan bagaimana cara menginterpretasikan hasil

penelitian. Selain itu, paradigma juga berfungsi untuk menentukan

batas-batas ruang lingkup suatu disiplin atau kegiatan keilmuan dan

menetapkan ukuran untuk menilai keberhasilan disiplin tersebut.


1.6.1.1. Neorealisme

Perkembangan globalisasi dunia telah mengarah

pada munculnya isu-isu baru berikut dengan actor-aktor

baru yang menyertainya. Perkembangan seperti revolusi

teknologi komunikasi dan informasi akan menjadi sangat

sulit jika hanya dijelaskan dengan menggunakan unit

analisa negara. Para pemikir studi hubungan internasional

memunculkan beberapa isu baru seperti peran organisasi

internasional, lingkungan hidup, demokrasi, terorisme,

kebijakan public, kemiskinan dan bahkan feminism dalam

studi hubungan internasional.10 Mengikuti perkembangan

ini maka isu yang sebelumnya sangat melekat kepada

negara seperti konsep militer menjadi tidak dominan lagi.

Disisi lain, perkembangan ini telah menyeret studi

hubungan internasional tidak lagi hanya berbicara pada

level diatas negara seperti regional maupun system

internasional, melainkan semakin terintegrasi dengan

10 Tonny Dian Effendi, non tradisional dan human security dalam praktik demokrasi di
Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang, 1 Juni 2016. tonnydian.staff.umm.ac.id
19

berbagai isu yang berkembang di dalam negeri seperti isu

demokrasi, HAM, lingkungan kekerasan struktural,konflik

social budaya dan lain-lain.

Salah satu pemikir strategis dalam studi hubungan

internasional, Barry Buzan membagi sector keamanan yang

baru dalam lima dimensi. Kelima dimensi tersebut adalah

militer, politik, lingkungan, ekonomi dan social.11 Kelima

dimensi ini dapat dianalisa dengan menggunakan empat

level analisa yang meliputi individu, nasional, regional dan

internasional. Pendapat Buzan ini memungkinkan kita untuk

menganalisa permasalahan dan isu yang berkembang pada

masing-masing level analisa terkait dengan isu sector

keamanan yang diamati.

Negara tetap menjadi aktor utama, bertindak

dengan memegang teguh prinsip ’self-help’ dan memastikan

mereka bisa survive atau bertahan hidup. Tapi yang

dibedakan neorealis bukanlah masalah yang dihadapi suatu

negara, melainkan kapabilitas mereka untuk menanganinya.

Kapabilitas itu nantinya menentukan posisi negara

bersangkutan dalam sistem global dan distribusi kapabilitas

menunjukkan struktur dari sistem itu sendiri yang

11 Barry Buzan, People, States and Fear : An Agenda for International Security Studies in the
Post Cold War dalam Perwita, Anak Agung Banyu, “Redifinisi Konsep Keamanan : Pandangan
Realisme dan Neo Realisme dalam HI Kontemporer” dalam Hermawan, Yulius P (ed),
“Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu,
Bandung, 2007, hal 35
20

membentuk bagaimana unit-unit di dalamnya berinteraksi

antara satu sama lain.

Penulis menggunakan paradigma neorealisme

karena dalam pandangan neorealisme, konsep keamanan

tradisional sekarang bergeser kepada konsep keamanan non-

tradisional. Salah satunya adalah keamanan lingkungan.

Kerjasama antar negara bisa terjadi dalam neorealisme,

karena peran negara masih dianggap penting, meskipun isu-

isu keamanan yang dibahasnya sudah semakin meluas. Dari

lima dimensi yang disebutkan Barry Buzan, penulis

menggunakan dimensi lingkungan dalam membahas

permasalahan ini.

1.6.2. Teori
Teori merupakan alat yang sangat penting dalam ilmu

pengetahuan. Degan tanpa adanya teori, berarti hanya ada

sekumpulan dari fakta atau data saja dan tidak ada ilmu

pengetahuan. Teori menyimpulkan generalisasi dari fakta-fakta,

memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi fakta-

fakta, meramalkan gejala-gejala baru, mengisi kekosongan dari

ilmu pengetahuan tentang fenomena yang telah ada maupun yang

sedang terjadi.

1.6.2.1. Keamanan Nasional


Konsep keamanan kini dapat dikaji sebagai

pengaruh dari masing-masing posisi ekstrim antara


21

kekuatan dan perdamaian. Keamanan nasional (national

security) sebenarnya mengacu pada situasi dan keadaan

dimana unsur-unsur pokok yang membentuk suatu negara

seperti kedaulatan, wilayah, penduduk/ warga negara, basis

ekonomi, pemerintah, sistem konstitusi dan nilai-nilai

hakiki yang dianut terjamin eksistensi dan fungsinya, tanpa

gangguan pihak manapun.12


Konsep keamanan nasional mengalami perubahan

interpretasi terutama pasca perang dingin, sebagai akibat

globalisasi dan meningkatnya proses demokratisasi.


Terhadap fenomena globalisasi dan demokratisasi

tersebut, amat menarik untuk mengacu pada kerangka

perspektif studi hubungan internasional yang melahirkan

konsep keamanan nasional (national security) berbeda atas

dua perspektif mainstream, yaitu: 1). Perspektif realisme

yang berbicara keamanan tradisional, dan 2) perspektif neo-

realisme tentang keamanan non-tradisional.


Perspektif neo-realisme mengubah cara pandang

tentang keamanan tradisional ke pemahaman baru yang

disebut sebagai konsep keamanan non-tradisional.

Dalam hal ini sumber gangguan terhadap keamanan

bisa berasal dari dalam (domestik/ internal/ nasional)

maupun luar (eksternal/ internasional) suatu negara.

12 Perspektif Keamanan Nasional Dalam Rangka Kepentingan Nasional.


https://laodeidacenter.wordpress.com/2012/03/09/perspektif-keamanan-nasional-dalam-rangka-
kepentingan-nasional/ diakses pada 9 september 2016
22

Dalam konteks keberadaan suatu negara di tengah

sistem internasional, masalah keamanan nasional dipandang

sebagai salah satu aspek penting kepentingan nasional yang

harus diperjuangkan dan dipelihara, di samping

kepentingan ekonomi.

Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang

berjudul : People State and Fear: An Agenda for

International Security Studies in Post Cold War Era, bahwa

keamanan yang dimaksud tidak sebatas pada keamanan

saja, tetapi juga mencakup keamanan lingkungan yang

mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai

pendukung utama kelangsungan hidup manusianya.

Non traditional security dalam neo realisme

sebenarnya membawa pesan bagi masyarakat negara bangsa

akan dua hal. Pertama, isu keamanan yang menyangkut

kepada hakekat manusia telah berkembang sehingga setiap

aspek yang menyangkut tentang ancaman dan akibat yang

ditimbulkannya kepada manusia masuk dalam konsep

keamanan dewasa ini. Keamanan tidak lagi dilihat dari hal

yang bersifat fisik seperti kekuatan militer namun juga hal

yang bersifat non fisik seperti demokrasi, kemiskinan,

pendidikan HAM dan lain sebagainya. Kedua,


23

perkembangan dunia internasional saat ini tidak lagi dapat

dikotomikan dalam level nasional/domestic dengan

internasional sebagai dua entitas yang berbeda dan terpisah.

Melainkan, keduanya sekarang ini telah terintegrasi dalam

kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan kata lain,

fenomena yang terjadi dalam dunia internasional akan

berpengaruh dalam kehidupan domestic, sebaliknya kasus

yang terjadi dalam negeri akan membawa implikasi dalam

dunia internasional.

1.6.3. Konsep
Didalam setiap penelitian, peneliti memerlukan bantuan

untuk membedah masalah salah satunya dengan menggunakan

konsep-konsep seperti yang dijelaskan dibawah ini. Konsep adalah

abstraksi yang mewakili suatu obyek, sifat suatu obyek, atau suatu

fenomena tertentu. Fungsi konsep adalah memperkenalkan suatu

sudut pandang, serta sebagai sarana untuk mengorganisasikan

gagasan, persepsi, dan simbol yaitu dalam bentuk klarifikasi dan

generalisasi.13

1.6.3.1. Keamanan Lingkungan


Menurut Buzan, keamanan berkaitan dengan

masalah kelangsungan hidup (survival). Isu-isu yang

mengancam kelangsungan hidup suatu unit-unit kolektif

tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang eksistensial.

13 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta. LP3E.
1990) hal 93-95
24

Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu

tersebut agar ditangani sesegera mungkin dan

menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menangani

masalah tersebut. Berdasarkan kriteria isu keamanan,

Buzan membagi ke dalam lima dimensi, yaitu politik,

militer, ekonomi, sosial, dan lingkungan.


Lingkungan hidup dapat menjadi entitas yang

terancam keamanannya dengan penekanan pada kondisi

lingkungan hidup sebagai komponen penting bagi

keamanan negara. Hal ini didasarkan pada dua hal14:


1. Lingkungan hidup berkaitan erat dengan kondisi

hidup individu penduduk suatu negara. Kondisi

tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi

lingkungan hidup dimana penduduk tinggal dan

beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Lingkungan hidup sampai saat ini merupakan

sumber utama bagi kemakmuran penduduk suatu

negara baik secara langsung maupun tidak

langsung. Ancaman terhadap lingkungan

merupakan gangguan terhadap sumber

kemakmuran penduduk yang selanjutnya

merupakan gangguan terhadap stabilitas dan

keamanan negara.

14 Metrini Geopani. Analisis kebijakan pengelolaan 12 pulau kecil terluar di Indonesia (ditinjau
dari proses sekuritisasi dan lingkungan hidup). http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/120836-T
%2025626%20-analisis%20kebijakan-literatur.pdf diakses pada 9 september 2016
25

2. Kondisi lingkungan suatu negara berkaitan

dengan kedaulatan negara tersebut.


Keamanan negara dapat dipengaruhi oleh masalah

lingkungan hidup sampai pada berbagai tingkatan. Dengan

demikian lingkungan hidup dapat menjadi objek yang

terkait dengan ancaman yang ditimbulkannya terhadap

individu dan negara secara langsung dan juga

mempengaruhi keamanan negara.


Penulis menggunakan konsep keamanan lingkungan

karena dalam kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan

Amerika ini selain karena adanya faktor kepentingan

nasional dari masing-masing negara, penulis menilai

kerjasama dilakukan karena dua negara merasa harus

menjaga eksistensi lingkungan hidupnya. Hal ini

merupakan wujud dari ketakutan atau insecurity dua negara

akan kerusakan lingkungan. Indonesia dan Amerika Serikat

sama-sama memilki ketakutan terhadap kerusakan

lingkungan hidupnya. Ancaman kerusakan lingkungan

dapat mengganggu stabilitas Amerika Serikat sebagai

negara maju, hal ini juga merupakan ancaman bagi

Indonesia yang meskipun sebagai negara berkembang tapi

rakyatnya sangat bergantung pada kelestarian lingkungan

hidupnya. Pada intinya, kedua negara mempunyai tanggung

jawab dan peran penting dalam menjaga lingkungan hidup.


26

1.6.2.2. Kerjasama Bilateral


Konsep kerjasama bilateral yang dilakukan antar

negara menjadi hal yang sangat penting dalam studi

hubungan internasional. Kerjasama bilateral merupakan

hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara dalam

berbagai aspek kehidupan untuk mencapai tujuan dan

kepentingan bersama.
Menurut Ellis S. Krauss dan T. J. Pempel, kerjasama

bilateral yang merupakan suatu hubungan kerjasama yang

dilakukan dua negara, mengacu pada hubungan dalam

berbagai aspek salah satunya pada bidang lingkungan.15


Seperti dijelaskan diatas bahwa salah satu aspek

yang dapat memicu kerjasama bilateral adalah aspek

lingkungan. Hal ini dikarenakan permasalahan mengenai

lingkungan sudah menjadi sorotan dunia internasional dan

memerlukan upaya dari berbagai pihak dan kalangan untuk

menggulanginya. Permasalahan lingkungan ini mungkin

berawal dari tingkat regional saja, namun dampak yang

dihasilkannya mampu merambah hingga ke level

internasional. Hal nilah yang kemudian mempengaruhi

kesadaran negara-negara di dunia untuk mneangani

masalah ini dengan menjalin kerjasama bilateral.


Kerjasama bilateral tidak dibatasi dengan wilayah

kawasan suatu negara, dengan kata lain negara manapun

15 Mckeown, T. Beyond Billateralism: US-Japan relation in th new asia pasific.


www.hnet.org/review/showrev.php/id=9639 diakses pada 18 Agustus 2016
27

yang ingin melakukan kerjasama bilateral ini, asalkan

kedua negara sepakat maka sudah dapat dikatakan

melakukan kerjasama bilateral. Dan biasanya kesepakatan

kerjasama bilateral dituangkan dalam agreement,

memorandum of understanding, dan treaty.


Kerjasama bilateral sudah banyak dilakukan oleh

negara-negara di dunia, termasuk Indonesia dengan

Amerika Serikat. Dalam kerjasama ini menghasilkan

sebuah MoU yang berkonsentrasi dalam bidang lingkungan

hidup. Dalam hal ini Indonesia bekerjasama dengan

Amerika Serikat dan memiliki kepentingan yang hampir

sama di bidang lingkungan hidup. Kedua negara punya

faktor-faktor pendorong termasuk dalam kepentingan

nasionalnya di bidang pelestarian lingkungan.

1.7. Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang dikemukakan oleh peneliti

adalah:
1. Kerjasama internasional saat ini mengalami perluasan isu, salah

satu yang penting dibahas oleh negara-negara dunia adalah tentang

lingkungan hidup.
2. Kerjasama dilakukan atas dasar saling membutuhkan satu sama

lain, setiap negara yang melakukan kerjasama pasti memiliki

kepentingan yang ingin dicapai.


3. Lingkungan hidup adalah tanggungjawab semua pihak, tidak hanya

negara saja tapi juga seluruh elemen masyarakat internasional

hingga ke tingkat individu.


28

4. Isu keamanan semakin berkembang, tidak hanya membahas

keamanan tradisional tapi juga berkembang ke isu keamanan non

tradisional. Salah satu poin dalam keamanan non-tradisional adalah

keamanan lingkungan.

1.8. Alur Pemikiran

Kerusakan Lingkungan Hidup

Indonesia Amerika Serikat

Kerjasama
Bidang dalam Kerjasama:

1. Transfer atau pertukaran informasi teknis dan tata pemerintahan dalam bidang

perlindungan lingkungan.
2. Kerjasama penyelenggaraan simposium, seminar, lokakarya, dan pelatihan.
3. Pelaksanaan study tour, pertukaran dan penugasan sementara staf dari satu pihak

ke pihak lainnya.
4. Publikasi bersama.
5. Proyek-proyek kerjasama untuk memperagakan pendekatan pengelolaan

Penjelasan
lingkungan.alur pemikiran: dari alur pemikiran yang telah

digambarkan oleh peneliti, digambarkan bagaimana kerjasama antara

Indonesia dengan Amerika Serikat di bidang lingkungan hidup ini

berlangsung. Kerjasama ini diwakili oleh Kementerian Lingkungan Hidup


29

dan Kehutanandari Indonesia dengan Environtmental Protection Agency

dari Amerika Serikat. Dari kerjasama ini menghasilkan MoU yang

menyepakati beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan

juga termasuk bantuan-bantuan yang akan diberikan oleh Amerika Serikat

kepada Indonesia. Bidang yang dibahas dalam MoU meliputi delapan poin

yang akan dibahas bagaimana pengimplementasiannya oleh penulis.

1.9. Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian

yang meliputi asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam

mengumpulakan dan analisis data. Rancangan tersebut melibatkan

sejumlah keputusan. Secara keseluruhan keputusan ini melibatkan

rancangan seperti apa yang seharusnya digunakan untuk meneliti topik

tertentu.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif, yang merupakan metode-metode untuk mendeskripsikan dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian

kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang

spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari

tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan

makna data.

1.9.1. Tipe penelitian


Metode penelitian adalah ungkapan secara ringkas

rancangan penelitian, alat ukur yang digunakan, sampel, teknik


30

analisis, dan metode ujinya. Metode deskriptif analisis merupakan

metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan

mengenai situasi atau kejadian tertentu. Tujuan dari penelitian ini

adalah membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan fenomena

yang diselidiki. Dalam pelaksanaannya metode ini hanya

membatasi pengumpulan dan penyusunan data, tetapi juga meliputi

analisis dan interfensi terhadap data-data tersebut. Oleh karena itu

metode ini sering pula disebut sebagai metode deskriptif analitis.


Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungna kegiatan-

kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses

yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari fenomena-

fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.

Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status)

fenomena atau faktor dengan faktor yang lain. Karenanya, metode

deskriptif ini juga dinamakan studi kasus.


Secara umum penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:
a. Masalah yang dirumuskan harus patut/layak, ada nilai

ilmiah serta tidak terlalu luas;


b. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak

terlalu umum;
c. Data yang digunakan harus berupa fakta-fakta yang

terpercaya dan bukan merupakan opini;


31

d. Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan

harus mempunyai validitas;


e. Harus ada deskripsi yang jelas mengenai tempat serta waktu

penelitian dilakukan;
f. Hasil penelitian harus berisi secara detail mengenai cara

mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta

studi kepustakaan yang dilakukan. 16


Fungsi dari metode ini akan berbicara tentang gambaran

mengenai implementasi dari kerjasama bilateral yang dilakukan

oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia

dengan Environment Protection Agency Amerika Serikat dibidang

lingkungan hidup.
1.9.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi kepustakaan dengan cara mencari data-data yang

berhubungan dengan jenis penelitian melalui buku, surat kabar dan

melalui internet. Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik

pengumpulan data melalui metode wawancara terhadap informan

ahli ataupun dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan lebih

tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang

diwawancarai adalah dari pihak Kementeriaan Lingkungan Hidup

Republik Indonesia. Dan juga studi literatur yang dilakukan di

perpustakaan Universitas Jenderal Achmad Yani, perpustakaan

FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani, dan perpustakaan Kota

Cimahi.

16 Bogdan dan Taylor: “Metode Penelitian” dalam Lexy J. Moleong.: “Metodologi Penelitian
Kualitatif” ed. Rev, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006)
32

1.9.3. Lokasi dan Waktu Penelitian


1.9.3.1 Lokasi Penelitian
Dalam upaya memperoleh data untuk penelitian ini,

penulis melakukan penelitian di beberapa tempat berikut

ini:
1. Perpustakaan FISIP UNJANI, Jl. Terusan Jenderal

Sudirman PO BOX 148, Cimahi.


2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Indonesia. Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lt.2

Jl.Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat. +62-21-

5704501-04; +62-21-5730191

1.9.3.2 Waktu Penelitian


Tabel 1.1
Jadwal Penelitian

Tahun 2016
No Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept

1 Pengajuan judul penelitian

Pencarian data awal dan


2
penjajakan masalah penelitian

Bimbingan dan penyusunan usulan


3
penelitian

4 Analisis data
5 Seminar usulan penelitian
6 Revisi usulan penelitian
7 Penyusunan draft skripsi
33

8 Seminar draft skripsi


9 Revisi draft skripsi
10 Sidang skripsi

1.9.4. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri.

Peneliti merupakan pengamat penuh karena objek yang diteliti

merupakan suatu daerah beserta isinya sehingga peneliti harus

seratus persen sebagai pengamat penuh, penelitian ini bukan

merupakan penelitian bebas nilai, maka analisis dan orientasi

peneliti penting.

1.9.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah

teknik analisis data kualitatif dimana permasalahan digambarkan

berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya

satu sama lain untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Teknik

analisis yang dilakukan secara kualitatif ini juga bertujuan untuk

membuat penjelasan secara sistematis, faktual, sifat, dan fenomena

yang diteliti melalui studi telaah pustaka, observasi dan wawancara

dari para informan untuk mendalami studi penelitian permasalahan

ini.

1.10. Sistematika Penulisan


Struktur penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
BAB I adalah bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,


34

tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan teknis

penelitian, serta sistematika penulisan.


BAB II : Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Amerika Serikat.
BAB II adalah gambaran umum mengenai hubungan bilateral

Indonesia dengan Amerika Serikat. Bab ini menguraikan tentang sejarah

hubungan bilateral yang dijalani kedua negara. Serta kerjasama yang

dijalankan oleh Indonesia dengan Amerika Serikat.


BAB III : Lingkungan Hidup di Indonesia
BAB III adalah tentang kondisi lingkungan di Indonesia secara

keseluruhan dan permasalahan yang dihadapi.


BAB IV : Implementasi Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Republik Indonesia dengan Environmental Protection

Agency Amerika Serikat dalam Bidang Lingkungan Hidup


BAB IV adalah mengenai implementasi dan hasil dari kerjasama

yang dijalani dua negara. Menjabarkan bagaimana berjalannya program

dari hasil kerjasama ini.


BAB V : Penutup
BAB V adalah penutup. Bab ini menjelaskan kesimpulan dari

semua analisa dan juga memuat saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai