Anda di halaman 1dari 5

HUKUM LINGKUNGAN

Tugas ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Hukum Lingkungan

Dosen pengampu :

Zainul Akmal, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Dewi Angel Caroline 2109112515

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

1
A. Global Deklarasi Stockholm 1972

Deklarasi Stockholm adalah sebuah deklarasi yang dilakukan dalam konferensi


Lingkungan Manusia yang diadakan PBB pada tahun 1972. Deklarasi ini juga disebut sebagai
Deklarasi PBB terhadap Lingkungan Manusia dan diikuti oleh negara anggota PBB saat itu.
Konferensi ini diadakan di kota Stockholm, Swedia. Terdapat total 26 poin utama yang
dihasilkan dalam Stockholm Declaration mengenai isu lingkungan dan pembangunan yakni:

1. Hak asasi manusia harus ditegaskan, segala bentuk apharteid dan penjajahan harus
dihapuskan
2. Sumber daya alam (SDA) harus dijaga
3. Kapasitas Bumi untuk menghasilkan sumber daya yang dapat diperbaharui harus
dilestarikan
4. Satwa liar harus dijaga
5. Sumber daya yang tidak dapat diperbarui harus dibagi dan tidak dihabiskan
6. Polusi yang timbul tidak boleh melebihi kapasitas untuk membersihkan secara alami
7. Pencemaran laut yang merusak harus dicegah
8. Pembangunan dibutuhkan untuk memperbaiki lingkungan
9. Negara-negara berkembang membutuhkan bantuan
10. Negara-negara berkembang memerlukan harga ekspor yang wajar untuk mengelola
lingkungan
11. Kebijakan lingkungan tidak boleh menghambat pembangunan
12. Negara-negara berkembang memerlukan uang untuk meningkatkan pelestarian
lingkungan
13. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan
14. Perencanaan rasional harus menyelesaikan konflik antara lingkungan dan pembangunan
15. Pemukiman penduduk harus direncanakan untuk menghilangkan masalah lingkungan
16. Pemerintah harus merencanakan kebijakan kependudukan yang sesuai
17. Lembaga nasional harus merencanakan pengembangan sumber daya alam negara
18. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan untuk mengembangkan lingkungan
19. Pendidikan lingkungan sangat penting
20. Penelitian lingkungan harus didukung, terutama di negara berkembang
21. Negara boleh memanfaatkan sumber daya yang ada, tapi tidak boleh membahayakan
orang lain
22. Kompensasi diperlukan jika ada negara yang membahayakan
23. Tiap negara harus menetapkan standar masing-masing
24. Harus ada kerjasama dalam isu internasional
25. Organisasi internasional harus membantu memperbaiki lingkungan
26. Senjata pemusnah massal harus dihilangkan

Dalam buku Environmental Law (hal. 259), yaitu hak asasi manusia (Prinsip 1);
pengelolaan sumber daya manusia (Prinsip 2 sampai dengan Prinsip 7); hubungan
antara pembangunan dan lingkungan (Prinsip 8 sampai dengan Prinsip 12);

2
kebijakan perencanaan pembangunan dan demografi (Prinsip 13 sampai dengan
Prinsip 17); ilmu pengetahuan dan teknologi (Prinsip 18 sampai dengan Prinsip 20);
tanggung jawab negara (Prinsip 21 sampai dengan 22); kepatuhan terhadap standar
lingkungan nasional dan semangat kerjasama antar negara (Prinsip 23 sampai
dengan Prinsip 25); dan ancaman senjata nuklir terhadap lingkungan (Prinsip 26).

Setelah berlangsungnya Deklarasi Stockholm 1972, Indonesia mengambil


beberapa langkah untuk memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan hidup, termasuk
dengan menerbitkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU 4/1982”), yang kemudian
digantikan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (“UU 23/1997”).

B. Deklarasi Rio 1992

Konferensi Tingkat Tinggi Bumi yang diadakan oleh PBB di Rio de Janeiro pada
tanggal 3 sampai dengan 14 Juni 1992 dan merupakan peringatan 20 tahun Konferensi
Stockholm 1972. Konferensi yang dinamakan United Nations Conference on
Environment and Development disingkat UNCED, dihadiri oleh 177 kepala-kepala
negara dan wakil-wakil pemerintah yang berkumpul di Rio de Janeiro untuk bersama-
sama bekerja ke arah menjadikan pembangunan berkelanjutan sebuah realitas. Konferensi
telah dihadiri juga oleh badan-badan di lingkungan PBB dan lembaga-lembaga lainnya.

Berikut adalah inti dari setiap asas:

• Asas pertama: Hak umat manusia atas hidup sehat dan berkesinambungan dengan alam
• Asas kedua: Hak dan kewajiban setiap bangsa untuk menggunakan dan mengawasi
sumber daya alam mereka sendiri sesuai kebijakan lingkungan dan pembangunan
• Asas ketiga: Hak pembangunan harus dipenuhi demi kebutuhan pembangunan dan
lingkungan di masa kini dan masa depan
• Asas keempat: Perlindungan lingkungan sebagai bagian dari proses pembangunan yang
tidak terpisahkan
• Asas kelima: Partisipasi seluruh bangsa dan umat manusia dalam memusnahkan
kemiskinan untuk kesetaraan kualitas kehidupan
• Asas keenam: Pendahuluan kebutuhan dan penanganan situasi negara-negara
berkembang, terutama yang berlingkungan rentan
3
• Asas ketujuh: Kerjasama global dalam pelestarian ekosistem bumi
• Asas kedelapan: Pengurangan dan pemberhentian proses produksi dan konsumsi yang
tidak mendukung pembangunan berkelanjutan
• Asas kesembilan: Kerjasama global dalam memperkuat pembangunan berkelanjutan
berdasarkan sains dan teknologi
• Asas kesepuluh: Penanganan permasalahan lingkungan sesuai dengan skala dan orang
yang terlibat
• Asas kesebelas: Pemberlakuan undang-undang tentang lingkungan oleh setiap bangsa
• Asas kedua belas: Kerjasama global dalam mendukung sistem ekonomi yang terbuka
untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan yang dapat mengatasi
kemerosotan lingkungan
• Asas ketiga belas: Pemberlakuan hukum nasional mengenai kerusakan lingkungan oleh
seluruh bangsa
• Asas keempat belas: Pencegahan dan penanganan aktivitas dan substansi apapun yang
mengancam lingkungan dan umat manusia
• Asas kelima belas: Pendekatan pencegahan oleh setiap bangsa sesuai kapasitasnya
• Asas keenam belas: Internalisasi pembiayaan lingkungan dan penggunaan instrumen
ekonomi yang ramah masyarakat
• Asas ketujuh belas: Pengambilan penilaian dampak lingkungan untuk dijadikan dasar
pelaksanaan aktivitas dan kebijakan
• Asas kedelapan belas: Laporan segera terhadap bangsa lain mengenai bencana alam atau
keadaan darurat lainnya yang dapat mempengaruhi wilayah mereka
• Asas kesembilan belas: Pemberitahuan tepat waktu dan informasi relevan kepada bangsa
yang mungkin terkena dampak
• Asas kedua puluh: Peran penting wanita dalam pengelolaan dan pengembangan
lingkungan
• Asas kedua puluh satu: Peran penting kaum muda dalam menyumbang ide dan tenaga
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
• Asas kedua puluh dua: Peran penting masyarakat adat dan komunitas lokal dalam
pengelolaan dan pengembangan lingkungan berdasarkan pengetahuan dan tradisi leluhur
• Asas kedua puluh tiga: Perlindungan lingkungan dan sumber daya alam masyarakat yang
tertindas
• Asas kedua puluh empat: Perang sebagai perusak pembangunan berkelanjutan
• Asas kedua puluh lima: Perdamaian, pembangunan, dan perlindungan lingkungan yang
saling bergantung dan berkesinambungan
• Asas kedua puluh enam: Penyelesaian permasalahan lingkungan secara damai yang
berlandaskan Piagam PBB
• Asas kedua puluh tujuh: Kerjasama global dalam pelaksanaan asas-asas yang terkandung
dalam deklarasi ini.

➢ Indonesia Ratifikasi berbagai ketentuan dan kesepakatan internasional dan


pengaturan bidang Ligkungan Hidup
mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan akses pendidikan. Hal ini sejalan dengan peran aktif Indonesia dalam setiap
agenda pengendalian perubahan iklim sebagai amanat konstitusi. Indonesia telah terlibat aktif di

4
tingkat internasional sebagai salah satu negara peratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Perubahan
Iklim (UNFCCC) dan Protocol Kyoto. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi
Perubahan Iklim melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim) dan termasuk dalam negara Non-Annex I.
Indonesia juga menunjukkan peran pentingnya di tingkat dunia sebagai tuan rumah
COP-13 tahun 2007 di Bali yang diantaranya menghasilkan Bali Action Plan yang menempatkan
peran penting hutan Indonesia melalui pelaksanaan skema REDD+ serta dengan dihasilkannya
studi IFCA (Indonesia Forest Climate Alliance). Bali Action Plan diantaranya menyepakati adanya
Policy Approaches and Positive Incentives for REDD+ in Developing Countries yang
memungkinkan untuk memberikan solusi terhadap deforestasi di negara berkembang agar
dapat dikurangi, namun tetap dapat melanjutkan pembangunan nasionalnya.
Komitmen dan Kontribusi Indonesia kembali ditunjukkan dengan meratifikasi Perjanjian
Pari di New York pada tanggal 22 April 2016, Indonesia menandatangani Perjanjian Paris di New
York. Sebagai negara peratifikasi, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya menurunkan
emisi gas rumah kaca dan bergera aktif mencegah terjadinya perubahan iklim. Perjanjian Paris
juga memposisikan hutan sebagai kunci dari upaya penurunan gas rumah kaca. Hal ini
mengingat kemampuan hutan menyerap gas rumah kaca. Posisi ini tersirat dari ketentuan pasal
5 Paris Agreement yang mendorong negara-negara pihak untuk menerapkan dan mendukung
kerangka kerja berdasarkan perjanjian untuk kegiatan-kegiatan terkait reducing emission from
deforestation and forest degradation dan konservasi serta pengelolaan hutan yang didasarkan
pada prinsip keberlanjutan.
Peraturan Presiden No 16 tahun 2015 membawa konsekuensi penggabungan
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Dewan Nasional Perubahan Iklim dan
Badan Pengelola REDD+ ke dalam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
dioperasionalkan lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
18 tahun 2015. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim bertugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian perubahan iklim dalam mewujudkan komitmen Indonesia
dalam penurunan emisi baik di tingkat nasional maupun internasional.

Anda mungkin juga menyukai