Anda di halaman 1dari 11

Deklarasi Stockholm 

adalah sebuah deklarasi yang dilakukan dalam konferensi Lingkungan

Manusia yang diadakan PBB pada tahun 1972. Deklarasi ini juga disebut sebagai Deklarasi

PBB terhadap Lingkungan Manusia dan diikuti oleh negara anggota PBB saat itu.

Konferensi  ini diadakan di kota Stockholm, Swedia, deklarasi ini menghasilkan 7 poin utama

mengenai pelestarian dan peningkatan lingkungan manusia.


Deklarasi Stockholm

Latar Belakang Deklarasi Stockholm

Latar belakang diadakannya deklarasi ini adalah diselenggarakannya pertemuan dan


konferensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tentang lingkungan manusia. PBB merupakan
organisasi internasional terbesar di dunia yang bergerak di banyak bidang, dimana salah satu
tujuan PBB adalah dalam bidang pengembangan lingkungan dan interaksi manusia (Human
Environment and Interaction). Persiapan konferensi dilakukan sejak tahun 1968 atas usulan
negara Swedia.

Pada akhirnya Konferensi PBB tentang Lingkungan Manusia diadakan mulai tanggal 5 Juni
1972 sampai 16 Juni 1972. Penyelenggaraan diadakan di kota Stockholm, Swedia yang
terletak di benua Eropa. Swedia dipilih sebagai tuan rumah penyelenggara selaku negara
pertama yang mengusulkan, sehingga konferensi tersebut juga kerap disebut Konferensi
Stockholm.

Hasil dan Isi Deklarasi Stockholen

Terdapat total 26 poin utama yang dihasilkan dalam Stockholm Declaration mengenai isu

lingkungan dan pembangunan yakni:

1. Hak asasi manusia harus ditegaskan, segala bentuk apharteid dan penjajahan harus

dihapuskan

2. Sumber daya alam (SDA) harus dijaga

3. Kapasitas Bumi untuk menghasilkan sumber daya yang dapat diperbaharui harus

dilestarikan

4. Satwa liar harus dijaga

5. Sumber daya yang tidak dapat diperbarui harus dibagi dan tidak dihabiskan

6. Polusi yang timbul tidak boleh melebihi kapasitas untuk membersihkan secara alami

7. Pencemaran laut yang merusak harus dicegah

8. Pembangunan dibutuhkan untuk memperbaiki lingkungan


9. Negara-negara berkembang membutuhkan bantuan

10. Negara-negara berkembang memerlukan harga ekspor yang wajar untuk mengelola

lingkungan

11. Kebijakan lingkungan tidak boleh menghambat pembangunan

12. Negara-negara berkembang memerlukan uang untuk meningkatkan pelestarian

lingkungan

13. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan

14. Perencanaan rasional harus menyelesaikan konflik antara lingkungan dan

pembangunan

15. Pemukiman penduduk harus direncanakan untuk menghilangkan masalah

lingkungan

16. Pemerintah harus merencanakan kebijakan kependudukan yang sesuai

17. Lembaga nasional harus merencanakan pengembangan sumber daya alam negara

18. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan untuk mengembangkan

lingkungan

19. Pendidikan lingkungan sangat penting

20. Penelitian lingkungan harus didukung, terutama di negara berkembang

21. Negara boleh memanfaatkan sumber daya yang ada, tapi tidak boleh membahayakan

orang lain

22. Kompensasi diperlukan jika ada negara yang membahayakan

23. Tiap negara harus menetapkan standar masing-masing

24. Harus ada kerjasama dalam isu internasional

25. Organisasi internasional harus membantu memperbaiki lingkungan

26. Senjata pemusnah massal harus dihilangkan

Deklarasi nairobi
Sepuluh tahun setelah stockholen 105 nrgara menghadiri konferensi di
Nairobi, kenya. Konferensi ini merupakan perwujudan dari semakin
meningkatnya kesadaran lingkungan global dan semakin diakui pentingnya
pembangunan ekonomi. Beberapa isu yang menjadi pusat perhatian pada
konferensi tersebut dan sekarang masih tetap relevan adalah : (1) masalah
atmosfer ,seperti menurunnya kualitas udara di permukiman kota , (2)
pencemaran lautan oleh minyak bumi dan subtansi lainnya ; (3) pencemaran
air permukaan dan air tanah ; dan (4) degradasi biota daratan dan tata
lingkungan biologis.
Perlunya pengelolaan lingkungan dan analisis dampak lingkingan serta
pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
juga merupakan pokok bahasa penting pada deklarasi nairobi . selanjutnya ,
menyadari eskalasi masalah lingkungan , memepertegas kerja UNEP sebagai
motor pelaksanaan komitmen mengenai lingkungan hidup, pada 1983 PBB
membentuk World Commission on Environment and Development ( komisisi
dunia untuk lingkungan dan pembangunan ) yang diketuai oleh Ny. Gro
Brundtland , perdana menteri norwegia .komisi ini menyelesaikan tugasnya
pada 1987 dengan menerbitkan laporan “ Our Common Future” yang dikenal
dengan laporan Brundtlant. “ tema laporan ini adalah sustainable
development ( pembangunan berkelanjutan ).

Deklarasi Rio De Jeneiro


Pada juni 1992 PBB menyelenggarakan konferensi mengenai lingkungan dan
pembangunan ( the united nations conference on environment abd
development – UNCED ) di Rio De Jeniero di brazil dan menghasilkan
deklarasi rio tentang lingkunmgan hidup dan pembangunan yang
menetapkan serangkaian asas sebagai pedoman pembangunan di masa yang
akan datang . deklarasi rio menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk
mencapai kemajuan ekonomi jangka panjang ialah dengan mengaitkannya
dengan perlindungan lingkungan.
Asas-asas rio mencakup gagasan-gagasan berikut
1) Manusia berhak atas kehidupaan yang sehat dan produktif dalam
keselarasan dengan alam.
2) Pembangunan masa kini tidak boleh merugikan kebutuhan pembangunan
serta kebutuhan lingkungan generasi masa kini dan generasi mendatang
3) Bangsa-bangsa memiliki hak dan kedaulatan untuk memanfaatkan
sumberdaya mereka sendiri, namun tanpa menimbulkan kerusakan
lingkungan diluar wilayah perbatasannya
4) Bangsa-bangsa perlu menciptakan undang-undang internasional yang
menjamin pemberian ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan pada
daerah-daerah diluar perbatasan oleh kegiatan-kegiatan dibawah
pengawasannya
5) Bangsa-bangsa perlu mengambil tindakan pencegahanuntuk melindungi
lingkungan jika terdapat ancaman kerusakan yang parah atau tidak dapat
dibalikkan ketidakpastian ilmiah hendaknya tidak digunakan untuk
mengguakan tindakan yang tepat guna menghindari degradasi lingkungan
6) Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan
harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat
dianggap terpisah dari proses tersebut
7) Mengentaskan kemiskinan dan memperkecil kesenjangan dalam taraf
kehidupan di berbagai pelosok dunia merupakan keharusan dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan banyak
orang
8) Bangsa –bangsa perlu bekerjasama untuk melestarikan dan memulihkan
kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi. Negara-negara maju mengakui
tanggung jawab mereka dalam upaya internasional menuju pembangunan
berkelanjutan . mengingat tekanan yang mereka timbulkan pada
lingkungan global dan mengingat teknologi dan sumber daya keuangan
yang mereka miliki
9) Bangsa-bangsa perlu mengurangi dan menghapuskan pola –pola produksi
dan konsumsi yang tidak berkelanjutan dan perlu merencanakan kebijakan
–kebijakan demografi yang layak
10) Masalah-masalah lingkungan dapat ditangani dengan sebaik-baiknya
dengan partisispasi semua wrga negara yang bersangkutan
11) Bangsa- bangsa perlu mendorong dan membangkitkan kesadaran serta
parisipasi khalayak ramai dengan menyediakan informasi tentang
lngkungan yang meluas
12) Bangsa- bangsa perlu memberlakukan undang-undang yang efektif dan
menciptaka undan-undang nasional tentang jaminan bagi korban
pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya . bilamana bangsa-bangsa
tersebut mempunyai wewenang mereka perlu menganakisis dampak
lingkungan dari usulan-usulan kegiatan yang mungkin akan berdampak
merugikan
13) Bangsa-bangsa perlu bekerjasama menegaskan suatu sistem ekonomi
internasional yang terbuka yang akan membawa pertumbuhan ekonomi
serta pembangunan berkelanjutan disemua negara. Kebijakan-kebijakan
yang menyangkut lingkungan hendaknya jangan digunakan sebagai
sarana yang tidak dapat dibenarkan untuk menghambat perdagangan
internasional
14) Pihak pencemar pada piokoknya harus menanggung akibat pencemaran
15) Bangsa-bangsa perlu saling mengingatkan akan adanya bencana alam
atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak berbahya diluar batas
wilayah masing-masing
16) Pembangunan berkelanjutan perlu pemahaman ilmiah yang lebih baik
tentang masalah-masalahnya.
17) Diperlukan partisipasi penuh para perempuan dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan juga diperlukan kreatifitas, semangat dan
keberanian kaum muda serta pengetahuan asli. Bangsa-bangsa perlu
mengakui dan mendukung identitas , kebudayaan dan kepentingan
penduduk asli
18) Perang membawa kehancuran pada pembangunan berkelanjutan, dan
bangsa-bangsa perlu menghormati hukum-hukum internasional yang
melindungi dimasa-masa konflik bersenjata dan harus bekerjasama dalam
menegakan hukum tersebut
19) Perdamaian , pembanguan dan perlindungan adalah hal-hal yang saling
berkaitan dan tidak terpisahkan.

WSSD – KTT JOHANNESBURG 2002


World Summit on Sustainable Development (WSSD) dilaksanakan pada tanggal 26
Agustus sampai 4 September 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.  Dari pembahasan pada
konferensi sebelumnya, beberapa faktor muncul sebagai prasyarat untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan : pengentasan kemiskinan, perencanaan pertumbuhan populasi,
pengendalian pencemaran, perbaikan kebijakan dan pasar, tata kelola yang baik, dan
pengelolaan bencana.  Tapi mencapai tujuan ini tidaklah gampang.  Delegasi dari 191 negara
termasuk 109 kepala negara, menghadiri WSSD di Johannesburg yang diadakan oleh PBB. 
Jumlah peserta mencapai 21.000, bahkan lebih banyak lagi karena banyak yang tidak
tercatat.  Diperkirakan peserta mencapai 60.000.  Sumber-sumber kompeten di WSSD
mengklaim bahwa konferensi ini adalah yang terbanyak pesertanya sepanjang sejarah PBB. 
Berikut ini kita sarikan dari Rogers et al. (2008) yang dengan lengkap membahas tentang
WSSD.
Agenda WSSD membahas tentang kesehatan, biodiversitas, ekosistem, pertanian, air
dan sanitasi, dan energi serta isu-isu yang mempengaruhinya seperti finansial, perdagangan,
transfer teknologi, informasi, pendidikan, pola konsumsi, dan peningkatan kapasitas.  Selain
agenda resmi, juga ada banyak kegiatan seperti seminar, eksibisi, pertemuan, dan diskusi
panel yang dihadiri oleh LSM, pemerintah, dan lembaga PBB.  Masalah-masalah yang
dibahas meliputi air dan sanitasi, tata kelola yang baik, bisnis, aksi pemerintah daerah,
perdagangan dan pembangunan, kesempatan kerja, kemitraan, dan kerjasama Selatan-Selatan
(antar negara berkembang). 
Ada kesepakatan tentang perlunya sektor swasta mengembangkan transparansi dan
keteraturan lingkungan sebagai tanggung jawab usaha.  Hal ini menjadi isu yang sangat
prioritas bagi pembuat kebijakan di Amerika Serikat.  Juga ada fokus pada perlunya
monitoring implementasi Agenda 21 Konferensi Rio; MDG's yang disetujui Sidang Umum
PBB dan Komitmen Johannesburg tentang Pembangunan Berkelanjutan.  Kepala
Pemerintahan pada saat WSSD menyatakan pentingnya monitoring implementasi tersebut
sebagai agenda utama konferensi 5 tahun mendatang.
Salah satu hasil yang sangat penting adalah realisasi pembangunan berkelanjutan bukan
hanya berhasil dalam skala global tetapi juga sangat berhasil jika diimplementasikan wilayah
per wilayah.  Masing-masing wilayah memiliki perspektif sendiri terhadap rekomendasi
WSSD dan itu menjadi kekuatan bagi mereka untuk memantau implementasi sesuai
keinginan mereka.  Kenyataannya, pada beberapa wilayah keberhasilan lebih terasa pada
skala lokal dan nasional (Smith dan Jalal, 2000).
Dua hasil utama dari konferensi yaitu deklarasi politik, yang kemudian diadopsi oleh
semua negara yang hadir; dan Komitmen Johannesburg tentang Pembangunan Berkelanjutan,
sebuah dokumen teknis yang berisi sejumlah rekomendasi yang disetujui untuk
diimplementasikan oleh negara yang hadir.
      Deklarasi Politik
Deklarasi politik memperkuat komitmen pembangunan berkelanjutan dan tidak boleh ada
yang melarang suatu bangsa memanfaatkan hasil pembangunan.  Bagi negara yang ingin
mengembangkan pembangkit tenaga batubara akan tetapi mereka tidak punya cara mitigasi
lingkungan atau teknologi lingkungan, maka komunitas donor internasional
mendirikan Global Environment Facility (GEF).
Deklarasi politik juga menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan tantangan paling berat
dalam mendorong pembangunan berkelanjutan, untuk itu diperlukan keadilan sosial ekonomi
di dalam dan antar bangsa di dunia.  Deklarasi juga menyatakan perlunya membahas isu-isu
tata kelola.
Mungkin deklarasi ini terdengar seperti retorika politik belaka, namun paling tidak ada
komitmen dari negara-negara untuk melaksanakannya.  Pemimpin dunia yang hadir juga
setuju bahwa demokrasi, aturan hukum, kebebasan dan HAM, serta perdamaian dan
keamanan sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan.  Mereka setuju untuk
memberantas terorisme, kejahatan terorganisir, dan korupsi.  Selain itu juga menyetujui hal-
hal yang berkaitan dengan kepemimpinan politik, ketahanan pangan, ketersediaan air,
sanitasi, dan kesehatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan
pembangunan berkelanjutan.  Pemerintahan yang hadir juga berkomitmen untuk mengurangi
kerusakan akibat bencana alam dengan memperkuat kerjasama internasional dan
mengembangkan teknologi seperti sistem deteksi dini.
      Komitmen Johannesburg tentang Pembangunan Berkelanjutan
Hasil kedua adalah rencana implementasi.  Empat kali pertemuan dilaksanakan dalam jangka
waktu 3 bulan untuk mempersiapkan dokumen yang diharapkan akan dapat diterima oleh
negara yang hadir.  Mereka yang membuat dokumen tersebut seringkali tidak menyetujui
secara penuh klausal yang dipakai, salah satunya karena bahasa.  Dari 615 sub bab dalam
laporan tersebut, 156 diantaranya diperdebatkan, yang menunjukkan sejumlah delegasi
mempermasalahkan beberapa bab dalam dokumen tersebut.
Ketika kesepakatan dicapai dari 191 negara yang hadir karena menilai 75 % isinya cukup
relevan, tapi masyarakat dunia masih tidak setuju dengan isu globalisasi dimana 93 %
paragraf yang membahas topik tersebut tidak disetujui.  Negara maju bersikukuh dengan
manfaat globalisasi sedangkan negara berkembang melihatnya sebagai sebuah upaya
eksploitasi sumber daya, menghancurkan warisan budaya leluhur, dan memperburuk masalah
lingkungan (seperti ekspor polusi).
Ketika membahas implementasi, semuanya setuju paragraf yang membahas pengentasan
kemiskinan, penyediaan air, promosi sanitasi, perlindungan kesehatan manusia,
pengembangan energi berkelanjutan, dan sebagainya.  Kendalanya hanyalah masalah uang :
mayoritas delegasi (89%) tidak setuju dengan cara pendanaan mega proyek : juga 85 % tidak
setuju dengan isu-isu pengenaan tarif, trade barrier dan subsidi pertanian.  Dokumen
akhirnya disetujui walaupun gagal secara menyeluruh membahas isu-isu penting seperti
globalisasi, finansial, dan perdagangan.
Hasil Positif Konferensi
Konferensi Johannesburg dianggap berhasil karena beberapa alasan :
1.    Pengembangan Konsep
Pada tahun 1992, konferensi fokus pada lingkungan dan pembangunan, tapi Konferensi
Johannesburg merupakan pertemuan pertama yang membahas implementasi lingkungan dan
pembangunan yang memperkenalkan bahwa pengelolaan lingkungan bukan tentang
mengelola lingkungan tapi tentang mengelola aktifitas lingkungan sesuai dengan kapasitas
lingkungan.  Jadi konsep pembangunan berkelanjutan ditekankan dalam perspektif
pemerintahan dan sejenisnya.
2.    Memperbaiki tata kelola
Pertemuan Johannesburg juga mengenal pembangunan berkelanjutan sebagai kerangka tata
kelola global, sebuah topik yang kemudian akan dibahas pada sidang umum PBB.
3.    Perbaikan Kemauan Politik Pemerintah
Untuk pertemuan Johannesburg, PBB mencoba membuat lembaga baru yang dikenal dengan
WEO.  Ide tersebut batal karena pemerintah yang hadir menyebutkan bahwa penambahan
birokrasi bukan menjadi keinginan mereka, tapi yang diperlukan adalah memperbaiki
koordinasi antar organisasi yang ada dan kemauan politik pemerintah.
4.    Penentuan target komitmen teknis dan finansial
Terakhir, WSSD memberikan kesempatan untuk menentukan target bagi komitmen teknis
dan finansial.  Dua jenis kesepakatan yang dicapai :
      Tipe 1 - Kesepakatan antara pemerintahan; dan
      Tipe 2 - Kesepakatan antara LSM dan sektor swasta atau  antara Pemerintah dan LSM
dengan swasta
Pertama kali dalam sejarah pertemuan yang diadakan oleh PBB, kesepakatan Tipe 2 dibahas
dan dipertimbangkan secara lebih mendalam.  Contohnya, beberapa perusahaan kayu bertemu
dengan perusahaan asuransi pada sesi topik swasta di Johannnesburg untuk
membahassustainable logging.  Investor mengatakan bahwa perusahaan kayu diperkenankan
menebang tapi harus sesuai dengan kondisi lingkungan seperti mencapai hasil lestari dan
menggunakanecolabelling terhadap produk kayunya.  Biasanya hal-hal seperti itu tidak dapat
dibahas pada kesempatan pertemuan resmi.  WSSD membuka kesempatan pemerintah,
perusahaan kayu, dan investor untuk dikritik oleh LSM dan media, oleh sebab itu
kesepakatan ini dianggap sebagai inovasi.
Dengan banyaknya komitmen finansial yang dibuat, kesepakatan tersebut dinilai baru dan
sebagai sumber daya tambahan serta dapat bermanfaat bagi negara berkembang dan bagi
negara yang menyediakannya.  Delegasi Amerika Serikat aktif dalam masalah finansial ini
ketika Menteri Sekretaris Negara Colin L. Powell memimpin delegasi dan menyampaikan
paper berjudul "Making Sustainable Development Work"
Pemerintah Amerika Serikat membuat berbagai inisiatif pembangunan berkelanjutan yang
dilakukan oleh berbagai lembaga ditingkat lokal.  Sebagai contoh, Proyek Harvard untuk daur
ulang limbah mampu menangani 4.267 ton limbah daur ulang selama tahun anggaran 2002. 
Hasil ini mampu mencegah pelepasan 2.336 meter kubik CO2 ke atmosfir atau setara dengan
mengurangi 1.785 mobil penumpang di jalanan.  Banyak cerita keberhasilan di tingkat lokal,
yang mungkin kurang berhasil diterapkan di tingkat nasional (Smith dan Jalal, 2000).

Agenda 21,
genda 21 merupakan agenda berbagai program aksi pembangunan berkelanjutan yang
disepakati oleh para pemimpin dunia di KTT Bumi Rio de Janeiro tahun 1992. Bab 14
Agenda 21 berjudul Promoting Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD)
merinci berbagai konsep dan program aksi Pertanian Berkelanjutan yang perlu dilaksanakan
oleh semua negara. Dalam agenda 21 terdapat aspek yang berkaitan dengan bidang pertanian,
seperti yang langsung (Bab 14), tentang Pengelolaan Lahan Berkelanjutan (Bab 10),
Penggunaan yang Lebih Aman Bahan-bahan Kimia Beracun (Bab 19) dan Penguatan Peran
serta Petani (Bab 32). Agenda 21 juga merupakan konsep keberlanjutan yang
multidimensional yang mempertimbangkan pencapaian tujuan dimensi ekologi, dimensi
sosial dan dimensi
ekonomi. Ketiga dimensi tersebut mempunyai kaitan dan ketergantungan yang sangat erat.
Dalam Bab 14 dalam Agenda 21 juga dinyatakan bahwa penguatan kelayakan dan
meningkatkan kehidupan ekonomi di perdesaan merupakan dasar untuk mempertahankan
fungsi sosial dan lingkungan mereka. Menjaga kualitas lingkungan juga merupakan prasyarat
atau prakondisi yang diperlukan bagi pengembangan potensi ekonomi jangka
panjang di perdesaan. Meningkatnya kebutuhan pangan penduduk perlu di atasi melalui
peningkatan produktivitas hasil dan kerja sama yang melibatkan masyarakat desa, pemerintah
pusat, sektor swasta dan komunitas internasional. Mengurangi kerugian akibat serangan
hama dan penyakit, menjaga degradasi lahan dan sumber air dalam pengembangan
ekosistem adalah hal yang sangat penting. Sosialisasi dan pelatihan dalam konservasi
modern dan kearifan lokal, termasuk pengolahan tanah minimal/tanpa olah tanah,
pengendalian hama terpadu, rotasi tanaman, penggunaan nutrisi tanaman, agro forestri,
terasering dan tumpang sari, serta penyebaran informasi dan pemanfaatan genetik yang lebih
baik untuk tanaman dan ternak. Selanjutnya dalam Bab 10 tentang Pengelolaan Lahan
Berkelanjutan dikemukakan tentang perlunya penguatan hukum dan regulasi penggunaan
tanah yang berkelanjutan dan mencegah penggunaan lahan produktif untuk
keperluan/penggunaan lain. Perencanaan lanscape berbasis ekosistem dan daerah aliran
sungai dan mendorong terciptanya mata pencaharian masyarakat yang berkelanjutan dengan
menggunakan teknik penggunaan lahan berwawasan konservasi, termasuk ”indegenous
tecnology”. Mendorong partisipasi aktif kelompok masyarakat yang terpinggirkan dalam
mengambil keputusan, seperti kaum wanita, kaum muda, penduduk asli. Agar
lembaga–lembaga terkait dalam pengelolaan lahan dan sumber daya alam mengintegrasikan
isu lingkungan, sosial dan ekonomi dalam perencanaannya. Demikian pula dalam Bab 19
tentang keamanan Penggunaan Bahan-bahan Kimia Beracun. Pengendalian penggunaan
bahan
kimia beracun melalui pencegahan polusi, inventarisasi emisi, pelabelan produk, penggunaan
yang terbatas. Membuat kebijakan yang mendorong produsen untuk mengurangi resiko
dengan lebih banyak menggunakan bahan-bahan yang bukan kimia atau dengan
cara/pengendalian biologis. Sosialisasi terhadap masyarakat yang sering menggunakan
bahan-bahan kimia tersebut akan bahaya yang dapat ditimbulkannya dengan bahasa dan
gambar yang mudah dimengerti mereka. Termasuk kebijakan mengekspor dan mengimpor
bahan-bahan kimia berbahaya agar dapat dibatasi dan dikendalikan dengan baik. Dalam Bab
32 Agenda 21 tentang
Penguatan Peran Petani, dinyatakan bahwa untuk mengembangkan strategi pertanian
berkelanjutan diharapakan pemerintah berkolaborasi dengan pusat-pusat riset internasional
dan lembaga swadaya masyarakat dalam mengembangkan teknologi pertanian yang dapat
meningkatkan hasil panen yang berwawasan lingkungan dengan mempertahankan kualitas
lahan, daur ulang hara, menghemat penggunaan air dan energi, pengendalian hama dan
gulma. Membantu berbagi keahlian pada petani dalam konservasi lahan, air dan sumber daya
hutan, penggunaan bahan kimia yang efisien dan mengurangi atau memanfaatkan limbah
pertanian. Mendorong penggunaan teknologi yang menghemat penggunaan masukan/input
dan hemat energi termasuk mengembangkan indegenous teknologi. Mondorong penelitian
peralatan pertanian yang dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja manusia dan tenaga
hewan. Memberikan insentif yang lebih baik kepada laki-laki dan perempuan atas hak
penggunaan lahan, akses terhadap kredit, teknologi, kebutuhan/masukan usaha tani dan
pelatihan. Memerlukan peneliti yang dapat mengembangkan tehnik pertanian yang ramah
lingkungan dan Akademi (Perguruan Tinggi) yang dapat memberikan aspek ekologi dalam
pelatihan pertanian. Keberlanjutan pembangunan merupakan keberlanjutan peningkatan
kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat/penduduk tempat mereka berada dan hidup,
termasuk di dalamnya ketersediaan berbagai jenis pangan yang cukup dan bermutu.
Ketahanan pangan harus dilihat dari konteks peningkatan kualitas hidup penduduk dan
lingkungan hidup di perdesaan. Pearce et al. (1994) menyatakan bahwa Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable development) mempunyai makna dan tujuan yang lebih luas
daripada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan atau sustainable economic growth.
Tujuan-tujuan ekonomi, sosial dan ekonomi pada tingkat tertentu dapat bersinergi. Namun
pada kondisi-kondisi tertentu di lapangan, ketiga-tiganya dapat saling bersaing dan kurang
saling mendukung. Apabila hal ini terjadi, konsep keberlanjutan mengarah pada
diperlukannya keseimbangan yang benar antara tiga dimensi tersebut. Pilihan-pilihan
kebijakan perlu ditetapkan secara hati-hati dengan mempertimbangkan masing-masing
dimensi yang saling berkaitan.

World Charter for Nature di New York, Amerika 1992


Pembahasan masalah lingkunga hidup dalam tataran global berlanjut ketika anggota majelis
umum PBB mengadopsi world charter for nature di new york , amerika serikat , pada tanggal
28 oktober 1982. Anggota majelis umum PBB sebanyak 111 negara menyetujui upaya
tersebut, 18 negara abstain, dan hanya satu negara yang menentang yaitu amerika serikat.
World charter for nature mengembangkan lima prinsip yang tujuan utamannya adalah
perlindungan lingkungan hidup dimana umat manusia harus terlibat didalamnnya. Prinsip
pertama adalah lingkungan seharusnya dihormati berikut kandungan alam yang berada
didalammnya. Kedua , segala bentuk mahluk hidup baik yang liar maupun dijinakkan harus
mendapatkan tempat tinggal yang nyaman dan terlindungi. Ketiga , semua wilayah dibumi ,
baik tanah, air maupun udara, harus dijaga melalui [rinsip-prinsip perlindungan dan
perlindungan khusus harus diberikkan kepada suatu wilayah yang khusus , termasuk juga
semua jenis ekosistem , binatang langka, dan spesies berbahaya. Keempat , ekosistem dan
organisme , baik yang berada di daratan , perairan, ,maupun udara, yang digunakan oleh
manusia , harus dimanfaatkan dan dijaga keberlangsungannya ,namun tidak membahayakan
ekosistem dan organisme yang lain. Kelima , alam harus dilindungi dari degradasi yang
diakibatkan oleh perang maupun aktifitas manusia yang saling bertentangan.
Pada masa itu perhatian komunikasi internasional masih pada upaya perlindungan
lingkungan hidup, umat manusia yang hidup didalamnnya, dan juga mahluk hidup lain yang
mendukung kehidupan umat manusia. satu hal yang perlu digarisbawahi adalah
pembangunan yang dilaksanakan oleh umat manusia seharusnya turut berupaya untuk
menjaga kelestarian lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai