Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN AKTUALISASI NILAI

PANCASILA DI ERA MODERN

Dosen : A A Ngurah Roy Sumardika, S.H., M.H

Disusun Oleh :

KELAS / JURUSAN : 1C / D3 TEKNIK SIPIL


NOMOR ABSENSI : 26
NAMA LENGKAP : RAJENDRA WIYASA
NIM : 2215113080

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BALI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pancasila sebagai ideologi negara dan aktualisasi nilai pancasila di era modern” dengan tepat
waktu. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak A A Ngurah Roy Sumardika, S.H., M.H selaku dosen Pendidikan Pancasila yang
telah bersedia memberikan bantuan baik berupa ilmu maupun materi pembelajaran. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan penyelesaian makalah ini.

Makalah ini ditulis guna memaparkan materi mengenai bagaimana Pancasila sebagai
Ideologi Negara serta bagaimana pengimplementasiannya dalam lingkungan kampus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap
makalah yang telah dibuat ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun pembaca serta dapat
memberi pemahaman dan pengetahuan mengenai Pancasila sebagai Ideologi Negara.

Kuta Selatan, 16 Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi suatu negara, ideologi merupakan suatu wawasan, pandangan hidup atau
falsafah kenegaraan. Oleh karena itu suatu ideologi dapat menjawab secara yakin mengenai
pertanyaan mengapa dan untuk apa mempertahankan suatu negara. Sejalan dengan itu,
ideologi adalah landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Sebagai ideologi nasional, Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai
ideologi negara. Dari definisi ideologi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ideologi
merupakan serangkaian nilai atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat sebagai wawasan atau
pandangan hidup bernegara. Melalui rangkaian atau sistem nilai dasar itulah dapat
diketahui bagaimana cara yang paling bijak, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk
mempertahankan dan membangun kehidupan duniawi bersama.

Pancasila sebagai ideologi adalah ajaran, gagasan, doktrin, teori, atau ilmu
pengetahuan yang diyakini kebenarannya Pancasila, sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia dan sebagai jalan pemecahan masalah yang dihadapi negara dan bangsa
Indonesia dimaksudkan untuk dijadikan pedoman. Oleh karena itu, Ideologi Pancasila
adalah ajaran, doktrin, teori, atau ilmu pengetahuan tentang cita-cita (gagasan) bangsa
Indonesia yang benar, disusun secara sistematis dan Petunjuk- petunjuk yang diberikan
dengan pelaksanaan yang jelas. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
Pancasila dapat dijelaskan sebagai ideologi. Karena dalam Pancasila ajaran, gagasan, dan
doktrin bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya diatur secara sistematis dan diberi
petunjuk pengamalannya. Selain itu, Pancasila berfungsi sebagai ideologi terbuka Dalam
arti ini Ideologi Pancasila berisfat fleksibel dalam memperlakukan waktu. Pancasila
sebagai ideologi dapat berinteraksi dengan kondisi yang berbeda tanpa mengubah makna
esensial atau nilai yang dikandungnya. Sifat keterbukaan ini sangat unik dalam menghadapi
masyarakat yang berubah secara dinamis

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Pancasila sebagai ideologi di Indonesia?
2. Bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan bernegara?
3. Bagaimana implementasi aktualisasi nilai Pancasila dikalangan mahasiswa pada era
modern ini?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan Pancasila sebagai ideologi di Indonesia
2. Mengetahui bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan bernegara
3. Mengetahui bagaimana implementasi aktualisasi nilai Pancasila dikalangan mahasiswa
pada era modern

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahun dan pengalaman bagi penulis
selama melakukan penulisan. Banyak hal baru yang penulis ketahui dan pelajari mengenai
pemahaman lebih lanjut mengenai pendekatan Pancasila sebagai ideologi negara.
Makalah ini juga diharapkan dapat menambah wawasan juga pelajaran baru kepada
pembaca. Adapun hal-hal yang belum diketahui oleh pembaca seperti bagaimana
eksistensi Pancasila dan peran Pancasila sebagai ideologi negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Pancasila sebagai ideologi di Indonesia


Pengertian Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ adalah nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila dan menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara
luas, pengertianPancasila sebagai ideologi Negara Indonesia adalah pandangan atau arah
dari penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan
yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan,
berkerakyatan, serta nilai keadilan. Padaawalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai
common platform atau platform bersama bagiberbagai ideologi politik yang berkembang
saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan
ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dilihat dari sudut pandang politik
merupakan sebuah konsensus politik, yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati
bersama oleh berbagai golongan masyarakat di Negara Indonesia. Dengan diterimanya
Pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran, maka terjadi kesepakatan bersama
menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Perwujudan Pancasila sebagai ideologi
negara yang berarti menjadi cita-cita penyelenggaraan bernegara terwujud melalui
Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam
Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga
visi, yaitu:
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan alinea keempat.
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara(GBHN).

➢ Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama


Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Pada periode tahun 1950 sampai dengan
1955, penerapan Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal, yang pada kenyataannya
tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap Pancasila,
tetapi rumusan sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara
terbanyak. Sistem pemerintahannya yang liberal lebih menekankan hak-hak individual.
Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa mendapat tantangan yang berat dengan
munculnya pemberontakan-pemberontakan yangdilakukan seperti pemberontakan RMS,
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Penerapan Pancasila dalam
bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilihan umum tahun
1955 yang dianggap sebagai pemilihan umum yang paling demokratis. Akan tetapi,
anggota Konstituante hasil pemilihan umum tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar
seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dankeamanan.
Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai demokrasi terpimpin.
Akantetapi, demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat yang merupakan amanah
nilai-nilai Pancasila, karena kepemimpinan berada pada kekuasaan Presiden Soekarno
melalui ‘DekritPresiden’. Oleh karena itu, terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dalam
konstitusi, salah satu penyimpangannya adalah mengangkat Presiden dengan masa jabatan
seumur hidup. Selain itu, terjadinya politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis,
agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok dengan konsep Negara Indonesia.
Kepentingan-kepentingan politis dan ideologis yang saling berlawanan antara Presiden
Soekarno, militer, Partai Kominis Indonesia (PKI), serta kelompok Islam telah
menimbulkan struktur politik yang sangat labil pada awal tahun1960-an, sampai akhirnya
melahirkan Gerakan G 30 S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.

➢ Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Baru


Tragedi G30 S/PKI pada tahun 1965 telah meruntuhkan konfigurasi politik era
demokrasi terpimpin. Akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar)1966 dan ditujukan kepada Soeharto yang berisi :
1. Pertama, mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan
dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan pimpinan/presiden/panglima
tertinggi/pemimpin besarrevolusi/mandataris MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan
negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran pemimpin
besar revolusi.
2. Kedua, mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-panglima
angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
3. Ketiga, supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas dan
tanggungjawabnya seperti tersebut di atas.

Surat perintah tersebut telah menjadi alat legitimasi yang sangat efektif bagi Soeharto
untuk membubarkan PKI. Pada tahun 1967, MPRS mencabut mandat Soekarno sebagai
Presiden sekaligus mendudukkan Soeharto sebagai Presiden. Rezim baru yang tampil di
atas keruntuhan demokrasi terpimpin disebut sebagai ‘Orde Baru’. Pemerintah Orde Baru
bertekad untuk mengoreksi penyimpangan politik yang terjadi pada era Orde Lama dengan
memulihkan tertib politik berdasarkan Pancasila. Pemerintahan Orde Baru berhasil
mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil
memberantas paham komunis di Indonesia. Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya
sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan ditafsirkansesuai kepentingan kekuasaan
pemerintah sehingga tertutup bagi pendapat yang lain. Presiden Soeharto menggunakan
Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Dalam sistem
pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam
penerapan Pancasila, yaitu dengan diterapkannya demokrasi sentralistik atau sistem
demokrasi yang berpusat pada pemerintah. Selain itu, Presiden Soeharto juga memegang
kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga peraturan yang
dibuat harus sesuai dengan persetujuannya. Presiden Soeharto juga melemahkan aspek-
aspek demokrasi. Penyelewengan lainnya yang menyimpang dari nilai-nilai luhur
Pancasila adalah bahwa Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Puncaknya adalah saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter di tahun
1997 yangmenyebabkan perekonomian Indonesia anjlok sehingga memicu gerakan besar-
besaran untuk menggulingkan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden
Soeharto. Selama rezim Orde Baru berkuasa, terdapat beberapa tindakan penguasa yang
melenceng dari nilai-nilai luhur Pancasila, antara lain yaitu: melanggengkan Presiden
Soeharto berkuasa selama 32 tahun, terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila melalui
program P4, serta adanya pembatasan dalam berekspresi sehingga orang-orang yang
mempunyai gagasan kreatif dan kritis menjadi takut bersuara.

➢ Perkembangan Ideologi Pancasila pada Era Reformasi


Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan secara harfiah
reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat ulang, menata ulang,
menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Adapun tujuan dari
Reformasi, antara lain :
1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi,
sosial- budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
3. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat yang
tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan yang otoriter,
penyimpangan,dan penyelewengan lainnya.

Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa lalu memerlukan


identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki. Karena
adanya reformasi disertai penggantian Presiden, maka secara bertahap juga mengubah
dinamika perpolitikan di Indonesia untuk mengikuti tuntutan reformasi, antara lain adanya
keterbukaan dalam menyampaikan pendapat, demokratisasi, peningkatan perlindungan
HAM, pemeberantasan KKN, dan ketatanegaraan, termasuk amandemen atas Undang-
Undang Dasar 1945. Awal dari gerakan reformasi bangsa Indonesia yakni ditandai dengan
mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh
Wakil Presiden B.J. Habibie. Gerakan reformasi hadir sebagai landasan cita-cita dan
ideologi bangsa agar tidak terjadi anarkisme yang menyebabkan hancurnya negara. Pada
Era Reformasi, Pancasila diinterpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman,
yang berarti dalam menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual. Berbagai
perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara
di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-
ekonomi yang belum terjawab. Pancasila pada Era Reformasi tetap memiliki tantangan
yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang
sampai hari ini belum ada habisnya. Selain itu, globalisasi menjadi tantangan tersendiri
bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan ideologi Pancasila agar tidak tergerus oleh
liberalisme dan kapitalisme.

2.2 Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara


Pancasila merupakan pedoman dalam sendi-sendi kehidupan, baik dalam
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Penerapan Pancasila secara maksimal dapat
dipratikkan dalam kehidupan bernegara sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada sila pertama, Pancasila memaknai akan keyakinan setiap warga negara terhadap
Tuhan yang Maha Esa dan bernegara sesuai ketuhanan. Dengan kata lain Pancasila
menjamin kewajiban maupun hak masyarakat yang ingin melaksanakan keyakinan
berdasarkan agama yang diyakini. Makna sila pertama dapat direalisasikan seperti :
Percaya akan adanya Tuhan yang MahaEsa sesuai kepercayaan, menghormati pemeluk
agama lain, dan melaksanakan keyakinan masing- masing tanpa harus saling
mengganggu untuk menjaga kerukunan beragama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pada sila kedua, terdapat nilai persamaan antara kedudukan warga dalam negara dan
martabat manusia seperti mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban warga
negara. Contoh penerapannya ialah pengakuan dalam kebebasan berpendapat,
mengukuhkan sikap saling mengasihi terhadap sesama warga negara demi
membangun kehidupan harmonis, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
menghargai perbedaan.
3. Persatuan Indonesia
Selanjutnya, dalam sila ketiga Pancasila mengandung makna bahwa persatuan bangsa
dalam berbagai sendi kehidupan mencakup hal sosial, budaya, politik, ekonomi hingga
pertahanan dan keamanan. Selain itu, sila ketiga ini juga mempunyai tujuan
menumbuhkan kesadaranpersatuan diantara warga negara Indonesia yang majemuk.
Dengan mengamalkan sila ke-3 Pancasila maka akan tercipta pula kebanggaan,
solidaritas, kebersamaan, hingga nasionalisme tinggi.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Makna yang terkandung dalam sila keempat Pancasila berkaitan dengan prinsip-
prinsip demokrasi yang menjunjung kedaulatan rakyat. Hal tersebut tercermin dari
pengambilan setiap keputusan yang selalu memiliki dampak terhadap masyarakat luas
dan diambil melalui musyawarah hingga mencapai kesepakatan. Penerapan sila ke-4
dapat dilakukan dengan cara : mengambil suatu keputusan melalui musyawarah
tanpa memaksakan kehendak pribadi,bertanggungjawab atas setiap keputusan yang
dilakukan, dan melaksanakan hasil keputusan yang telah ditentukan dari hasil
musyawarah.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima memuat makna yang membahas seputar keadilan yang merupakan hak
setiap warga negara. Keadilan dalam aspek sosial sangat berdampak pada kehidupan
bermasyarakat yang akan membantu terbentuknya kesetaraan. Penerapan sila ke-5
Pancasila ini dapat diwujudkan dengan cara menanamkan rasa gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat, membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan,
hingga pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

2.3 Implementasi aktualisasi nilai Pancasila dikalangan mahasiswa pada era modern
Bangsa Indonesia telah menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidupnya dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila menjadi falsafah dan ideologi bangsa yang harus dihormati dan dijunjung tinggi
oleh seluruh rakyatnya. Masa depan bangsa berada ditangan generasi muda. Generasi muda
itu adalah kita para pelajar dan mahasiswa. Generasi muda merupakan pondasi suatu
bangsa. Sebagai agen of change, mahasiswa diharapkan mampu mewujudkan cita-cita
bangsa dalam memajukan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sebagai seorang mahasiswa
yang memiliki peran sebagai 'Agent Of Change'. Mahasiswa harus dapat menerapkan dan
menjalankan Pancasila sebagai pedoman hidup di dalam masyarakat dan kehidupan
akademik. Selain itu mahasiswa juga diharapkan tetap terus melatih dirinya menjadi
pribadi-pribadi yang memiliki intelektual luas, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki
hubungan sosial yang baik dan semangat tinggi untuk berkontribusi dalam masyarakat,
bangsa dan negara. Sebagai mahasiswa tentunya memiliki lingkungan yang tepat untuk
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, karena mahasiswa berperan penting dalam
kemajuan suatu bangsa. Implementasi nilai-nilai Pancasila yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa, antara lain :
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan
meningkatkan sikap saling toleransi sesama mahasiswa.
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Dan
mahasiswa harus berani membela kebenaran dan keadilan.
3. Mahasiswa harus memiliki jiwa Nasionalisme yang ditujukan untuk menciptakan rasa
mencintai tanah air, bangsa, dan negara, serta dapat menjalin rasa kebersamaan antar
mahasiswa.
4. Sebagai mahasiswa, kita harus mengedepankan sikap suka bermusyawarah ketika ingin
mengambil keputusan bersama dan bijak dalam mengutarakan pendapat agar dapat
menghasilkan keputusan yang baik, Serta mengutamakan kepentingan negara dan
masyarakat.
5. Mahasiswa harus mampu bersikap adil terhadap sesama. Menghormati hak-hak orang
lain. Menolong sesama dan menghargai orang lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai nilai-nilai, yaitu nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai kemasyarakatan, nasionalisme dan keadilan sosial. Pertama, konsep
Ketuhanan ini tidaklah mengarah atau memihak kepada salah satu agama saja. Konsep
Ketuhanan ini dimaksudkan yaitu Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai
universal yang bersifat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal
penerapannya dapat diwujudkan seperti : nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, kejujuran,
kepercayaan, dan lainnya. Nilai Pancasila Kedua yaitu Nilai Kemanusiaan yang
mempunyai bahwa Pancasila dapat memposisikan manusia tetap sebagai makhluk yang
memiliki hak-hak dasar yang melekat, yaitu; hak untuk hidup, hak untuk memperoleh
pendidikan, hak berkarya, bersikap, dan mengembangkan potensi. Konsep Pancasila
lainnnya yakni Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmad
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, Serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Nilai- nilai Pancasila yang memuat terkait kemasyarakatan ini
merupakan sebuah peran Pancasila sebagai ideologi dalam proses kehidupan bernegara.
Akan tetapi kehidupan bernegara tersebut tidak semata-mata terbatas untuk negara, namun
juga diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat yang didasarkan atas prinsip keadilan
dalam suatu negara.

3.2 Saran
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan pedoman bagi setiap arah dan kegiatan
bangsa Indonesia dalam segala bidang. Dengan demikian, setiap warga negara hendaknya
selalu melaksanakan setiap kegiatan dalam kehidupan bernegara sesuai dengan nilai-nilai
yang telah terkandung dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Putri Haliza. 2021. Implementasi Nilai-nilai Pancasila Pada Mahasiswa sebagai
Agent of Change dalam mewujudkan Bangsa Indonesia yang lebih baik. Kompasiana.com
Diakses daring pada16 Januari 2023

Hatta, M. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idyu Press.

Kaelan, M. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

Kokom, K. 2007. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Lentera Cendikia.

Komaruddin, H., dan Azyumardi, A. 2012. Pancasila Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Kencana.

Moh. Mahfud M.D. 2012. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Oetojo, O. 1993. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Surabaya: Karya Anda.

Subandi Al, M. 2003. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta:
Rajawali Pers.

Sutrisno, S. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi. www.tribunnews.com


Diakses daring pada16 Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai